Oleh :
ANNIDA IKRIMA
1710112122
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
OUTLINE
1
NAMA : ANNIDA IKRIMA
NOMOR BP : 1710112122
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
2
IMPLEMENTASI PERENCANAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang berbentuk kesatuan dengan prinsip ekonomi daerah
yang luas. Negara kesatuan merupakan suatu negara yang berdaulat dimana
kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk dilimpahkan dan diwakilkan
kepada pemerintah daerah. Wilayah administratif yang ada di Indonesia terdiri atas
provinsi yang terbagi dalam 34 provinsi. Pemerintah merupakan kelompok orang atau
bisa disebut juga sebagai suatu organ yang memiliki kekuasaan pnuh untuk mencapai
pembangunan masyarakat.
daerah. Pemerintah daerah terdiri pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
mencapai tujuan negara. Sesuai dengan bunyi Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau UUD 1945 yaitu Negara Kesatuan
3
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupten, dan kota itu mempunyai
dijelaskan pada pasal 11 sampai 24 serta urusan Pemerintahan umum dijelaskan dalam
pasal 25.
Sedangkan pada ayat (3) menyatakan Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan
Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota.
Menurut Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
1
Afri Yendra, Memahami Undang-Undang Pemerintah Daerah, PPSDM Kemendagri Regional Bukittinggi,
2015, hal. ii.
4
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi:
masyarakat; dan f. sosial. Sedangkan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dan r. kearsipan.
Selain pemerintah pusat dan daerah, pemerintah kecamatan dan desa juga memiliki
dan begitu juga pemerintah desa berwenang mengurus rumah tangga desa. Pemerintah
pemerintah daerah yang disebut dengan otonomi daerah. Dalam Encyclopedia Britanica
tahun 2013 disebutkan bahwa autonomy berasal dari bahasa Yunani autos artinya
sendiri dan nomos artinya hukum atau aturan, sedangkan otonomi daerah adalah
5
membuat aturan guna mengurus daerahnya sendiri.2 Dengan adanya otonomi daerah,
Sistem pemerintahan yang ada dan berlaku saat ini desa mempunyai peran yang
strategis dan penting dalam membantu pemerintah daerah dan proses penyelenggaraan
Pemerintah Daerah, menyebutkan Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahannya termasuk juga dalam hal pengelolaan keuangan sesuai peraturan yang
berlaku dengan baik dan bertanggungjawab. Pengelolaan keuangan desa ini daitur
2
https://kompas.com?pengertian-otonomi-daerah-dan-dasar-hukumnya/Dilihat pada 18
Februari pukul 18.15
3
Nunuk Riyani, Analisis Pengelolaan Dana Desa, Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016, hal.
3.
4
Afri Yendra, Memahami Undang-undang Desa, Sukabina Press, Padang, 2014, hal. Vii.
6
dalam Peraturan Mentri Dalam Negri (Permendagri) Nomor 20 Tahun 2018 jo.
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 113 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa, merupakan pengertian keuangan desa berdasarkan
Pasal 1 angka (5) Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa. Pengelolaan keauangan desa dilakukan oleh Kepala Desa sebagai Pemegang
Keuangan Desa (PPKD) didelegasikan kepada perangkat desa yang terdiri dari
dalam mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa. Perangkat
desa sebagai Pelaksana Pengelola Keuangan Desa dapat dilimpahi kewenangan oleh
Pemerintah desa juga dilimpahi otonomi desa yang memungkinkan pemerintah desa
lebih leluasa dalam menentukan kenijakan pembangunan desa melalui adanya Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa atau yang disingkat dengan APBDesa. Berdasarkan Pasal
1 angka (8) Permendagri Nomor 20 Tahun 2018, APBDesa adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah desa, terdiri atas Penerimaan Desa dan Pengeluaran Desa terhitung
7
Sumatera Barat merupak salah satu provinsi di Indonesia yang memilki sebutan
berbeda untuk penamaan desa yang berbeda dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia,
di Sumatera Barat desa dikenal dengan sebutan Nagari. Salah satu nya yaitu Kabupaten
Tanah Datar yang mempunyai kecamatan salah satunya yaitu Kecamatan Pariangan
yang memilki beberpa nagari yang terdiri dari Nagari Pariangan, Nagari Sawah Tangah,
Nagari Sungai Jambu, Nagari Tabek, Nagari Simabur, dan Nagari Batu Basa.
Kabupaten Tanah Datar adalah kabupaten yang sadar akan pengelolaan keuangan
nagari yang transparan, karena keuangan nagari yang ada di kabupaten Tanah Datar
disajikan dalan website Kabupaten Tanah Datar setiap tahunnya yang bertujuan untuk
keuangan nagari. Pengelolaan keuangan harus dilakukan dengan jelas dan tanggung
dan pertanggungjawaban.
Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Akan tetapi, masalah yang timbul yaitu pengelolaan keuangan nagari yang dilakukan
oleh pemeritah nagari belum maksimal yang disebabkan bimbingan teknis dalam hal
kabupaten maupun kecamatan. Hal tersebut menyebabkan dampak kepada proses yang
mula-mula dilakukan oleh nagari yaitu tahap perencanaan keuangan nagari. Pemerintah
kabupaten hanya memberikan bimbingan teknis kepada satu orang PPKD melainkan
8
harus diberikan kepada seluruh perangkat nagari sebagai PPKD. Sehingga menimbulkan
menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari atau yang disingkat APBNagari.
permasalahan yang ada dan membahas permsalahan tersebut ke dalam skripsi yang
PARIANGAN”.
B. Rumusan Masalah
Keuangan Desa?
Keuangan Desa?
C. Tujuan Penelitian
9
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang dikemukakan di
2018.
3. Untuk menegatahui upaya yang dilakukan Pemerintah dan Nagari untuk mengatasi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
10
penanggulangan permasalahan dalam pengelolaan keuangan desa di nagari
b. Bagi penulis pribadi penelitian ini berguna untuk memenuhi syarat dalam
Andalas.
E. Tinjauan Pustaka.
Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus
dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat,
maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam
dan sejahtera.5
Desa atau disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya mengacu pada ketentuan
Pasal 18 ayat (7) yang menegaskan bahwa Susunan dan tata cara penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah diatur dalam undang-undang”. Hal itu berarti bahwa Pasal 18 ayat
5
Konsideran Menimbang point a dan b. UU No. 6 Tahun 2014.
11
Melalui perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Desa, yaitu mulai dari adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok
Pemerintahan Daerah.
local self government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini
merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa
Adat. Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama.
12
Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asal-usul, terutama
menyangkut pelestarian sosial Desa Adat, pengaturan dan pengurusan wilayah adat,
serta mendapat fasilitasi dan pembinaan dari pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam posisi
seperti ini, Desa dan Desa Adat mendapat perlakuan yang sama dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu, di masa depan Desa dan Desa Adat dapat
melakukan perubahan wajah Desa dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang
efektif, pelaksanaan pembangunan yang berdaya guna, serta pembinaan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat di wilayahnya. Dalam status yang sama seperti itu, Desa dan
Desa secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti tanah
air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasiona dan berada di Daerah
Kabupaten. Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi
Desa” menyatakan bahwa Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan
13
R. Bintar7menyebutkan berdasarkan tinjauan geografi yang dikemukakannya,
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis, sosial, politik, dan cultural yang
terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah suatu kesatuan wilayah yang
dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai system pemerintahan sendiri (dikepalai
oleh seorang Kepala Desa) atau menurut Kamus Besar Bahsa Indonesia desa merupakan
bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu wilayah, yang memiliki
menyebutkan bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Medan: Bitra Indonesia, 2013. Hlm.2.
9
Widjaja, HAW, ibid, hlm, 13.
14
1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejulah penduduk sebagai
dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Desa adalah desa dan desa adat atau yang yang disebut dengan nama lain,
15
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
filosofi dan sandi adat, Adat Basandi Syara’ – Syara’ Basandi Kitabullah
dan/atau berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat dalam wilayah
2018.
2018 dinyatakan bahwa, “Sebelum diberlakukannya Desa dan Kelurahan sebagai Unit
adalah Nagari dipimpin oleh seorang Kepalo Nagari atau nama lainnya dan dibawahnya
16
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memperlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1979 dalam Daerah Provinsi Sumatera Barat, sehingga fungsi dan tugas-tugas dalam
Pemerintahan terdepan yang selama ini dilaksanakan oleh Kapalo Nagari dialihkan
sedang pembinaan sosial budaya dan adat istiadat tidak termasuk tugas dan fungsi pada
pemerintah desa.
diakui, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Barat Nomor 13
Tahun 1983 tentang Nagari sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Provinsi
Daerah Tingkat I Sumatera Barat, dengan Lembaganya Kerapatan Adat Nagari (KAN)
yang dipimpin oleh seorang ketua yaitu Ketua Kerapatan Adat Nagari. Dengan lahirnya
Perda Nomor 13 Tahun 1983 dimaksud timbulah dualisme Kepemimpinan Nagari yaitu
Ketua KAN sebagai Pemimpin Adat dan Kepala Desa sebagai pimpinan Pemerintahan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Di antara
ditegaskan Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945. Ketentuan ini mengamanatkan kepada
17
Pasal 18 B UUD 1945 merupakan hasil perubahan (amandemen) kedua UUD
1945 ditetapkan pada 18 Agustus 2000, namun semangat pengakuan dan penghormatan
muncul sejak lama, bahkan sejak sebelum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.
sistem desa merupakan cita-cita bersama warga masyarakat. Namun sebelum keluarnya
karena secara yuridis tidak memungkinkan terlepas dari “desa” berdasarkan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979. Untuk itu, kehadiran Undang-Undang Nomor 22 Tahun
kembali ke Nagari.
desa, yaitu Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang
18
Pada 2004 pemerintah mengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
ini, namun semangat pengakuan dan penghormatan terhadap masyarakat hukum adat
Tahun 2000 dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007
Nagari dengan Perda yang baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
kepada amanah Peratruan Daerah Provinsi Nomor 2 Tahun 2007. Semua kota di
terdepan. Bahkan pada dua daerah Kota yaitu Kota Sawahlunto dan Kota Pariaman
masih diterapkan dua sistem pemerintahan terdepan pada masyarakat Nagari yaitu
sebagian tetap memakai kelurahan, dan sebagian lagi malah mempertahankan desa.
