Anda di halaman 1dari 7

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH


PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN
KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATRUAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

I. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

UUD Tahun 1945 merupakan suatu peraturan perundang-undangan yang


memiliki hierarki tertinggi dalam sistem hierarkis yang diatur dalam ketentuan Pasal
7 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011. UUD 1945 merupakan suatu landasan
fundamental untuk mewujudkan peningkatan kualitas dari permukiman kumuh,
sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang
menyebutkan:
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”
Dengan melihat ketentuan pasal tersebut, bahwa konstitusi telah memberikan
hak bagi setiap orang untuk dapat bertempat tinggal. Amanat dari pasal tersebut
merupakan amanat tertinggi yang dapat diwujudkan melalui peraturan perundang-
undangan yang lebih khusus mengatur tentang pemukiman dan perumahan.

II. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia pada dasarnya merupakan hak yang melekat pada setiap
manusia sebagai subyek yang dikaruniai langsung oleh Tuhan, dan setiap orang
wajib dan harus menghormati setiap hak-hak yang ada pada diri setiap orang lain,
begitu juga dengan Negara dan Pemerintah. Negara dan Pemerintah berkewajiban
untuk menghormati dan melindungi serta memenuhi (to respect, to protect, to fulfill)
segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap warga negaranya. Selanjutnya pada
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai Hak Asasi Manusia, menyatakan
bahwa:
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia”.
Pada undang-undang ini, di Pasal 40, mengatur bahwa:
“Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan layak”
Dari aturan tersebut telah mengamanatkan bahwa Pemerintah, wajib untuk
menjamin, melindungi, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap warga negara
untuk memiliki tempat tinggal serta berkehidupan yang layak. Untuk melaksanakan
amanat tersebut pemerintah harus memperhatikan segala peraturan mengenai
permukiman serta perumahan, dimana dengan terdapatnya pengaturan yang
demikian dapat diharapkan terciptanya keadilan dalam menyelenggarakan sistem
tempat tinggal yang layak bagi setiap masyarakat.

III. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman

Sebagai pelaksanaan dari amanat dalam UUD 1945, maka dibentuklah


Undang-undang yang lebih khusus membahas serta mengatur tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman. Dalam Undang-Undang ini memiliki berbagai tujuan
dalam penyelengaraan perumahan serta Kawasan Permukiman yang diatur dalam
Pasal 3 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman yang diselenggarakan untuk:
a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman
b. Mendukung penataan dan pembangunan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan
kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan
keseimbangan kepentingan, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah
c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan
d. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman
e. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya
f. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan
berkelanjutan

Dengan tujuan yang dari Undang-undang ini yang diatur dalam Pasal 3 huruf
f, bahwa salah satu tujuan dari dibentuknya Undang-undang ini adalah untuk
memberikan jaminan akan terwujudnya rumah yang layak huni serta terjangkau,
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutnya. Hal tersebut sulit terwujud jika masih terdapatnya perumahan serta
permukiman kumuh, karena tidak bersesuaian dengan amanat Pasal 3 huruf f.
Permukiman Kumuh merupakan permukiman yang tidak layak huni karena ketidak
teraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, kualitas bangunan
serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat (Pasal 1 angka 13).
Pada Undang-undang ini juga diatur kewenangan pemerintah kabupaten/kota
yang terkait dengan perumahan dan permukiman kumuh diantaranya, yaitu (Pasal
18):
1. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota
2. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota bersama
DPRD
3. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota
4. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan dan permukiman
kumuh pada tingkat kabupaten/kota

Maka berdasarkan uraian-uraian tersebut, pemerintah kabupaten/kota


berwenang untuk menyelenggarakan suatu upaya peningkatan kualitas terhadap
perumahan dan permukiman kumuh. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu
kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuninya, dalam upaya mencegah
tumbuh dan berkembangnya perumahan dan permukiman kumuh baru, menjaga
serta meningkatkan kualitas dan fungsi dari perumahan dan permukiman. Hal
tersebut dilaksanakan berdasarkan asas kepastian bermukim yang dimana asas ini
menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan memiliki
tempat tinggal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

IV. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Pada Undang-undang ini pada Pasal 9 Ayat (1) urusan pemerintahan dibagi
atas Urusan Absolut yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, urusan
pemerintahan konkuren yang dibagi antara Pemerintah Pusat, dan urusan
Pemerintahan umum. Ayat (2) menyebutkan Urusan pemerintahan absolut adalah
urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
Ayat (3) menentukan urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan
yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi, dan Daerah kabupaten/kota.
Ayat (4) menyebutkan urusan pemerintahan konkuren diserahkan ke daerah menjadi
dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Ayat (5) menyebutkan urusan pemerintahan
umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai
kepala pemerintahan. Pada urusan pemerintahan konkuren, (Pasal 11 Ayat (1))
yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan
Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib (Ayat (2)) terdiri atas
urusan pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Urusan Pemerintahan
Wajib (Pasal 12 Ayat (1)) meliputi salah satunya adalah pada huruf d, perumahan
rakyat dan kawasan permukiman.
Kewenangan dari pemerintah daerah dalam membuat kebijakanya daerahnya
diatur pada pasal 17. Ayat (1), daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Ayat
(2), daerah dalam menetapkan kebijakan daerah, wajib berpedoman pada norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Selanjutnya juga diatur pada Pasal 236 Ayat (1), untuk menyelenggarakan otonomi
daerah dan tugas pembantuan, daerah membentuk perda.

V. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota


Prabumulih

Peraturan perundang-undangan selanjutnya yang menjadi dasar kewenangan


pembentukan peraturan daerah adalah dari Undang-undang pembentukan daerah
Kota Prabumulih. Pada konsideran menimbang undang-undang ini, bahwa
pembentukan Kota Prabumulih dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan dengan
mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pelayanan kemasyarakatan guna
menjamin perkembangan dan kemajuan di masa yang akan datang. Selanjutnya
meningkatnya beban tugas kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan
kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah di Kabupaten Muara Enim, perlu membentuk Kota Prabumulih sebagai
daerah otonom. Undang-undang ini menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Prabumulih. Dengan
dibentuknya Kota Prabumulih sebagai daerah otonom, maka memberikan
kewenangan di berbagai urusan pemerintahan, termasuk dalam hal pembentukan
daerah.

VI. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan


Perumahan dan Kawasan Permukiman

Peraturan Pemerintah ini merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-


undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang
diterbitkan dengan tujuan untuk mewujudkan ketertiban dan memberikan kepastian
hukum bagi berbagai pihak terkait dalam melaksanakan tugas dan wewenang serta
hak dan kewajibannya dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman. Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman dapat dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta dan
harus sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh pemerintah.
Dalam menjaga lingkungan hunian, setiap orang wajib melakukan
pemeliharaan rumah yang telah selesai dibangun. Rumah yang belum diserah
terimakan kepada pemilik masih menjadi tanggung jawab pelaku pembangunan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sejak rumah selesai dibangun, dan wajib
dipelihara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Perbaikan rumah
dilakukan dalam bentuk rehabilitasi atau pemugaran. Perbaikan rumah dilakukan
oleh pemilik rumah sendiri sedangkan untuk sarana, prasarana, dan utilitas umum
dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenanganya.

VII. Peraturan Menteri Nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas


Terhadap Perumahan dan Permukiman Kumuh

Dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat


melalui Perumahan dan Permukiman yang sehat, aman, serasi, dan teratur
dibutuhkan peningkatan kualitas terhadap perumahan dan permukiman kumuh.
Pasal 96 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011, menyebutkan bahwa dalam upaya
peningkatan terhadap perumahan dan permukiman kumuh, pemerintah dan/atau
pemerintah daerah menetapkan kebijakan strategis, pola-pola penanganan yang
manusiawi, berbudaya, berkeadilan dan ekonomis.
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan
masyarakat dan meningkatkan kualitas pemukiman agar masyarakat nyaman dan
aman untuk menggunakan tempat tinggalnya. Lalu untuk mencegah dan
menanggulangi pemukiman kumuh, Peraturan Menteri ini menetapkan lokasi-lokasi
yang akan mana berdasarkan prosedurnya diatur dalam Pasal 15, yaitu:
1) Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului
proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah melibatkan peran
masyarakat
2) Proses pendataan dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Identifikasi lokasi
b. Penilaian lokasi
3) Penetapan lokasi dilakukan berdasarkan hasil penilaian lokasi oleh
pemerintah daerah dengan keputusan Bupati/Walikota
4) Penetapan lokasi ditindaklanjuti dengan perencanaan penanganan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota

Identifikasi lokasi adalah mengidentifikasi satu persatu, perumahan dan


permukiman penduduk dengan melihat kondisi kekumuhanya, legalitas tanah, dan
pertimbangan lainnya, ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah setiap wilayahnya.
Pemerintah Daerah wajib bertanggungjawab atas penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman. Langkah selanjutnya adalah peningkatan kualitas terhadap
perumahan dan permukiman kumuh, yang dilakukan dengan cara pemugaran, untuk
memperbaiki atau membangun kembali perumahan dan permukiman kumuh
menjadi layak huni bagi masyarakat. Pemugaran dan peremajaan dilakukan untuk
mengubah kondisi fisik bangunan, sarana maupun prasarana. Apabila kedua hal
tersebut tidak dapat dilakukan, maka untuk mewujudkan kondisi perumahan dan
permukiman layak huni, dapat membangun kembali perumahan dan permukiman.
Setelah memperbaiki dan/atau membangun kembali, langkah selanjutnya adalah
menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan. Dalam
pengelolaanya pemerintah daerah dapat memfasilitasi pemeliharaan dan perbaikan
apabila terjadi kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai