Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

IMPETIGO KRUSTOSA

Oleh :
Ichsan Mohammad Taufik 19360107
Nelly Muslimah 19360123

Pembimbing :
dr. Resati Nando P., Sp.KK, FINSDV, M.Sc

Departemen Ilmu Dermatovenerology


Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
RS. Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung
2019
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. W

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 65 Tahun

Alamat : Bandar Lampung

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Pernikahan : Sudah Menikah

Agama : Islam

MRS : 09 Oktober 2019

II. ANAMNESIS

Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 11 Oktober 2019 pukul 09.30 WIB

Keluhan Utama

Demam sejak 1 minggu yang lalu

Keluhan Tambahan

OS merasakan pusing, batuk kering, tidak BAB sejak 4 hari, dan gatal di sekitar mulut disertai
gelembung berisi air 1 minggu yang lalu .

Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. W berusia 65 tahun datang ke RSPBA dengan keluhan demam sejak 1 mingu yang lalu,
pusing, batuk kering, tidak BAB sejak 4 hari, dan gatal di sekitar mulut disertai gelembung
berisi air 1 minggu yang lalu. Kemudian gelembung nya pecah setelah diberi gentamycin zalf
dan gatal berkurang, akan tetapi muncul gelembung berisi nanah.

Riwayat Penyakit dahulu

Os belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.


Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami hal seperti ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Status Gizi : Baik

Tanda Vital :

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,80C

RR : 24 x/menit

Status Generalis :

Kepala : normocephal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor
Hidung : normotia, deviasi septum (-), secret -/-, rhinore -/-
Telinga : normotia, otore -/-, serumen -/-
Mulut : caries (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1,
KGB : Tidak ada pembesaran
Thoraks : normal
Paru : Inspeksi : pegerakan dinding dada simetris
Palpasi :Vokal Fremitus kanan dan kiri sinistra

IV. STATUS DERMATOLOGI


Regio : Regio Perioral

Distribusi : Regional

Efloresensi primer : Vesikopustul dan eritem

Efloresensi sekunder : Tampak krusta berbatas tegas

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VI. RESUME
Ny. W berusia 65 tahun datang ke RSPBA dengan keluhan demam sejak 1 mingu
yang lalu, pusing, batuk kering, tidak BAB sejak 4 hari, dan gatal di sekitar mulut disertai
gelembung berisi air 1 minggu yang lalu. Kemudian gelembung nya pecah setelah diberi
gentamycin zalf dan gatal berkurang, akan tetapi muncul gelembung berisi nanah.

Pada pemeriksaan status dermatologi di dapatkan pada Regio Perioral, terdapat


vesikopustul, eritem, dan krusta bebatas tegas.

VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :

 Impetigo Krustosa
 Herpes Zooster
 Ektima
Diagnosis kerja :
 Impetigo Krustosa

VIII.PEMERIKSAAN ANJURAN
Biakan bakteriologis eksudat lesi; biakan secret dalam media agar darah dan dilanjutkan
dengan tes resistensi
IX. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologik

a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita olehnya.


b. Mencegah garukan dan gosokan pada daerah lesi.
c. Menjaga kebersihan kulit.

Farmakologik
Oral : Loratadine 1 x 1 mg (bila gatal)

Topical : Mupirocin cream 2 x 1 UE (sekitar mulut)

X. PROGNOSIS

o Quo ad Vitam : bonam


o Quo ad Sanationam : bonam
o Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam
o Quo ad kosmetika : bonam

XI. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit yang
superficial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-
lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut rokok/api. Terdapat dua jenis impetigo
yaitu impetigo bulosa yang disebabakan oleh Staphylococcus aureus dan non-bulosa yang
disebabkan oleh Streptococcus-β-hemoliticcus. Dasar infeksinya adalah kurangnya hygiene dan
terganggunya fungsi kulit.
Epidemiologi

Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 ± 10 % dan anak-anak yang datang ke klinik kulit
menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah
sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-kira 90%) adalah
impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Impetigo menyebar
melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Penelitian pada tahun 2005
menunjukkan S. aureus sebagai pathogen terbanyak yang menyebabkan baik impetigo bulosa
dan impetigo non bulosa di Amerika dan Eropa, sementara itu Streptococcus pyogenes
pada negara berkembang.

Etiologi

Organisme penyebab adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus-β-hemolyticus


grup A (dikenal dengan Streptococcus pyogenes), atau kombinasi keduanya. Staphylococcus
dominan ditemukan pada awal lesi. Jika kedua kuman ditemukan bersamaan, maka infeksi
Streptococcus merupakan infeksi penyerta. Kuman S. pyogenes menular ke individu yang sehat
melalui kulit, lalu kemudian menyebar ke mukosa saluran napas. Berbeda dengan S. aureus,
yang berawal dengan kolonisasi kuman pada mukosa nasal dan baru dapat ditemukan pada
isolasi kuman di kulit pada sekitar 11 hari kemudian. Impetigo menyebar melalui kontak
langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya
sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada
sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat
tinggal yang padat penduduk.

Klasifikasi
1. Impetigo Krustosa
Impetigo Krustosa biasanya disebabkan oleh Streptococcus-β-hemolyticus. Tidak
disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi di muka, yakni
sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dan daerah tersebut.
Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika pendenita
datang berobat yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika krusta
dilepaskan akan tampak erosi dibawahnya, krusta sering menyebar ke perifer dan sembuh
di bagian tengah.

2. Impetigo Bulosa
Impetigo Bulosa biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus dengan
predileksi didaerah ketiak, dada, dan punggung. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan
bula hipopion yang tidak terasa sakit. Kadang-kadang saat berobat vesikel sudah pecah
dan hanya terlihat koleret dan dasarnya masih eritematosa. Luka akibat infeksi ini dapat
berubah menjadi koreng dan sembuhnya lebih lama disbanding impetigo jenis lain.

