Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
1. Teori Pemerintahan Daerah
Pemerintahan daerah adalah pemerintahan yang diselenggarakan
di daerah baik itu daerah provinsi maupun kabupaten atau kota.
Filosofi dari diadakannya pemerintahan daerah adalah karena begitu
luasnya wilayah Indonesia sehingga sangat tidak efisien jika
pemerintahan hanya terfokus di pusat. Adanya pemerintahan daerah
akan meningkatkan potensi kesejahteraan daerah tersebut karena
daerah diberi wewenang untuk mengurus urusan rumah tangganya
sendiri sesuai dengan potensi yang ada di daerah yang bersangkutan.
Lebih jauh, pemerintahan daerah diharapkan mampu mengatasi
persoalan-persoalan yang timbul di daerahnya masing-masing.
Pemerintahan daerah disebutkan dalam Pasal 18 ayat (2) dan (5)
UUD NRI 1945 yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan serta
dapat menjalankan otonomi tersebut seluas-luasnya kecuali yang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Lebih spesifik mengenai
pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang No. 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Di sana disebutkan bahwa
pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UUD NRI 1945. 1 Lalu yang dimaksud
prinsip otonomi seluas-luasnya bertolak dari prinsip bahwa semua

1
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
urusan pemerintahan pada dasarnya menjadi urusan rumah tangga
daerah kecuali yang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. 2
Pemerintahan daerah di Indonesia menganut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Asas otonomi tersebut yaitu prinsip dasar
penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan otonomi daerah.
Selanjutnya, otonomi daerah dalam undang-undang No. 23 tahun 2014
didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.3 Sesuai dengan definisi tersebut pemerintah
daerah diberikan ruang terbuka untuk mengatur urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat. Dengan demikian, berbagai macam
potensi sekaligus permasalahan yang ada di daerah dapat dioptimalkan
dan diselesaikan di tataran pemerintah daerah.
Urusan pemerintahan dalam undang-undang No. 23 Tahun 2014
tersebut dibagi menjadi urusan pemerintahan absolut, konkuren, dan
umum. Urusan pemerintahan absolut meliputi politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasioanal, dan
agama. Wewenang urusan pemerintahan kategori ini sepenuhnya
berada pada pemerintah pusat selama tidak dilimpahkan ke instansi
vertikal. Dilihat dari isi urusan pemerintahan absolut ini secara ideal
memang harus dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Hal ini
dikarenakan akan menjadi kacau balau kalau urusan tersebut
diserahkan ke daerah. Seperti politik luar negeri, akan menjadi hal
yang sangat sulit untuk diwujudkan di tataran pemerintah daerah
karena Indonesia adalah negara kesatuan yang artinya harus
dipetakan antara kewenangan daerah dan kewenangan pusat.

