Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah susunan metode penyelesaian masalah dengan
menggunakan pendekatan ilmiah, yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis,
perencanaan, implementasi,, dan evaluasi. langkah pertama pada proses keperawatan
adalah pengkajian. pengkajian adalah tindakan yang dilakukakan untuk
mengumpulkan data. cara mengumpulakan data dapat melalui anamnesis atau
wawancara (terhadap klien maupun keluarga), observasi, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang lain. dari pengkajian kita dapat menentukan masalah
keperawatan yang dialami oleh klien. selanjutnya dapat di cari solusi/alternatif
penyelesaian masalahnya. berdasarkan prosesnya, pengkajian memiliki pern yang
cukup besar dan mendasar. suatu pengkajian yang mendalam memungkinkan seorang
perawat untuk mendeteksi perubahan yang cepat sehingga ia dapat melakukan asuhan
keperawatan pada klien secara tepat dan benar. pengkajian menghasilkan data dasar,
yang dirumuskan dari riwayat kesehatan/keperawata, pengkajian fisik, dan sumberl
ain dari pengkajian data.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Sistem Integumen


Kulit atau system integumen merupakan organ terbesar pada tubuh manusia,
membungkus otot-otot dan organ-organ dalam. kulit merupakan jalinan jaringan
pembuluh darah, saraf, kelenjar, yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi
untuk terserang penyakit. komposisi kulit mempunyai berat 1/6 dari total berat badan.
integument merupakan barier pelindung terhadap organisme penyebab penyakit;
organ sensorik untuk nyeri, suhu, dan sentuhan; serta dapat mensintesis vitamin D.
Cedera pada integumen beresiko terhadap keselamatan tubuh dan merangsang
respons penyembhan yang kompleks.
Sistem integument meliputi kulit, rambut, dan kuku. Sistem ini berfungsi
memberikan proteksi eksternal bagi tubuh, membantu dalam proses pengaturan suhu
tubuh, sebagai sensor nyeri, dan indera peraba.
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa,
kulit kepala, dan kuku. Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara
menyeluruh dan perubahan yang terjadi pada kulit umumnya berhubungan dengan
penyakit pada system organ lain.
Tujuan pengkajian kulit adalah untuk mengetahui kondisi kulit. Oleh karena
itu, perlu di uraikan keluhan umum dan riwayat lesi kulit yang khas. pemeriksaan
fisik lengkap khususnya pada lesi kulit, sangat diperlukan. hal ini penting untuk
menegakkan diagnosis. beri penekanan dan kaji lebih mendalam beberapa keluhan
penting selama anamnesis. bila anda memeriksa lesi kulit individu, pusatkan
perhatian pada sejumlah ciri fisik yang akan membantu anda memahami sifat dasar
penyakit kulit. ajukan pada pasien beberapa pertanyaan sederhana ketika anda
memeriksa lesi (Bursid, 1998 dalam Rahariyani, 2013).

1. Anamnesis
Tanggal dan waktu pengkajian harus dicantumkan guna mengetahui
perkembangan penyakit, kerena pada beberapa kasus, terjadi perubahan lesi yang
cepat. Anamnesis/wawancara yang dilakukan meliputi hal berikut:
a. Biodata
Tanyakan nama, umur (penting untuk menegetahui angka pravalensi), jenis
kelamin, pekerjaan, (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan
factor pekerjaan, (misalnya, dermatitis kontar alergi).

b. Riwayat Kesehatan
Yang harus dikaji meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu,
status kesehatan keluarga dan status perkembangan. Dalam mengkaji riwayat
kesehatan sekarang, pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan
klien. Misalnya, pada klien dengan keluhan gatal, dapat dikembangkan
pengkajiannya sebagai berikut.

P : Provocative/paliatif (pencetus)
Apa penyebab gatal tersebut?
Apa yang meringankan atau memperberat gatal?
Q: Quality/Quantity (Kualitas)
Bagaimana gambaran rasa gatal tersebut (seperti membakar, hilang timbul,
atau bercampur nyeri).
R : Region/Radiasi (Lokasi)
Rasa gatal tersebut terasa dimana? apakah menjalar? jika menjalar sampai
dimana?
S :Severity Scale (tingkat keparahan)
Berapa lama berlangsungnya dan apakah mengganggu aktivitas sehari-hari?
T: Timing (waktu)
Kapan pertama kali dirasakan? apakah timbul setiap saat atau sewaktu-waktu?

Untuk informasi tentang riwayat kesehatan dahulu, dapat diajukan


pertanyaan tentang masalah kesehatan yang pernah dialami, misalnya demam,
penyakit kulit yang pernah diderita, penyakit pernapasan atau pencernaan, riwayat
alergi, dan lain-lain. tentang status kesehatan keluarga, dapat ditanyakan ada
tidaknya anggota keluarga yang menderita gangguan kulit, kapan dimulainya
gangguan itu, dan adakah anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi.
Untuk status kesehatan keluarga, pertanyaannya dapat dikembangkan seputar
status kesehatan lingkungan klien. Bila klien masih berusia muda (anak-anak),
hamil, atau usia lanjut, pertanyaan yang diajukan juga harus berkaitan dengan
status perkembangannya.

Menurut bursaids (1998), keluhan utama yang biasanya mendorong klien


yang mengalami masalah integument untuk mencari pengobatan adalah nyeri,
gatal, kemerahan, kering, kasar, kulit tidak rata, terkelupas, panas, difungsi kulit,
adanya lesi, atau perubahan dari keadaan normal. Disamping menggali keluhan-
keluhan di atas, anamnesis harus menyelidiki tujuh ciri lesi kulit yang membantu
anda membuat diagnosis, yaitu:
1) Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu di gambar.
2) Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3) Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang
berkaitan.
4) Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali.
5) Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6) Riwayat pemaparan bahan lain dan pemakaian obat-obatan.
7) Efek terpapar sinar matahari

Dari keluahan utama klien, kita dapat mengkaji lebih dalam untuk
mengetahui riwayat penyakit sekarang agar dapat diperoleh data yang lebih
lengkap. Perawat tidak boleh meremehkan apapun keluhan klien dan harus
berusaha mengkaji lebih dalam dan lengkap agar data yang dikumpulkan akurat
sehingga permasalahan yang dihadapi oleh klien betul-betul jelas dan ditunjang
oleh data-data yang ada. Kita tidak bisa menentukan diagnosis keperawatan
berdasarkan data yang minim atau miskin data. Hal ini penting untuk
menghindari kesalahan dalam penentuan tindakan. Oleh karena itu, perawat harus
teliti dalam menanggapi rspons klien. Misalnya, saat terdapat keluhan nyeri,
perawat dapat menanyakan apakah lesi tersebut terasa nyeri atau gatal. Rasa nyeri
atau gatal timbul karena kulit banyak mengandung saraf. Apabila di temukan lesi
kulit, umumnya klien akan mengeluh nyeri atau gatal. kondisi inflamasi dan
edema juga menyebabkan rasa nyeri pada kulit. Meskipun umum terjadi, rasa
gatal (pruritis) disebabkan oleh banyak sekali kelainan sehingga spesifitasnya
dalam diagnosis tidak besar. Pruritis dapat terjadi pada kelainan setempat, seperti
dermatitis kontak. Sedangkan gatal yang tersebar ke seluruh tubuh, misalnya pada
penderita gagal ginjal kronis, terjadi akibat penumpukan kristal urea kulit.
Kasus kelainan kulit yang tidak disertai rasa nyeri mungkin penting untuk
diagnosis. Penyakit kulit yang menyerang berkas neuro vaskuler atau nervus dapat
menyebabkan anastesia atau hilang rasa, misalnya pada kasus plak lepr dan
syangker sifilis. Perawat perlu memberi perhatian khusus pada perkembangan rasa
nyeri dan lesi kulit yang dikeluhkan oleh klien. Misalnya, suatu dermatom
mengkin terasa sangat nyeri beberapa hari sebelum timbulnya vesikel herpes
zoster.

