Anda di halaman 1dari 13

MODUL

PENGKAJIAN INTERGUMEN

DI

OLEH :

ALGHIFARI (P00320220035)

SYAHDAN (P00320220055)

POLTEKKES KEMENKES ACEH


PRODI DIII KEPERAWATAN LANGSA
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas limpahan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya
maka modul ini dapat tersusun sedemikian rupa. Penyusunan modul ini merupakan
langkah awal kami dengan beranjak pada pepatah “tak ada gading yang tak retak”
sebab “ kalau tak retak bukanlah gading”.
Apabila ada kesalahan maka kesalahan itulah yang dapat menjadi lilin
penerang menuju perbaikan demi tercapainya kesempurnaan. Apabila ada kritik dan
saran yangada relevansinya dengan k e s e m p u r n a a n m o d u l i n i m a k a a k a n k a m i
t e r i m a d e m i kesempurnaan modul ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Tujuan..............................................................................................................................1
1. Tujuan Umum..............................................................................................................1
2. Tujuan Khusus..............................................................................................................1
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Pengkajian Pada Sistem Integumen.................................................................................2
B. Anamnesis........................................................................................................................2
C. Pemeriksaan Fisik............................................................................................................6
D. Pemeriksaan Kulit............................................................................................................6
E. Diagnosis Keperawatan...................................................................................................7
Latihan Soal..............................................................................................................................8
RANGKUMAN.........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Ruam Primer ..............................................................................................................7


Gambar 1.2 Ruam Sekunder............................................................................................................7

iii
PENDAHULUAN

Kulit atau system integumen merupakan organ terbesar pada tubuh manusia,
membungkus otot-otot dan organ-organ dalam. kulit merupakan jalinan jaringan
pembuluh darah, saraf, kelenjar, yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi
untuk terserang penyakit. komposisi kulit mempunyai berat 1/6 dari total berat badan.
integument merupakan barier pelindung terhadap organisme penyebab penyakit;
organ sensorik untuk nyeri, suhu, dan sentuhan; serta dapat menyintesis vitamin D.
Cedera pada integumen beresiko terhadap keselamatan tubuh dan merangsang respons
penyembuhan yang kompleks.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

1
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Pada Sistem Integumen


Proses keperawatan adalah susunan metode penyelesaian masalah dengan
menggunakan pendekatan ilmiah, yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. langkah pertama pada proses keperawatan
adalah pengkajian. pengkajian adalah tindakan yang dilakukakan untuk
mengumpulkan data. cara mengumpulakan data dapat melalui anamnesis atau
wawancara (terhadap klien maupun keluarga), observasi, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang lain. dari pengkajian kita dapat menentukan masalah
keperawatan yang dialami oleh klien. Selanjutnya dapat di cari solusi/alternatif
penyelesaian masalahnya. berdasarkan prosesnya, pengkajian memiliki pern yang
cukup besar dan mendasar. Suatu pengkajian yang mendalam
memungkinkan seorang perawat untuk mendeteksi perubahan yang cepat sehingga ia
dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien secara tepat dan benar.
Pengkajian menghasilkan data dasar, yang dirumuskan dari riwayat
kesehatan/keperawata, pengkajian fisik, dan sumber lain dari pengkajian data.
Tujuan pengkajian kulit adalah untuk mengetahui kondisi kulit. Oleh karena
itu, perlu di uraikan keluhan umum dan riwayat lesi kulit yang khas.
pemeriksaan fisik lengkap khususnya pada lesi kulit, sangat diperlukan. hal
ini penting untuk menegakkan diagnosis. beri penekanan dan kaji lebih mendalam
beberapa keluhan penting selama anamnesis. bila anda memeriksa lesi kulit individu,
pusatkan perhatian pada sejumlah ciri fisik yang akan membantu anda memahami
sifat dasar penyakit kulit. ajukan pada pasien beberapa pertanyaan sederhana
ketika anda memeriksa lesi (Bursid, 1998).
B. Anamnesis
Tanggal dan waktu pengkajian harus dicantumkan guna mengetahui
perkembangan penyakit, kerena pada beberapa kasus, terjadi perubahan lesi yang
cepat. Anamnesis/wawancara yang dilakukan meliputi hal berikut:
a. Biodata
tanyakan nama, umur (penting untuk menegetahui angka pravalensi), jenis
kelamin, pekerjaan, (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait
dengan factor pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontar alergi]