2
Abdul Rauf Alauddin Said. Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat-Pemerintah
Daerah Dalam Otonomi Seluas-Luasnya Menurut UUD 1945. Fiat Justitia. Vol (9), No (4).
(2015). hlm 583.
3
Pasal 1 ayat (6) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Urusan pemerintahan konkuren menjadi kewenangan daerah
yang terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan
pilihan. Selanjutnya, urusan pemerintahan wajib dibedakan lagi
menjadi yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan tidak berkaitan
dengan pelayanan dasar. Pelayanan dasar meliputi pendidikan,
kesehatan, pekerjaan umum dan tata ruang, perumahan rakyat dan
kawasan permukiman, ketentraman, ketertiban, pelindungan
masyarakat, dan sosial. Sedangkan urusan pemerintahan konkuren
yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar diatur dalam Pasal 12
ayat (2) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 4
Satu lagi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah adalah urusan pemerintahan pilihan. Jenis urusan
pemerintahan ini disesuaikan dengan kondisi alam daerah yang
bersangkutan. Urusan pemerintahan pilihan meliputi kelautan dan
perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya
mineral, perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi. Terlihat bahwa
beberapa hal yang masuk dalam kategori urusan pemerintahan pilihan
ini dapat dijalankan apabila kondisi geografis daerah tersebut
mendukung seperti daerah pesisir yang dapat menjalankan urusan
mengenai kelautan dan perikanan.
Dari uraian teori mengenai pemerintahan daerah tersebut dapat
diketahui bahwa salah satu hal yang menjadi kewenagan pemerintahan
daerah adalah lingkungan hidup. Sehingga mewujudkan lingkungan
hidup yang sehat merupakan kewajiban dari pemerintah daerah. Salah
satu indikator lingkungan hidup yang sehat adalah lingkungan yang
4
Urusan pemerintahan konkuren yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar
meliputi tenaga kerja, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pangan,
pertanahan, lingkungan hidup, administrasi kependudukan dan pencatatan sipil,
pemberdayaan masyarakat dan desa, pengendalian penduduk dan keluarga berencana,
perhubungan, komunikasi dan informatika, koperasi, usaha kecil, dan menengah, penanaman
modal, kepemudaan dan olahraga, statistik, persandian, kebudayaan, perpustakaan, dan
kearsipan.
terbebas dari banjir. Oleh karena itu, pemerintah daerah berwenang
untuk membuat suatu regulasi yang rigid untuk mengatasi
permasalahan banjir. Regulasi tersebut nantinya akan menjadi acuan
untuk menanggulangi banjir sebagai upaya untuk mewujudkan
lingkungan yang sehat. Bentuk regulasi tersebut berupa peraturan
daerah dalam fungsinya sebagai penampung kondisi khusus dalam
suatu daerah. 5

2. Teori Hak Atas Lingkungan yang Baik dan Sehat


Konstitusi mengamanatkan beberapa hak asasi manusia yang
harus dipenuhi oleh negara. Salah satu hak tersebut yaitu hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pasal 28I ayat (1) menyebutkan
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh layanan kesehatan”. Jelas bahwa lingkungan yang baik dan
sehat merupakan hak setiap orang. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa negara haruslah mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Dalam tataran teknis kerusakan lingkungan bisa disebabkan melalui
pemanfaatan teknologi untuk elaborasi SDA seperti pembangunan
pabrik, penebangan hutan, dan pembangunan di sekitar bantaran
sungai. Oleh karena itu, dalam hal pemanfaatan SDA haruslah melalui
berbagai pertimbangan yang dapat meminimalisasi kerusakan
lingkungan.6 Dengan adanya proteksi dari negara maka hak atas
lingkungan yang baik dan sehat akan terwujud.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan
lingkungan sebagai suatu keseimbangan ekologi yang harus ada di
antara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia. Pengertian kesehatan lingkungan tersebut mengandung
5
Ahamd Redi. 2018. Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Jakarta :
Sinar Grafika. hlm 104.
6
Samsul Wahidin. 2017. Dari Hukum Sumber Daya Agraria Menuju Penataan
Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. hlm 87.
makna bahwa lingkungan yang dapat memungkinkan manusia
berkembang secara optimal, secara selaras, serasi, dan seimbang.
Adanya jaminan atas lingkungan yang baik dan sehat memberi
kemungkinan bagi setiap orang untuk menuntut kepada pemerintah
agar kebaikan dan kesehatan lingkungannya perlu diperhatikan dan
ditingkatkan terus dan oleh karenanya pula adalah merupakan
kewajiban bagi negara untuk selalu menciptakan lingkungan hidup yang
baik dan sehat bagi warganya dan secara terus menerus melakukan
usaha-usaha perbaikan dan penyehatan lingkungan hidup. 7
Salah satu upaya yang diwujudkan untuk memenuhi hak atas
lingkungan adalah dengan mengadakan baku mutu terhadap
lingkungan. Baku mutu lingkungan dapat ditemukan dalam Pasal 1
angka 13 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup yang berbunyi “Baku mutu lingkungan hidup adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup”. Baku mutu tersebut meliputi baku mutu air, limbah,
air laut, udara ambien, emisi, dan gangguan. Dapat diartikan bahwa
baku mutu lingkungan merupakan tolok ukur dalam menilai apakah
terjadi pencemaran terhadap suatu lingkungan hidup. 8 Dalam literatur
lain disebutkan bahwa untuk terjadinya pencemaran lingkungan hidup
secara hukum, maka terlebih dahulu harus ada baku mutu lingkungan
hidup yang jelas yang ditetapkan berdasarkan peruntukan sumber daya
alam tertentu yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah. 9
7
Rosmidah Hasibuan. Pengaturan Hak Atas Lingkungan Hidup Terhadap Kesehatan.
Jurnal Ilmiah Advokasi. Vol (6), No (2). (2018). hlm 98.
8
Ade Arif Firmansyah dan Malicia Evendia. Politik Hukum Penetapan Baku Mutu
Lingkungan Sebagai Instrumen Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hidup. Kanun Jurnal
Ilmu Hukum. No (62). (2014). hlm 25-26.
9
Yunus Wahid. 2020. Pengantar Hukum Lingkungan. Jakarta : Prenadamedia. hlm
211.
Adanya baku mutu tersebut menjadi salah satu upaya yang
dilakukan untuk memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Hal lain yang dapat menyebabkan terpenuhinya tujuan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik yaitu dengan memperkuat
kontrol sosial masyarakat melalui pengembangan, transparansi, dan
peran serta masyarakat, terutama dalam pengambilan keputusan.
Mengenai hal tersebut, pemenuhan akan lingkungan hidup yang
baik dan sehat juga termasuk dalam urusan pemerintahan konkuren
yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Oleh karena itu,
sebagaimana urusan pemerintahan konkuren merupakan kewenangan
dari pemerintah daerah, maka Pemda dapat membuat regulasi untuk
menunjang hal tersebut. Dalam hal ini kebaikan dan kesehatan
lingkungan adalah penanggulangan dari bencana banjir.