Pada keluhan utama berupa lesi, dapat dikembangkan pertanayan tentang


tempat lesi pertama kali terlihat. Lokasi anatomic lesi primer dan tempat lesi
berikutnya memberi petunjuk penting untuk diagnosis. Apakah ada gejala-gejala
lain yang timbul bersama dengan lesi kulit? perhatikan keluhan sistemik/umum
yang dikemukakan klien karena banyak lesi kulit merupakan menifestasi penya\kit
sistemik. Bagaimana perubahan lesi kulit setelah terlihat? catat urutan waktu dan
perkembangan perubahan kulit dan gejala atau tanda sistemik yang berkaitan.
Ajukan beberapa pertanyaan khusus. kapan lesi itu timbul untuk pertama kalinya?
apakah timbul sebagai lesi tunggal dan penyebaran atau semua lesi muncul
serentak? apakah lesi itu timbul tiba-tiba dalam beberapa menit atau secara
bertahap selama beberapa hari atau minggu? bagaimana perubahan lesi kulit
tersebut sejak timbul untuk pertama kalinya. pada beberapa kasus, lesi kulit dapat
berubah-ubah dan berkembang. Minta pasien mengenali lesi kulit secara spesifik
ketika anda melakukan anamnesis.

c. Riwayat Pengobatan atau terpapar zat


Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah di konsumsi atau pernahkah klien
terpapar fakror-faktor yang tidak lazim. Misalnya, terkena zat-zat kimia atau
bahan iritan lain. Apakah klien mengubah beberapa kebiasaanya? Tanyakan
apakah klien memakai sbun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang baru.
Apakah akhir-akhir ini klien bekerja atau berada di tempat lain? selidiki adanya
pemaparan pada obat-obaan, bahan toksi, atau kimia. selanjutnya, tanyakan apa
yang terjadi jika ruam tersebut terpapar sinar matahar. banyak kelainan kulit yang
terjadi akibatpengaruh gelombang ultraviolet sinar matahari.
d. Riwayat Pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.
Kebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien perlu ditanyakan. Misalnya bagaimana
pola tidur klien, sebab pola tidur dan istrahat sangat mempengaruhi kesehatan
kulit. jika seseorang kurang istrahat. kulit akan tampak kusam dan tidak berser
lingkungan kerja klien juga perlu di kaji untuk mengetahui apakah klien berkontak
dengan bahan-bahan iritan.bahan iritan tertentu dapat menimbulkan gangguan
kulit pada individu yang tidak tahan terhadap zat tersebut. Disamping itu,perlu
juga di kaji bagaimana gaya hidup klien , apakah klien suka begadang, minum-
minuman keras, olahraga atau rekreas, serta bagaimana pola kebersihandiri klian
(mandi, sikat gigi, dan meng.anti baju.

e. Riwayat psikososial
Keadaan psikologis klien perlu dikaji. stress yang berkepanjangan akan
mempengaruhi kesehatan kulit seseorang, bahkan dapat menimbulkan kelainan
kulit. disamping itu, dengan adanya masalah kulit yang timbul, dapat terjadi
gangguan pada konsep diri klien. Perawat perlu menjalin hubungan yang
harmonis dengan klien agar terbentuk rasa percaya antara klien terhadap perawat,
setelah hubungan rasa saling percaya timbul antara perawat dan klien, pertanyaan
yang lebih mendalam yang berkaitan dengan gnagguan kulit dan konsep diri klien
dapat diajukan. Misalnya, apakah gangguan kulit tersebut mempengaruhi aktivitas
sehari-hari? dengan adanya masalah kulit, apakah mempengaruhi pandangan klien
terhadap tubuhnya? apakah mempengaruhi perannya sebagai mahasiswa, orang
tua, isteri/suami? dan bagaimana perassan klien /keluarga dengan adanya
gangguan kulit tersebut?

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
Menurut bursaids (1998), teknik pemeriksaan kulit dapat dilakukan
melalui metode inspeksi dan palpasi. Agar data yang di peroleh dalam pengkajian
benar-benar tepat, pengkajian yang harus dengan pencahayaan yang memada, dan
yang tidak kalah penting penglihatan pemeriksa sendiri. Kulit harus dikaji secara
menyeluruh dan tidak terbatas pada lokasi abnormal saja. Perubahan pada kulit
dapat bersifat menyeluruh dan setempat.

Inspeksi dan palpasi, merupakan prosedur utama yang digunakan dalam


memeriksa kulit, dan pemeriksaan ini memerlukan ruangan yang terang dan
hangat. Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi. Pasien dapat melepaskan
seluruh pakaiannya dan diselimuti dengan benar. Sarung tangan harus selalu
dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit. Tampilan umum kulit dikaji dengan
mengamati warna, suhu, kelembapan, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus),
lesi, vaskularitas, mobilitas, dan kondisi rambut serta kuku. Tugor kulit, edema
yang mungkin terjadi dan elastisitas kulit harus dinilai dengan palpasi.
Keterampilan perawat dalam pengkajian fisik dan pemahamanya terhadap
anatomi dan fungsi kulit dapat menjamin bahwa setiap penyimpangan dari
keadaan normal akan dapat dikenali, dilaporkan, dan didokumentasikan.
Pemeriksaan pada kulit adalah non-invasif. Lesi pada kulit bisa saja hanya terjadi
pada epidermis, tapi juga bisa hingga jaringan kulit yang lebih dalam.

Pertanyaan yang harus ditanyakan pada klien dengan gangguan kulit:

1. Kapan lesi atau masalah kulit pertama kali muncul? dan bagaimana proses
perkembangannya?
2. Gejala apa yang ditimbulkan dengan adanya lesi tersebut?
3. Jelaskan hal-hal yang meringankan gejala tersebut.
4. Apakah lesi sudah pernah diobati? jika iya, jelaskan.
5. Pernahkah klien mengalami reaksi negative dalam menggunakan obat-obatan atau bahan
tertentu?
6. Apakah klien saat ini sedang menjalani pengobatan?
7. Jelaskan kondisi, makanan, atau bahan-bahan tertentu yang di pakai sebelum timbul lesi.
8. Apakah klien dan keluarga mempunyai riwayat alergi?
9. Apakah factor lingkungan (cuaca) mempengaruhi timbulnya lesi?
10. Bagaimana kondisi psikologis/emosi klien dalam kurun waktu terakhir?