2
b. Riwayat Kesehatan
yang harus dikaji meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu,
status kesehatan keluarga dan status perkembangan. dalam mengkaji riwayat
kesehatan sekarang, pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan
klien. Misalnya, pada klien dengan keluhan gatal.
Untuk informasi tentang riwayat kesehatan dahulu, dapat diajukan
pertanyaan tentang masalah kesehatan yang pernah dialami, misalnya demam,
penyakit kulit yang pernah diderita, penyakit pernapasan atau
pencernaan, riwayat alergi, dan lain-lain. tentang status kesehatan
keluarga, dapat ditanyakan ada tidaknya anggota keluarga yang menderita
gangguan kulit, kapan dimulainya gangguan itu, dan adakah anggota
keluarga yang mempunyai riwayat alergi. Untuk status kesehatan keluarga,
pertanyaannya dapat dikembangkan seputar status kesehatan lingkungan klien. Bila
klien masih berusia muda (anak-anak), hamil, atau usia lanjut, pertanyaan yang
diajukan juga harus berkaitan dengan status perkembangannya.
Menurut bursaids (1998), keluhan utama yang biasanya
mendorong klien yang mengalami masalah integument untuk mencari
pengobatan adalah nyeri, gatal, kemerahan, kering, kasar, kulit tidak rata,
terkelupas, panas, difungsi kulit, adanya lesi, atau perubahan dari keadaan
normal. Disamping menggali keluhan-keluhan di atas, anamnesis harus
menyelidiki tujuh ciri lesi kulit yang membantu anda membuat diagnosis,
yaitu:
1. Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu di gambar.
2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang
berkaitan.
4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali.
5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6. Riwayat pemaparan bahan lain dan pemakaian obat- obatan.
7. Efek terpapar sinar matahari
Dari keluahan utama klien, kita dapat mengkaji lebih dalam untuk
mengetahui riwayat penyakit sekarang agar dapat diperoleh data yang lebih
lengkap. perawat tidak boleh meremehkan apapun keluhan klien dan harus
berusaha mengkaji lebih dalam dan lengkap agar data yang dikumpulkan
akurat sehingga permasalahan yang dihadapi oleh klien betul-betul jelas dan
3
ditunjang oleh data-data yang ada. kita tidak bias menentukan diagnosis
keperawatan berdasarkan data yang minim atau “miskin data”. Hal ini penting
untuk menghindari kesalahan dalam penentuan tindakan. Oleh karena itu,
perawat harus teliti dalam menanggapi rspons klien. Misalnya, saat terdapat
keluhan nyeri, perawat dapat menanyakan apakah lesi tersebut terasa nyeri
atau gatal. Rasa nyeri atau gatal timbul karena kulit banyak mengandung saraf.
Apabila di temukan lesi kulit, umumnya klien akan mengeluh nyeri atau
gatal. kondisi inflamasi dan edema juga menyebabkan rasa nyeri pada kulit.
Meskipun umum terjadi, rasa gatal (pruritis) disebabkan oleh banyak sekali
kelainan sehingga spesifitasnya dalam diagnosis tidak besar. Pruritis da pa t
t er ja di p ad a ke la in an s et em pa t, s ep er ti dermatitis kontak. Sedangkan
gatal yang tersebar ke seluruh tubuh, misalnya pada penderita gagal ginjal
kronis, terjadi akibat penumpukan Kristal urea kulit.
Kasus kelainan kulit yang tidak disertai rasa nyeri mungkin penting
untuk diagnosis. penyakit kulit yang menyerang berkas neuro vaskuler atau
nervus dapat menyebabkan anastesia atau hilang rasa, misalnya pada kasus plak
lepr dan syangker sifilis. Perawat perlu memberi perhatian khusus pada
perkembangan rasa nyeri dan lesi kulit yang dikeluhkan oleh klien. Misalnya,
