[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA]
Sarkawi1
Fakultas Hukum Universitas Mataram
ABSTRAK
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kewenangan daerah otonom
dalam menjalankan fungsi pemerintahan di Indonesia. Hasil dan kesimpulan dalam penulisan
ini adalah kewenangan daerah otonom dalam menjalankan fungsi pemerintahan di Indonesia
adalah dalam bentuk kewenangan urusan pemerintahan konkuren yang diatur di dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah. Urusan pemerintahan
konkuren tersebut terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.
Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Sedangkan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah
Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar.
Kata Kunci: kewenangan, daerah, otonom, pemerintahan.
ABSTRACT
AUTONOMIC REGIONAL AUTHORITY IN RUN GOVERNMENT FUNCTION
IN INDONESIA
The purpose of writing this article is to determine the autonomous regional authority in
carrying out the functions of government in Indonesia . Results and conclusions in this paper
is the autonomous regional authority in carrying out the functions of government in Indonesia
is in the form of government affairs concurrent authority regulated in Law Number 23 Year
2014 concerning regional governments. The concurrent administration affairs consisting of
Government Affairs and Government Affairs Mandatory options. Mandatory Government
Affairs consisting of Government Affairs with regard to Basic Services and Government
Affairs that are not related to the Basic Service. While the Mandatory Government Affairs
relating to Basic Services are partially Mandatory Government Affairs substance is a Basic
Service .
Keywords: authority, regions, autonomous, government.
Pokok Muatan
KEWENANGAN DAERAH OTONOM DALAM MENJALANKAN FUNGSI
PEMERINTAHAN DI INDONESIA .................................................................................... 493
A. PENDAHULUAN........................................................................................................... 494
B. PEMBAHASAN ............................................................................................................. 498
1. Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ................................... 498
1 Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Mataram.
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 493
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JATISWARA]
2. Kewenangan Daerah Otonom dan Pembagian Urusan Pemerintahan di Indonesia. 501
3. Kewenangan pemeritah Daerah di dalam Negara Kesatuan .................................... 505
C. PENUTUP ....................................................................................................................... 510
Bandung, 1974,h.187-188.
ialah Negara kesatuan yang berbentuk 12 Ibid
Republik”. 13 Abu Daud Burson, Ilmu Negara, Cetakan
34 35
Yuswanto, Politik Hukum Otonomi Daerah, The liang Gie, Pertumbuhan Pemeruntahan
Materi Kuliah Hukum Otonomi Daerah Program Daerah di Negara Republik, Jilid III, Gunung Agung,
Pascasarjana Ilmu Hukum Fak Hukum Univ.Lampung Jakarta,1968, h.135-41
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 507
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JATISWARA]
b. Dalam menghadapi masalah- karena besarnya organ-organ pemeritahan,
masalah yang sangat mendesak maka struktur pemeritahan bertambah
yang membutuhkan tindakan kompleks, hal mana mempersulit
cepat, daerah tidak perlu koordinasi.
menunggu intruksi dari a. Keseimbangan dan keserasian
pemerintah pusat. serta bermacam-macam ke-
c. Dapat mengurangi birokrasi pentingan. Daerah dapat lebih
dalam arti buruk, karena setiap mudah terganggu.
keputusan, pelaksanaanya dapat b. Khusus mengenai dekonsentrasi
segera diambil. teritorial dapat mendorong
d. Dalam sisitem desentralisasi timbulnya apa yang disebut
dapat diadakan pembedaan-
daerahisme dan propinsialisme.
pembedaan (diferensiasi-diferen- c. Keputusan yang diambil
siasi) dan pengkhususan-peng- memerlukan yang lama karena
khususan yang berguna bagi membutuhkan perundingan-
kepentingan-kepentigan tertentu, perundingan yang lama.
khususnya desentralisasi d. Dalam penyelenggaraan
teritorial, dapat lebih mudah desentralisasi, diperlukan biaya
menyelsaikan diri kepada yang lebih banyak dan sulit untuk
kebutuhan-kebutuhan dan memperoleh keseragaman dan
keadaan-keadaan daerah. kesederhanaan.37
e. Dengan adanya desentralisasi
teritorial, maka Daerah Otonomi b. Dekonsentrasi
dapat merupakan semacam Pendelegasian wewenang pada
laboratorium dalam hal-hal yang dekosentrasi hanya bersifat menjalankan
berhubungan dengan pemeritahan atau melaksanakan peraturan-peraturan dan
dan dapat bermanpaat bagi keputusan-keputusan yang lainya yang
seluruh negara. Hal-hal yang tidak berbentuk peraturan, yang tidak dapat
ternyata baik, dapat diterapkan di berprakarsa menciptakan peraturan atau
seluruh negara, sedangkan hal- membuat keputusan bentuk lainya untuk
hal yang kurang baik dapat kemudian dilaksanakannya sendiri pula.