Inspeksi
Lihat warna kulit klien bahwa sinar matahari. Normalnya kulit berwarna
cerah merah muda hingga kecokelatan ataupun hitam. Kulit yang tidak
terkena sinar matahari akan berwarna lebih terang, dan tampak pucat pada
orang yang tidak pernah / jarang terpapar sinar matahari.
Lihat adanya lesi pada kulit (primer ataupun sekunder).
Lihat apakah kulit klien tampak berminyak.
Palpasi
Raba permukaan kulit, rasakan kelembapannya. Normalnya kulit teraba
lembap, tetapi tidak basah.
Rasakan suhu pada permukaan tubuh, normalnya tubuh akan teraba
hangat.
Cubit sedikit pada bagian dada, atau lengan bagian dalam. Turgor kulit
akan kembali dalam waktu < 2 detik (nilai normal).
Untuk mengetahui adanya pitting edema, tekan perlahan pada daerah
pretibialis, dorsum pedis, atau sacrum. Jika ditemukan pitting edema, pada
area yang ditekan akan tampak bekas jari pemeriksa dan akan kembali
dengan lambat (> 2 detik).

Karakteristik kulit normal meliputi :


Warna
Warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan lainnya, dan
berkisar dari warna gading hingga cokelat gelap. Kulit bagian tubuh yang
terbuka, khususnya di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya
matahari, cenderung lebih berpigmen daripada bagian tubuh lainnya. Efek
vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam, sengatan matahari, dan inflamsi
akan menimbulkan bercak merah muda atau kemerahan pada kulit. Pucat
merupakan keadaan tidak adanya atau berkurangnya tonus, serta vaskularitas
kulit yang normal dan paling jelas terlihat pada konjungtiva. Warna kebiruan
pada sianosis menunjukan hipoksia selular dan mudah terlihat pada
ekstermitas, dasar kuku, bibir, serta membrane mukosa. Ikterus, yaitu kulit
yang mengunung, berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin
serum dan sering kali terlihat pada sclera, serta membrane mukosa.
Tekstur kulit
Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang. Pajanan matahari, proses
penuaan, dan perokok berat akan membuat kulit sedikit lembut. Normalnya
kulit adalah elastic dan dapat cepat kembali apabila dilakukan pencubitan yang
sering disebut dengan turgor kulit baik.

Suhu
Suhu kulit normalnya hangat, walaupun pada beberapa kondisi pada bagian
perifer seperti tangan dan telapak kaki akan teraba dingin akibat suatu kondisi
vasokontriksi.
Kelembapan
Secara normal kulit akan teraba kering apabila disentuh. Pada beberapa
kondisi seperti adanya peningkatan aktivitas dan pada peningkatan kecemasan,
kelembapan akan meningkat.
Bau busuk
Kulit normalnya bebas dari segala bau yang tidak mengenakan. Bau yang
tajam secara normal dapat ditemukan pada peningkatan produksi keringat
terutama pada area aksila dan lipat paha.

1) Mengkaji pasien dengan kulit gelap


Gradasi warna yang terjadi pada orang yang berkulit gelap terutama
ditentukan oleh transmisi genetic; gradasi ini dapat dinyatakan sebagai warna
yang cerah, sedang atau gelap. Pada orang yang berkulit gelap, melanin
diproduksi dengan kesepatan yang lebih besar dan dengan jumlah yang lebih
banyak dibandingkan pada orang yang kulitnya lebih cerah. Kulit yang gelap
dan sehat memiliki dasar kemerahan atau undertone. Mukosa pipi, lidah, bibir
dan kuku dalam keadaan normal tampak merah muda. Dalam memeriksa
pasien berkulit gelap, cahaya ruangan harus baik dan pemeriksaan dilakukan
terhadap kulit serta dasar kuku di samping mulut. Semua daerah yang
dicurigai harus dipalpasi. Derajat pigmentasu pada kulit pasien yang berwarna
gelap dapat mempengaruhi penampakan suatu lesi. Lesi dapat berwarna hitam,
ungu, abu-abu, dan bukannya berwana merah atau coklat kekuningan seperti
yang terlihat pada pasien berkulit cerah.
Eritema. Karena adanya kecenderungan pada kulit yang gelap untuk berwana
kelabu kebiruan ketika terdapat reaksi inflamasi, eritema (kemerahan pada
kulit yang disebabkan oleh kongesi kapiler) mungkin sulit terdeteksi. Untuk
menentukan inflamasi yang mungkin terdapat, kuit dipalpasi agar
bertambahnya kehangatan dan kelicinan (edema) atau kekerasan pada kulit
dapat diketahui. Kelenjarlimfe di sekitarnya juga harus dipalpasi.
Ruam. Pada kasus-kasus pruritus, kepada pasien harus diminta untuk
menunjukkan bagian tubuh yang terasa gatal. Kemudian kulit diregangkan
dengan hati-hati untuk mengurangi tonus kemerahan dan membuat ruam
tersebut menghilang. Perbedaan tekstur kulit dinilai dengan menggerakkan
ujung-ujung jari tangan yang menyentuh secara ringan pada permukaan kulit.
Biasanya, bagian tepi ruam dapat diraba. Mulut dan telinga pasien harus turut
diperiksa. (Kadang-kadang rubeola atau campak akan menimbulkan ruam
berwarna pada ujung telinga). Akhirnya, suhu pasien dinilai dan kelenjar limfe
dipalasi.
Sianosis. Bila seseorang pasien yang bekulit gelap mengalami syok, kulit
biasanya berwarna kelabu. Untuk mendeteksi sianosis, daerah sekitar mulut
serta bibir dan daerah tulang pipi serta duan telinga harus diamati. Indikator
lainnya adalah kulit yang basah dan dingin; denyut nadi yang cepat serta
dangkal. Ketika dilakukan pemeriksaan konjungtiva dan palpebra untuk
menemukan ptekie, tanda ini tidak boleh dikelirukan dengan endapan melanin
yang normal.
Perubahan warna. Perubahan warna kulit pada orang yang berkulit gelap
dapat dikehui dan biasanya menimbulkan distress pada pasiennya. Sebagai
contoh, hipopigmentasi (kehilangan atau kekurangan warna kulit) yang
disebabkan oleh vitiligo (suatu keadaan yang ditandai oleh penghancuran
melanosit pada daerah kulit yang terbatas atau luas) dapat menimbulkan
keprihatinan yang lebih besar pada orang yang berkulit gelap karena lesi ini
lebih mudah terlihat. Hiperpigmentasi (peningkatan warna) dapat timbul
setelah penyakit atau cedera kulit. Lipatan nasal berpigmen di bawah mata
mnungkin merupakan tanda eksternal alergi. Namun, guratan berpigmen pada
kuku dianggap sebagai keadaan normal.
Pada umumnya, orang yang berkulit gelap akan menderita kelainan kulit yang
sama seperti orang yang berkulit cerah, kendati lebih kecil kemungkinannya
untuk mengalami kanker kulit dan scabies. Sebaliknya, orang yang berkulit
gelap memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami
pembentukan keloid atau jaringan parut dan kelainan yang mengakibatkan
oklusi atau penyumbatan folikel rambut.

