Learning
PTYRIASIS VERSICOLOR
Disusun Oleh :
KELOMPOK II
Tutor :
Anggota :
1. Lorina W. Aitameru 201283031
2. Mathilda I. Uniplaita 201383065
3. Evan C. Oetama 201483023
4. Marissa H. Mahmud 201483038
5. Chindyria Y. Ihalauw 201483048
6. Rahmawati N. Borut 201483058
SKENARIO 1
Bercak putih pada kulit
Anak usia 16 tahun datang dengan orang tua. Keluhan timbul bercak putih yang
semakin besar di bagian atas dada dan meluas ke perut dan lengan atas. Pasien
mengaku gatal ringan di bagian tersebut terutama jika berkeringat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan makula hipopigmentasi disertai skuama yang tersebar dibagian dada
dan perut
STEP I
( Identifikasi Kata Sukar )
1. Makula hipopigmentasi
Merupakan jenis efloresensi primer yaitu kelainan kulit berupa perubahan
warna semata-mata
2. Skuama
merupakan jenis efloresensi sekunder yaitu lapisan stratum korneum yang
terlepas dari kulit
STEP II
( Identifikasi Masalah )
1. Bagaimanakah edukasi pada pasien ?
2. Jelaskan patomekanisme macula hipopigmentasi ?
3. Jelaskan DD yang sesusai dengan skenario ?
4. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien tersebut ?
5. Jelaskan alur penegakan diagnosis >
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang sesuai kasus diatas ?
7. Bagaimana prognosis sesuai kasus diatas ?
8. Apa saja faktor resiko ?
STEP III
( Hipotesis)
1. Edukasi pada pasien dapat disampaikan pada pasien bebrapa hal berikut ini
yaitu :
- Mandi yang bersih menggunakan sabun sehari dua kali
Setiap hari keringat keluar dari tubuh kita. Keringat ini selain
menyebabkan bau asam, juga meningkatkan kelembaban tubuh. Dan
dalam keadaan seperti ini panu akan mudah sekali tumbuh. Dengan mandi
kebersihan dan kelembaban tubuh dapat berkurang, sehingga jamur panu
sulit tumbuh
- Jangan bertukar pakaian dengan orang yang panuan
Panu adalah penyakit menular, panu mudah menempel pada pakaian.
Dengan bertukar pakaian dengan penderita penyakit panu, memungkinkan
terjadinya penularan penyakit yang memalukan ini. Kebiasaan mengganti
baju setiap hari dan selalu menjaga baju kita agar tetap kering wajib
hukumnya, sebab baju yang berkeringat akan menciptakan kelembaban
yang tinggi pada daerah badan dan punggung dan bisa menjadi tempat
yang cocok bagi jamur untuk tumbuh.
- Menggunakan handuk
bercak keputihan ini bisa muncul jika kita bertukaran handuk dengan
mereka yang menderita infeksi jamur ini, sebab pada prinsipnya infeksi
jamur bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya melalui alat
sanitasi yang digunakan bersama-sama, terlebih lagi jika handuk itu
lembab dan basah karena tidak pernah dijemur atau dicuci.
- Sering mengganti pakaian bila berkeringat
- Menggunakan bedak antijamur
- Perhatikan personal hygiene dan nutrisi yang baik
- Hindari paparan detergen bahan fenol
7. prognosis sesuai kasus diatas yaitu Prognosis penyakit ini umumnya baik,
namun perjalanan penyakit yang umumnya berlangsung kronik dan hilang
timbul serta bila tidak diobati lesi akan menetap dan meluas. Respon terhadap
pengobatan umunya baik, tetapi pengobatan yang bersifat permanent sukar
dicapai, karean penyakit ini mempunyai kekambuhan yang tinggi. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang pada umumnya sulit
dieliminasi
8. faktor resiko terjadinya keluahan yaitu sebagai berikut
- faktor utama disebabkan oleh jamur Malasezia furfur akiabat tidak
seimbangnya atara host dan flora jamur tersebut. Ada beberapa faktor
yang berkontribusi menganggu keseimbangan tersebut. Diketahui
beberapa spesies malassezia berubah menjadi mycelial dan memeliki
tingkat yang lebih besar. Beberapa keluarga dengan riwayat positif terkena
pitiriasis versikolor lebih sering terkena penyakit tersebut, hal ini belum
diketahui karena genetik atau disebabkan faktor resiko paparan yang
semakin besar dari M. furfur.