Barat Nomor 2 Tahun 2007 tentu menjadi catatan khusus bagi masyarakat Sumatera
19
2. Tinjauan tentang Implementasi pengelolaan keuangan nagari.
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, perlu membentuk Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
Permendagri ini yang terdiri dari 8 (delapan) Bab dan 80 (delapan puluh)
pasal ini mulai berlaku 11 April 2018 ini, disamping Mencabut Permendagri 113
10
Konsideran Menimbang Permendagri 20 Tahun 2018.
20
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094)11 juga mencabut dan dinyatakan tidak
berlaku Pasal 6 ayat (2), ayat (3) ayat (4) dan ayat (5), Pasal 40 ayat (2), Pasal
52 ayat (1), Pasal 54 ayat (2), Pasal 57, Pasal 58, Pasal 60 ayat (4), Pasal 62 ayat
(2) dan ayat (3), Pasal 66 ayat (2), Pasal 69, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 79, dan
Pasal 81 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5495);
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5539), sebagaimana beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
11
Pasal 39 point b
21
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5558), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan
Keuangan Desa.
Perencanaan Keuangan Nagari secara yuridis diatur pada Pasal 29 sampai pasal
pendapatan dan belanja untuk kurun waktu tertentu di masa yang akan datang.
22
Dalam kaitannya dengan Pengelolaan Keuangan Desa, perencanaan dimaksud
a. Fungsi APBDesa
rencana kegiatan, dalam arti mengikat Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait,
untuk melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang telah ditetapkan, serta menjamin
tersedianya anggaran dalam jumlah yang tertentu yang pasti, untuk melaksanakan
rencana kegiatan dimaksud. APBDesa menjamin kelayakan sebuah kegiatan dari segi
- APBDesa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari
sampai 31 Desember.
(BPD).
12
Ayi Sumarna, Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa, Jurnal Pengelolaan Keungan Desa, pada
Wibesite Keuangan Desa.Info, 20-11-2015.
23
- APBDesa dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan Perdes,
perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum
penerimaannya. Rasional artinya menurut pikiran logis atau masuk akal serta sesuai
2) Belanja Desa, Belanja desa disusun secara berimbang antara penerimaan dan
pengeluaran, dan penggunaan keuangan desa harus konsisten (sesuai dengan rencana,
tepat jumlah, dan tepat peruntukan), dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
nyata/sesungguhnya yang dimiliki desa, serta tidak membebani keuangan desa di tahun
anggaran tertentu.
dengan kapasitas potensi riil yang ada, yaitu potensi terjadinya pelampauan realisasi
penerimaan desa, terjadinya penghematan belanja, dan adanya sisa dana yang masih
mengendap dalam rekening kas desa yang belum dapat direalisasikan hingga akhir
24
c. Membaca Struktur APB Desa
Struktur/susunan APBDes terdiri dari tiga komponen pokok yaitu Pendapatan Desa,
rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu
2) Belanja Desa, Belanja desa, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang
merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai
Pasal 100, PP 43 2014, Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan
dengan ketentuan:
Paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa
Desa.
Paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa
25
3) Pembiayaan Desa, Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
Perencanaan adalah awal dari sebuah kegiatan. Bila perencanaan itu dilakukan
dengan tepat dan baik, akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan dan
kemudian hasil kegiatan. Ketepatan perencanaan itu akan terjamin bila dalam prosesnya
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Afri Yendra, 2014, Memahami Undang-Undang Desa, Sukabina Press, Padang, 2014.
26
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid I, Konstitusi Press,
Jakarta, 2006.
Mocthar Naim, Nagari Versus Desa dan Pembangunan Pedesaan Sumatera Barat,
Jakarta.
University Press.
Widjaya, 2003, Pemerintahan Desa/Marga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2003
Yan Pranadya Puspa, Kamus Hukum, Aneka Ilmu, Semarang. Cetakan pertama 1977.
Zenwen Pador, dkk, Kembali Ke Nagari: Batuka Baruak Jo Cigak, Sinar Grafika,
Jakarta, 2002.
27
Syahril, 2017, Penentuan Materi Muatan Peraturan Nagari dalam Penyelenggarann
C. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa.
Peraturan Daerah Propinsi Sumatra Barat Nomor 7 Tahun 2018 tentang Nagari
28
Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Nagari
29