Anda di halaman 1dari 20

BLOK KTPI Laporan Problem Based

Learning

PTYRIASIS VERSICOLOR

Disusun Oleh :

KELOMPOK II

Tutor :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
Kelompok Penyusun:
Kelompok 2

Nama Ketua : Alexandro Hursepuny 201483035


Sekretarsi I : Priskilia R G.Habel 201383029
Sekretaris II : Juliana Mahulette 201483015

Anggota :
1. Lorina W. Aitameru 201283031
2. Mathilda I. Uniplaita 201383065
3. Evan C. Oetama 201483023
4. Marissa H. Mahmud 201483038
5. Chindyria Y. Ihalauw 201483048
6. Rahmawati N. Borut 201483058

SKENARIO 1
Bercak putih pada kulit
Anak usia 16 tahun datang dengan orang tua. Keluhan timbul bercak putih yang
semakin besar di bagian atas dada dan meluas ke perut dan lengan atas. Pasien
mengaku gatal ringan di bagian tersebut terutama jika berkeringat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan makula hipopigmentasi disertai skuama yang tersebar dibagian dada
dan perut

STEP I
( Identifikasi Kata Sukar )
1. Makula hipopigmentasi
Merupakan jenis efloresensi primer yaitu kelainan kulit berupa perubahan
warna semata-mata
2. Skuama
merupakan jenis efloresensi sekunder yaitu lapisan stratum korneum yang
terlepas dari kulit

( Identifikasi Kalimat Kunci )


1. Anak usia 16 tahun
2. Keluhan timbul bercak putih
3. semakin besar di bagian atas dada dan meluas ke perut dan lengan atas.
4. gatal ringan di bagian tersebut terutama jika berkeringat.
5. Pada pemeriksaan fisik ditemukan makula hipopigmentasi
6. disertai skuama yang tersebar dibagian dada dan perut

STEP II
( Identifikasi Masalah )
1. Bagaimanakah edukasi pada pasien ?
2. Jelaskan patomekanisme macula hipopigmentasi ?
3. Jelaskan DD yang sesusai dengan skenario ?
4. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien tersebut ?
5. Jelaskan alur penegakan diagnosis >
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang sesuai kasus diatas ?
7. Bagaimana prognosis sesuai kasus diatas ?
8. Apa saja faktor resiko ?

STEP III
( Hipotesis)
1. Edukasi pada pasien dapat disampaikan pada pasien bebrapa hal berikut ini
yaitu :
- Mandi yang bersih menggunakan sabun sehari dua kali
Setiap hari keringat keluar dari tubuh kita. Keringat ini selain
menyebabkan bau asam, juga meningkatkan kelembaban tubuh. Dan
dalam keadaan seperti ini panu akan mudah sekali tumbuh. Dengan mandi
kebersihan dan kelembaban tubuh dapat berkurang, sehingga jamur panu
sulit tumbuh
- Jangan bertukar pakaian dengan orang yang panuan
Panu adalah penyakit menular, panu mudah menempel pada pakaian.
Dengan bertukar pakaian dengan penderita penyakit panu, memungkinkan
terjadinya penularan penyakit yang memalukan ini. Kebiasaan mengganti
baju setiap hari dan selalu menjaga baju kita agar tetap kering wajib
hukumnya, sebab baju yang berkeringat akan menciptakan kelembaban
yang tinggi pada daerah badan dan punggung dan bisa menjadi tempat
yang cocok bagi jamur untuk tumbuh.
- Menggunakan handuk
bercak keputihan ini bisa muncul jika kita bertukaran handuk dengan
mereka yang menderita infeksi jamur ini, sebab pada prinsipnya infeksi
jamur bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya melalui alat
sanitasi yang digunakan bersama-sama, terlebih lagi jika handuk itu
lembab dan basah karena tidak pernah dijemur atau dicuci.
- Sering mengganti pakaian bila berkeringat
- Menggunakan bedak antijamur
- Perhatikan personal hygiene dan nutrisi yang baik
- Hindari paparan detergen bahan fenol