Perubahan Warna Pada Kulit Berwarna Gelap Dan Terang


N
Etiologi Kulit Terang Kulit Gelap
o
1 Pucat Pucat menyeluruh Kulit cokelat tampak
Anemiapenurunan berwarna cokelat kuning,
hematorkit suram;
Syokpenurunan Kulit hitam tampak kelabu,
perfusi, vasokontriksi suram (amati bagian kulit
dengan pigmentasi paling
Pucat yang terlokalisasi dan sedikit seperti: konjungtiva,
Insufisiensi arterial tampak nyata (ekstremitas membrane mukosa)
setempat bawah, khususnya kalau Warna kelabu, suram; dingin
ditinggikan) pada palpasi
Merah muda keputihan
Albinismetidak adanya Cokelat muda, krim, putih
sama sekali pigmen
melanin Bercak-bercak berupa putih
susu yang sering simetris Sama
Vitilogidepigmentasi bilateral
berupa bercak-bercak
yang disebabkan oleh
penghancuran melanosit
2 Sianosis
Peningkatan jumlah Biru gelap Gelap tetapi suram, tidak
hemoglobin yang tidak bercahaya. Hanya sianosis
teroksigenasi: berat yang tampak pada
Sentralpenyakit kulitati konjungtiva, mukosa
jantung dan paru kronik oral, dasar kuku)
menyebabkan denaturasi Dasar kuku berwarna gelap
arterial
Periferpajanan udara
dingin, ansietas
3 Eritema
Hiperemiapeningkatan Merah, merah muda yang Bercak keunguan tetapi sulit
alran darah lewat terang dilihat (lakukan palapsi untuk
pembuluh arteri yang memeriksa peningkatan
menggembung seperti kehangatan pada inflamasi,
pada inflamasi, demam, kulit yang kencang dan
konsumsi alcohol, pengerasan jaringan
blushing Biru kemerahan pada wajah, profunda)
Polisitemia mukosa oral, konjungtiva,
peningkatan sel darah tangan, dan kaki Tersembunyi dengan baik
merah, stasis kapiler Warna merah ceri terang oleh pigmen (amati warna
Keracunan karbon pada wajah dan badan kemerahan pada bibir)
monoksida sebelah atas
Rubor/merah yang gelap Warna merah ceri pada dasar
Stasis darah vena
pada ekstremitas yang kuku dan mukosa oral
penurunan aliran darah
dependen (awal timbulnya Mudah terselubung (lakukan
dari daerah yang stasis,
nekrosis pada ulkus palpasi untuk mengetahui
pembuluh venula yang
dekubitus) rasa hangat atau edema)
menggembung
4 Ikterus
Penigkatan kadar bilirubin Pertama-tama warna kunig Lakukan pemeriksaan skelra
serum yang melebihi 2-3 pada sclera, palatum durum, untuk menemukan warna
mg/100 ml akibat inflamasi membrane mukosa, kuning di dekat limbus.
hati atau kelainan hemolitik kemudian pada kulit Jangan samapi keliru dengan
sebagaimana terjadi pada endapan lemask normak yang
luka bakar atau beberapa berwarna kekuningan pada
jenis infeksi yang berat bagian perifer mata di bawah
kelopak mata. Ikterus dapat
dilihat paling jelas pada
tempat pertemuan palatum
Karotenemiapeningkatan Warna kuning-jingga pada durum dengan palatum mole;
kadar karoten serum daerah dahi, telapak tangan juga pada telapak tangan.
akibat mengkonsmusi dan kaki, lipatan nasolabial;Warna kuning-jingga pada
dalam jumlah besar tetapi tidak terdapat warna telapak tangan dan kaki
makanan yang banyak kuning pada sclera atau
mengandung karoten membrane mukosa
Uremiakegagalan ginjal Warna hijau-jingga atau
menyebabkan retensi pucat keabuan akibat
pigmen urokrom di dalam anemia. Dapat pula dijumpai Mudah tertutupi (bergantung
darah ekimosis dan purpura pada hasil pemeriksaan
laboratorium dan klinik)

5 Cokelat Muda
Penyakit Addison Gambaran berwarna Mudah tertutupi (bergantung
defisiensi kortisoltembaga (bronzed), cokelat pada hasil pemeriksaan
menstimulasi peningkatan muda, yang terlihat paling laboratorium dan klinik)
produksi melanin nyata di sekitar putting susu,
perineum, genitalia, dan
tempat-temoat tekanan (paha
sebelah dalam, bokong, siku,
aksila)
Bercak-bercak caf au lait Bercak berwarna sawo
karena peningkatan matang sampai cokelat
pigmen melanin pada terang, berbentuk ireguler
lapisan sel basal dan oval dengan bagian tepi
yang batasnya tegas
(Jarvis, C. Physical Examination and Health Assesment. Philadelphia, WB Saunders 1992)

2) Mengkaji lesi kulit


No Jenis Lesi Contoh Lesi Gambar
Lesi kulit primer
1 Macula, Bercak Noda pada wajah Makula:
(Patch) (freckles), mola
- Makula: yang datar, ptekie,
<1 cm, tepi rubella, vitiligo,
sirkumskripta port wine stains,
ekimosis
- Patch : Pathct:
>1 cm, tepi ireguler
- Rata, tidak teraba
dan warna kulit
berubah (warnanya
dapat berubah
menjadi cokelat,
putih, cokelat
kekuningan, ungu,
merah)
2 Papula, Plak Papula: Nevi Papula:
- Papula: <0,5 cm yang menonjol,
- Plak: >0,5 cm veruka, lichen
- Massa yang menonjol, planus
teraba dan padat
- Tepi yang Plak: Psoriasis,
sirkumkrista keratosis aktinat
- Plak dapat berupa Plak:
papula yang
menyatu dengan
puncak yang datar

3 Urtika (Bintul) Biduran Urtikaria:


- Massa yang (urtikaria),
menonjol dengan gigitan serangga
batas yang tidak
jelas
- Sering tidak teratur
- Ukuran dan warna
bervariasi
- Disebabkan oleh
gerakan cairan
serosa kedalam
dermis
Tidak mengandung
cairan bebas dalam
rongga seperti
misalnya pada vesikel
4 Vesikel, Bulla Vesikel : Vesikel:
- Vesikel : < 0,5 cm herpes
- Bulla : >0,5 cm simpleks/zoster,
Massa yang varisela,
sirkumskripta, keracunan
menonjol dan teraba tanaman, luka
mengandung cairan bakar derajat dua
serous (lepuh)
Bulla :
pemfigus,
dermatitis kontak, Bulla:
bister luka bakar
yang besar,
keracunan
tanaman,
impetigo bulosa