dilokalisir/dibatasi pada suatu
daerah tertentu saha dan oleh Pendelegasian dalam dekosentrasi
karena itu dapat lebih mudah berlangsung antara petugas perorngan
sitiadakan. pusat di pemerintah pusat kepada petugas
f. Mengurangi kemungkinan perorangan pusat di pemerintahan Daerah.
campur tangan dari pemeritah Sedangkan menurut Laica Marzuki,
pusat. dekosentrasi merupakan ambtelijka
g. Lebih memberikan kepuasa bagi decentralisastie atau delegatie van
daerah-daerah karena sifatnya bevoegdheid, yakni pelimpahan
lebih langsung.ini merupakan kewenangan dari alat pelengkap negara di
factor psiologis.36 pusat kepada instansi bawahan, guna
Selain terdapat keuntungan, melaksanakan pekerjaan tertentu dalam
desentralisasi ada kelemahannya, yaitu penyalenggaraan pemerintah. Pemerintah
pusat tidak kehilangan kewenangan karena
36 Josef Riwu Kaho, Analisa Hubungan
Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesaia, Bina
37
Aksara, Jakarta, 1982, h.12-13 Ibid
508 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA]
instansi bahwa melaksanakan tugas atas pengambilan/pembuatan keputusan itu dan
nama pemerintah pusat. isi dari yang akan diambil/dibuat itu; (4)
pejabat yang menyerahkan kewenangan itu
Suatu”delegatie van bevoegdheid”
(betul) dapat mengganti keputusan yang
bersifat instruktif. Pelimpahan kewenangan
pernah diambil/dibuat oleh pejabat yang
(delegation of authority) dalam
diserahi kewenangan itu dengan keputusan
staatskundige decentralisate berkibat
sendiri, dan pejabat yang menyerahkan
beralihnya kewenangan pemerintah pusat
kewenangan itu (betul) dapat mengganti
secara tetap kepada pemerintah Daerah.
pejabat yang diserahi kewenangan dengan
Sementara, Maddick38 memaparkan yang lain menurut pilihan sendiri dengan
bahwa dekosentrasi merupakan “delega- bebas.
tion of authority adequate for the
Menurut Pasal 1 angka 9 Undang-
discharge of specified fuction to staff a
Undang Republik Indonesia No.23 Tahun
central depertment who are situated
2014 tentang pemerintahan Daerah,
outside the headquarters”. Secara singkat,
dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang
dekosentrasi menciptakan local state
pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil
government atau field administration.
pemerintah dan/atu kepada instansi vartical
Menurut kartasapoetra,39 dekon- di wilayah tertentu.
sentrasi ialah pelimpahan wewenang dari
Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut
pemerintah atau kepala wilayah atau juga
desentralisasi di Indonesia adalah pelimpah
kepala instansi vartical tingkat atas kepada
kewenangan secara fungsional dari pejabat
pejabat-pejabat g jabatan yang merupakan
atasan atau dari pemerintah pusat kepada
tugas jabatan yang diserahkan kepada
pejabat daerah. Pemeritah pusat tidak
pemerintah Daerah Otonom Tingkat
kehilangan kewenangannya karena instansi
Provinsi, kabupaten dan kotamadya, serta
bahwa melaksanakan tugas atas nama
kepada Badan perusahaan Negara sebagai
pemerintah pusat. Dapat dikatakan
“public cooperation”.
desentralisasi disini merupakan suatu
Bulthuis40 mengertikan dekosentrasi delegatie van bevoedgheid bersipat
sebagai (1) kewenangan untuk mengambil instruktif.
keputusan yang diserahkan kepada dari
pejabat administrasi/pemerintah yang satu c. Tugas pembantuan
kepada yang lain; (2) pejabat yang Tugas pembantuan yaitu pemberian
menyerahkan kewenangan itu mempunyai kemungkinan kepada pemerintah pusat
lingkungan pekerjaan yang lebih luas atau pemerintah daerah yang tingkatnya
daripada pejabat yang kepada siapa lebih atas untuk minta bantuan kepada
kewenangan itu diserahkan; (3) pejabat pemerintah daerah atau daerah yang
yang menyerahkan kewenangan itu (betul) tingkatnya lebih rendah di dalam
dapat memberikan perintah kepada pejabat menyelenggarakan tugas-tugas atau
yang diserahi kewenangan mengenai kepentingan-kepentingan yang termasuk
dalam urusan rumah tangga daerah yang
38 Sodjuangon Situmorang, Model Pembagian
dimintai bantuan tersebut.41
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Provinsi,dan Artinya untuk urusan pusat yang
Kabupaten/Kota. Disertasai,PPS FISIP UI, Jakarta,2002,
h,20 memerlukan pelaksanaan di daerah dapat
39 Kartasapoetra, RG. Sistematika Hukum Tata diserahkan pelaksanaannya kepada satuan
Negara, Jakarta, Bina Aksara, 1987,h.87 & 98.
