Anda di halaman 1dari 9

Nama : Yongki Pradista

Nim : AOA0200939
Kelas : Bekisar
Makul : Kmb 2

A. ANAMNESA SISTEM INTEGUMEN

1. Pengkajian
Adalah tindakan yang dilakukakan untuk mengumpulkan data. cara mengumpulakan data
dapat melalui anamnesis atau wawancara (terhadap klien maupun keluarga), observasi,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain. dari pengkajian kita dapat
menentukan masalah keperawatan yang dialami oleh klien.
a. Identifikasi Pasien
Tanggal dan waktu pengkajian.Biodata: nama, umur (penting mengetahui
angka prevelensi), jenis kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit
kulit, banyak terkait dengan factor pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan : meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit
dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan. Menurut
Bursaids, disamping menggali keluhan-keluhan diatas, anamnesis harus
menyelidiki 7 ciri lesi kulit yang membantu anda membuat diagnosis, yaitu :
1. Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.
2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang
berkaitan.
4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali
5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6. Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan
7. Efek terpapar sinar matahari.
c. Riwayat pengobatan atau terpapar zat:
obat apa saja yang pernah dikonsumsi atau pernahkah klien terpapar faktor-
faktor yang tidak lazim. Terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lain, memakai
1
sabun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang baru, terpapar sinar
matahari.
d. Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: \
bagaimana pola tidur klien, lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah
klien berkontak dengan bahan-bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang,
minum-minuman keras, olah raga atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
e. Riwayat psikososial:
Stress yang berkepanjangan Apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan. Keadaan
psikologis klien perlu dikaji. stress yang berkepanjangan akan mempengaruhi
kesehatan kulit seseorang, bahkan dapat menimbulkan kelainan kulit.
disamping itu, dengan adanya masalah kulit yang timbul, dapat terjadi
gangguan pada konsep diri klien. Perawat perlu menjalin hubungan yang
harmonis dengan klien agar terbentuk rasa percaya antara klien terhadap
perawat, setelah hubungan rasa saling percaya timbul antara perawat dan
klien, pertanyaan yang lebih mendalam yang berkaitan dengan gnagguan kulit
dan konsep diri klien dapat diajukan. Misalnya, apakah gangguan kulit
tersebut mempengaruhi aktivitas sehari-hari? dengan adanya masalah kulit,
apakah mempengaruhi pandangan klien terhadap tubuhnya? apakah
mempengaruhi perannya sebagai mahasiswa, orang tua, isteri/suami? dan
bagaimana perassan klien /keluarga dengan adanya gangguan kulit tersebut?

2. Pemeriksaan Kulit
a. Peubahan menyeluruh
Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan umum klien
dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna kulit.Turgor
kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada klien yang dehidrasi dan
lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit mencerminkan
hilangnya elastisitas kulit dan keadaan kekurangan air ekstrasel.Tekstur kulit
pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit dapat berubah-
ubah di bawah pengaruh banyak variabel. Jenis tekstur kulit dapat meliputi
kasar, kering atau halus.

2
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variabel. Gangguan
pada melanin dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang dapat
menyebabkan kulit menjadi gelap atau lebih terang dari pada kulit yang
lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus albino. Ikterus adalah
warna kulit yang kekuningan yang disebabkan oleh endapan pigmen empedu
didalam kulit, sekunder akibat penyakit hati atau hemolisis sel darah merah.
Sianosis adalah perubahan warna kulit menjadi kebiruan; paling jelas terlihat
pada ujung jari dan bibir. Sianosis ini disebabkan oleh desiturasi hemoglobin.
Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit
dan kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan
keadaan teksturnya. Secara normal, tekstur kulit halus, lembut dan lentur pada
anak dan orang dewasa. Kulit telapak tangan dan kaki lebih tebal, sedangkan
kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor dengan mencubit kulit pada
punggung tangan atau lengan bawah lalu lepaskan. Perhatikan seberapa
mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit segera kembali ke
posisi awal . pada area pitting tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan
lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam millimeter, edema +1 sebanding
dengan kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding dengan kealaman 4 mm.

3. Perubahan setempat
Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh tubuh.
Selanjutnya, anjurkan klien untuk membuka pakaiannya dan amati seluruh tubuh
klien dari atas kebawah, kemudian lakukan pemeriksaan yang lebih teliti dan
evaluasi distribusi, susunan, dan jenis lesi kulit. Distribusi lesi dan komposisi
kulit sangat bervariasi dari satu bagian tubuh kebagian tubuh lainnya. Lesi yang
timbul hanya pada daerah tertentu menandakan bahwa penyakit tersebut berkaitan
dengan keistimewaan susunan kulit daerah tersebut. Pada daerah kulit yang
lembab permukaan kulit bergesekan dan mengalami maserasi dan mudah
terinfeksi jamur superficial. Kondisi ini banyak kita jumpai pada daerah aksila,
lipat paha, lipat bokong, dan lipatan di bawah kelenjar mamae.