suatu dermatom mengkin terasa sangat nyeri beberapa hari sebelum timbulnya
vesikel herpes zoster.
Pada keluhan utama berupa lesi, dapat dikembangkan pertanayan tentang
tempat lesi pertama kali terlihat. Lokasi anatomic lesi primer dan tempat lesi
berikutnya memberi petunjuk penting untuk diagnosis. Apakah ada gejala-
gejala lain yang timbul bersama dengan lesi kulit? perhatikan keluhan
sistemik/umum yang dikemukakan klien karena banyak lesi kulit merupakan
menifestasi penya\kit sistemik. Bagaimana perubahan lesi kulit setelah
terlihat? catat urutan waktu dan perkembangan perubahan kulit dan gejala
atau tanda sistemik yang berkaitan. Ajukan beberapa pertanyaan khusus.
kapan lesi itu timbul untuk pertama kalinya? apakah timbul sebagai lesi tunggal
dan penyebaran atau semua lesi muncul serentak? apakah lesi itu timbul tiba-
tiba dalam beberapa menit atau secara bertahap selama beberapa hari atau
minggu? bagaimana perubahan lesi kulit tersebut sejak timbul untuk pertama
kalinya. pada beberapa kasus, lesi kulit dapat berubah- ubah dan berkembang.
Minta pasien mengenali lesi kulit secara spesifik ketika anda melakukan
anamnesis.
4
c. Riwayat Pengobatan atau terpapar zat
Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah di konsumsi atau pernahkah
klien terpapar fakror-faktor yang tidak lazim. Misalnya, terkena zat-zat kimia
atau bahan iritan lain. Apakah klien mengubah beberapa kebiasaanya?
Tanyakan apakah klien memakai sbun mandi akhir-akhir ini klien bekerja atau
berada di tempat lain? selidiki adanya pemaparan pada obat-obaan, bahan toksi,
atau kimia. selanjutnya, tanyakan apa yang terjadi jika ruam tersebut
terpapar sinar matahar. banyak kelainan kulit yang terjadi akibatpengaruh
gelombang ultraviolet sinar matahari.
d. Riwayat Pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
kebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien perlu ditanyakan. Misalnya
bagaimana pola tidur klien, sebab pola tidur dan istrahat sangat mempengaruhi
kesehatan kulit. jika seseorang kurang istrahat. kulit akan tampak kusam dan
tidak berser lingkungan kerja klien juga perlu di kaji untuk mengetahui
apakah klien berkontak dengan bahan-bahan iritan. bahan iritan tertentu
dapat menimbulkan gangguan kulit pada individu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut. Disamping itu,perlu juga di kaji bagaimana gaya hidup klien , apakah
klien suka begadang, minum-minuman keras, olahraga atau rekreas, serta
bagaimana pola kebersihandiri klian (mandi, sikat gigi, dan meng.anti baju.
e. Riwayat psikososial
Keadaan psikologis klien perlu dikaji. stress yang berkepanjangan akan
mempengaruhi kesehatan kulit seseorang, bahkan dapat menimbulkan
kelainan kulit. disamping itu, dengan adanya masalah kulit yang timbul, dapat
terjadi gangguan pada konsep diri klien. Perawat perlu menjalin hubungan yang
harmonis dengan klien agar terbentuk rasa percaya antara klien terhadap
perawat, setelah hubungan rasa saling percaya timbul antara perawat dan
klien, pertanyaan yang lebih mendalam yang berkaitan dengan gnagguan
kulit dan konsep diri klien dapat diajukan. Misalnya, apakah gangguan kulit
tersebut mempengaruhi aktivitas sehari- hari? dengan adanya masalah kulit,
apakah mempengaruhi pandangan klien terhadap tubuhnya? apakah
mempengaruhi perannya sebagai mahasiswa, orang tua, isteri/suami? dan
bagaimana perassan klien /keluarga dengan adanya gangguan kulit tersebut?