5 Nodul, Tumor Nodul : Nodul:


- Nodul : 0.5 2 cm lipoma,
- Tumor : > 1-2 cm karsinoma sel
- Massa yang skuamosa,
menonjol, teraba suntikan yang
dan padat tidak terserap
- Meluas lebih dengan baik,
dalam kedalam dermatofibroma.
epidermis Tumor :
dibandingkan lipoma yang lebih
papula besar, karsinoma
- Nodul memiliki Tumor:
tepi yang
sirkumskripta
Tumor tidak selalu
memiliki tepi yang
tajam
6 Pustulla Akne, impetigo,
- Vesikel atau bulla turunkel,
yang berisi pus karbunkel.
7 Kista Kista sebasea,
- Massa semi padat kista epidermoid.
atau berisi cairan
yang berkapsul
Dalam jaringan
subkutan atau dermis
Lesi kulit sekunder
1 Parut (sikatriks) Insisi bedah atau
- Bekas pada kulit luka yang sembuh
yang tertinggal
sesudah suatu luka
atau lesi
mengalami
kesembuhan
- Menggambarkan
pergantian oleh
jaringan ikat dan
jaringan yang
cedera
- Jaringan parut
yang muda; merah
atau ungu
- Jaringan parut
yang masak
(mature); putih
atau mengkilap
2 Erosi Vesikel yang
- Hilangnya lapisan ruptur, bekas-
epidermis yang bekas
superfisial goresan/garukan
- Tidak meluas ke
lapisan epidermis
Daerah cekung yang
basah
3 Ulkus Ulkus stasis akibat
- Kehilangan kulit insufisiensi
meluas melampaui venous, ulkus
lapisan epidermis dekubitus.
- Kehilangan
jaringan nekrotik
- Pendarahan dan
pembentukkan
sikatriks dapat
terjadi
4 Keloid Keloid pada luka
- Jaringan sikatriks insisi bedah atau
yang mengalami penusukkan daun
hipertrofi telinga
- Terjadi sekunder
akibat
pembentukkan
kolagen yang
berlebihan selama
proses
penyembuhan
- Menonjol,
ireguler, berwarna
merah
- Insidensi yang
terbesar pada
populasi kulit
berwarna (seperti
orang afrika-
amerika)

5 Fissura Bibir atau tangan


- Retakkan linier yang pecah-pecah,
pada kulit tinea pedis
Dapat meluas ke
dalam dermis

6 Atrofi Kulit yang menua,


- Gambaran insufisiensi arterial
epidermis yang
tipis, kering dan
transparan
- Hilangnya garis-
garis pada
permukaan kulit
- Terjadi sekunder
akibat hilangnya
kolagen dan
elastin
Pembuluh darah yang
ada dibawahnya dapat
terlihat
7 Skuama (sisik) Ketombe,
- Pembentukkan psoriasis, kulit
skuama (sisik) yang kering,
terjadi sekunder pitinasis rosea
akibat proses
deskuamasi epitel
yang mati
- Skuama dapat
melekat pada
permukaan kulit
- Warna bervariasi
(keperakan, putih)
Tekstur bervariasi
(tebal, halus)
8 Krusta (Kerak) Residu yang
- Residu serum, tertinggal sesudah
darah atau pus ruptura vesikel:
yang mengering impetigo, herpes,
pada permukaan eczema
kulit
- Krusta yang lebar
dan melekat
disebut scab

9 Likenifikasi Dermatitis kontak


- Kulit yang
menebal dan
menjadi kasar
- Garis-garis kulit
yang semakin
nyata
Dapat terjadi sekunder
akibat gesekan, iritasi
atau garukan yang
berulang-ulang
10 Petekie
- Makula merah atau
ungu dan
berbentuk bulat
- Berukuran kecil 1-
2 mm
- Terjadi sekunder
akibat ekstravasasi
darah
- Berkaitan dengan
kecenderungan
perdarahan atau
emboli pada kulit
11 Ekimosis
- Lesi berbentuk
macula yang
bundar atau
ireguler
- Lebih besar
daripada petekie
- Warna bervariasi
dan berubah:
hitam, kuning, dan
hijau
- Berkaitan dengan
trauma,
kecenderungan
berdarah
12 Cherry Angioma
- Papuler dan bulat
- Merah atau ungu
- Terlihat pada
ekstremitas
- Menjadi pucat
ketika ditekan
- Perubahan kulit
yang normal yang
berhubungan
dengan penuaan
- Biasanya tidak
memiliki makna
klinik
13 Spider Angioma
- Lesi arteriole yang
berwarna merah
- Memiliki badan di
tengan dengan
cabang-cabang
yang menyebar
- Terlihat pada
wajah, leher,
lengan, badan
- Jarang terlihat di
bawah pinggang
- Menjadi pucat
ketika ditekan
- Berkaitan dengan
penyakit hepar,
kehamilan,
defisiensi vitamin
B
14 Telangiektasis
(Venous Star)
- Bentuk bervariasi:
mirip laba-laba
atau bintang
- Berwarna kebiruan
atau merah
- Tidak memucat
ketika ditekan
- Terlihat pada
tungkai, dada
bagian anterior
- Terjadi sekunder
akibat dilatasi
superficial
pembuluh vena dan
kapiler
- Berkaitan dengan
peningkatan
tekanan vena
(varikosa)

3) Mengkaji Vaskularitas dan Hidrasi


Setelah warna kulit diinspeksi dan keadaan lesi dicatat, pengkajian
terhadap perubahan vaskuler pada kulit harus dilakukan. Uraian tentang
perubahan vaskuler mencakuplokasi, distribusi, warna, ukuran dan adanya
pulsasi. Perubahan vaskuler yang terjadi ditemukan adalah petekie,
ekimosis, telangiektasis, angioma, dan venous stars. Kelembaban kulit,
suhu dan tekstur kulit dinilai terutama dengan cara palpasi. Elestisitas kulit
yang menurun pada proses penuaan yang normal dapat menjadi salah satu
factor untuk menilai status dehidrasi seorang pasien.

4) Pengkajian ulkus tekan

Terbentuknya ulkus tekan pada pasien penyakit kritis adalah suatu


komplikasi yang dapat dicegah. Kesulitan muncul pada pasien yang
mengalami disfungsi pada banyak sistem yang disertai dengan defisiensi
cairan, dektrolit, dan nutrisi. Titik ulkus tekan yang sering terjadi adalah
pada oksiput, skapula, akrum, bokong, iskium, tumit, dan jari-jari kaki.
Tekanan yang timbulkan oleh bobot tubuhlah yang menyebabkan aliran
darah arteri dan kapiler berkurang, sehingga menyebabkan peristiwa
iskemia ini. Oleh karena itu, posisi harus sering diubah untuk mencegah
terbentuknya ulkus tekan. Ulkus tekan pada jari kaki terjadi akibat tekanan
dari seprei tempat tidur pada kaki. Alat balutan dan balutan luka dapat
menyebabkan tekanan pada kulit, menyebabkan penurunan aliran darah.
Bagian belakang leher pasien yang terpasangsang trakeostomi harus dikaji
karena penahan slang dapat dipasang terlalu ketat. Plester yang slang
nasogastrik harus dilepaskan secara teratur dan kondisi ujung hidung dan
lubang hidung dikaji untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi
akibat tekanan dari slang

Membantu pasien mengubah posisi adalah sangat penting dalam


mencegah terbentuknya ulkus tekan. Selain itu, menjaga kulit tetap bersih
dan kering adalah prasyarat dalam mencegah terjadinya ulkus tekan.
Kelembapan meningkatkan risiko maserasi kulit dan meningkatkan
kerentanannya untuk terluka. Zat infeksius dalam drainase luka atau fase
meninglkatkan resiko pembentukan ulkus dan akan menjadi sumber utama
terjadinya sepsis.

