Anda di halaman 1dari 31

TUGAS AKHIR MATA KULIAH

“DASAR-DASAR ASUHAN KHUSUS

TERAPI GIGI DAN MULUT”

OLEH:

NURYAHDIANISA (V066221013)

PROGRAM STUDI TERAPI GIGI

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsep asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik keperawatan

Langsung pada klien di bagian tatanan Pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya

berdasarkan kaidah profesi keperawatan Dan merupakan inti dari keperawatan.standar asuhan

keperawatan identik dengan standar asuhan keperawatan berguna sebagai kriteria untuk

mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan ,mutu dan asuhan keperawatan yang

baik adalah yang mencapai atau memenuhi standar asuhan keperawatan dan standar profesi

yang ditetapkan ,sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan.

Tenaga Kesehatan gigi merencanakan dan menyediakan intervensi untuk klien dengan

beragam kebutuhan. Dengan menggunakan informasi dari riwayat kesehatan gigi klien,

riwayat kesehatan umum klien, pemeriksaan klinis, radiografi dan pemeriksaan penunjang

lainnya, tenaga Kesehatan gigi menilai klien mengenai kebutuhan yang tidak terpenuhi dan

kemudian mempertimbangkan bagaimana perawatan kesehatan gigi yang dapat dilakukan

untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka.

Terapis gigi dan mulut salah satu profesi yang memberikan pelayanan kesehatan gigi dan

mulut baik secara promotif, preventif dan kuratif terbatas sesuai Permenkes No. 20 tahun

2016, bisa bekerja di instansi pemerintah / swasta dan praktek mandiri.


BAB II

PEMBAHASAN

A. COLD &HEAT THERAPY

1. TERAPI PANAS (Heat Therapy)

Terapi panas , juga dikenal sebagai termoterapi, bekerja dengan menerapkan panas

ke area yang terkena untuk merawat otot , persendian , atau jaringan yang rusak di

tubuh. Penggunaan utamanya adalah untuk membantu meredakan nyeri persisten

yang terkait dengan kekakuan otot, sensitivitas, dan kram.

Terapi panas bekerja dengan meningkatkan suhu pada area tertentu untuk

meningkatkan aliran dan sirkulasi darah , dengan tujuan meredakan rasa sakit dan

ketidaknyamanan dan terkadang, bahkan menyembuhkan area tubuh yang rusak.

Itu juga dapat meningkatkan kelenturan otot tertentu dengan menghilangkan

penumpukan asam laktat yang terjadi setelah latihan tertentu.

Kontraindikasi Terapi Panas:

Untuk pasien dengan pendarahan, baik pendarahan terbuka maupun pendarahan di

bawah kulit.

Terapi Panas berguna untuk meredakan hal-hal berikut:

1. Sakit dan nyeri otot

2. Kekakuan pada otot dan persendian

3. Strain dan keseleo

4. Tendonitis

5. Kejang otot

6. Osteoartritis

7. Nyeri yang terkait dengan cedera leher atau punggung


2. TERAPI DINGIN (Cold Therapy)

Cold Therapy adalah pemanfaatan dingin untuk mengobati nyeri dan mengurangi

gejala peradangan lainnya. Istilah cryotherapy digunakan untuk penggunaan terapi

dingin yang sangat ekstrim, biasanya menggunakan cairan nitrogen yang digunakan

sebagai anasthetic-analgesia (Swenson et al., 1996:193).

Manfaat Terapi Dingin:

1. Mengurangi nyeri dan pembengkakan

2. Mengurangi kerusakan jaringan dengan jalan mengurangi metabolisme local

sehingga kebutuhan oksigen jaringan menurun -> mengurangi spasme otot dan

resiko kematian sel.

Indikasi Terapi Dingin

a. Cedera (Keseleo, cedera otot dan cedera benturan)

b. Sakit kepala (Migrain, tension headache, dll)

c. Gangguan temporomandibular (TMJ Disorder)

d. Nyeri Post Operasi

e. Nyeri Lutut, sendi, perut, dll

Resiko Terapi Dingin

Bila dilakukan dalam jangka waktu yang lama, hal ini akan menyebabkan:

a. Hypothermia

b. Excema

c. Frosbite
B. KONSEP PEMBERIAN PELAYANAN PERSONAL HYGIENE DAN SKIN

CARE

Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.Pemenuhan personal

hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.Kebutuhan personal

hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit.

Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit

merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi dengan implementasi

tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka

akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2006).

Dalam praktek keperawatan, fungsi perawat terdiri atas 3 bagian yaitu fungsi

independen, fungsi interdependen dan fungsi dependen (Praptianingsih, 2007).

Aspek-aspek Personal Hygiene

1. Memandikan

Memandikan pasien merupakan personal hygiene total.Mandi dapat dikategorikan

sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap diperlukan

bagi pasien dengan ketergantungan total dan memerlukan personal hygiene total.

2. Membersihkan kuku, kaki dan tangan

Kaki, tangan dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah

infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah

kaki, tangan dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.

3. Mencuci Rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan

dan perasaan mengenai rambutnya.


4. Membersihkan Mulut

Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan mulut

pasien.Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan

kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk

5. Membersihkan Mata, hidung, dan telinga

Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama

pasien mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata

karena secara terus – menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata

mencegah masuknya partikel asing kedalam mata.