Manifestasi klinis

a. Impetigo Bulosa
1. Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang timbul
sampai bulla (gelembung berisi cairan berdiameter >0,5cm) kurang dan 1 cm
pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada
awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna
keruh.
2. Atap dan bulla pecah dan meninggalkan gambaran ‘collarette’ pada
pinggirnya. Krusta ‘varnishlike’ terbentuk pada bagian tengah yang jika
disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah.
3. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh.

b. Impetigo Krustosa
1. Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (macula) atau papul yang
berukuran 2-5 mm
2. si papul segera menjadi vesikel atau pustul yang mudah pecah dan menjadi
krusta berwarna kuning madu dan lengket berukuran <2 cm dengan
kemerahan minimal atau tidak ada.
3. Lesi menyebar ke daerah sekitarnya dengan sendirinya (autoinokulasi).
Penatalaksaan

Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan memperbaiki
kosmetik dari lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang lain dan mencegah
kekambuhan.

Terapi medikamentosa

a. Terapi topical
1. Antiseptik
Antiseptik yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengobatan impetigo
yaitu triklosan 2%.
2. Antibiotik topical
Mupirocin 2% topical (diberikan dikulit terinfeksi 2x sehari selama 3-5 hari).
b. Terapi sistemik
Pada orang dewasa dengan lesi berat, dicloxacillin 250-500mg secara oral 4 kali
sehari, atau eritromisin 250-500 mg/KG/dosis 4 kali sehari. Pengobatan sebaiknya
dilanjutkan selama 5-7 hari.

Terapi non-medikamentosa

a. Membersihkan krusta secara perlahan.


b. Mencegah anak untuk menggaruk daerah lesi.
c. Lanjutkan pengobatan sampai luka sembuh.

Prognosis

Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan pengobatan yang
teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti glomerulonephritis dan lain-lain. Lesi
mengalami perbaikan setelah 7-10 hari pengobatan.
HERPES ZOOSTER

Definisi

Radang kulit akut dengan sifat khas yaitu vesikel-vesikel yang tersusun berkelompok
sepanjang persarafan ensoris kulit sesuai dermatom.

Etiologi

Virus Varicella zoster dengan masa inkubasi 7 – 12 hari, masa aktif ± 1 minggu dan masa
resolusi 1 – 2 minggu.

Manifestasi Klinis

1. Gejala prodromal (1 – 10 hari rata-rata 2 hari) : Sensasi abnormal atau nyeri otot
local, pegal, parastesia sepanjang dermatom, gatal, rasa terbakar ringan hingga
berat.
2. Gejala konstitusi : nyeri kepala, malaise, demam
3. Erupsi kulit : macula kemerahan  papul  vesikel berkelompok vesikel
keruh  vesikel pecah  krusta  involusi.
4. Lokalisasi : Bisa disemua tempat paling sering servikal IV dan lumbal II

Penatalaksanaan

Episode herpes zoster sebagian besar adalah self-limited dan dapat sembuh tanpa
intervensi. Namun penyakit ini menyebabkan kesakitan yang cukup tinggi dan dapat
menyebabkan komplikasi, oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat. Penyakit ini
cenderung memberikan gejala yang lebih ringan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Terapi antiviral untuk herpes zoster dapat mengurangi waktu pembentukan vesikel baru, jumlah
hari yang diperlukan untuk menjadi krusta, dan perasaan tidak nyaman atau nyeri akut. Semakin
awal antiviral diberikan, semakin efektif untuk mencegah postherpetic neuralgia. Idealnya, terapi
dimulai dalam jangka waktu 72 jam setelah onset, selama 7-10 hari. Antiviral oral berikut
direkomendasikan. :

1. Acyclovir 800 mg PO 5 kali sehari selama 7-10 hari


2. Famciclovir 500 mg PO 3 kali sehari selama 7 hari
3. Valacyclovir 1000 mg PO 3 kali sehari selama 7 hari

Penelitian non randomised placebo controlled triali untuk pengobatan nyeri akut herpes
zoster menunjukan adanya pengaruh signifikan pemberian kombinasi antiviral dan analgesik
dalam jangka waktu 2-3 minggu onset untuk mencegah komplikasi postherpetic neuralgia.
Pengobatan primer untuk nyeri akut herpes zoster adalah :

1. Neuroaktif agen (contoh : antidepresan tricyclic [TCAs] Amytriptiline)


2. NSAIDs
3. Opioid Analgesic
4. Antikonvulsan

Diantara analgesik tersebut, antikonvulsan memiliki efikasi yang terendah sedangkan


Amytriptilin memiliki efikasi yang tertinggi.

Prognosis

Lesi kulit biasanya menyembuh dalam 2 – 4 minggu tetapi penyembuhan semourna


membutuhkan waktu >4 minggu. Pasien usia lanjut dan imunocompromise membutuhkan yang
lebih lama untuk resolusi.
DAFTAR PUSTAKA

Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. 2018. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: FKUI.

Arthur Rook, D.S. Wilkinson, F.J.G Ebling. 1979. Impetigo. Textbook of Dermatology.
Edisi ke-3, Vol 2, Hal 338-341.

Craft, Noah.2012. Superficial Cutaneous Infection and Pyodermas, dalam Fitzpatrick’s


Dermatology in General Medicine, 8th edition. 2. New York: McGraw-Hill
Medicin; 2012; p 3025-3032.

Siregar, R.S. 2014. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit ed. 3. Hal : 45 – 47. Jakarta :
EGC.

Wolff K, Johnson RA. 2017. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology 8th edition. 2. New York: McGraw-Hill Medicin; p 528-529.

Anda mungkin juga menyukai