Pasien yang mengalami penurunan sensasi (mis, akibat cedera otak


alau cedera medula spinalis atau akibat neuropali perifer seperti yang
disebahkan eleh diabetes) beresiko tinggi mengalami ulserasi karena
mereka merasakan ketidaknyamanan saat berada dalam satu posisi dalam
waktu lama. Begitu juga, pasien yang mengalami sedasi atau sering
mendapatkan dosis analgesik beresiko tinggi mengalamimasalah terkait
dengan imobilitas mereka. Pasien yang sirkulasinya buruk, seperti yang
sebabkan oleh hipotensi, gagal jantung, atau insufisiensi vaskular perifer,
juga berisiko tinggi karena kemungkinan terjadi hipoksia jaringan. Kurang
pergerakan kemudian akan mempercepat proses terbentuknya ulkus tekan.

Mengidentifikasi individu yang berisiko paling tinggi untuk


mengalami ulkus tekan adalah suatu pokus pengkajian. Mengenali bahwa
terdapat gambaran tertentu yang meningkatakn resiko pasien untuk
mengalami alkus tekan memungkinkan perawat perawatan kritis
meningktkan pemantauannya dan mengimplementasi modalitas terapi
preventif. Masalah persepsi sensoris, kelembapan, aktivitas, mabilitas,
nutrisi, dan friksi serta daya robekan meningkatkan resiko pasien
mengalami ulkus tekan, yang melemahkan dan mahal untuk ditangani.
Pasien yan menderita penyakit kritis adalah bagian dari sekelompok
individu yang memiliki keterbatasan paling bermakna dalam parameter ini
dan oleh karena itu berisiko sangat tinggi untuk mengalami ulkas lekan.

Banyak perangkat untuk mengkaji risiko ulkus tekan menggunakan


suatu sistem titik." Braden Scale For Predicting Pressure score Risk, yang
direkomendasikan dalam panduan yang dibuat oleh US. Agency for
Health Care Policy and Research dan yang telah digunakan di rumah
sakit, memerlukan pengkajian harian dengan enam parameter dan
memberikan skor angka yang berkisar dari skor berisiko paling tinggi yaitu
6 sampai skor berisiko sangat terbatas atau minimal yaitu 23. Orang
dewasa yang memiliki skor kurang dari 16 (18 untuk lansial) dianggap
berisiko dan direkomendasikan intervensi khusus untuk mencegah
ulserasi. Telah dilakukan beberapa penelitian untuk menetapkan risiko
relatif di antara individu berkulit gelap dengan menggunakan skor batas
yang lebih tinggi yaitu 18. Suatu studi A2002 oleh Bergstrom dan Braden
membandingkan batas untuk populasi kulit hitam dan kulit putih dan
menemukan tidak ada perbedaan skor di antara kedua populasi tersebut,
tetapi skor 18 paling dapat memprediksikan risiko alkus rekan bagi kedua
kelompok.

Selama pengkajian kulit, perawat harus mewaspadai adanya tanda-


tanda kerusakan kulit.

5) Pengkajian tumor kulit


Nervus jinak dan keratosis adalah lesi kulit yang terjadi dan jinak.
Nevus jinak atau mola tampak dalam dua sampai tiga dekade pertama dan
penampakan tetap tidak berubah sepanjang waktu. Lesi ini memiliki
batasan yang jelas, berwarna sama, dan berbentuk bulat atau oval. Nevus
dikaji secara periodik untuk mengetahaui adanya perubahan karena
perubahan dapat mengindikasikan displasia jaringan dan risiko melanoma.
Keratosis seboreik adalah lesi yang sering terjadi, berwarna kuning sampai
cokelat yang digambarkan seperti beludru disentuh. Lesi ini sering kali
multipel dan tersebar secara simetris pada batang tubuh dan wajah, lesi
prakanker (keratosis aktinik) adalah bercak-bercak tebal yang keras, yang
terbentuk pada area kulit yang terpajan sinar matahari, terutama pada
individu berwarna kulit terang. Lesi ini digambarkan sebagai lesi "putih,
keratotik bersisik (bertanduk) pada area tubuh yang terpajan. Lesi ini
memerlukan perhatian karena terdapat risiko untuk terjadinya karsinoma
sel squamosa.

Kanker kulit adalah tipe kanker yang paling sering terjadi di


Amerika Serikat. Diperkirakan 40% sampai 50% individu yang hidup
sampai berusia 65 tahun akan di diagnosis menderita kanker kulit minimal
sekali." Kanker sel basal dan sel skuamosa sering kali dikelompokkan
sebagai kanker kulit nonmelanoma. Karsinoma sel basal ditemukan secara
eksklusif pada individu berkulit terang dan muncul dari folikel rambut di
kepala dan leher. Pajanan kumulatif dan berkepanjangan terhadap sinar
matahari diketahui sebagai penyebab karsinoma sel basal. Tumor ini
tumbuh secara lambat dan jarang bermetastasis tetapi menyebabkan
kerusakan dan perubahan bentuk kulit secara lokal. Karsinoma sel basal
tampak memiliki batasan seperti mutiara, dengan bagian tengah cekung.
dan bagian tepi bergulung.

Karsinoma sel skuamosa mengenai membran kulit dan membran


mukosa. Seperti kanker sel basal, penyebab utama adalah pajanan terhadap
sinar ultraviolet. Radiasi dan kerusakan jaringan akibat jaringan parut,
ulkus, dan fistula dapat menyebabkan karsinoma sel skuamosa. Kanker ini
dapat bersifat invasif dan lebih ganas dibandingkan kanker sel basal jika
tidak diobati dengan tepat. Saat terbentuk, karsinoma tampak
hiperkeratotik dan dapat membentuk ulkus dan berdarah.

Melanoma ganas merupakan lesi yang bermetastasis secara luas


yang muncul dari sel penghasil melanin dalam tubuh. Frekuensi melanoma
ganas di seluruh dunia berkembang dengan lebih cepat dibandingkan
kanker lain, kecuali kanker paru. Mereka yang berisiko tinggi adalah
individu yang berkulit terang, individu yang rentan terkena sinar matahari,
dan individu yang memiliki riwayat keluarga menderita melanoma. Lokasi
yang paling sering menjadi tempat terbentuknya lesi ini adalah di batang
tubuh pada pria dan di tungkai pada wanita. Tumor memiliki tepi yang
tidak teratur, berwarna cokelat gelap atau hitam, dan biasanya lebih besar
dari 6 mm. American Cancer Society (ACS) merekomendasikan
pemeriksaan sendiri terhadap melanoma tiap bulan dengan menggunakan
"ABCD. A adalah asinietris, B adalah batas (apakah tidak teratur, kasar,
berlekuk, atau berwarna kusam?), C adalah warna (cokelat gelap atau
hitam, merah, putih, atau biru?), dan D adalah diameter.