Dampak Personal Hygiene:

a) Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi

adalah munculnya kutu pada rambut, gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

b) Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

C. TEORI WOULD HEALING PROCESS

Luka merupakan kerusakan pada fungsi perlindungan kulit yang disertai dengan

hilangnya kontunuitas jaringan hidup.

Luka = Wound = Vulnus

Kulit terdiri dari tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit

merupakan organ yang memiliki permukaan paling luas yang melapisi seluruh bagian luar

tubuh sehingga kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh terhadap benda asing, bahan kimia,

cahaya matahari yang mengandung sinar ultraviolet dan melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap perubahan lingkungan.

Perawatan luka harus menyesuaikan kondisi dan problem luka yang terjadi dan tidak selalu

sama pada setiap diagnosis luka. Perawatan luka yang optimal berperan penting dalam proses

penyembuhan agar luka dapat berlangsung dengan baik.

Terdapat tiga fase pada penyembuhan luka

a) Fase inflamasi

Fase inflamasi yang terbagi menjadi early inflamamation (fase hemostatis) dan

late inflamamation yang terjadi sejak hari 0 sampai hari ke 5 pasca terlluka

b) Fase proliferasi

Fase proliferasi, yang meliputi tiga proses utama yaitu: Neoangiogenesis,

pembentukan fibroblas dan re-epitelisasi, terjadi dari hari ke-3 sampai hari ke-

21 pasca terluka.

c) Fase remodelling atau maturasi

Fase maturasi terjadi mulai hari ke-21 sampai 1 tahun pasca luka yang bertujuan

untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktur jaringan yang baru

pengisi luka, pertumbuhan epitel dan pembentukan jaringan parut.

Hal yang harus diperhatikan dalam penyembuhan luka yaitu tissue (jaringan) yang

dilakukan debridement apabila jaringan nonviable, infection yang ditatalaksana dengan control

bakteri, keseimbangan kelembapan dengan pengelolaan eksudat dan pemilihan dressing yang

tepat, dan edge advancement.

D. ETIKA DAN PROFESIONALISME PROFESI DALAM PENANGANAN

PASIEN

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berati karakter, watak

kesusilaan atau adat kebiasaan. Menurut KBBI pengertian profesi adalah bidang pekerjaan

yang dilandasi pendidikan dan keahlian tertentu( pendidikan, kejuruan, dll). Profesionalisme
yang diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dikatakan

profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu profesi (Oerip

dan Uetomo, 2000). menurut Korten & Alfonso, profesionalisme adalah kecocokan (fitness)

antara kemampuan yang dimiliki dengan kebutuhan tugas.

Etika profesi adalah sikap etis dalam menjalankan kehidupan, sebagai pengembangan

profesi harus serta menerapkan prinsip-prinsip moral dan norma dalam bidang khusus (profesi)

kehidupan manusia. Etika profesi memberikan standar yang mengatur bagaimana seharusnya

seseorang melakukan suatu tindakan. Etika profesi memiliki konsep dasar yang telah

ditetapkan dan disepakati pada tatanan profesi lingkup kerja tertentu.

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam

melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kode etik terapis gigi dan mulut

terbagi menjadi prinsip-prinsip kode etik terapis gigi dan mulut, yaitu:

1. Autonomy, yaitu menghargai setiap individu dan kemampuannya dalam membuat

keputusan yang terkait kesehatan masa depannya.

2. Beneficience, yaitu segala tindakan yang dimaksudkan untuk memberi

keuntungan/benefit pada pasien.

3. Nonmaleficience, yaitu semua tindakan tidak boleh membahayakan keselamatan

pasien.

4. Justice, yaitu bersikap adil.

Hak dan kewajiban terapis gigi dan mulut dalam PERMENKES No. 20 Tahun 2016

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi dan Mulut, Pasal 25 dan 26.

Kompetensi terapis gigi dan mulut dalam PERMENKES No. 20 Tahun 2016 Tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi dan Mulut. Terapis gigi dan mulut memiliki wewenang

untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi:

1. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut


• Promosi kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat

• Pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut, guru serta dokter kecil

• Pembuatan dan penggunaan media/alat peraga untuk edukasi kesehatan gigi dan

mulut

• Konseling tindakan promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut.

2. Upaya pencegahan penyakit gigi

• Bimbingan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk individu kelompok dan

masyarakat

• Penilaian faktor resiko penyakit gigi dan mulut;

• Pembersihan karang gigi

• Penggunaan bahan/material untuk pencegahan karies gigi

• Pencabutan gigi sulung persistensi atau goyang derajat 3 dan 4 dengan lokal

anastesi.

3. Manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut

• Administrasi klinik gigi dan mulut

• Pengendalian infeksi, hygiene, dan sanitasi klinik

• Manajemen program ukgs, ukgm/ukgmd.

4. Pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas

• Pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan lokal anestesi

• Penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer atau bahan lainnya

• Perawatan pasca tindakan.

5. Dental assisting, asistensi pada pelayanan kedokteran gigi umum dan spesialistik.
E. NUTRISI DAN METABOLISME

Nutrisi merupakan senyawa organik dan anorganik yang ditemukan dalam bahan

makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsi. Fungsi utama nutrisi sebagai

sumber energi untuk fungsi organ, gerak dan fungsi fisik. Adapun fungsi lain dari nutrisi

sebagai bahan dasar pembetukan dan perbaikan jaringan sel-sel tubuh dan dan pengatur suhu

tubuh. Air merupakan nutrisi yang paling dasar untuk tubuh. Setelah air, kebutuhan nutrisi

paling penting adalah karbohidrat, lemak dan protein.

Nutrisi memiliki 3 fungsi utama yaitu sebagai (1) sumber energi untuk fungsi organ,

gerak dan fungsi fisik; (2) bahan dasar pembentukan dan perbaikan jaringan sel-sel tubuh; dan

(3) sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. Secara umum nutrisi terbagi menjadi nitrisi

makro dan nutrisi mikro. Nutrisi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein. Sedangkan

, nutrisi mikro terdiri atas vitamin dan mineral.

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber utama energi dan panas tubuh. Karbohidrat tersusun

atas untaian (polimer) molekul glukosa. Karbohidrat merupakan sumber utama energi dan

panas tubuh. Karbohidrat sebagian besar dalam bentuk glukosa (sekitar 80%), lainnya dalam

bentuk fruktosa dan galaktosa. Dalam karbohidrat terdapat Enzim yang terlibat dalam digesti

karbohidrat: ptyalin, amilase pancreas, disakaridase (maltase, sukrase, dan lactase).

2. Protein

Protein merupakan rantai asam amino yang digabungkan oleh ikatan peptide dengan

sekuens tertentu. Protein terbuat dari ratusan hingga ribuan unit asam amino yang melekat satu

sama lain dalam satu rantai panjang. Pada tubuh terdapat sembilan asam amino esensial yang

penting untuk pertumbuhan yaitu histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine,

phenylalanine, tryptophan, threonine, dan valine. Asam amino esensial yang penting dalam

sistem imun adalah Arginine.


3. Lipid

Lipid merupakan senyawa yang tidak larut dalam air namun larut dalam alcohol.Lipid

memiliki elemen yang sama dengan karbohidrat (karbon, hydrogen, dan oksigen), namun lipid

memliki lebih banyak hydrogen. Asam lemak terbuat dari rantai karbon dan hydrogen,

merupakan unit struktur dasar dari sebagian besar lipid. Asam lemak terbagi menjadi saturated

dan unsaturated tergantung dari jumlah relative atom hydrogen.

4. Mikronotrien

Vitamin merupakan senyawa organic yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan

dibutuhkan dalam jumlah sedikit untuk mengkatalisis proses metabolic. Vitamin secara umum

dibagi menjadi vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin larut air termasuk vitamin C

dan B kompleks: B1, B3, B3, B6, B9, asam panthotenic dan biotin. Vitamin larut lemak,

termasuk A, D, E, dan K. Tubuh dapat menyimpan vitamin ini namun terdapat Batasan jumlah

vitamin E dan K yang dapat disimpan oleh tubuh.

5. Mineral

Mineral ditemukan dalam senyawa organic, senyawa inorganic dan ion bebas. Kalsium

dan fosfor mencakup 80% elemen mineral tubuh. Dua kategori mineral yaitu mineral makro

dan mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan setiap hari dengan jumlah lebih

dari 100 mg. Termasuk kalsium, fosfor, natrium, kalium, magnesium, klorida, dan sulfur.

Mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan setiap hari dengan jumlah kurang dari 100 mg.

Termasuk zat besi, zinc, mangan, yodium, fluoride, kobalt, chromiu dan selenium.

F. KONSEP FARMAKOLOGI DAN MEDICAL/DRUG ADMINISTRATION

1. Farmakologi

Farmasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Pharmakon yang berarti medicine atau drug

(obat). Sejarah farmakologi dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode kuno, dan periode
modern. Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan obat dengan seluruh

aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisiknya, kegiatan fisiologi, resorbsi dan nasibnya dalam

organisme hidup. Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah,

mengobati, mendiagnosis penyakit atau gangguan, atau menimbulkan kondisi tertentu.

Ruang Lingkup Farmakologi

• Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau

hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam

uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.

• Biofarmasi adalah bagian ilmu yang meneliti tentang pengaruh formulasi obat terhadap

efek terapeutiknya.

• Farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk penyembuhan

suatu penyakit. Farmakoterapi membahas mengenai penggunaan serta kedudukan obat

dalam tatalaksana terapi suatu penyakit.

• Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari penyerapan (absorbsi) obat, penyebaran

(distribusi) obat, mekanisme kerja (metabolisme) obat, dan pengeluaran (ekskresi)

obat. Dengan kata lain, Farmakokinetik adalah mempelajari pengaruh tubuh terhadap

suatu obat.

• Farmakodinamik adalah bagian dari ilmu farmakologi yang mempelajari efek biokimia

dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja

obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dalam sel, dan

mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi.

2. Medical / drug administrasion

Perawat merupakan tenaga kesehatan di rumah sakit yang memegang peranan penting

dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan


bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas

bagi pasien.

Terdapat tujuh sasaran keselamatan pasien secara nasional yaitu mengidentifikasi

pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi yang efektif, memastikan lokasi pembedahan

yang benar baik prosedur maupun pembedahan pasien yang benar, serta meningkatkan

keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai. Pemberian obat merupakan salah satu prosedur

yang paling sering dilakukan oleh perawat. Tindakan ini memerlukan ketelitian yang tinggi

dari perawat guna mendapatkan efek terapeutik yang maksimal.