2. patomekanisme macula hipopigmentasi yaitu berawala dari penurunan sistem


imun sehingga Meskipun merupakan bagian dari flora normal, M furfur dapat
juga menjadi patogen yang oportunistik. panu merupakan penyakit kulit yang
tidak berbahaya (benign skin disease) yang menyebabkan papula atau makula
bersisik pada kulit. Sebagaimana namanya, tinea versikolor,
(versi berarti beberapa) kondisi yang ada dapat memicu terjadinya perubahan
warna (discoloration) pada kulit, berkisar dari putih menjadi merah menjadi
coklat. Keadaan ini tidak menular karena patogen jamur kausatif (causative
fungal pathogen) merupakan penghuni normal pada kulit. Kulit penderita
panu dapat mengalami hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Pada kasus
hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase [hasil dari aksi/kerja
inhibitortyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi
beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak di
permukaan kulit] secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari
pembentukan pigmenmelanocyte. Pada kasus panu dengan makula
hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang dibuat oleh
melanosit di lapisan basal epidermis. Perubahan bentuk Malassezia dari
blastospora menjadi miselium dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi.
Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada
lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis
dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada
organisme (Malassezia).
3. DD yang sesusai dengan skenario Penyakit ini harus di bedakan dengan :

- Dermatitis seboroika : Kelainan kulit berupa eritema dan skuama yang


berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas.
Predileksinya pada daerah yang berambut, karena banyak kelenjar
sebasea, yaitu kulit kepala, retroaurikkula, alis mata, bulu mata, sulkus
nasolabialis, telinga, leher, dada, daerah lipatan, aksila, inguinal, glutea,
dibawah buah dada.
- Eritrasma : Lesi berupa eritema dan skuama halus terutama pada daerah
ketiak dan lipatran paha. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood lesi
terlihat berfluoresensi merah membara (coral red fluorescence) di
sebabkan oleh terdapatnya koproporfirin III pada lesi. Organisme yang
terlihat pada sediaan langsung sebagai batang pendek halus, bercabang,
berdiameter 1 u atau kurang, yang mudah putus sebagai bentuk basil kecil
atau difteroid.
- Morbus Hansen : terdapat hipopigmentasi/eritema dengan distribusi yang
tidak simetris dan hilangnya sensasi yang jelas pada daerah lesi
(kehilangan sensoris/anastesia karena menyerang susunan saraf tepi).
- Pitiriasis alba : Sering di jumpai pada anak-anak berumur 3-16 tahun (30-
40%). Lesi berbentuk bulat, oval atau plakat yang tidak beraturan. Warna
merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama halus. Setelah eritema
hilang, lesi yang dijumpai hannya depigmentasi dengan skuama halus.
Bercak biasanya multipel 4 sampai 20 dengan diameter antara -2 cm.
Pada anak-anak lokasi kelainan pada muka (50-60%), paling sering
disekitar mulut, dagu, pipi, serta dahi. Umunya lesi bersifat asimtomatik,
meskipun kadang-kadang penderita mengeluhkan panas atau gatal.
- Vitiligo : Kelainan ini berupa makula berwarna putih (hipopigmentasi)
yang hipomelanotik di daerah terbuka misalnya muka, punggung, tangan.
Makula mempunyai gambaran konveks dan bertambah secara teratur.
Gejala subyektif tidak ada, tetapi dapat timbul rasa panas pada lesi

