TERKAIT
o Pemerintah Pusat
Dalam konteks pembentukan perundang-undangan di Indonesia, pemerintah pusat
memegang peran yang sangat penting.1 Landasan pemikiran utama adalah bahwa Indonesia
adalah negara hukum,2 yang berarti bahwa semua aspek kehidupan masyarakat, kebangsaan,
dan kenegaraan harus didasarkan pada hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. 3
Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan,4 yang mengatur kewenangan pemerintah pusat dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembentukan perundang-undangan.
Salah satu aspek penting dari Undang-Undang tersebut adalah konsep "carry-over".
Ini berarti jika suatu Rancangan Undang-Undang (RUU) telah melewati tahap pembahasan
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) namun belum selesai, RUU tersebut dapat disampaikan
kepada DPR periode berikutnya. Ini memungkinkan kelanjutan pembahasan RUU yang
belum selesai di masa pemerintahan berikutnya, menghindari kerugian waktu dan sumber
daya yang terbuang akibat harus memulai pembahasan dari awal lagi.5
Selain itu, pemerintah pusat juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan
pemantauan dan peninjauan terhadap undang-undang yang telah disahkan. 6 Tujuannya adalah
untuk mengevaluasi ketercapaian, pemikiran, dan manfaat dari pelaksanaan undang-undang
tersebut. Melalui pemantauan ini, pemerintah pusat dapat mengetahui apakah undang-undang
1
Winda Fitri & Luthfia Hidayah, “PROBLEMATIKA TERKAIT UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA
DI INDONESIA: SUATU KAJIAN PERSPEKTIF PEMBENTUKAN PERUNDANG-UNDANGAN”
(2021) 4 e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha at 730.
2
Fahmiyeni Adriati, NEGARA HUKUM INDONESIA (2021) at 4.
3
Ferry Irawan Febriansyah, “KONSEP PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI INDONESIA” (2016) 21:3 PERSP 220, online:
<http://jurnal-perspektif.org/index.php/perspektif/article/view/586> at 226.
4
Undang-undang (UU) Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, 2019.
5
PrandyALFanggi, Kaharudin, & Chrisdianto Eko Purnomo3\, “KEWENANGAN PEMERINTAH
PUSAT DALAM PENYELENGGARAAN URUSAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN” (2021) 9:4 Nopember2021Jurnal Education and developmentInstitut
Pendidikan Tapanuli Selatan at 779.
6
Undang-undang (UU) Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, supra note 4
at Pasal 95A ayat (1) dan ayat (2).
yang sudah disahkan telah mencapai tujuan yang , dan apakah perlu dilakukan penyesuaian
atau perubahan untuk meningkatkan efektivitasnya.7
Selanjutnya, dalam koordinasi pembentukan peraturan perundang-undangan di
lingkungan pemerintah, pemerintah pusat memainkan peran utama. 8 Koordinasi ini dilakukan
oleh menteri dan kepala lembaga yang mengatur urusan pemerintahan di bidang
pembentukan peraturan perundang-undangan.9 Dengan demikian, pemerintah pusat
memastikan bahwa proses pembentukan peraturan perundang-undangan berjalan efisien dan
sesuai dengan kebutuhan nasional serta arah kebijakan pemerintah. 10 Ini mencerminkan
komitmen pemerintah dalam menjaga ketertiban hukum, memastikan keberlangsungan
pembangunan, dan mengawal pelaksanaan kebijakan secara efektif untuk kepentingan
masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, kewenangan pemerintah pusat dalam
penyusunan Rancangan Undang-Undang dan pembuatan Undang-Undang tidak hanya
mencakup aspek teknis pembentukan undang-undang, tetapi juga melibatkan pemantauan,
evaluasi, dan koordinasi yang menyeluruh untuk memastikan bahwa hukum yang dihasilkan
sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum dan melayani kepentingan masyarakat serta
pembangunan nasional secara optimal.
Pasal 9 ayat (2) dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 201411 menegaskan bahwa
urusan pemerintahan absolut merupakan bidang yang secara eksklusif menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat. Di dalam lingkup ini, tercakuplah aspek politik luar negeri, pertahanan dan
keamanan, yustisi, moneter, fiskal, dan agama. Dalam proses pembentukan undang-undang,
pemerintah pusat memegang peran yang dominan dalam mengatur isu-isu yang termasuk
dalam cakupan urusan pemerintahan absolut ini. 12 Dengan demikian, tanggung jawab
pembentukan undang-undang yang terkait dengan politik luar negeri, pertahanan dan
keamanan, yustisi, moneter, fiskal, dan agama sepenuhnya berada di bawah kendali
7
Ani Sri Rahayu, Pengantar Pemerintahan Daerah: Kajian Teori, Hukum dan Aplikasinya
(Jakarta, Indonesia: Sinar Grafika, 2022) at 21.
8
Susunan Dewan Redaksi, “PRODIGY JURNAL PERUNDANG-UNDANGAN” (2023) 11:2 Jurnal
Prodigy at 150.
9
Undang-undang (UU) Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
2022 at Pasal 21 ayat (4).
10
Eka Nam Sihombing, Problematika Penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah
(2018) at 289.
11
Undang-undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, 2014 at Pasal
9 ayat (2).