Berdasarkan Kemenkes (2008) kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat

pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Kesalahan pemberian obat

diperkirakan 1 dari 10 pasien diseluruh dunia (Hughes, 2010). Tipe kesalahan yang

menyebabkan kematian pada pasien meliputi 40,9%, salah dosis, 16% salah obat, dan 9,5%

salah rute pemberian. Kejadian ini akan terus meningkat apabila tidak adanya kesadaran

perawat dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip pemberian yang berlaku

dirumah sakit .

Prinsip pemberian obat yang kepada pasien dengan tujuh benar yaitu klien yang benar,

obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar dan dokumentasi yang

benar serta informasi yang benar.

G. KONSEP BODY MECHANIC, BODY POSITIONING & MOBILITY PADA

PENANGAN PASIEN

1. Body Mechanic

Mekanika tubuh (body mechanic) adalah penggunaan organ secara efisien dan

efektif sesuai dengan fungsinya. Mekanik tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan

sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan,


postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan

melakukan aktivitas sehari-hari (Potter & Perry, 2005).

Elemen mekanika tubuh pada umumnya terdapat 3 hal yaitu: body alignment

(postur tubuh), keseimbangan, dan pergerakan tubuh. Salah satu faktor yang

mempengaruhi mekanika tubuh adalah pengetahuan dan gaya hidup (Fitriana &

Widyantara, 2020). Body mechanic memberi manfaat untuk pasien yaitu membantu

pasien berdiri, membantu pasien duduk, dan mengatur berbagai posisi klien.

2. Body Positioning Pada Pasien

Melakukan positioning pada pasien berarti memposisikan klien dalam

kesejajaran tubuh yang baik dan mengubah posisi secara teratur maupun sistematik

(Bernam, Snyder, Kozier, & Ert, 2015). Setiap individu membutuhkan perubahan posisi

sekurang-kurangnya tiap 2 jam (Wilkinson, Treas, Barnett &Smith, 2016).

Prinsip body positioning dapat mengurangi risiko ketegangan otot dan cedera

tubuh pada klien dan perawat (Bernam, Snyder, Kozier, & Ert, 2015). Saat

memposisikan klien di tempat tidur, perawat dapat melakukan tindakan untuk

memastikan kesejajaran yang tepat dan meningkatnya kenyamanan dan keamanan

klien. Konsep dasar ketika memposisikan pasien, yaitu; tekanan penggeseran, dan

kondisi kulit.

3. Mobilisasi Pada Pasien

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak

secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya

dengan bantuan alat (Wulandari, 2018).

Kemampuan mobilitas secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Mobilitas penuh
Mobilitas penuh adalah kemampuan bergerak seseorang dalam bergerak

atau beraktivitas secara bebas, sehingga dapat melakukan interaksi sosial

dan menjalankan peran sehari-hari.

b. Mobilitas sebagian

Mobilitas sebagian adalah kemampuan bergerak seseorang dalam bergerak

dengan batasan jelas dan tidak dapat bergerak secara bebas karena adanya

gangguan pada saraf motorik dan sensorik di satu atau lebih ekstremitas

tubuhnya. Mobilitas sebagian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

1) Sebagian temporer

Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang bersifat

sementara.

2) Sebagian permanen

Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang bersifat

menetap.

H. KONSEP BAD MAKING DAN PENGAMBILAN SPESIMEN

1. Bed making

Mengganti alat tenun (bad making) atau yang lebih dikenal dengan merapikan

tempat tidur merupakan bagian personal hygiene karena tempat tidur yang bersih dan

rapi memberikan keamanan dan kenyamanan untuk peningkatan kesejahteraan pasien.

2. Prinsip bed making

• Menggunakan prinsip asepsis dengan menjaga alat tenun lama agar jauh dari badan

perawat (tidak menempel pada seragam)

• Jangan mengibaskan alat tenun lama karena hal ini dapat menyebarkan

mikroorganisme lewat udara

• Linen (alat tenun) jangan diletakkan dilantai untuk mencegah penyebaran infeksi
• Jaga privasi, kenyamanan dan keamanan pasien

• Bila klien kurang kooperatif libatkan keluarga ataupun penggunaan restrain

3. Jenis persiapan tempat tidur

• Closed bed (Tempat Tidur tertutup)

• Open bed (Tempat Tidur Terbuka)

• Aether bed (Tempat Tidur untuk pasien pasca-operasi)

4. Bad Anatomi

• Matras

• 1 st sheet

• 2nd sheet

• Blanket selimutu top speed

• Skirt kain

• Bad cover

• pillow

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bad making

• Hindari kontaminasi pada linen bersih

• Bawa linen sesuai kebutuhan > tidak berlebihan (menghindari kontaminasi &

infeksi nosokomial)

• Saat memasang linen bersih, bentangkan linen di atas tempat tidur, jangan

dikibaskan

• Jangan menempatkan linen kotor pd tempat tidur klien, meja, lantai atau peralatan

klien yg lainnya

• Saat memasang linen, gunakan cara yg efektif & kerjakan pada satu sisi terlebih

dahulu, baru pindah


• Tempatkan linen kotor pada tempat bertutup. Bawa dengan hati-hati & jangan

menyentuh pakaian perawat / peralatan yg lainnya

• Tetap memperhatikan KU klien selama tindakan

• Cuci tangan sebelum & sesudah tindakan

6. Hal-hal yang perlu diperhatikan

• Selama tindakan, perhatikan KU Pasien

• Kerjakan dengan cepat & rapi

• Rendam alat yg dipakai pasien yg berpenyakit menular dgn larutan desinfektan 2 –