3
Pada daerah kulit yang kaya keratin, seperti siku, lutut, dan kulit kepala,
sering tejadi gangguan keratinisasi. Misalnya psoriasis, yaitu kelainan kulit pada
bagian epidermis yang berbentuk plak bersisik.
Mengenai susunan lesi, tanyakan bagaiman pola lesinya. Lesi kulit dengan
distribusi sepanjang dermatom menunjukan adanya penyakit herpes zoster. Disini,
lesi vesikuler timbul tepat pada daerah distribusi saraf yang terinfeksi. Linearitas
merupakan lesi yang terbentuk garis sepanjang sumbu panjang suatu anggota
tubuh yang mungkin mempunyai arti tertentu. Garukan pasien merupakan
penyebab tersering lesi linear. Erupsi karena poison iny, seperti dermatitis kontak,
berbentuk linear karena iritannya disebabkan oleh garukan yang bergerak naik-
turun. Peradangan pembuluh darah atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi
linear berwarna merah. Sedangkan parasit scabies dapat membuat liang-liang
pendek pada lapisan epidermis, terutama pada kulit di antara jari-jari tangan, kaki,
atau daerah lain yang memiliki lapisan epidermis tipis dan lembap sehingga akan
membentuk lesi linear yang khas berupa garis kebiru-biruan.
Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang sangat besar yang dikelilingi
oleh dua atau lebih lesi serupa tetapi lebih kecil yang menunjukan asal lesi dan
penyebarannya, seperti yang dijumpai pada melanoma malignum atau infeksi
jamur. Tapi lesi merupakan cirri penting yang berguna dalam menegakkan
diagnosis. Lesi berbatas tegas adalah lesi yang mempunyai batas yang jelas,
sedangkan lesi terbatas tidak tegas adalah lesi kulit yang menyatu tanpa batas
tegas dengan kulit yang normal.

4. Ruam kulit
Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan pengetahuan
tentang ruam kulit atau ilmu yang mempelajari lesi kulit. Ruam kulit dapat
berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Kadang-kadang perubahan ini
dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar, misalnya trauma garkan dan
pengobatan yang diberikan., sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi.
Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang ruam primer atau ruam sekunder
untuk digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian serta membuat
diagnosis penyakit kulit secara klinis.

4
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula,
papula, plak, nodula, vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor. Ruam sekunder
adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion, ekskoriasio, ulkus, dan
parut.

B. ANAMNESA SISTEM IMUN

1. Pengkajian
Adalah tindakan yang dilakukakan untuk mengumpulkan data. cara
mengumpulakan data dapat melalui anamnesis atau wawancara (terhadap klien
maupun keluarga), observasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain.
dari pengkajian kita dapat menentukan masalah keperawatan yang dialami oleh klien.
a. Identifikasi Pasien

Tanggal dan waktu pengkajian.Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka


prevelensi), jenis kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak
terkait dengan factor pekerjaan.

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama(data yang ditulis yaitu keluhan yang dirasakan atau
disampaikan pasien saat dilakukan pengkajian, misal : batuk berdahak
)