12
Dudung Abdullah, “Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah” (2016) 1:1
pst 83, online: <https://journal.unsika.ac.id/index.php/positum/article/view/501> at 96.
pemerintah pusat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam konteks legislasi, otoritas pemerintah
pusat memiliki kekuatan yang signifikan untuk mengatur dan mengambil keputusan dalam
bidang-bidang yang bersifat strategis dan fundamental bagi negara secara keseluruhan.
UUD 1945
Sinkronisasi Peraturan Perundang-Undangan
Salah satu sektor yang memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan tersebut
adalah sektor pertanian, termasuk dalam hal ini pertembakauan. Pertembakauan di Indonesia
dianggap memiliki keunggulan komparatif dalam produk non-migas. Oleh karena itu,
perlindungan dan pengembangan sektor pertembakauan harus disinkronkan dengan prinsip-
prinsip yang tertuang dalam UUD 1945. Hal ini mencakup upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor pertembakauan, termasuk pemberian
perhatian dan jaminan perlindungan sesuai dengan amanat UUD 1945 tentang melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum.
Dengan demikian, pembahasan mengenai pengembangan dan perlindungan pertembakauan
13
Jimly Asshiddiqie & Muchamad Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang hukum (Jakarta:
Konstitusi Press dengan PT Syaamil Cipta Media, 2006) at 111.
14
Kelsen, Hans, General Theory of Norms / Hans Kelsen (New York: Oxford Univesity Press,
1991) at 96.
15
Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, Paradigma rasional dalam ilmu hukum: basis
epistemologis pure theory of law Hans Kelsen (Bantul: Genta Publishing, 2014) at 62.
16
Widodo Ekatjahjana, Pembentukan peraturan perundang-undangan: dasar-dasar dan
teknik penyusunannya, cet. 1 ed (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008).
perlu diselaraskan dengan prinsip-prinsip dasar yang tercantum dalam UUD 1945, untuk
memastikan tercapainya tujuan pembangunan nasional yang adil, makmur, dan sejahtera bagi
seluruh rakyat Indonesia.
19
Undang-undang (UU) Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, 2014 at Pasal 1 angka
(1).
20
Ibid at Pasal 1 angka (2).
21
Ibid at Pasal 1 angka (3).
22
Ibid at Pasal 3.
Melui Perancangan Undang Undang tentang Pengembangan dan Perlindungan
Pertembakauan dipastkan dapat memberikan perlindungan yang lebih spesifik kepada
perkebunan tembakau, yang merupakan bagian dari perkebunan secara umum. Dengan
adanya rancangan undang-undang tersebut, dipastikan bahwasannya akan ada payung hukum
yang lebih spesifik yang mengatur tentang pengembangan dan perlindungan perkebunan
tembakau, termasuk dalam hal manajemen, pengawasan, dan perlindungan terhadap petani
tembakau. Rancangan Undang Undang tentang Pengembangan dan Perlindungan
Pertembakauan dapat menjadi instrumen yang lebih fokus dalam memberikan perlindungan
terhadap petani tembakau serta mengatur secara khusus tentang peningkatan kesejahteraan
dan keberlanjutan perkebunan tembakau di Indonesia, dengan memperhitungkan karakteristik
dan kebutuhan khusus dari sektor ini.
23
Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian
Berkelanjutan, 2019.
24
Ibid at Pasal 4; 5; 6; 8; 11; 102; 104.
tembakau. Dengan fokus pada pertembakauan, naskah akademik ini dapat mengatur dengan
lebih rinci mengenai aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan budidaya tembakau,
termasuk pengaturan harga, pengelolaan risiko, akses terhadap sumber daya, dan upaya-
upaya lain yang mendukung keberlangsungan usaha petani tembakau secara khusus. Dengan
demikian, sementara Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 Tentang Sistem Budi Daya
Pertanian Berkelanjutan memberikan kerangka kerja umum untuk pengembangan pertanian
secara berkelanjutan, Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan Perlindungan
Pertembakauan dapat memberikan perlindungan yang lebih spesifik dan terfokus bagi petani
tembakau, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan usaha mereka.
25
Undang-undang (UU) Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani, 2013 at Pasal 7 ayat (2).
26
Ibid at Pasal 7 ayat (3).
demikian, melalui peraturan yang lebih khusus ini, perlindungan dan pemberdayaan petani
tembakau dapat dijamin dengan lebih baik dan terfokus.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor
11 Tahun 1995 tentang Cukai., 1995.
Undang-undang (UU) Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
2022.
Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian
Berkelanjutan, 2019.
Ani Sri Rahayu, Pengantar Pemerintahan Daerah: Kajian Teori, Hukum dan Aplikasinya
(Jakarta, Indonesia: Sinar Grafika, 2022).
Asshiddiqie, Jimly & Muchamad Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang hukum (Jakarta:
Konstitusi Press dengan PT Syaamil Cipta Media, 2006).
Dimyati, Khudzaifah & Kelik Wardiono, Paradigma rasional dalam ilmu hukum: basis
epistemologis pure theory of law Hans Kelsen (Bantul: Genta Publishing, 2014).
Kelsen, Hans, General Theory of Norms / Hans Kelsen (New York: Oxford Univesity Press,
1991).
Abdullah, Dudung, “Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah” (2016) 1:1 pst
83, online: <https://journal.unsika.ac.id/index.php/positum/article/view/501>.
Febriansyah, Ferry Irawan, “KONSEP PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI INDONESIA” (2016) 21:3 PERSP 220, online: <http://jurnal-
perspektif.org/index.php/perspektif/article/view/586>.