4. Penatalaksanaan pada pasien diatas yaitu sebagai berikut :


Pengobatan infeksi jamur pitiriasis versikolor ada dua jenis, bisa dilakukan
secara topikal dan sistemis. Lesi yang minimal biasanya menggunakan tipe
pengobatan jenis topikal.
Pengobatan jenis topikal yaitu: Ketokonazol shampoo , Selenium
sulfat , Larutan natrium tiosulfit , Imdzole krim , Bedak kocok sulfur
presipitatum
Pengobatan jenis sistemik yaitu: Ketokonazole Dosis: 200Mg setiap
hari selama sepuluh haridan sebagai dosis tunggal 400Mg ,
Intracoazole Dosis: 200Mg setiap hari selama tujuh hari ,
Fluconazole Dosis: 200Mg setiap hari selam tujuh hari
5. Alur penegakan diagnosis pasien dengan kasus diatas yaitu sebagai berikut
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan atas gambaran klinis, pemeriksaan
fluoresensi, lesi kulit dengan lampu Wood, dan sedian langsung.
Berikut ini adalah beberpa pertanyaan yang ditanyakan terkait dengan keluhan
yang dirasakan oleh pasien
- Menanyakan identitas pasien
- Menanyakan keluhan utama pasien
Keluhan utama pada pasien yaitu keluhan yang saat ini terlihat nyata dan
dirasakan oleh pasien. Pada pasien keluhan utama meliputi keluhan seperti
: Pasien datang dengan keluhan apa ? Keluhan dirasakan pada daerah
mana ? Onset dari keluhan ?
- Menanyakan keluhan penyerta pasien
Keluhan penyerta pada pasien yaitu berbagai keluhan yang muncul
bersama-sama dengan keluhan utama pasien datang ke dokter. Pada pasien
keluhan utama meliputi keluhan seperti Apakah disertai rasa gatal , panas ,
nyeri atau demam pada pasien ? Bagaimana penyebaran keluhan yang
dialami pasien?
- Menanyakan riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu memiliki hubungan dengan riwayat penyakit
sekarang yang dialami pasien. Menanyakan pada pasien apakah pasien
pernah menderita hal seperti ini sebelumnya atau tidak ?
- Menanyakan pola hidup pasien
- Menanyakan riwayat pengobatan pasien
- Menanyakan riwayat penyakit keluarga pasien
Pemeriksaan fisik
- Pada inspeksi dokter dapat mengamati lokasi , distribusi lesi , jenis dan
bentuk , ukuran , batas , susunan serta penjalaran lesi.
6. pemeriksaan penunjang sesuai kasus diatas yaitu

- Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20%.

Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit


yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan, lalu dikerok dengan
skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril
pula atau ditempel pada selotip. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa
langsung dengan KOH 10% yang diberi tinta Parker biru hitam atau biru
laktofenol, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan
diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka
kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-
jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat yang dikenal dengan hifa. Pada
pitiriasis versikolor hifa tampak pendek-pendek, lurus atau bengkok
dengan banyak spora bergero ombol sehingga sering disebut dengan
gambaran spaghetti and meatballs
- Pemeriksaan dengan sinar wood
Dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga
batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan
memperlihatkan fluoresensi warna kuning keemasan sampai orange.
Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melihat dengan lebih jelas
perubaha pigmentasi yang menyertai kelainan ini.

7. prognosis sesuai kasus diatas yaitu Prognosis penyakit ini umumnya baik,
namun perjalanan penyakit yang umumnya berlangsung kronik dan hilang
timbul serta bila tidak diobati lesi akan menetap dan meluas. Respon terhadap
pengobatan umunya baik, tetapi pengobatan yang bersifat permanent sukar
dicapai, karean penyakit ini mempunyai kekambuhan yang tinggi. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang pada umumnya sulit
dieliminasi
8. faktor resiko terjadinya keluahan yaitu sebagai berikut
- faktor utama disebabkan oleh jamur Malasezia furfur akiabat tidak
seimbangnya atara host dan flora jamur tersebut. Ada beberapa faktor
yang berkontribusi menganggu keseimbangan tersebut. Diketahui
beberapa spesies malassezia berubah menjadi mycelial dan memeliki
tingkat yang lebih besar. Beberapa keluarga dengan riwayat positif terkena
pitiriasis versikolor lebih sering terkena penyakit tersebut, hal ini belum
diketahui karena genetik atau disebabkan faktor resiko paparan yang
semakin besar dari M. furfur.
- Faktor predisposisi yang mempengaruhi antara lain
Produksi sebum
Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea akan
mempengaruhi pertumbuhan berlebihan dari organisme bersifat
lipofilik ini.
Produksi Keringat
Orang dengan hiperhidrosis mempunyai kecenderugan untuk
terjadi pertumbuhan jamur ini. Startum korneum akan melunak
pada keadaan yang basah dan lembab sehingga mudah dimasuki
M. furfur.
Malnutrisi
Kekurangan beberapa zat gizi akan memudahkan pertumbuhan
jamur oportunis.
Faktor immunologi
Insiden infeksi jamur meningkat pada sejumlah penderita dengan
penekanan sistem imun misalnya pada penderita kanker,
transplantasi ginjal dan HIV/AIDS serta dapat terjadi pada
penderita penyakit cushing.
Bahan topikal dan sistemik
Pemakaian bahan topikal yang mengandung minyak dapat menyebabkan
oklusi terhadap saluran kelenjar sebum sehingga memudahkan
pertumbuhan M. furfur pada tempat tersebut. Beberapa obat-obatan
sistemik seperti antibiotika, steroid kontrasepsi oral dan obat-obatan
immunosupresan merupakan faktor yang mempermudah pertumbuhan
berlebih dari jamur peyebab.
STEP IV
( Mind Mapping )
STEP V
( Learning Objectives )
1. Mahasiswa mampu menjelaskaan Diagnosis Banding sesuai skenario
2. Mahasiswa mampu menjelaskan alur penegakan diagnosis
3. Mahasiswa mamou menjelaskan penatalaksanaan sesuai kasus
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan promotif , preventif dan edukasi pada
pasien
5. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemberian kortikosteroid topical dan
sistemik

