BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATRUAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Hak Asasi Manusia pada dasarnya merupakan hak yang melekat pada setiap
manusia sebagai subyek yang dikaruniai langsung oleh Tuhan, dan setiap orang
wajib dan harus menghormati setiap hak-hak yang ada pada diri setiap orang lain,
begitu juga dengan Negara dan Pemerintah. Negara dan Pemerintah berkewajiban
untuk menghormati dan melindungi serta memenuhi (to respect, to protect, to fulfill)
segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap warga negaranya. Selanjutnya pada
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai Hak Asasi Manusia, menyatakan
bahwa:
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia”.
Pada undang-undang ini, di Pasal 40, mengatur bahwa:
“Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan layak”
Dari aturan tersebut telah mengamanatkan bahwa Pemerintah, wajib untuk
menjamin, melindungi, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap warga negara
untuk memiliki tempat tinggal serta berkehidupan yang layak. Untuk melaksanakan
amanat tersebut pemerintah harus memperhatikan segala peraturan mengenai
permukiman serta perumahan, dimana dengan terdapatnya pengaturan yang
demikian dapat diharapkan terciptanya keadilan dalam menyelenggarakan sistem
tempat tinggal yang layak bagi setiap masyarakat.
Dengan tujuan yang dari Undang-undang ini yang diatur dalam Pasal 3 huruf
f, bahwa salah satu tujuan dari dibentuknya Undang-undang ini adalah untuk
memberikan jaminan akan terwujudnya rumah yang layak huni serta terjangkau,
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutnya. Hal tersebut sulit terwujud jika masih terdapatnya perumahan serta
permukiman kumuh, karena tidak bersesuaian dengan amanat Pasal 3 huruf f.
Permukiman Kumuh merupakan permukiman yang tidak layak huni karena ketidak
teraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, kualitas bangunan
serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat (Pasal 1 angka 13).
Pada Undang-undang ini juga diatur kewenangan pemerintah kabupaten/kota
yang terkait dengan perumahan dan permukiman kumuh diantaranya, yaitu (Pasal
18):
1. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota
2. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota bersama
DPRD
3. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota
4. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan dan permukiman
kumuh pada tingkat kabupaten/kota
Pada Undang-undang ini pada Pasal 9 Ayat (1) urusan pemerintahan dibagi
atas Urusan Absolut yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, urusan
pemerintahan konkuren yang dibagi antara Pemerintah Pusat, dan urusan
Pemerintahan umum. Ayat (2) menyebutkan Urusan pemerintahan absolut adalah
urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
Ayat (3) menentukan urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan
yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi, dan Daerah kabupaten/kota.
Ayat (4) menyebutkan urusan pemerintahan konkuren diserahkan ke daerah menjadi
dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Ayat (5) menyebutkan urusan pemerintahan
umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai
kepala pemerintahan. Pada urusan pemerintahan konkuren, (Pasal 11 Ayat (1))
yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan
Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib (Ayat (2)) terdiri atas
urusan pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Urusan Pemerintahan
Wajib (Pasal 12 Ayat (1)) meliputi salah satunya adalah pada huruf d, perumahan
rakyat dan kawasan permukiman.
Kewenangan dari pemerintah daerah dalam membuat kebijakanya daerahnya
diatur pada pasal 17. Ayat (1), daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Ayat
(2), daerah dalam menetapkan kebijakan daerah, wajib berpedoman pada norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Selanjutnya juga diatur pada Pasal 236 Ayat (1), untuk menyelenggarakan otonomi
daerah dan tugas pembantuan, daerah membentuk perda.