- Faktor predisposisi yang mempengaruhi antara lain
Produksi sebum
Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea akan
mempengaruhi pertumbuhan berlebihan dari organisme bersifat
lipofilik ini.
Produksi Keringat
Orang dengan hiperhidrosis mempunyai kecenderugan untuk
terjadi pertumbuhan jamur ini. Startum korneum akan melunak
pada keadaan yang basah dan lembab sehingga mudah dimasuki
M. furfur.
Malnutrisi
Kekurangan beberapa zat gizi akan memudahkan pertumbuhan
jamur oportunis.
Faktor immunologi
Insiden infeksi jamur meningkat pada sejumlah penderita dengan
penekanan sistem imun misalnya pada penderita kanker,
transplantasi ginjal dan HIV/AIDS serta dapat terjadi pada
penderita penyakit cushing.
Bahan topikal dan sistemik
Pemakaian bahan topikal yang mengandung minyak dapat menyebabkan
oklusi terhadap saluran kelenjar sebum sehingga memudahkan
pertumbuhan M. furfur pada tempat tersebut. Beberapa obat-obatan
sistemik seperti antibiotika, steroid kontrasepsi oral dan obat-obatan
immunosupresan merupakan faktor yang mempermudah pertumbuhan
berlebih dari jamur peyebab.
STEP IV
( Mind Mapping )
STEP V
( Learning Objectives )
1. Mahasiswa mampu menjelaskaan Diagnosis Banding sesuai skenario
2. Mahasiswa mampu menjelaskan alur penegakan diagnosis
3. Mahasiswa mamou menjelaskan penatalaksanaan sesuai kasus
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan promotif , preventif dan edukasi pada
pasien
5. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemberian kortikosteroid topical dan
sistemik
STEP VI
( Belajar Mandiri )
STEP VII
( Diskusi Hasil Belajar Mandiri )
1. Alur Penegakan Diagnosis
Palpasi pada kulit dimaksudkan untuk menilai keadaaan kulit , warna atu tipe kulit ,
kondisi kulit misalnya lembab , kering atau kasar , berbenjol-benjol, verukosa (kasar
dan tajam) seperti parutan , suhu kulit dan konsistensi serta adanya rasa nyeri pada
keluhan pasien atau tidak. Ketepatan diagnosis klinis perlu ditunjang pemeriksaan
diagnosis laboratorium
3. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu sebagai
berikut :
- Pemeriksaan dengan lampu wood
Pemeriksaan ini dilakukan dikamar atau ruangan yang gelap sehigga
metode ini klinisi harus mempersiapkan ruangan yang sesuai beserta
lampu wood yang akan digunakan untuk mendiagnosis pasien. Hasil
dari pemeriksaan ini kulit yang terkena pitiriasis versikolor akan
berfluoresensi menjadi kuning keemasan Fluoresensi ini dapat
menunjukkan batas lesi yang terlihat jelas, sehingga kita bisa
mengetahui luas lesi, selain itu dapat juga dipakai untuk evaluasi
pegobatan yang sebelumnya.
- Pemeriksaan sediaan langsung degan mikroskop cahaya
Preparat sediaan dibuat dari kerokan skuama pada lesi yang diletakkan
pada objek glass yang ditetesi dengan larutan KOH 20% sebanyak 1-2
tetes, kemudian ditutup dengan gelas penutup dan didiamkan selama
15-20 menit agar epitel kulit melarut. Setelah sediaan siap, kemudian
dilaksanakan pemeriksaan menggunakan mikroskop cahaya dengan
pembesaran 10x10, dilanjutkan pembesaran 10x40. Pemeriksaan
menggunakan KOH 10-20% ditemukan hifa pendek tebal 2-5 dan
bersepta, dikelilingi spora berukuran 1-2 gambaran ini khas sphageti
and meatball.
2. Diagnosis Banding
Ptiriasis alba
Defenisi
Bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya. Ditandai
dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta
meninggalkan area yang depigmentasi.
Sinonim
Ptiriasis simpleks, ptiriasis makulata, impetigo sika, impetigo pitiroides.
Etiologi
Menurut pendapat para ahli diduga adanya infeksi streptokokus, tetapi belum dapat
dibuktikan. Atas dasar riwayat penyakit dan distribusi lesi, diduga impetigo dapat
merupakan factor pencetus. Ptiriasis alba juga merupakan manifestasi dermatitis non
spesifik, yang belum diketahui penyebabnya. Sabun dan sinar matahari bukan
merupakan factor yang berpengaruh.
Gejala Klinis
Ptiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%). Lesi
berbentuk bulat, oval atau plakat yang tak teratur. Warna merah muda atau sesuai
dengan warna kulit disertai skuama halus. Setelah eritema menghilang, lesi yang
dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama halus. Pada stadium ini pasien datang
berobat terutama pada orang dengan kulit berwarna. Bercak biasanya multiple 4-20
dengan luas hingga separuh wajah (50-60%), paling sering disekitar mulut, dagu pipi
serta dahi. Lesi dapat dijumpai pada ekstremitas dan badan. Dapat simetris pada
bokong, tungkai atas, punggung dan ekstensor lengan, tanpa keluhan. Lesi umumnya
menetap, terlihat sebagai leukoderma setelah skuama menghilang.
Histopatologi
Perubahan histopatologik hanya dijumpai adanya akantosis ringan, spongiosis dan
hyperkeratosis sedang dan parakeratosis setempat. Tidak adanya pigmen disebabkan
karena efek penyaringan sinar oleh stratum korneum yang menebal atau kemampuan
sel epidermal mengangkut granula pigmen melanin berkurang.
Pada pemeriksaan mikroskop electron terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya
ukuran melanosom.
Diagnosis
Berdasarkan umur, skuama halus, dan distribusi lesi.
Pengobatan
Umumnya mengecewakan. Skuama dapat dikurangi dengan krim emolien. Dapat
dicoba dengan preparat ter misalnya likuor karbonis detergen 3-5% dalam krim atau
salap, setelah dioleskan harus banyak terkena sinar matahari.
Prognosis
Penyakit dapat sembuh spontan setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Prognosis
Perjalanan penyakit berlangsung kronik, namun umumnya memiliki prognosis baik.
Lesi dapat meluas jika tidak diobati dengan benar dan faktor predisposisi tidak
dieliminasi. Masalah lain adalah menetapnya hipopigmentasi, diperlukan waktu yang
cukup lama untuk repigmentasi kembali seperti kulit normal. Hal itu bukan kegagalan
terapi, sehingga penting untuk memberikan edukasi pada pasien bahwa bercak putih
tersebut akan menetap beberapa bulan setelah terapi dan akan menghilang secara
perlahan.
3. PengobatanSistemik
PengobatansistemikdiberikanpadakasusPityriasis versicolor yang luas
ataujikapemakaianobattopikaltidakberhasil. Obat yang dapatdiberikan
adalah :
Ketoconazole
Dosis: 200 mg per hariselama 10 hari
Fluconazole
Dosis: dosistunggal 150-300 mg setiapminggu
Itraconazole
Dosis: 100 mg per hariselama 2 minggu(Wolff K)
4. Terapihipopigmentasi (Leukoderma)
Liquor carbonas detergent 5%, saleppagi/malam
Krimkortikosteroidmenengahpagidanmalam
Jemur di matahari>10 menitantara jam 10.00-15.00 (Wolff K)
Pencegahan
UntukmencegahterjadinyaPityriasis versicolor dapatdisarankanpemakaian 50%
propilenglikoldalam air
untukpencegahankekambuhan.Padadaerahendemikdapatdisarankanpemakaianketokon
azol 200 mg/hariselama 3bulanatauitrakonazol 200 mg
sekalisebulanataupemakaiansampo seleniumsulfidsekaliseminggu. (Gandahusada)
Untukmencegahtimbulnyakekambuhan, perludiberikanpengobatanpencegahan,
misalnyasekalidalamseminggu,
sebulandanseterusnya.Warnakulitakanpulihkembalibilatidakterjadireinfeksi.
Pajananterhadapsinarmataharidankalauperluobatfototoksikdapatdipakaidenganhati-
hati, misalnyaoleum bergamot ataumetoksalenuntukmemulihkanwarnakulittersebut.
(Budi M, 2001)
Prognosis
Prognosisnyabaikdalamhalkesembuhan
(Goldsmith)bilapengobataandilakukanmenyeluruh,
tekundankonsisten.Pengobatanharus di teruskan 2
minggusetelahfluoresensinegatifdenganpemeriksaanlampu Wood
dansediaanlangsungnegatif. (Partogi, 2008)