STEP VI
( Belajar Mandiri )

STEP VII
( Diskusi Hasil Belajar Mandiri )
1. Alur Penegakan Diagnosis

Diagnosis penyakit kulit biasanya ditegakan berdasarkan hasil ananmnesis dan


gambaran klinis lesi kulit. Pada kasus-kasus penyakit kulit tertentu , dibutuhkan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsy
histopatologi dengan tujuan untuk mengetahui diagnosis pasti penyakit kulit tersebut
dan untuk menghilangan diagnosis banding dengan keluhan yang sama pada pasien.
Untuk menegakan diagnosis pada penyakit kulit dibagi menjadi beberapa tahapan
yaitu : Anamnesis , Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.
1. Anamnesis
Anamnesis yang baik merupakan tiang utama diagnosis. Berikut ini adalah
beberpa pertanyaan yang ditanyakan terkait dengan keluhan yang dirasakan
oleh pasien
a. Menanyakan identitas pasien
Merupakan data identitas pasien (nama , umur , jenis kelamin , alamat ,
pekerjaan dll). Hal hal ini perlu ditanyakan karena misalnya terdapat
pengaruh umur terhadap insidensi penyakit kulit yang dapat dilihat pada
kasus ptyriasis versicolor yang banyak diderita pada usia sekitar 15-40
tahun.
b. Menanyakan keluhan utama pasien
Keluhan utama pada pasien yaitu keluhan yang saat ini terlihat nyata dan
dirasakan oleh pasien. Pada pasien keluhan utama meliputi keluhan seperti
- Pasien datang dengan keluhan apa ?
- Keluhan dirasakan pada daerah mana ?
- Onset dari keluhan ?
c. Menanyakan keluhan penyerta pasien
Keluhan penyerta pada pasien yaitu berbagai keluhan yang muncul
bersama-sama dengan keluhan utama pasien datang ke dokter. Pada pasien
keluhan utama meliputi keluhan seperti
- Apakah disertai rasa gatal , panas , nyeri atau demam pada pasien ?
- Bagaimana penyebaran keluhan yang dialami pasien?