B. Praktik Empiris
1. Aspek Geografis
Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur
yang wilayahnya dikelilingi dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara. Dalam sistem perkotaan nasional, Kota
Samarinda telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
Kota Samarinda juga termasuk ke dalam Kawasan Strategis Nasional
KAPET Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Balikpapan. Kota
Samarinda memiliki wilayah seluas 718 km 2 dan dialiri oleh Sungai
Mahakam yang merupakan sungai terbesar ke-2 di Pulau Kalimantan. 10
Terdapat 10 kecamatan di Kota Samarinda, yaitu Kecamatan Palaran
dengan luas 221,29 km2, Kecamatan Samarinda Ilir dengan luas 17,18
km2, Kecamatan Samarinda Kota dengan luas 11,12 km2, Kecamatan
Sambutan dengan luas 100,95 km 2, Kecamatan Samarinda Seberang
dengan luas 12,49 km2, Kecamatan Loa Janan Ilir dengan luas 26,13
km2, Kecamatan Sungai Kunjang dengan luas 43,04 km 2, Kecamatan
10
http://perkotaan.bpiw.pu.go.id/v2/kota-besar/47. (Diakses pada 15 April 2022)
Samarinda Ulu dengan luas 22,12 km2, Kecamatan Samarinda Utara
dengan luas 229,52 km2, dan Kecamatan Sungai Pinang dengan luas
34,16 km2.11
Tabel 1. Wilayah Samarinda dan Luasnya

Ibu Kota Kecamatan di Kota

Ibukota Kecamatan Samarinda dan Luas Daerahnya

2020

Palaran - Rawa Makmur 221,29

Samarinda Ilir - 17,18


Sidomulyo

Samarinda Kota - Sungai 11,12


Pinang Luar

Sambutan - Sambutan 100,95

Samarinda Seberang - 12,49


Baqa

Loa Janan Ilir - Simpang 26,13


Tiga

Sungai Kunjang - Loa 43,04


Bakung

Samarinda Ulu - Air Putih 22,12

Samarinda Utara - 229,52


Lempake

Sungai Pinang - Sungai 34,16


Pinang Dalam

Samarinda 718,00
11
https://samarindakota.bps.go.id/statictable/2016/08/12/9/luas-wilayah-menurut-
kecamatan-di-kota-samarinda-2015.html. (Diakses 15 April 2022)
Ibu Kota Kecamatan di Kota

Ibukota Kecamatan Samarinda dan Luas Daerahnya

2020

Menampilkan satuan luas dengan satuan (km2/sq.km)

Sumber : BPS

Adapun kedaan iklim kota Samarinda berupa curah hujan, hari


hujan, dan penyinaran matahari dari tahun 2018-2020 dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan
di Kota Samarinda

Bulan Jumlah curah hujan


Jumlah hari hujan (hari)
(mm kubik)

2018 2019 2020 2018 2019 2020

Agustus 47,9 47,9 228, 10,0 10,0 27,00


0 0 70 0 0

April 180, 180, 176, 20,0 20,0 19,00


20 20 50 0 0

Desembe 169, 169, 117, 16,0 16,0 25,00


r 50 50 90 0 0

Februari 97,7 97,7 91,8 18,0 18,0 11,00


0 0 0 0 0

Januari 215, 215, 247, 18,0 18,0 13,00


90 90 00 0 0

Juli 136, 136, 148, 12,0 12,0 23,00


90 90 00 0 0

Juni 197, 197, 172, 15,0 15,0 25,00


00 00 60 0 0

Maret 154, 154, 135, 17,0 17,0 16,00


10 10 50 0 0

Mei 296, 296, 224, 21,0 21,0 19,00


30 30 70 0 0

Novembe 126, 126, 185, 20,0 20,0 19,00


r 70 70 30 0 0

Oktober 151, 151, 170, 20,0 20,0 24,00


90 90 00 0 0

Septemb 127, 127, 282, 9,00 9,00 26,00


er 40 40 50

Sumber : BPS
Tabel 2. Iklim Kota Samarinda dari 2018 sampai 2020.

Dari tabel teDari tabel tersebut diketahui bahwa curah hujan di


kota Samarinda cukup tinggi. Hal ini juga dibuktikan dengan dampak
dari hujan di Samarinda itu sendiri, yaitu banjir. Intensitas banjir di
Samarinda terbilang cukup tinggi. Setidaknya terdapat 10 daerah yang
disinyalir rawan terjadi banjir. Wilayah tersebut antara lain Sempaja, Jl
Pramuka, Jl DI Panjaitan, Temindung, Vorvo, Jl Lambung Mangkurat,
Jl Awang Long, Air Hitam, Air Putih(Karang Asam Kecil), dan kawasan
Karang Asam Besar. Dengan demikian, maka sudah seharusnya
pemerintah membuat penaggulangan akan potensi terjadinya banjir.