Saat berada di lingkungan perawatan kritis, mungkin saja


melakukan pengkajian menyeluruh terhadap lesi kulit yang dicurigai
kemungkinan kanker, rujuk pasien ke ahli kulit atau ahli onkologi, dan
mulai terapi lebih cepat daripada terjadi masalah yang lebih besar.
6) Pengkajian kulit pada lansia

Seiring dengan penuaan, terdapat perubahan yang diperkirakan


akan terjadi pada integumen. Dengan kehilangan jaringan lemak
dibawahnya dan dengan penurunan vaskularitas lapisan dermal, kulit
menjadi tipis, keriput, dan turgornya menghilang. Pajanan terhadap sinar
matahari yang berkepanjangan atau berulang menyebabkan kulit tampak
menjadi kuning atau tebal. Bercak atau makula berwarna ungu akibat
kebocoran darah ke jaringan setelah cedera minimal dapat terjadi. Lesi ini
disebut purpura aktinik dan terjadi karena kapiler di bawahnya kehilangan
perlindungan dari lemak hypodermal. Kulit kering dan pecah-pecah terjadi
akibat penurunan aktivitas kelenjar sebasea dan keringat dan biasa terjadi
pada pasien lansia. Lentigo solar, kadang kala di sebut "bintik hati.
tampak sebagai makula datar berwarna terang sampai cokelat gelap dan
dapat terlihat tersendiri atau berkelompok pada area wajah atau tangan
yang terpajan sinar matahari.

Pada lansia, warna rambut sering berubah menjadi abu-abu karena


menghilangnya melanin. berkurangnya kadar hormon menyebabkan
perubahan ukuran folikel rambut dan menimbulkan perubahan dari rambut
terminal yang kasar menjadi rambut velus yang lembut dan Penipisan
rambut terlihat pada kedua jenis kelamin. Namun perubahan sebaliknya,
dari velus ke terminal terjadi pada rambut hidung dan pada tragus di
telinga pria.

Penurunan sirkulasi perifer menyebabkan perubahan kuku. Kuku


tumbuh lebih lambat tetapi sering lebih tebal dan lebih rapuh, dan memiliki
kecenderungan untuk terbagi menjadi beberapa lapisan. Keterbatasan
mobilitas seiring dengan pertambahan waktu dapat membuat kuku pasien
lansia tampak tidak terpelihara dan mungkin memerlukan perhatian dan
perawatan dari seorang podiatris.

Risiko pembentukan ulkus tekan pada lansia meningkat karena


keterbatasan mobilitas lebih besar dan karena gangguan sirkulasi perifer akibat
gangguan kardiovasku, neurologis, dan metabolik. Setelah terbentuk, ulkus
tekan pada populasi ini sembuh lebih lambat dan sering kali dipersulit oleh
menghilangnya respons imun pasien lansia.

7) Pengkajian kulit pada anak anak

Pengkajian kulit pada anak-anak banyak memiliki persamaan dengan


pengkajian kulit lansia tetapi sangat penting untuk mengetahui bahwa
beberapa temuan memiliki makna berbeda dikarenakan sifat kulit anak.
Normalnya, kulit anak lembut, halus, dan sedikit kering. Kulit yang secara
lokal sangat kering dapat mengindikasikan ekzema, krusta pada kulit kepala,
atau ruam akibat popok. Kulit yang sangat kering di seluruh tubuh dapat
mengindikasikan defisiensi vitamin A atau dapat berhubungan dengan terlalu
sering mandi.

Karena pengurangan pajanan terhadap sinar matahari secara total, lesi


hitam, yang dianggap temuan umum pada lansia dapat mengindikasikan
adanya perubahan maligna pada anak. Memar pada anak dapat
mengindikasikan adanya trauma yang disengaja dan perhatian diberikan pada
lokasi memar dan pada warnanya. Setelah memar berlangsung lama, warnanya
berubah dari ungu menjadi kehijauan. Perawat perawatan kritis harus
memastikan bahwa perhatian khusus diberikan pada kulit anak di lingkungan
perawatan kritis terkait dengan lesi akibat penyakit infeksi, kulit dikaji untuk
mengetahui adanya ruam yang dapat mengindikasikan infeksi bakteria atau
virus,

b. Rambut
Pengkajian rambut dilaksanakan dengan cara inspeksi dan palpasi.
Sibak rambut pasien agar kondisi kulit yang ada dibaliknya dapat dilihat lebih
mudah; kemudian perawat harus mencatat warna, tekstur, serta distribusinya.
Inspeksi
Perhatikan penyebaran rambut di seluruh tubuh, penyebaran rambut
akan tampak lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Lihat
kebersihannya, catat adanya tinea kapitis, tinea korporis, kutu, dan
lain-lain. Lihat warnanya, warna rambut berbeda-beda tergantung suku
bangsanya.
Palpasi
Rasakan apakah rambut berminyak. Tarik sedikit rambut, catat jika ada
kerontokan rambut atau alopesia (rontok berlebihan).

1) Warna dan Tekstur.


Warna rambut yang alami berkisar dari putih hingga hitam. Warna rambut
mulai berubah menjadi kelabu ketika seorang menjadi tua dan perubahan
ini pertama kalinya terlihat dalam decade usia ketiga hilangnya melanin
mulai terjadi. Orang dengan albinisme mempunyai predisposisi genetic
untuk teradinya uban sejak lahir. Kondisi alami rambut dapat berubah
dengan penggunaan pewarna rambut, pemutih dan produk untuk
memngeriting atau meluruskan rambut. Tipe-tipe produk yang digunakan
harus diketahui dalam pengkajian. Tekstur rambut kulit kepala berkisar
dari halus hingga tebal; ulet hingga mudah patah; berminyak hingga
kering; dan lurus, berombak atau keriting. Rambut kering dan mudah patah
dapat terjadi akibat penggunaan pawarna rambut yang berlebihan,
pengering rambut, dan alat pengerting atau akibat gangguan fungsi tiroid.
Rambut berminyak biasanya disebabkan oleh peningkatan sekresi kelenjar
sebasea di dekat kulit kepala.
2) Distribusi.
Distribusi rambut tumbuh bervariasi menurut lokasinya. Rambut yang
tumbuh di seluruh badan memilki tekstur yang halus kecuali rambut di
aksila dan pubis, kasar serta tumbuh pada usia pubertas. Distribusi rambut
pada laki-laki memiliki bentuk wajik yang meluas sampai daerah
umbilicus. Rambut pubis wanita menyerupai segitiga terbalik. Jika pola
distribusi yang ditemukan tampak lebih khas dari pola distribusi yang
ditemukan, tampak lebih khas dari jenis kelamin yang berlawanan. Laki-
laki cenderung memiliki rambut pada wajah dan badan yang lebih banyak
ketimbang wanita. Kerontokan rambut, alopesia, dapat terjadi di seluruh
tubuh atau pada suatu daerah tertentu. Kerontokan rambut kepala dapat
terlokalisasi pada derah tertentu atau dapat berkisar mulai dari penipisan
rambut yang menyeluruh hingga kebotakan total. Ketika menilai
kerontokan rambut kepala, kita harus menyelidiki penyebab yang
mendasari bersama pasien. Kerontokan rambut yang terlokalisasi dapat
terjadi akibat kebiasaan mencabut rambut atau traksi berlebihan pada
rambut; pemakaian bahan pewarna, pelurus atau minyak rambut yang
berlebihan; pemakaian preparat kemoterapi (doksorubisin atau
siklofosfamid); infeksi jamur; atau penyakit kanker atau mola pada kulit
kepala. Pertumbuhan rambut kembali dapat abnormal dan distribusinya
tidak pernah mencapai ketebalan semula.
3) Kerontokan Rambut.
Penyebab kerontokkan rambut yang paling sering adalah kebotakan tipe
pria yang mengenai lebih dari separu populasi laki-laki dan dikaitannya
dengan hereditas, penuaan serta kadar hormone androgen. Androgen
diperlukan untuk terjadinya kebotakan pola-pria. Pola kerontokan rambut
tersebut dimulai dengan surutnya garis rambut di daerah frontotemporal
dan kemudian berlanjut dengan penipisan gradual serta kehilangan total
rambut pada puncak kepala.
4) Perubahan lainnya.
Distribusi rambut pola-pria yang dinamakan Hirsutisme dapat terlihat
pada sebagian wanita pada saat menopause ketika hormone esterogen tidak
lagi diproduksi oleh ovarium. Pada wanita yang mengalami hirsutisme,
rambut yang berlebihan dapat tumbuh di daerah wajah, dada, bahu, dan
pubis. Kalau menopause sudah disingkirkan sebagai etiologi yang
mendasarinya, kelainan hormonal yang berhubungan dengan distribusi
hipofise atau adreanal harus dicari.

c. Kuku
Kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi,
pekerjaan, dan tingkat perawatan diri seseorang, bahkan status psikologis juga
dapat diungkapkan dari adanya bukti bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji,
kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan,
dan tingkat perawatan diri seseorang bahkan status psikologis juga dapat
diungkapkan dari adanya bukti bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji kuku,
perawat mengumpulkan riwayat singkat. Bagian kuku yang paling dapat
dilihat adalah plat kuku, lapisan transparan sel epitel yang menutupi bantalan
kuku. Vaskularitas bantalan kuku member warna lapisan di bawah kuku.
Semilunar, area putih dibagian dasar bantalan kuku disebut lunula, yaitu
merupakan dari nama plat kuku terbentuk.
Inspeksi singkat pada kuku mencakup observasi untuk melihat
konfigurasi, warna dan konsistensi. Banyak perubahan pada kuku atau dasar
kuku yang mencerminkan kelainan local atau sistemik yang sedang
berlangsung atau terjadi akibat peristiwa masa lalu. Alur transversal yang
dinamakan garis-garis Beau pada kuku dapat mencerminkan retardasi
pertumbuhan matriks kuku yang terjadi sekunder akibat sakit yang berat atau
lebih sering lagi akibat trauma lokal. Penonjolan, hipertofi, dan berbagai
perubahan lainnya dapat pula terjadi pada trauma local. Paronikia, suatu
inflamasi kulit disekitar kuku, biasanya akan disertai gejala nyeri tekan dan
eritema. Clubbing (jari tabuh) terlihat sebagai pelurusan sudut yang normal
(menjadi 1800 atau lebih) dan pelunakan pada pangkal kuku. Pelunakan ini
terasa seperti spons ketika dipalpasi.
Inspeksi
Perhatikan bentuk kuku dan warna dasar kuku. Normalnya dasar kuku
berwarna merah muda cerah karena mengandung banyak pembuluh
darah.
Sudut normal antara kuku dengan pangkalnya adalah 160 derajat.
Perhatikan sekitar kuku, apakah ada lesi atau perlukaan.

Palpasi
Tekan ujung jari untuk memeriksa Capillary Refil Time (CRT) yaitu
waktu pengisian balik kapiler. Normalnya akan kembali dalam waktu <
2 detik.

Beberapa kelainan pada kuku :

Jenis Keterangan Gambar


Jari gada Terjadi karena kondisi
(clubbing hipoksia dalam waktu yang
finger) lama.
Sudut antara kuku dengan
dasarnya > 180 derajat.

Koilonika Bentuk kuku seperti


(koilonychia) sendok, disebabkan karena
anemia dalam jangka
waktu yang lama.
Paronikia Ditandai dengan adanya
(paronychia) edema pada dasar kuku.
Diakibatkan karena trauma
atau infeksi yang bersifat
local.

Garis Beau Biasa terjadi karena


penyakit infeksi yang
kronis. Ditandai dengan
garis transversal pada
permukaan kuku.

Onikomikosis Terjadi karena adanya


infeksi jamur pada kuku.

Onycholysis Proses terlepasnya kuku


karena onikomikosis yang
tidak ditangani.

d. Pengkajian Terhadap Masalah Psikososial


Karena pasien dengan kelainan kulit (1 di antara 20 penderita) dapat
melihat, merasakan permasalahan tersebut, mereka lebih cenderung untuk
terganggu oleh penyakitnya ketimbang penderita gangguan lain. Kelainan
kulit dapat menimbulkan masalah kosmetik, isolasi social, kehilangan
pekerjaan, dan persoalan ekonomi.
Beberapa kelainan kulit dapat membuat oasiennya menderita sakit
yang berkepanjangn sehingga timbul depresi, frustasi, kesadaran diri dan
penolakan. Gatal-gatal serta iritasi kulit juga dapat terus mengganggu dan
sering dijumpai pada sebagian besar penyakit kulit. Konsekuensi dari
gangguan rasa nyaman ini dapat berupa gangguan tidur, ansietas, dan depresi
keseluruhannya akan meningkatkan distress serta keletihan yang sering
menyertai kelainan kulit. Di samping itu, penyakit kulit kerapkali
menimbulkan keprihatinan yang berhubungan dengan citra-diri dan hubungan
interpersonal.
Bagi pasien-pasien yang menderita ketidaknyamanan fisik dan
psikologis semacam ini, perawat harus memperlihatkan pengertiannya,
menjelaskan masalah, dan memberikan instruksi yang tepat yang berkenaan
dengan pengobatan, dukungan keperawatan, kesabaran, serta dorongan
semangat yang continue. Diperlukan waktu untuk membantu pasien
mendapatkan wawasan terhadap masalahnya dan mengatasi kesulitannya.
Karena itu, mengatasi timbulnya keengganan yang mungkin terasa ketika
merawat penderita kelainan kulit yang tidak atraktif tersebut merupakan hal
yang mengesankan. Perawat tidak boleh memberikan kesan ragu-ragu ketika
melakukan pendekatan pada penderita kelainan kulit. Perilaku semacam ini
hanya menambah trauma psikologik dari kelainan tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Pengkajian Sistem Integumen. Diakses dari [internet]


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21521/4/Chapter%20II.pdf.
Pada tanggal 7 Desember 2016, pukul 20.00 WITA

Rahariyani, L., D. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Integumen. Yogyakarta: Graha Mulia

Jarvis, C. Physical Examination and Health Assesment. Philadelphia, WB Saunders


1992

Anda mungkin juga menyukai