d. Menanyakan riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit dahulu memiliki hubungan dengan riwayat penyakit
sekarang yang dialami pasien. Menanyakan pada pasien apakah pasien
pernah menderita hal seperti ini sebelumnya atau tidak ?
e. Menanyakan pola hidup pasien
Dokter menggali informasi mengenai kebiasaan hidup pasien yang
mungkin memiliki hubungan dengan penyakit kulit yang diderita pasien.
Seperti
- Bagaimana pola makan pasien?
- Bagaimana pola pemakaian kosmetik pada pasien ? apakah sering atau
sering bergantii-ganti merek kosmetik?
Hal ini karena pada beberapa penyakit kulit dapat menjadi faktor
penyebab timbulnya penyakit kulit tersebut
- Bagaimana pola kebersihan pasien ? seperti mencuci wajah setelah
bepergian atau mencui wajah setelah menggunakan make up?
f. Menanyakan riwayat pengobatan pasien
Hal ini sangat diperlukan karena pemakaian beberapa jenis obat seperti
golongan kortikostreroid dapat menjadi faktor predsposisi terjadinya
penyakit kulit
g. Menanyakan riwayat penyakit keluarga pasien
Riwayat penyakit yang sama yang diderita oleh keluarga besar juga
merupakan faktor yang dapat menjadi faktor penyebab dan beresiko lebih
terkena penyakit kulit tersebut
2. Pemeriksaan fisik
Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan pendekatan yang baik terhadap
pasien. Berikan penjelasan pada pasien mengapa harus dilakukan pemeriksaan
seluruh permukaan tubuh padahal yang dikeluhkan hanya bagian yang
diperlihatka oleh pasien hal itu karena pada kulit sering terjadi penyebaran lesi
yang tidak diketahui oleh pasien. Atas ijin pasien (inform consent) , dilakukan
pemeriksaan secara etis dan lege artis , sebagai pendamping atau saksi dapat
dihadirkan paramedis atau keluarga pasien. Pada waktu memeriksa kelainan
kulit diperlukan cahaya dan penyinaran yang baik.
Pada inspeksi dokter dapat mengamati lokasi , distribusi lesi , jenis dan bentuk
, ukuran , batas , susunan serta penjalaran lesi.
Berdasarakan skenario dapat bercak putih yang semakin besar dibagian atas
dada dan meluas ke perut dan lengan atas . serta dapat ditemukan juga
hipopigmentasi disertai skuama yang tersebar dibagian dada dan perut.

Palpasi pada kulit dimaksudkan untuk menilai keadaaan kulit , warna atu tipe kulit ,
kondisi kulit misalnya lembab , kering atau kasar , berbenjol-benjol, verukosa (kasar
dan tajam) seperti parutan , suhu kulit dan konsistensi serta adanya rasa nyeri pada
keluhan pasien atau tidak. Ketepatan diagnosis klinis perlu ditunjang pemeriksaan
diagnosis laboratorium

3. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu sebagai
berikut :
- Pemeriksaan dengan lampu wood
Pemeriksaan ini dilakukan dikamar atau ruangan yang gelap sehigga
metode ini klinisi harus mempersiapkan ruangan yang sesuai beserta
lampu wood yang akan digunakan untuk mendiagnosis pasien. Hasil
dari pemeriksaan ini kulit yang terkena pitiriasis versikolor akan
berfluoresensi menjadi kuning keemasan Fluoresensi ini dapat
menunjukkan batas lesi yang terlihat jelas, sehingga kita bisa
mengetahui luas lesi, selain itu dapat juga dipakai untuk evaluasi
pegobatan yang sebelumnya.
- Pemeriksaan sediaan langsung degan mikroskop cahaya
Preparat sediaan dibuat dari kerokan skuama pada lesi yang diletakkan
pada objek glass yang ditetesi dengan larutan KOH 20% sebanyak 1-2
tetes, kemudian ditutup dengan gelas penutup dan didiamkan selama
15-20 menit agar epitel kulit melarut. Setelah sediaan siap, kemudian
dilaksanakan pemeriksaan menggunakan mikroskop cahaya dengan
pembesaran 10x10, dilanjutkan pembesaran 10x40. Pemeriksaan
menggunakan KOH 10-20% ditemukan hifa pendek tebal 2-5 dan
bersepta, dikelilingi spora berukuran 1-2 gambaran ini khas sphageti
and meatball.

2. Diagnosis Banding

Ptiriasis alba

Defenisi
Bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya. Ditandai
dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta
meninggalkan area yang depigmentasi.

Sinonim
Ptiriasis simpleks, ptiriasis makulata, impetigo sika, impetigo pitiroides.

Etiologi
Menurut pendapat para ahli diduga adanya infeksi streptokokus, tetapi belum dapat
dibuktikan. Atas dasar riwayat penyakit dan distribusi lesi, diduga impetigo dapat
merupakan factor pencetus. Ptiriasis alba juga merupakan manifestasi dermatitis non
spesifik, yang belum diketahui penyebabnya. Sabun dan sinar matahari bukan
merupakan factor yang berpengaruh.