40 Anteng 41 Ridwan, Hukum Administrasi di daerah,
Sjafruddin, Pasang Surut Otonomi
Daerah, Bandung, Binacipta, 1985, h.4 FH.UII.Press, Yogyakarta, 2009, h.24
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 509
[Jurnal Hukum
[FAKULTAS HUKUM]
JATISWARA]
pemeritahan otonomi melaui tugas Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
pembantuan42. pemerintahan Daerah. Urusan pemerintah-
an konkuren tersebut terdiri atas Urusan
Amrah muslimin mengertikan
Pemerintahan Wajib dan Urusan
medebewind sebagai kewenangan
Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintah-
pemerintah Daerh menjalankan sendiri
an Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan
aturan-aturan dari pemerintah Daerah yang
yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
lebih tinggi tingkatnya. Kewenangan ini
dan Urusan Pemerintahan yang tidak
mengenai tugas melaksanakan sendiri
berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
(zelffuitvoering) atas biaya dan tanggung
Sedangkan Urusan Pemerintahan Wajib
jawab terakhir dari pemerintah tingkat
yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
atasan yang bersangkutan.43
adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang
Dapat pula dikatakan bahwa pada sebagian substansinya merupakan
otonomi itu tugas dan kewenangan Pelayanan Dasar.
pemerintah daerah didasarkan pada
Urusan Pemerintahan Wajib yang
undang-undang Dasar dan undang-undang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar
pemerintah daerah, sedangkan pada
meliputi; (a) pendidikan; (b) kesehatan; (c)
medebewind tugas dan kewenangan organ
pekerjaan umum dan penataan ruang; (d)
pemerintahan daerah itu didasarkan pada
perumahan rakyat dan kawasan
undang-undang lain, yakni undang-undang
permukiman; (e) ketenteraman, ketertiban
khusus.44
umum, dan pelindungan masyarakat; dan
Dalam ketentuan Pasal 1 angka 11 (f) sosial.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Sedangkan Urusan Pemerintahan
tentang pemerintahan Daerah disebutkan
Wajib yang tidak berkaitan dengan
bahwa: tugas pembantuan adalah
Pelayanan Dasar meliputi; (a) tenaga kerja;
penugasan dari pemerintah kepada Daerah
(b) pemberdayaan perempuan dan
dan/atau Desa dari pemerintah provinsi
pelindungan anak; (c) pangan; (d)
kepada kabupaten/kota dan/desa serta dari
pertanahan; (e) lingkungan hidup; (f)
pemerintah kabupaten/kota kepada Desa
administrasi kependudukan dan pencatatan
untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam
sipil; (g) pemberdayaan masyarakat dan
tugas pembantuan disini lebih bersifat
Desa; (h) pengendalian penduduk dan
pendelegasian kewenangan, daerah hanya
keluarga berencana; (i) perhubungan; (j)
mempunyai kewenangan untuk mengurus
komunikasi dan informatika; (k) koperasi,
saja.
usaha kecil, dan menengah; (l) penanaman
C. PENUTUP modal; (m) kepemudaan dan olah raga; (n)
Kewenangan daerah otonom dalam statistik; (o) persandian; (p) kebudayaan;
menjalankan fungsi pemerintahan di (q) perpustakaan; dan (r) kearsipan.
Indonesia adalah dalam bentuk Urusan Pemerintahan Pilihan
kewenangan urusan pemerintahan meliputi; (a) kelautan dan perikanan; (b)
konkuren yang diatur di dalam Undang- pariwisata; (c) pertanian; (d) kehutanan; (e)
42
energi dan sumber daya mineral; (f)
Bagirmanan, Menyongsong Fajar Otonomi
Daerah, Pusan Studi Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII,
perdagangan; (g) perindustrian; dan (h)
Yogyakarta, 2001, h.25 transmigrasi.
43 Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Hukum
Otonomi Daerah, Alumni,Bandung, 1978, h.5.
44 Willem Konijnenbelt, Rechtsregels Voor