2. Kajian Terhadap Permasalahan Banjir di Kota Samarinda


Banjir di Samarinda merupakan masalah yang cukup serius.
Tercatat ada beberapa kali terjadi banjir yang melumpuhkan aktivitas
warga. Masyarakat sudah terbiasa dengan adanya banjir, mereka
beranggapan bahwa memang dari namanya, Samarinda diambil dari
kata “sama rendah” artinya tanahnya rendah. Dengan demikian sudah
bukan menjadi suatu yang mengherankan jika terjadi banjir di tanah
Samarinda.
Terlepas dari kondisi geografis wilayah Samarinda yang rendah,
banjir tetap saja menjadi masalah bagi warga dan lingkungannya.
Secara umum permasalahan banjir di Kota Samarinda terjadi akibat
berlebihnya limpasan permukaan dan tidak tertampungnya limpasan
tersebut dalam badan sungai sehingga air meluap. Faktor penyebab
banjir di Samarinda ada dua, faktor alam dan faktor manusia (man
made). Faktor alam meliputi tingginya curah hujan, topografi wilayah,
pasang surut air sungai Mahakam, dan lain-lain. Faktor alam ini
memerlukan biaya yang besar untuk dikendalikan. Berikutnya faktor
manusia, terutama bersumber pada unsur pertumbuhan penduduk
yang diikuti peningkatan kebutuhan infrastruktur, permukiman, sarana
air bersih, serta layanan masyarakat lainnya.12
Sumber banjir di Kota Samarinda khususnya yang dampaknya
pada aktivitas masyarakat dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), antara lain:
a. Banjir kiriman, aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di
luar kawasan yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang
terjadi di daerah hulu menimbulkan aliran banjir yang melebihi
kapasitas sungainya sehingga terjadi limpasan. Sebagai contoh
lokasi yang sering mendapat banjir kiriman adalah daerah sekitar
Jl. Pangeran Antasari. Banjir yang terjadi di daerah atas (hulu)
yaitu DAS Manggis dengan durasi 3-4 jam akan dapat
menyebabkan banjir di daerah Jl. P. Antasari;
b. Banjir lokal, genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di
daerah itu sendiri. Hal ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi
melebihi kapasitas system drainase yang ada. Pada banjir lokal,
ketinggian genangan air antara 0,2-0,7 m dan lama genangan bisa
mencapai 3-5 jam. Tinggi genangan maupun lama genangan akan
semakin besar apabila hujan bersamaan dengan pasang sungai
Mahakam;
c. Banjir akibat pasang sungai Mahakam, banjir yang terjadi baik
akibat aliran langsung air pasang dan atau air balik dari saluran
drainase akibat terhambat oleh air pasang. Banjir pasang
merupakan banjir rutin akibat muka air sungai Mahakam pasang.
Daerah yang mendapat pengaruh langsung dari air pasang sungai
Mahakam tentunya daerah yang mempunyai ketinggian di bawah
muka air pasang sekitar +1,58 m. Ketinggian genangan antara
0,20-0,50 m dengan lama genangan anatara 2 hingga 4 jam.

12
Haris Setiawan dkk. Analisis Penyebab Banjir di Kota Samarinda. Jurnal Geografi
Gea. Vol (20), No (1). (2020). hlm 41.
Sesuai hal tersebut banjir di Kota Samarinda meningkat baik
frekuensi maupun besarannya.13

Melihat kenyataan tersebut sudah seharusnya pemerintah, dalam


hal ini pemerintah daerah Samarinda melakukan tindakan nyata untuk
menanggulangi permasalahan banjir tersebut. Pertama, karena
lingkungan hidup yang terbebas dari banjir merupakan hak dari setiap
warga Samarinda. Kedua, permasalahan banjir sudah terlampau parah
(dibuktikan dengan preseden banjir di Samarinda yang terlalu sering).
Peran serta maysrakat juga harus dimaksimalkan mengingat banjir
bukan hanya disebabkan oleh faktor alam. Faktor manusia justru
menjadi faktor utama (main factor) terjadinya banjir. Dengan demikian
pemerintah daerah haruslah merancang suatu regulasi untuk
menanggulangi banjir di Kota Samarinda.

13
Ibid. hlm 42.
Bagian
Tangga Revisi, Saran dan Tindak lanjut/Hasil Halaman Hasil Tanda Tangan
Bab/
l Rekomendasi Revisi Revisi Pembimbing
Sub Bab
a. a.
b. b.
c. c.
d. d.
a. a.
b. b.
c. c.
d. d.
a. a.
b. b.
c. c.
d. d.
a. a.
b. b.
c. c.
d. d.
a. a.
b. b.
c. c.
d. d.
a. a.
b. b.
c. c.
d. d.
a. a.
b. b.
c. c.
d. d.

Anda mungkin juga menyukai