Gejala Klinis
Ptiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%). Lesi
berbentuk bulat, oval atau plakat yang tak teratur. Warna merah muda atau sesuai
dengan warna kulit disertai skuama halus. Setelah eritema menghilang, lesi yang
dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama halus. Pada stadium ini pasien datang
berobat terutama pada orang dengan kulit berwarna. Bercak biasanya multiple 4-20
dengan luas hingga separuh wajah (50-60%), paling sering disekitar mulut, dagu pipi
serta dahi. Lesi dapat dijumpai pada ekstremitas dan badan. Dapat simetris pada
bokong, tungkai atas, punggung dan ekstensor lengan, tanpa keluhan. Lesi umumnya
menetap, terlihat sebagai leukoderma setelah skuama menghilang.

Histopatologi
Perubahan histopatologik hanya dijumpai adanya akantosis ringan, spongiosis dan
hyperkeratosis sedang dan parakeratosis setempat. Tidak adanya pigmen disebabkan
karena efek penyaringan sinar oleh stratum korneum yang menebal atau kemampuan
sel epidermal mengangkut granula pigmen melanin berkurang.
Pada pemeriksaan mikroskop electron terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya
ukuran melanosom.

Diagnosis
Berdasarkan umur, skuama halus, dan distribusi lesi.

Pengobatan
Umumnya mengecewakan. Skuama dapat dikurangi dengan krim emolien. Dapat
dicoba dengan preparat ter misalnya likuor karbonis detergen 3-5% dalam krim atau
salap, setelah dioleskan harus banyak terkena sinar matahari.
Prognosis
Penyakit dapat sembuh spontan setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun.

Pitiriasis Versikolor vs Pitiriasis Alba


Penyakit kulit lain yang memiliki gambaran lesi hipopigmentasi menyerupai pitiriasis
versikolor adalah pitiriasis alba, salah satu bentuk dermatitis non-spesifi k,
asimptomatik, dan belum diketahui etiologinya. Pitiriasis versikolor dan pitiriasis
alba dapat dibedakan secara klinis dan melalui pemeriksaan penunjang. Pitiriasis alba
sering dijumpai pada anak hingga dewasa muda, usia 3-16 tahun, merupakan bentuk
ringan dermatitis atopi. Lesi berupa makula berbentuk bulat, oval, kadang ireguler,
awalnya berwarna merah muda, ditutupi skuama halus, kemudian menjadi lesi
hipopigmentasi dalam beberapa minggu. Seiring perjalanan penyakitnya, skuama
berangsur hilang, tersisa lesi hipopigmentasi yang menetap beberapa bulan hingga
tahun. Predileksi tersering adalah wajah, ditemukan juga di lokasi lain seperti leher,
bahu, punggung, ekstremitas, dan bokong. Pitiriasis alba ekstensif yang menyerang
orang dewasa, lesinya simetris, berbatas tegas, berwarna putih, cenderung merusak
permukaan kulit tungkai. Selain itu, pitiriasis alba dapat di sertai infeksi jamur superfi
sial dengan gambaran lesi hiperpigmentasi kebiruan dikelilingi area hipopigmentasi,
sering menyerang wajah. Jika evoked scale sign maupun Sukmas PV sign negatif,
maka diagnosis pitiriasis versikolor dapat disingkirkan. Hal ini dapat dikonfirmasi
melalui pemeriksaan lampu Wood ataupun pemeriksaan KOH. Pada pitiriasis alba,
lesi tidak berpendar seperti pitiriasis versikolor yang berwarna kuning keemasan di
bawah lampu Wood, sedangkan pada pemeriksaan KOH tidak ditemukan hifa dan
spora.
Terapi
Pengobatan pitiriasis versikolor dapat topical maupun sistemik. Lesi minimal dapat
diobati dengan preparat topikal, seperti shampoo selenium sulfi da 2,5% digunakan 2-
3 minggu sekali atau shampo ketokonazol 2% selama 3 hari berturut-turut. Terbinafi
n topikal 1% dua kali per hari selama seminggu cukup efektif. Preparat azol seperti
mikonazol, ketokonazol, klotrimazol, ekonazol juga dapat digunakan. Untuk lesi luas,
dapat diberi pengobatan oral seperti ketokonazol 200 mg/hari selama 7 hari.
Itrakonazol dosis 200-400 mg/hari selama 3-7 hari dapat diberikan untuk infeksi yang
sulit sembuh atau sering kambuh. Flukonazol 400 mg juga efektif diberikan dalam
dosis tunggal.