3% selama 24 jam dlm tempat tersendiri

• Kerjakan oleh dua perawat jika KU pasien tdk memungkinkan

• miringkan pasien dengan posisi sedikit dipinggirkan di sisi tempat tidur

7. Pengambilan spesimen pada pasien

Pemeriksaan spesimen merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada satu

bagian dari keseluruhan (pengambilan sampel) tujuannya yaitu uutk menentukan

diagnosa, penelitian, pengembangan, pendidikan dan analisis lainnya, yang diambil

dengan metode tertentu.

I. KONSEP PENANGANAN LUKA

Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangmya kontinuitas

jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot,tulang,

dan nervus yang disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu: tekanan,sayatan dan luka karena

operasi. Ketika integritas kulit(keutuhan) rusak, lingkungan internal tubuh terbuka untuk

mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Setiap lubang abnormal di kulit adalah luka.

Jenis-jenis luka, yaitu:

1. Jenis luka berdasarkan penyebabnya


Luka lecet (Vulnus Excoriasi ), Luka sayat (Vulnus scissum), Luka robek atau parut

(Vulnus laseratum), Luka tusuk (Vulnus punctum), Luka gigitan (Vulnus morsum), dan

Luka bakar (Vulnus combustion).

2. Jenis luka berasarkan kontaminasinya

Luka Bersih (Clean Wounds), Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds),

Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) dan Luka kotor atau infeksi (Dirty or

Infected Wounds)

Jenis Penyembuhan luka terbagi atas tiga yaitu:

1. Primary Intention

Tepi luka bisa menyatu kembali,permukaan bersih,biasanya terjadi karena sebuah

insisi,tidak ada jaringanyang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian

internal ke eksternal.

2. Second intention

Luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Terdapat sebagian jaringan yang

hilang,proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan

granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.

3. Third Intention

Luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement.

Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan.

Prinsip Penangan luka, terbagi atas empat tahap penanganan, yaitu:

a. Hemostasis

Hemostasis adalah proses yang menyebabkan pendarahan berhenti. Pada

sebagian luka, hemostasis akan terjadi secara spontan. Cara menangani pendarahan:

• Tekanan

• Elevasi
• Tourniquet

• Penjahitan

b. Pembersihan luka

Desinfeksi kulit disekitar luka dengan antiseptic (hindari alkohol atau deterjen

di dalam luka. Dekontaminasi luka dengan mengeluarkan benda asing secara manual.

Debride jaringan yang rusak jika memungkinkan

1) Irigasi luka dengan saline

Jika tidak ada kontaminasi yang jelas, irigasi tekanan rendah sudah

cukup (menuangkan normal saline dari wadah steril dengan hati-hati ke dalam

luka)

c. Penutupan luka

Stip perekat kulit (misalnya steri-stripsTM) cocok jika tidak ada faktor risiko

infeksi. Lem perekat (mis. Indermil) dapat digunakan untuk untuk laserasi kecil dengan

tepi yang mudah berlawanan(pilihan populer dibidang pediatri). Jahitan dan staples

biasanya digunakan untuk setiap laserasi lebih dari 5 CM, luka kulit dalam, atau

dilokasi yang rentan terhadap fleksi,ketegangan,atau pembasahan dan kulit kepala.

d. Dressing dan follow up

Mengoleskan pembalut luka pada laserasi yang tidak terinfeksi.

J. PRINSIP KEPERAWATAN PERIOPERATIF TERAPI GIGI DAN MULUT

Perioperatif merupakan pemberian perawatan kepada pasien sebelum pembedahan,

selama pembedahan, dan setelah pembedahan. Tujuan keperawatan perioperatif yaitu

membangun hubungan yang baik; mengkaji, merencanakan dan pemenuhan kebutuhan;

memahami dan mengetahui daerah dan prosedur pembedahan; mengetahui akibat


pembedahan; mengantisipasi kesalahan yang timbul; dan mengevaluasi pengadaan dan

penggunaan alat.

Dalam perawatan perioperatif beberapa alur yang saling berhubungan, yaitu:

• Sebelum pembedahan (pra bedah), mulai dari penerimaan pasien sampai pasien masuk

di meja operasi;

• Selama pembedahan (intra bedah), sejak pasien di atas meja operasi sampai pasien di

pindahkan ke ruang pemulihan; dan

• Setelah pembedahan (pasca bedah), sejak pasien di ruang pemulihan sampai pasien di

pindahkan ke ruang rawat inap.

Aldrete score digunaka untuk menilai tingkat kesadaran pasien pasaca tindakan bedah.

Pasien dengan score di atas 8 boleh di pindahkan ke ruang perawatan.

K. PENANGANAN PASIEN MENINGGAL

Pasien meninggal merupakan seseorang dinyatakan mati bila berhentinya secara

permanen tanpa bisa pulih lagi semua hal berikut:

a. fungsi batang otak;

b. fungsi sistem pernafasan dan paru-paru secara spontan; dan

c. fungsi sistem peredaran darah dan jantung secara spontan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN

2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

• Pasal 7 Penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria

diagnosis kematian klinis/konvensional atau kriteria diagnosis kematian mati batang

otak.

Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, menyiapkan jenazah

diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke kamar jenazah, dan melakukan disposisi


(penyerahan) barang-barang milik pasien. Tujuan penanganan jenazah adalah sebagai acuan

petugas dalam melakukan tindakan perawatan pasien yang meninggal dunia sehingga:

a. Jenazah dalam keadaan bersih dan rapi;

b. Memberi kesan yang baik kepada keluarga; dan

c. Memberikan penghormatan terakhir dan rasa puas kepada sesama insani.

Persiapan alat:

1. Celemek atau skort

2. verban atau kasa gulung

3. pinset

4. sarung tangan

5. gunting verban

6. Bengkok atau piala ginjal 1

7. Baskom

8. Waslap 2

9. kantong plastik kecil (tempat perhiasan)

10. kartu identitas pasien atau gelang identitas

11. kain kafan

12. kapas lipat lembab

13. kapas berminyak (baby oil) dalam kom

14. Kapas alkohol dalam kom

15. lysol 2-4 %

16. ember tertutup

Pelaksanaan penanganan pasien meninggal:

1. Memberitahukan pada keluarga pasien


2. Menyiapkan surat kematian

3. Mempersiapkan peralatan dan dekatkan ke jenazah

4. Mencuci tangan

5. memakai celemek atau skort

6. Memakai hand schoen

7. Melepas perhiasan dan benda-benda berharga lain yang diberikan kepada keluarga

pasien ( dimasukkan dalam kantong plastik)

8. Melepaskan peralatan invasif (selang kateter NGT tube dan lain-lain

9. Membersihkan mata pasien dengan kassa, dan ditutup dengan kapas

10. Membersihkan hidung dengan kassa dan ditutup dengan kapas

11. Membersihkan bagian telinga dengan kassa, dan ditutup dengan kapas

12. Membersihkan bagian mulut dengan kassa

13. MeRapikan rambut jenazah dengan sisir

14. Mengikat dagu dari bawah dagu sampai keatas kepala dengan verban gulung

15. Membuka selimut, letakkan dlm ember infeksius

16. Rapatkan kedua kaki dan tangan pasien dengan Mengikat kaki dibagian lutut jenazah,

pergelangan kaki, dan jari-jari jempol dengan menggunakan verban gulung

17. Mengikat identitas jenazah , pada jempol kaki

18. Jenasah ditutup dengan kain (selimut/sprei)

19. Jenazah dirapikan dan dipindahkan ke brankar

20. Merapikan alat

21. Melepas hand schoen

22. Melepaskan celemek

23. Mencuci tangan.


24. Setelah selesai perawatan jenazah,kemudian jenazah dibawa ke kamar jenazah dan

setelah mencapai 2 jam , boleh dibawa pulang oleh keluarga

25. serah terima antar perawat, keluarga , gelang identitas pasien dilepas.

Langkah-langkah penanganan pasien meninggal:

1. Telepon dokter

2. Siapkan surat kematian

3. Lakukan cuci tangan

4. Siapkan alat ke dekat pasien

5. Jaga privasi pasien

6. Baca basmalah

7. Singkirkan alat – alat yang bekas pakai pasien

8. Lepaskan semua perhiasan yang ada pada jenasah dan dimasukkan ke dalam kantong

plastik, kemudian diserahkan kepada keluarganya

9. Ikat rahang dengan kassa agar mulut pasien tidak terbuka

10. Tawarkan kepada keluarga, apakah jenasah akan dimandikan di rumah sakit atau di

rumah

11. Jika dimandikan di rumah, jenasah dibawa pulang setelah 2 jam meninggal

12. Jika dimandikan di rumah sakit:

a. Hubungi bagian pemulasaran jenasah;

b. Setelah 2 jam meninggal, jenasah dibawa dengan brankar jenasah.

13. Lakukan cuci tangan.


L. KONSEP PENANGANAN GERIATIK/ELDERLY

Berdasarkan PERMENKES No. 79 Tahun 2014 pasal 1 ayat 2 pengertian geriatrik

Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek kesehatan dan

kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia

dengan mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis,

pengobatan, dan rehabilitasi.

Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupan, yaitu anak-anak, dewasa, tua. Tiga tahap tersebut berbeda baik secara biologis

maupun psikologis.

WHO dan undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada

bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Setiap orang

akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada setiap orang berbeda-beda bergantung

pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor

herediter, nutrisi, stress, status kesehatan, dan lain-lain.

Perubahan yang terjadi pada lansia

a. Perubahan fisik

b. Perubahan kognitif

c. Perubahan psikososial

d. Perubahan spiritual

Perubahan pencernaan dan metabolisme pada lansia

a. Kehilangan gigi

b. Indra pengecap menurun

c. Sensitifitas lapar menurun

d. Peristaltic menurun

e. Liver mengecil
Perubahan system kardiovaskular dan respirasi pada lansia

a. Massa jantung bertambah, tekanan darah meningkat

b. Peregangan menurun , kekakuan vaskuler

c. Otot, kartilagp, sendi torak kaku

d. Ekspansi paru terganggu

e. Volume cadangan paru bertambah, kompensasi kenaikan ruang rugi paru

Kemampuan mengenali System imun pada lansia menurun yang akan dirasakan pada

dirinya sendiri, rusaknya sel tubuh sendiri sedikit demi sedikit. Disisi lain sistem imun daya

tahan tubuh lansia menurun dan sel kanker leluasa membelah. Penurunan hormone insulin dan

hormon pertumbuhan, adanya penurunan proses metabolisme. Ekskresi obat dan produk

metabolit pada lansia menurun, pola berkemih tidak normal.

