Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

1. INDONESIA

a. PERATURAN MENGENAI PENEGAKAN KETERTIBAN DAN


KEAMANAN, KESEHATAN, DAN KESOPANAN, DENGAN
MENGGUNAKAN ATURAN TINGKAH LAKU BAGI WARGA NEGARA
YANG DITEGAKAN DAN DITENTUKAN LEBIH LANJUT OLEH
PEMERINTAH
1. Ketertiban dan Keamanan nasional diatur dalam UU Nomor 2 tahun 2002 tentang
kepolisian negara republik indonesia pada bagian menimbang point b ditegaskan :
Bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi
kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh
kepolisian negara republik indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pasal 1 point 5 juga menjelaskan :
Kemanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai
salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka
tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan
tegaknya hukum, serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam
menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk
– bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
2. Dalam perauran mengenai kesehatan diatur dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, pasal 4 menegaskan “setiap orang berhak atas kesehatan”.
Pasal 14 “ pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggaraka,
membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau
oleh masyarakat.

b. PERATURAN YANG DITUNJUKAN UNTUK MEMBERIKAN JAMINAN


SOSIAL BAGI RAKYAT
Dalam pengaturannya jaminan sosial masyarakat diatur dalam UU Nomor 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Pasal 1 angka 1dan 2 UU Nomor 40 tahun 2004 tentang
sistem jaminan sosial nasional dijelaskan bahwa angka :1

1. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak
2. Sistem jaminan sosial nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan
sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.

Pasal 4 Undang – unang nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional, sistem
jaminan sosial nasional diselenggarakan berdasarkan prinsip :

a) Kegotong – royongan
b) Nirlaba
c) Keterbukaan
d) Kehati – hatian
e) Akuntabilitas
f) Portabilitas
g) Kepersertaan bersifat wajib
h) Dana amanat dan;
i) Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan untuk pengembangan program
dan untuk sebesar – besar kepentingan peserta.
c. PERATURAN – PERATURAN MENGENAI TATA RUANG YANG
DITERAPKAN PEMERINTAH

Pengaturan mengenai tata ruang yang diterapkan oleh pemerintah diatur dalam UU No.
26 tahun 2007 tentang pentaan ruang.

Untuk keperluan praktis undang – undang ini juga disebut undang – undang penataan
ruang, disingkat UUPR. Undang undang inilah yang mengatur penataan ruang ( PR ) dewasa ini
denga tetap memperhatikan ketentuan peralihannya, UUPR ini ternyata juga tetap membagi
habis ruang wilayah nasional kedalam dua peruntukan pokok seperti UUPRL, yaitu kawasan
lindung dan kawasan budi daya. Pembagian ini merupakan arah atau kebijakan yang harus
1
Undang – Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
diikuti dalam setiap RT/RW, baik nasional, provinsi, maupun RT/RW kabupaten/ kota diseluruh
wilayah Negara RI.2

Adapun dasar pemikiran yang mendasari UUPR ini antara lain, bahwa ruang lingkup
wilayah Negara kesatuan RI perlu ditingkatkan pengeloaannya secara bijaksana, bedaya guna,
dan berhasil guna dengan pedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah
nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan
soeial sesuai dengan landasan konstitusional UUD NRI tahun 1945 ( Konsiderans “menimbang”
UUPR hurf a ).3

d. PERATURAN – PERATURAN YANG BERKAIATAN DENGAN TUGAS –


TUGAS PEMERLIHARAAN DARI PEMERINTAH TERMASUK BANTUAN
TERHADAP AKTIVITTAS SWASTA DALAM RANGKA PELAYANAN
UMUM
e. PERATURAN – PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN
PEMUNGUTAN PAJAK

Dasar hukum pemungutan pajak dalam pasal 23 ayat (2) undang – undang dasar 1945,
segala pajak untuk kegunaan kas Negara berdasarkan undang – undang. Di Indonesia, pasal 23
ayat (2) ini mempunyai arti yang sangat dalam, yaitu sangat menentukan nasib rakyat. Memori
penjelasannya mengatakan : betapa caranya rakyat, sebagai bangsa akan hidup dan dari mana
didapatnya belanja untuk hidup, harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan
dewan perwakilan rakyat. Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga cara hidupnya.
Oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka
segala tindakan yang menetapkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain – lain, harus
ditetapkan dengan undang – undang, yaitu dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat.
Demikian halnya dengan sudah menjadi kezaliman ( karena keharusan ) dinegara hukum.4

f. PERATURAN – PERATURAN MENGENAI PERLINDUNGAN HAK DAN


KEPENTINGAN WARGA NEGARA TERHADAP PEMERINTAH

2
A.M. Yunus Wahid. “Pengantar Hukum Tata Ruang”. Jakarta : Kencana 2014. hlm. 154
3
Ibid., hlm. 155
4
Adrien Sutedi. “Hukum Pajak”. Jakarta : Sinar Grafika. 2013. hlm. 25
g. PERATURAN – PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENEGAKAN
HUKUM ADMINISTRASI

Dalam penegakan hukum administrasi dikenal penegakan huku preventif dan penegakan
hukum represif. Penegakan hukum preventif merupakan serangkaian upaya tidakan yang
dimaksudkan sebagai pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran atau penyimpangan ketentuan
yang ada. Penegakan preventif dapat dilakukan dengan memberikan bekal pemahaman dan
kesadaran bagi masyarakat maupun pihak yang berkaitan dengan masalah perizinan agar
memahami apa yang diinginkan oleh pembuat peraturan perundang – undangan. Sedangkan
penegakan hukum represif dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran hukum represif dilakukan
apabila telah terjadi pelanggaran hukum, khususnya menyagkut soal perizinan.5

Pelanggaran dibidang perizinan bentuknya bermacam – macam yang pada umunya sudah
secara definitif tercantum dalam peratutan perundang – undangan yang menjadi dasarnya. Sanksi
administrasi yang dapat dikenakan terhadap pelanggaran – pelanggaran peizinan ada beberapa
macam yaitu, paksaan pemerintah, penarikan kembali keputusan yang menguntungkan,
pengenaan uang paksa oleh pemerintah, pengenaan denda adminisntrarif.6

h. PERATURAN – PERATURAN MENGENAI PENGAWASAN ORGAN


PEMERINTAHAN YANG LEBIH TINGGI TERHADAP ORGAN YANG
LEBIH RENDAH
i. PERATURAN – PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN HUKUM
PEGAWAI PEMERINTAHAN

5
Primastuti Sari Anggraeni. Jurnal “Penegakan Hukum Adminstrasi Terhadap Pelanggaran Ketentuan Izin
Mendirikan Bangunan Untuk Kegiatan Usaha DiKabupaten Klaten”. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2017. hal. 2
6
Op.cit. Ivan Fauzani. hal. 40

Anda mungkin juga menyukai