Prognosis
Perjalanan penyakit berlangsung kronik, namun umumnya memiliki prognosis baik.
Lesi dapat meluas jika tidak diobati dengan benar dan faktor predisposisi tidak
dieliminasi. Masalah lain adalah menetapnya hipopigmentasi, diperlukan waktu yang
cukup lama untuk repigmentasi kembali seperti kulit normal. Hal itu bukan kegagalan
terapi, sehingga penting untuk memberikan edukasi pada pasien bahwa bercak putih
tersebut akan menetap beberapa bulan setelah terapi dan akan menghilang secara
perlahan.

Pengobatan Ptyriasis Versikolor


PengobatanPityriasis versicolor
dapatditerapisecaratopikalmaupunsistemik.Tingginyaangkakekambuhanmerupakanm
asalah, dimanamencapai60% padatahunpertamadan 80%
setelahtahunkedua.Olehsebabitudiperlukanterapi,
profilaksisuntukmencegahrekurensi:
1. PengobatanTopikal
2. Pengobatanharusdilakukansecaramenyeluruh, tekundankonsisten. Obatyang
dapatdigunakanialah :
Selenium sulfida 1,8% dalambentuk shampoo 2-3 kali seminggu.
Obatdigosokkanpadalesidandidiamkanselama 15-30 menitsebelummandi
Salisilspiritus 10%
Turunanazol, misalnya : mikozanol, klotrimazol,
isokonazoldanekonazoldalambentuktopikal
Sulfur presipitatumdalambedakkocok 4-20%
Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali seharisehabismandiselama 2
minggu. (Partogi, 2008)

3. PengobatanSistemik
PengobatansistemikdiberikanpadakasusPityriasis versicolor yang luas
ataujikapemakaianobattopikaltidakberhasil. Obat yang dapatdiberikan
adalah :
Ketoconazole
Dosis: 200 mg per hariselama 10 hari
Fluconazole
Dosis: dosistunggal 150-300 mg setiapminggu
Itraconazole
Dosis: 100 mg per hariselama 2 minggu(Wolff K)

4. Terapihipopigmentasi (Leukoderma)
Liquor carbonas detergent 5%, saleppagi/malam
Krimkortikosteroidmenengahpagidanmalam
Jemur di matahari>10 menitantara jam 10.00-15.00 (Wolff K)

Pityriasis versicolor cenderunguntukkambuh,


sehinggapengobatanharusdiulangi.Daerah hipopigmentasiperluWaktu yang lama
untukrepigmentasi, dankedaan yang bertahan lama
inijanganlahdianggapsebagaisuatukegagalanpengobatan. (Graham-Brown, 2005)

Pencegahan
UntukmencegahterjadinyaPityriasis versicolor dapatdisarankanpemakaian 50%
propilenglikoldalam air
untukpencegahankekambuhan.Padadaerahendemikdapatdisarankanpemakaianketokon
azol 200 mg/hariselama 3bulanatauitrakonazol 200 mg
sekalisebulanataupemakaiansampo seleniumsulfidsekaliseminggu. (Gandahusada)
Untukmencegahtimbulnyakekambuhan, perludiberikanpengobatanpencegahan,
misalnyasekalidalamseminggu,
sebulandanseterusnya.Warnakulitakanpulihkembalibilatidakterjadireinfeksi.
Pajananterhadapsinarmataharidankalauperluobatfototoksikdapatdipakaidenganhati-
hati, misalnyaoleum bergamot ataumetoksalenuntukmemulihkanwarnakulittersebut.
(Budi M, 2001)

Prognosis
Prognosisnyabaikdalamhalkesembuhan
(Goldsmith)bilapengobataandilakukanmenyeluruh,
tekundankonsisten.Pengobatanharus di teruskan 2
minggusetelahfluoresensinegatifdenganpemeriksaanlampu Wood
dansediaanlangsungnegatif. (Partogi, 2008)

Anda mungkin juga menyukai