5
c. Riwayat Penyakit Sekarang
(data yang ditulis yaitu tanda dan gejala yang muncul dari pasien berada di
rumah, di rumah sudah dilakukan tindakan apa, bagaimana hasilnya, jika tanda
dan gejala tidak berkurang kemudian di bawa kemana (dokter, puskesmas, atau
rumah sakit), diberikan obat apa, hasilnya seperti apa, kemudian jika dibawa ke
rumah sakit, masuk lewat poli atau UGD, didapatkan data apa, dignosa medis
apa, dilakukan tindakan/ diberikan obat apa)  jika pengkajian dilakukan di
ruang UGD, jika pengkajian dilakukan di bangsal data yang ditambahkan yaitu di
ruangan pasien sudah dilakukan tindakan apa saja)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
(Data yang ditulis yaitu riwayat pasien apakah pernah menderita penyakit
tertentu, apakah dirawat di rumah sakit)Mis : pasien pernah di rawat di rumah
sakit selama 1 minggu Karena sakit Hipertensi, pasien tidak kontrol)
1) Riwayat Keluarga(Data yang ditulis yaitu penyakit keturunan yang dimiliki
keluarga klien, mis : Alergi, Hipertensi, Diabetes Melitus, Asam urat, dan
penyakit keturunan lainnya)
2) Riwayat SosialBagaimana riwayat pekerjaan pasien, apakah terpapar sinar
matahari, allergen potensial, atau parasit kulit? Apakah menggunakan produk
pembersih baru? Ada hewan peliharan?Apakah pasien bepergian ke luar
negeri?Adakah pajanan pada penyakit infeksi (mis: cacar air)
3) Riwayat Pengobatan(data yang ditulis yaitu pengobatan yang masih
berjalan yang didapatkan pasien, mis : pasien mendapatkan pengobatan TB 3
bulan terakhir)
e. Pemeriksaan Fisik Gangguan Sistem Imun
Pemeriksaan fisik pada dewasa dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu dengan
metode per sistem dan head to toe. Pada gangguan sistem imun, pengkajian per
sistem meliputi keadaan umum, sistem integumen, sistem saraf pusat (fungsi
luhur : umum, kognitif, motorik, perilaku), sistem penglihatan, sistem
pernafasan, kardiovaskuler, sistem genitourinarius, sistem muskuloskeletal,
hematologi, dan sistem sistem limfatik. Pemeriksaan sistem integumen,
hematologi dan sitem limfatik merupakan pemeriksaan yang paling khas
menunjukkan gangguan imunologi. Adapun pada gangguan sistem imun dan
hematologi, pengkajian head to toe meliputi pengkajian kepala, wajah, THT,

6
mulut, leher, dada (paru, jantung) abdomen, genital, ekstrimitas, muskuloskeletal,
integumen. Di bawah ini data yang mungkin muncul pada pemeriksaan fisik
gangguan sistem imun dengan metode per sistem dan head to toe.
1) Tanda Vital
Keadaan umum : ( dituliskan kondisi pasien  tampak lemah/ sakit)
Tanda-tanda vital/ TTV/ Vital Sign :

N (Nadi  normal : 80-100X/ menit)


R (Nafas  normal : 16-24 X/ menit)
S (Suhu  normal : 36,80- 37,50 C)
TD ( Tekanan darah  120/80 mmHg)
Sistem Integumen
Sistem integumen merupakan komponen pertahanan primer tubuh, jadi jika terjadi gangguan
imun misalkan alergi atau infeksi pertama yang munujukkan gejala yaitu pada system imun.
Adapun data yang mungkin muncul pada pengkajian integument antara lain:
1. Alopesia parsial : merupakan kerontokan rambut disebabkan karena kurangnya
nutrisi akibat gangguan proses imunologi
2. Eritema : bercak merah seperti “Kupu-kupu” pada pipi dan hidung
3. Ruam : kemerahan
4. Edem : bengkak
5. Herpes : herpes ada 2 jenis yaitu herpes simpleks dan herpes zooster. Herpes
muncul saat imun tubuh menurun sehingga virus menjadi aktif
6. Bercak putih pada kulit : bercak putih yang muncul pada paasien dengan
gangguan system imun kemungkinan adalah jamur. Munculnya jamur ini karena
sistem imun tubuh menurun sehingga flora normal berkembang biak.
Sistem Saraf Pusat
Gangguan imun (mis: autoimun) menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian sel-sel saraf,
sehingga menimbulkan gangguan pada transmisi impuls baik sensorik maupun motorik saraf.
Pemeriksaan saraf pusat (meliputi fungsi luhur) pada pasien dengan gangguan imunologi
mungkin muncul gejala antara lain :
1. Umum : sakit kepala, parestesia, paralisis, neuritis, perubahan kesadaran
2. Kognitif : kerusakan memori, kerusakan konsentrasi, penurunan proses berpikir,
kacau mental

7
3. Motorik : gaya berjalan, kelemahan tungkai bawah, penurunan koordinasi
tangan, tremor, kejang
4. Perilaku : kurang menjiwai, menarik diri, emosional labil, perubahan kepribadian,
ansietas, mengingkari, psikosis, depresi
Sistem Penglihatan
Gangguan pada sistem penglihatan ini biasanya masih berhubungan dengan gangguan saraf
yang ditimbulkan akibat adanya reaksi imun. Gejala yang mungkin muncul :
1. Fotofobia
2. Berkurangnya lapang pandang penglihatan
3. Diplopia
4. Kebutaan
5. Pandangan kabur
6. Katarak
7. Kinjungtivitas & Ureitis
8. Papil edema

8
9

Anda mungkin juga menyukai