M. KONSEP PENANGANAN PASIEN PEDIATIK DAN INDIVIDU

BERKEBUTUHAN KHUSUS

Menurut WHO definisi anak dihitung sejak seseorang di dalam kandungan hingga usia

19 Tahun. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2003 pasal 1 ayat 1

tentang perlindungan anak “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk juga

yang masih dalam kandungan”. Pandangan Dokter gigi pada anak usia dini sangat beragam,

ada yang menganggap bidang kedokteran gigi adalah hal yang menakutkan, ada juga yang

menganggap bidang kedokteran gigi adalah hal yang biasa-biasa saja.

Anak-anak memiliki kemampuan komunikasi yang terbatas dan kurang mampu untuk

mengungkapkan ketakutan dan kecemasan mereka. Perilaku mereka adalah cerminan

ketidakmampuan mereka untuk mengatasi kecemasan dan manajemen perilaku adalah sebuah

panduan yang dapat memberikan strategi penanganan yang tepat pada pasien anak. Anak-anak

yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah atau berasal dari keluarga dengan
lingkungan sosial yang kurang baik, umumnya akan lebih mudah mengalami kecemasan. Ada

beberapa hal yang membuat kecemasan anak makin meningkat:

• Kecemasan orang tua atau orang sekitarnya akan mempengaruhi kecemasan anak oleh

karena itu sebisa mungkin jadikan orang tua sebagai tim dalam memberikan asuhan

kepada sang anak agar terjalin rasa percaya.

• Fear to unknown ketidaktahuan terhadap tindakan apa yang akan dilakukan juga dapat

membuat anak semakin merasa cemas oleh karena itu dapat dilakukan TSD (tell show

do)

• Pengalaman medis umum dan gigi,pengalaman medis yang buruk membuat image

bidang kedokteran semakin buruk di mata anak

• Sikap dan perilaku dokter gigi juga sangat mempengaruhi

• Lingkungan praktek dokter gigi, pengaturan ruangan sangat penting bagi anak,

pengaturan ruangan yang ‘fun’ anak membuat anak semakin mempercayakan dirinya

kepada Dokter gigi

Setiap anak memiliki respon yang berbeda-beda, ada yang kooperatif dan tidak

kooperatif seperti histeris hingga keras kepala. Biasanya pasien yang tidak kooperatif adalah

anak berumur di bawah 3 tahun yang masih bergantung pada ibunya atau juga pasien

handicapped atau berkebutuhan khusus. Pasien yang keras kepala harus dihadapi dengan keras

dan juga tegas. Ada juga anak yang berperilaku tegang ataupun malu, Pasien ini harus

ditanggapi dengan mengajukan pertanyaan lebih dulu, Perawat ataupun dokter harus lebih aktif

agar sang anak pun ingin di ajak komunikasi dengan baik. Adapun manajemen perilaku yang

dapat dilakukan untuk membuat anak menjadi kooperatif yaitu:

• Tell-Show-Do
Tehnik ini dilakukan dengan cara menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

kepada pasien sembari mengenalkan alat yang akan digunakan dan menjelaskan

denganbahasa yang mudah dipahami dengan imajinasi anak.

• Distraksi

Tehnik ini dilakukan dengan cara pengalihan fokus anak agar kecemasannya

berkurang biasanya dilakukan dengan memberikan anak tontonan atau game yang dapat

mengalihkan fokus anak agar dapat kooperatif dalam tindakan.

• Komunikasi

Perawat sangat berperan penting dalam bidang kedokteran anak,komunikasi yang

baik antar anak dan perawat dapat membangun kepercayaan anak terhadap perawat dan

akan membuat perawatan makin mudah dilakukan

• Modelling

Tehnik modelling adalah tehnik dimana sang Dokter memebrikan contoh kepada

sang ibu ataupun wali yang ikut menemani

• Sedasi

Tehnik ini dilakukan pada keadaan gawat ataupun darurat yang kasusnya harus

ditangani sesegera mungkin,tehnik ini dilakukan dengan cara memasukkan obat obatan

sedative melalui inhalasi, atau melalui oral, rektal, submukosa, intramuskular, atau

intravena.

