PEMBAHASAN
1. INDONESIA
1. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak
2. Sistem jaminan sosial nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan
sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Pasal 4 Undang – unang nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional, sistem
jaminan sosial nasional diselenggarakan berdasarkan prinsip :
a) Kegotong – royongan
b) Nirlaba
c) Keterbukaan
d) Kehati – hatian
e) Akuntabilitas
f) Portabilitas
g) Kepersertaan bersifat wajib
h) Dana amanat dan;
i) Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan untuk pengembangan program
dan untuk sebesar – besar kepentingan peserta.
c. PERATURAN – PERATURAN MENGENAI TATA RUANG YANG
DITERAPKAN PEMERINTAH
Pengaturan mengenai tata ruang yang diterapkan oleh pemerintah diatur dalam UU No.
26 tahun 2007 tentang pentaan ruang.
Untuk keperluan praktis undang – undang ini juga disebut undang – undang penataan
ruang, disingkat UUPR. Undang undang inilah yang mengatur penataan ruang ( PR ) dewasa ini
denga tetap memperhatikan ketentuan peralihannya, UUPR ini ternyata juga tetap membagi
habis ruang wilayah nasional kedalam dua peruntukan pokok seperti UUPRL, yaitu kawasan
lindung dan kawasan budi daya. Pembagian ini merupakan arah atau kebijakan yang harus
1
Undang – Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
diikuti dalam setiap RT/RW, baik nasional, provinsi, maupun RT/RW kabupaten/ kota diseluruh
wilayah Negara RI.2
Adapun dasar pemikiran yang mendasari UUPR ini antara lain, bahwa ruang lingkup
wilayah Negara kesatuan RI perlu ditingkatkan pengeloaannya secara bijaksana, bedaya guna,
dan berhasil guna dengan pedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah
nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan
soeial sesuai dengan landasan konstitusional UUD NRI tahun 1945 ( Konsiderans “menimbang”
UUPR hurf a ).3
Dasar hukum pemungutan pajak dalam pasal 23 ayat (2) undang – undang dasar 1945,
segala pajak untuk kegunaan kas Negara berdasarkan undang – undang. Di Indonesia, pasal 23
ayat (2) ini mempunyai arti yang sangat dalam, yaitu sangat menentukan nasib rakyat. Memori
penjelasannya mengatakan : betapa caranya rakyat, sebagai bangsa akan hidup dan dari mana
didapatnya belanja untuk hidup, harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan
dewan perwakilan rakyat. Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga cara hidupnya.
Oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka
segala tindakan yang menetapkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain – lain, harus
ditetapkan dengan undang – undang, yaitu dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat.
Demikian halnya dengan sudah menjadi kezaliman ( karena keharusan ) dinegara hukum.4
2
A.M. Yunus Wahid. “Pengantar Hukum Tata Ruang”. Jakarta : Kencana 2014. hlm. 154
3
Ibid., hlm. 155
4
Adrien Sutedi. “Hukum Pajak”. Jakarta : Sinar Grafika. 2013. hlm. 25
g. PERATURAN – PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENEGAKAN
HUKUM ADMINISTRASI
Dalam penegakan hukum administrasi dikenal penegakan huku preventif dan penegakan
hukum represif. Penegakan hukum preventif merupakan serangkaian upaya tidakan yang
dimaksudkan sebagai pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran atau penyimpangan ketentuan
yang ada. Penegakan preventif dapat dilakukan dengan memberikan bekal pemahaman dan
kesadaran bagi masyarakat maupun pihak yang berkaitan dengan masalah perizinan agar
memahami apa yang diinginkan oleh pembuat peraturan perundang – undangan. Sedangkan
penegakan hukum represif dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran hukum represif dilakukan
apabila telah terjadi pelanggaran hukum, khususnya menyagkut soal perizinan.5
Pelanggaran dibidang perizinan bentuknya bermacam – macam yang pada umunya sudah
secara definitif tercantum dalam peratutan perundang – undangan yang menjadi dasarnya. Sanksi
administrasi yang dapat dikenakan terhadap pelanggaran – pelanggaran peizinan ada beberapa
macam yaitu, paksaan pemerintah, penarikan kembali keputusan yang menguntungkan,
pengenaan uang paksa oleh pemerintah, pengenaan denda adminisntrarif.6
5
Primastuti Sari Anggraeni. Jurnal “Penegakan Hukum Adminstrasi Terhadap Pelanggaran Ketentuan Izin
Mendirikan Bangunan Untuk Kegiatan Usaha DiKabupaten Klaten”. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2017. hal. 2
6
Op.cit. Ivan Fauzani. hal. 40