5
C. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi. Tahapan yang bertujuan melihat bagian tubuh dan menentukan apakah
seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal. Inspeksi dilakukan secara
langsung (seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman) dan tidak langsung
(dengan alat bantu).
 Palpasi. Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan bersamaan
dengan inspeksi. Palpasi dilakukan menggunakan telapak tangan, jari, dan ujung jari.
Tujuannya untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi, ukuran,
kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada tubuh.
 Auskultasi. Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk membedakan
suara normal dan abnormal menggunakan alat bantu stetoskop. Suara yang
didengarkan berasal dari sistem kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.
 Perkusi. Tahapan ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa kulit.
Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

D. Pemeriksaan Kulit
Menurut bursaids (1998), teknik pemeriksaan kulit dapat dilakukan
melalui metode inspeksi dan palpasi. Agar data yang di peroleh dalam pengkajian
benar-benar tepat, pengkajian yang harus dengan pencahayaan yang memada, dan
yang tidak kalah penting penglihatan pemeriksa sendiri. Kulit harus dikaji
secara menyeluruh dan tidak terbatas pada lokasi abnormal saja. perubahan
pada kulit dapat bersifat menyeluruh dan setempat.
1) Ruam kulit
Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mitlsk diperlukan pengetahuan
tentang rusm kulit atau ilmu yang mempelajari i l e s i k u l i t . R u a m k u l i t
d a p a t b e r u b a h p a d a w a k t u berlangsungnya penyakit. Kadang-kadang
perubahan ini dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar, misalnya taruma
garukan dan pengobatan yang diberikan, sehingga perubahan tersebut tidak
bisa lagi. Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang ruam primer atau
ruam sekunder untuk digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian
serta membuat diagnosis penyakit kulit secara klinis.
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk makula,
papula, plak, nodula, vesikula, bula, pustula urtika, dan tumor.

6
Gambar 1.1 : Ruam Primer

Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura,


erosis, ekskoriasio, ulkus, dan parut.

Gambar 1.2 : Ruam Sekunder

E. Diagnosis Keperawatan
Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalah integumen
adalah :
 Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan,
gangguan kekebalan tubuh, atau infeksi.
 Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan
terbukanya ujung-ujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan tntang
penatalksaan nyeri.
 Gangguan citra tubuh yang behubungan dengan perubahan antomi kulit atau bentuk
tubuh.
 Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak teratasi
dengan mudah.
 Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit, atau
potensial keganasan.
 Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.
 Defisiensi pengetahuan tentang faktor pnyebab timbulnya lesi, cara
pengobatan, dan perawatan diri.

7
 Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri pada
kulit.
 Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari orang lain karena
perubahan bentuk kulit.
 Potensial/kecacatan sekunder yang berhubungan dengan hilangnya sensasi ras
anastesi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri.

Latihan Soal
1. Apa itu Pengkajian integumen?
2. Apakah perubahan yang terjadi pada lansia pada sistem integumen?
3. Apa saja yang terdapat pada sistem integumen?
4. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik?
5. Apa saja langkah pemeriksaan fisik?

RANGKUMAN
Teknik pemeriksaan kulit dapat dilakukan melalui metode inspeksi dan
palpasi. Agar data yang di peroleh dalam pengkajian benar-benar tepat,
pengkajian yang harus dengan pencahayaan yang memada, dan yang tidak kalah
penting penglihatan pemeriksa sendiri. Kulit harus dikaji secara menyeluruh dan
tidak terbatas pada lokasi abnormal saja. perubahan pada kulit dapat bersifat
menyeluruh dan setempat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Buku pengkajian keperawatan aplikasi pada praktik klinik, Arif Muttaqin

Buku ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen, Hj.


Loetfia Dwi Rahariyani, S.Kp. M.Si

Anda mungkin juga menyukai