N. PRINSIP BANTUAN HIDUP DASAR (Basic Life Support)

pertama yang dilakukan dalam situasi darurat ketika seseorang telah mengalami

kegagalan organ vital yang dapat mengancam nyawa mereka. Aspek dasar tindakan

penyelamatan sehubungan dengan kejadian henti jantung. Untuk menunjang keberhasilan dan

kualitas hidup pasien, aspek yang penting termasuk pencegahan kejadian henti jantung (cardiac
arrest), tindakan dini cardiopulmonary rescucitation (CPR)/resusitasi jantung paru (RJP),

aktivasi sistem respons emergency, tindakan bantuan hidup lanjut (advance life support) yang

efektif, dan penatalaksanaan post cardiac arrest yang terpadu. Hal yang perlu diperhatikan

ialah:

1. Pastikan keamanan sekitar

Pastikan Anda dan korban berada pada posisi yang aman. Jangan sampai

membahayakan diri sendiri ataupun orang lain

2. Periksa respon korban

Periksa respon atau kesadaran korban dengan mencoba membangunkannya dengan

cara menepuk ataupun meremas pundak korban, menggoyangkan tubuhnya atau

memanggil korban dengan suara keras

3. Hubungi Ambulans

Jika korban tidak memberikan respon selama 5 detik maka minta orang sekitar untuk

menghubungi ambulans

4. Baringkan korban

Baringkan korban dengan posisi terlentang di atas permukaan yang datar atau rata

dengan hati-hati

5. Periksa pernapasan korban

Periksa mulut dan tenggorokan korban, singkirkan sumbatan yang terlihat jelas seperti

muntah, darah ataupun gigi. Setelah itu dongakkan atau tengadahkan kepala korban

pelan-pelan dan angkat dagunya untuk membuka jalan napas, apabila pasien tidak

bernafas setelah 10 detik, maka lakukan CPR.

1. Lakukan CPR
CPR sebagai bantuan dasar hidup perlu dilakukan dalam beberapa langkah. Berikut

adalah cara untuk melakukan CPR:

• Kompresi atau menekan dada korban

Berlutulah di samping korban, letakkan tangan kiri Anda di atas tangan kanan,

dan tempatkan di bagian tengah dada korban. Berikan tekanan sebanyak 100–

120 kali per menit hingga korban merespons atau ambulans datang.

• Membuka jalan napas korban

Jika sudah terlatih, setelah melakukan kompresi dada sebanyak 30 kali, Anda

dapat membuka jalan napas korban dengan mendongakkan kepala dan

mengangkat dagu korban.

• Memberikan napas buatan

Setelah membuka jalan napas, berikan napas buatan pada korban sebanyak 2

kali. Ulangi proses 30 kali kompresi dada yang diikuti 2 kali napas buatan

hingga ambulans tiba atau korban sadar.


BAB III

PENUTUP

Rumah Sakit sebagai instansi penyedia layanan kesehatan sangat concern terhadap mutu

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Bentuk pelayanan Rumah Sakit kini telah

bergeser dari provider-centered care menjadi patient-centered care yang memungkinkan pasien

ikut terlibat disepanjang alur perawatan dan pasien menjadi sentral dalam pemberian pelayanan

kesehatan. Salah satu cara untuk menjaga mutu pelayanan dan keselamatan pasien adalah

dengan penerapan interprofessional collaboration (IPC). IPC yang diterapkan secara kompeten

dan efisien dapat membangun hubungan kepercayaan antara tenaga kesehatan dan pasien.

Terapis Gigi dan Mulut adalah salah satu tenaga Kesehatan yang dibutuhkan keberadaannya di

setiap Pusat layanan Kesehatan. Pemberian pelayanan asuhan Kesehatan gigi dan mulut begitu

penting bagi masyarakat jadi dibutuhkanlah Pendidikan khusus mengenai dasar-dasar asuhan

Terapis gigi dan mulut untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten di

bidangnya.
REFERENSI

Oktaviani, D. J. (2019). Bahan Alami Penyembuhan Luka. majalah farmatika, 4(3), 45-56.

Primadina, N. (2019, Januari). Proses Penyembuhan Luka dari Aspek Mekanisme Seluler dan
Molekuler. Qanun Medika, 3(1), 33-36.

Purnama, H., Sriwidodo, & Ratnawulan, S. (2017). Proses Penyembuhan Dan Perwatan Luka. Farmaka,
15, 251-252. doi:https://doi.org/10.24198/jf.v15i2.13366

Rumah Sakit Islam Sultan Agung. (2020, Februari 26). Perawatan Pasien Meninggal di Ruangan.
Prosedur Tetap Perawatan Pasien Meninggal di Ruangan, hal. 1-2.

Sovia, E., & Yuslianti, E. R. (2019). Farmakologi Kedokteran Gigi Praktis. Yogyakarta: Deepublish.

Wulandari, N. K. (2018). gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca Stroke Non Hemoragit
dengan Gangguan Mobilitas Fisik (Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I). Denpasar:
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Zaidal, Mursalat, T., Fatimah, Razeva, S., Nita, F., Anriani, & Azhari. (2022). Panduan Asuhan
Keperawatan (PAK). Aceh Timur: Rumah Sakit Umum Derah dr. Zubir Mahmud.

Afsheena, F. (2023, April 19). About Us: Hotelier. Diambil kembali dari Hotelier:
https://hotelier.id/making-bed/

analu, N. V. (2022). Keperawatan Perioperatif dan Medikal Bedah. Bandung: Media Sains Indonesia.

Nasrullah, D. (2019). Etika Keperawatan. Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Noviati, N., & Nurilawati, V. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Gigi Farmakologi. Jakarta Selatan: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Nurjanah, S. (2016). keefktifan Kombinasi Terapi Panas dan Dingin Terhadap Cedera Otot Hamstring.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurlitasari, N. (2021). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Mobilisasi Fisik di Ruang Al Fajr RSUI Kustati Surakarta. Surakarta: Universitas Sahid Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai