Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KMB II

“ PENGKAJIAN SISTEM INTEGUMEN DAN IMUN”

Oleh

Nadila

183110223

II B

Dosen Pembimbing:

Ns. Defia Roza, S. Kep. M. Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG

1
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

2020

A. ANAMNESA SISTEM INTEGUMEN

1. Pengkajian
Adalah tindakan yang dilakukakan untuk mengumpulkan data. cara mengumpulakan data
dapat melalui anamnesis atau wawancara (terhadap klien maupun keluarga), observasi,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain. dari pengkajian kita dapat
menentukan masalah keperawatan yang dialami oleh klien.
a. Identifikasi Pasien
Tanggal dan waktu pengkajian.Biodata: nama, umur (penting mengetahui
angka prevelensi), jenis kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit
kulit, banyak terkait dengan factor pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan : meliputi masalah kesehatan sekarang,
riwayat penyakit dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.
Menurut Bursaids, disamping menggali keluhan-keluhan diatas, anamnesis
harus menyelidiki 7 ciri lesi kulit yang membantu anda membuat diagnosis,
yaitu :
1. Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.
2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang berkaitan.
4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali
5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6. Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan
7. Efek terpapar sinar matahari.
c. Riwayat pengobatan atau terpapar zat:
obat apa saja yang pernah dikonsumsi atau pernahkah klien terpapar faktor-
faktor yang tidak lazim. Terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lain, memakai

2
sabun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang baru, terpapar sinar
matahari.
d. Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: \
bagaimana pola tidur klien, lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah
klien berkontak dengan bahan-bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang,
minum-minuman keras, olah raga atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
e. Riwayat psikososial:
Stress yang berkepanjangan Apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan. Keadaan
psikologis klien perlu dikaji. stress yang berkepanjangan akan mempengaruhi
kesehatan kulit seseorang, bahkan dapat menimbulkan kelainan kulit.
disamping itu, dengan adanya masalah kulit yang timbul, dapat terjadi
gangguan pada konsep diri klien. Perawat perlu menjalin hubungan yang
harmonis dengan klien agar terbentuk rasa percaya antara klien terhadap
perawat, setelah hubungan rasa saling percaya timbul antara perawat dan
klien, pertanyaan yang lebih mendalam yang berkaitan dengan gnagguan kulit
dan konsep diri klien dapat diajukan. Misalnya, apakah gangguan kulit
tersebut mempengaruhi aktivitas sehari-hari? dengan adanya masalah kulit,
apakah mempengaruhi pandangan klien terhadap tubuhnya? apakah
mempengaruhi perannya sebagai mahasiswa, orang tua, isteri/suami? dan
bagaimana perassan klien /keluarga dengan adanya gangguan kulit tersebut?

2. Pemeriksaan Kulit
a. Peubahan menyeluruh
Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan umum klien
dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna kulit.Turgor
kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada klien yang dehidrasi dan
lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit mencerminkan
hilangnya elastisitas kulit dan keadaan kekurangan air ekstrasel.Tekstur kulit
pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit dapat berubah-
ubah di bawah pengaruh banyak variabel. Jenis tekstur kulit dapat meliputi
kasar, kering atau halus.

3
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variabel. Gangguan
pada melanin dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang dapat
menyebabkan kulit menjadi gelap atau lebih terang dari pada kulit yang
lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus albino. Ikterus adalah
warna kulit yang kekuningan yang disebabkan oleh endapan pigmen empedu
didalam kulit, sekunder akibat penyakit hati atau hemolisis sel darah merah.
Sianosis adalah perubahan warna kulit menjadi kebiruan; paling jelas terlihat
pada ujung jari dan bibir. Sianosis ini disebabkan oleh desiturasi hemoglobin.
Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit
dan kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan
keadaan teksturnya. Secara normal, tekstur kulit halus, lembut dan lentur pada
anak dan orang dewasa. Kulit telapak tangan dan kaki lebih tebal, sedangkan
kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor dengan mencubit kulit pada
punggung tangan atau lengan bawah lalu lepaskan. Perhatikan seberapa
mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit segera kembali ke
posisi awal . pada area pitting tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan
lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam millimeter, edema +1 sebanding
dengan kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding dengan kealaman 4 mm.

3. Perubahan setempat
Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh tubuh.
Selanjutnya, anjurkan klien untuk membuka pakaiannya dan amati seluruh tubuh
klien dari atas kebawah, kemudian lakukan pemeriksaan yang lebih teliti dan
evaluasi distribusi, susunan, dan jenis lesi kulit. Distribusi lesi dan komposisi
kulit sangat bervariasi dari satu bagian tubuh kebagian tubuh lainnya. Lesi yang
timbul hanya pada daerah tertentu menandakan bahwa penyakit tersebut berkaitan
dengan keistimewaan susunan kulit daerah tersebut. Pada daerah kulit yang
lembab permukaan kulit bergesekan dan mengalami maserasi dan mudah
terinfeksi jamur superficial. Kondisi ini banyak kita jumpai pada daerah aksila,
lipat paha, lipat bokong, dan lipatan di bawah kelenjar mamae.

4
Pada daerah kulit yang kaya keratin, seperti siku, lutut, dan kulit kepala,
sering tejadi gangguan keratinisasi. Misalnya psoriasis, yaitu kelainan kulit pada
bagian epidermis yang berbentuk plak bersisik.
Mengenai susunan lesi, tanyakan bagaiman pola lesinya. Lesi kulit dengan
distribusi sepanjang dermatom menunjukan adanya penyakit herpes zoster. Disini,
lesi vesikuler timbul tepat pada daerah distribusi saraf yang terinfeksi. Linearitas
merupakan lesi yang terbentuk garis sepanjang sumbu panjang suatu anggota
tubuh yang mungkin mempunyai arti tertentu. Garukan pasien merupakan
penyebab tersering lesi linear. Erupsi karena poison iny, seperti dermatitis kontak,
berbentuk linear karena iritannya disebabkan oleh garukan yang bergerak naik-
turun. Peradangan pembuluh darah atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi
linear berwarna merah. Sedangkan parasit scabies dapat membuat liang-liang
pendek pada lapisan epidermis, terutama pada kulit di antara jari-jari tangan, kaki,
atau daerah lain yang memiliki lapisan epidermis tipis dan lembap sehingga akan
membentuk lesi linear yang khas berupa garis kebiru-biruan.
Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang sangat besar yang dikelilingi
oleh dua atau lebih lesi serupa tetapi lebih kecil yang menunjukan asal lesi dan
penyebarannya, seperti yang dijumpai pada melanoma malignum atau infeksi
jamur. Tapi lesi merupakan cirri penting yang berguna dalam menegakkan
diagnosis. Lesi berbatas tegas adalah lesi yang mempunyai batas yang jelas,
sedangkan lesi terbatas tidak tegas adalah lesi kulit yang menyatu tanpa batas
tegas dengan kulit yang normal.

4. Ruam kulit
Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan pengetahuan
tentang ruam kulit atau ilmu yang mempelajari lesi kulit. Ruam kulit dapat
berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Kadang-kadang perubahan ini
dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar, misalnya trauma garkan dan
pengobatan yang diberikan., sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi.
Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang ruam primer atau ruam sekunder
untuk digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian serta membuat
diagnosis penyakit kulit secara klinis.

5
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula,
papula, plak, nodula, vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor. Ruam sekunder
adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion, ekskoriasio, ulkus, dan
parut.

5. Data objektif yang mungkin ditemukan


1. Terjadi perubahan warna kulit, turgor, elastisitas, kelembapan, kebersihan,
dan bau.
2. Terdapat lesi primer misalnya macula, papula, vesikula, pustule, bula, nodula,
atau urtikaria.
3. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi, atau lkus.
4. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri,
kalor/panas, tumor/benjolan dan fungsieolesa/perubahan bentuk).
5. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau pemeriksaan
darah) didapatkan kelainan.

Keluhan :

a. Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar, tidak rata,
terkelupas, lepuh, panas, dingin, perubahan warna kulit dan timbul borok.
b. Adanya riwayat alergi, kontak dengan bahan-bahan tertentu (kosmetik, sabun,
obat, tanaman, bahan kimia)
c. Riwayat keluarga atau tetangga dengan penyakit kulit.
d. Adanya perubahan pola kebiasaan sehari-hari.
e. Ditemukan data psikologis yang berkaitan dengan masalah kulit (rasa malu,
dikucilkan orang lain, harga diri rendah, takut tidak sembuh, dan cemas

6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalah integument
adalah :
a. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, gangguan
kekebalan tubuh, atau infeksi.

6
b. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan, terbukanya
ujung-ujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan tentang pelaksanaan
nyeri.
c. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan anatomi kulit atau bentuk
tubuh.
d. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak teratasi dengan
mudah.
e. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit, atau
potensial keganasan.
f. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.
g. Defesiensi pengetahuan tentang factor penyebab timbulnya lesi, cara pengobatan, dan
perawatan diri
h. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri pada kulit.
i. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari oranglain karena perubahan
bentuk kulit.

B. ANAMNESA SISTEM IMUN

1. Pengkajian
Adalah tindakan yang dilakukakan untuk mengumpulkan data. cara
mengumpulakan data dapat melalui anamnesis atau wawancara (terhadap klien
maupun keluarga), observasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain.
dari pengkajian kita dapat menentukan masalah keperawatan yang dialami oleh klien.
a. Identifikasi Pasien

Tanggal dan waktu pengkajian.Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka


prevelensi), jenis kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak
terkait dengan factor pekerjaan.

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan  Utama(data yang ditulis yaitu keluhan yang dirasakan atau
disampaikan pasien saat dilakukan pengkajian, misal : batuk berdahak )

7
c. Riwayat  Penyakit  Sekarang
(data yang ditulis yaitu tanda dan gejala yang muncul dari pasien berada di
rumah, di rumah sudah dilakukan tindakan apa, bagaimana hasilnya, jika tanda
dan gejala tidak berkurang kemudian di bawa kemana (dokter, puskesmas, atau
rumah sakit), diberikan obat apa, hasilnya seperti apa, kemudian jika dibawa ke
rumah sakit, masuk lewat poli atau UGD, didapatkan data apa, dignosa medis
apa, dilakukan tindakan/ diberikan obat apa)  jika pengkajian dilakukan di
ruang UGD, jika pengkajian dilakukan di bangsal data yang ditambahkan yaitu di
ruangan pasien sudah dilakukan tindakan apa saja)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
(Data yang ditulis yaitu riwayat pasien apakah pernah menderita penyakit
tertentu, apakah dirawat di rumah sakit)Mis : pasien pernah di rawat di rumah
sakit selama 1 minggu Karena sakit Hipertensi, pasien tidak kontrol)
1) Riwayat  Keluarga(Data yang ditulis yaitu penyakit keturunan yang dimiliki
keluarga klien, mis : Alergi, Hipertensi, Diabetes Melitus, Asam urat, dan
penyakit keturunan lainnya)
2) Riwayat  SosialBagaimana riwayat pekerjaan pasien, apakah terpapar sinar
matahari, allergen potensial, atau parasit kulit? Apakah menggunakan produk
pembersih baru? Ada hewan peliharan?Apakah pasien bepergian ke luar
negeri?Adakah pajanan pada penyakit infeksi (mis: cacar air)
3) Riwayat  Pengobatan(data yang ditulis yaitu pengobatan yang masih
berjalan yang didapatkan pasien, mis : pasien mendapatkan pengobatan TB 3
bulan terakhir)
e. Pemeriksaan Fisik Gangguan Sistem Imun
Pemeriksaan fisik pada dewasa dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu dengan
metode per sistem dan head to toe. Pada gangguan sistem imun, pengkajian per
sistem meliputi keadaan  umum, sistem  integumen, sistem  saraf  pusat (fungsi
luhur : umum, kognitif, motorik, perilaku), sistem  penglihatan, sistem 
pernafasan, kardiovaskuler, sistem  genitourinarius, sistem  muskuloskeletal,
hematologi, dan sistem  sistem limfatik. Pemeriksaan sistem integumen,
hematologi dan sitem limfatik merupakan pemeriksaan yang paling khas
menunjukkan gangguan imunologi. Adapun pada gangguan sistem imun dan
hematologi, pengkajian head to toe meliputi pengkajian kepala, wajah, THT,

8
mulut, leher, dada (paru, jantung) abdomen, genital, ekstrimitas, muskuloskeletal,
integumen. Di bawah ini data yang mungkin muncul pada pemeriksaan fisik
gangguan sistem imun dengan metode per sistem dan head to toe.
1) Tanda Vital
Keadaan  umum : ( dituliskan kondisi pasien  tampak lemah/ sakit)
Tanda-tanda vital/ TTV/ Vital Sign  : 

N (Nadi  normal : 80-100X/ menit)


R (Nafas  normal : 16-24 X/ menit)
S (Suhu  normal : 36,80- 37,50 C)
TD ( Tekanan darah  120/80 mmHg)
Sistem  Integumen
Sistem integumen merupakan komponen pertahanan primer tubuh, jadi jika terjadi gangguan
imun misalkan alergi atau infeksi pertama yang munujukkan gejala yaitu pada system imun.
Adapun data yang mungkin muncul pada pengkajian integument antara lain:
1. Alopesia parsial : merupakan kerontokan rambut disebabkan karena kurangnya
nutrisi akibat gangguan proses imunologi
2. Eritema : bercak merah seperti “Kupu-kupu” pada pipi dan hidung
3. Ruam : kemerahan
4. Edem : bengkak
5. Herpes : herpes ada 2 jenis yaitu herpes simpleks dan herpes zooster. Herpes
muncul saat imun tubuh menurun sehingga virus menjadi aktif
6. Bercak putih pada kulit : bercak putih yang muncul pada paasien dengan
gangguan system imun kemungkinan adalah jamur. Munculnya jamur ini karena
sistem imun tubuh menurun sehingga flora normal berkembang biak.
Sistem  Saraf  Pusat
Gangguan imun (mis: autoimun) menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian sel-sel saraf,
sehingga menimbulkan gangguan pada transmisi impuls baik sensorik maupun motorik saraf.
Pemeriksaan saraf pusat (meliputi fungsi luhur) pada pasien dengan gangguan imunologi
mungkin muncul gejala antara lain :
1. Umum : sakit kepala, parestesia, paralisis, neuritis, perubahan kesadaran
2. Kognitif : kerusakan memori, kerusakan konsentrasi, penurunan proses berpikir,
kacau mental

9
3. Motorik : gaya berjalan, kelemahan tungkai bawah, penurunan koordinasi
tangan, tremor, kejang
4. Perilaku : kurang menjiwai, menarik diri, emosional labil, perubahan kepribadian,
ansietas, mengingkari, psikosis, depresi
Sistem  Penglihatan
Gangguan pada sistem penglihatan ini biasanya masih berhubungan dengan gangguan saraf
yang ditimbulkan akibat adanya reaksi imun. Gejala yang mungkin muncul :
1. Fotofobia
2. Berkurangnya lapang pandang penglihatan
3. Diplopia
4. Kebutaan
5. Pandangan kabur 
6. Katarak
7. Kinjungtivitas & Ureitis
8. Papil edema
Sistem  Pernafasan
Gangguan pada system pernapasan yang disebabkan oleh adanya gangguan imun biasanya
terjadi akibat aktifnya kembali bakteri yang doorman. Pertumbuhan bakteri ini menyebabkan
inflamasi dan pembentukan secret dalam saluran pernapasan sehingga terjadi gangguan baik
secara anatomi maupun fisiologi. Adapun gejala yang mungkin timbuul antara lain :
1. Sesak nafas/ Dipsnea
2. ISPA  sering
3. Batuk
4. Takipnea
5. Sianosis
6. Pendarahan
7. Hipertensi pulmoner, fibrosis, korpulmonate
8. Mengi
9. Krekels pada basis atau difusi
10. Retraksi interkostal

1) Sistem Kardiovaskuler

10
Gangguan pada kardiovaskuler biasanya terjadi karena proses imun menyebabkan
peradangan pada jantung sehingga jantung mengalami gangguan fungsi. Adapun gejala yang
mungkin timbul antara lain :
1. Palpitasi, takikardia
2. Nyeri dada dari sendang sampai berat
3. Hipertensi
4. Murmur
5. Kardiomegali

2) Sistem  Gastrointestinal
1. Anoreksia
2. Mual muntah
3. Disfagia
4. Gatal pada rectum, nyeri
5. Diare
Diare terjadi biasanya pada pasien dengan AIDS dimana flora normal di dalam saluran
pencernaan yang dalam keadaan sehat tidak menimbulkan gejala, tetapi dalam kondisi
imun menurun menyebabkan diare.
6. Penurunan berat badan, tidak disengaja
Penurunan berat badan merupakan komplikasi secara tidak langsung dari penurunan
fungsi imun tubuh. Penurunan berat badan ini dapat disebabkan oleh asupan nutrisi
kurang sedangkan kebutuhan meningkat. Diare yang terus menerus menyebabkan berat
badan menurun.
7. Pendarahan
8. Hepatosplenomegali
Biasanya yang lebih mengindikasikan adanya gangguan imun adalah splenomegali
karena spleen atau limpa adalah salah satu organ utama yang berperan dalam pertahanan
tubuh sehingga jika terjadi gangguan pada system imun maka dimungkinkan terjadi
pembesaran limpa.
9. Nyeri abdomen, kram, kembung

3) Sistem  Genitourinarius

11
Pada organ genetalia biasanya juga memunculkan gejala akibat penurunan status imun
tubuh. Adapun gejala tersebut antara lain keputihan, herpes simplek. Pada gangguan fungsi
ginjal akibat gangguan imun juga dapatkan menimbulkan gejala sebagai berikut :
1. Hematuria
2. Serpihan selular
3. Azotemia
4. Nyeri panggul
5. Nyeri pada waktu berkemih

Sistem  Muskuloskeletal
Proses patologis imun pada sistem musculoskeletal menimbulkan beberapa gejala antara lain :
1. Peradangan/Pembengkakan sendi
2. Nyeri sendi (Artralgia)
3. Kelemahan muskular
4. Parestesia : tangan, kaki
5. Edema jaringan lunak

Sistem  Hematologi

Gangguan imun pada tubuh menyebabkan rusaknya beberapa produk darah. Kondisi ini
menimbulkan gejala seperti :
1. Petekie ; perdarahan pembuluh darah kapilerberupa bintik merah biasa terjadi pada
pasien dengan DHF (Dengue Haemoragic Fever)
2. Purpura
3. Mudah memar/ ekimosis
4. Epistaksis : mimisan
5. Pendarahan gusi : menurunnya trombosit akibat autoimun dapat menyebabkan
perdarahan pada gusi.
Sistem   Limfatik
Sistem limfatik mengandung jaringan berupa cairan limfe, nodus limfe, timus dan tonsil.
Sistem limfatik menghasilkan 2 tipe sel dari sel limfe yaitu limfosit B dan Limfosit T yang
memungkinkan untuk mendeteksi adanya benda asing. Adapun fungsi sistem limfatik pada orang

12
deasa adalah salah satunya memproduksi antibody dan memfiltrasi mikroorganisme yang ada
dalam darah. Pada area infeksi maka nodus limfe yang berdekatan dengan area tersebut akan
membesar.
Jaringan lain dalam system limfatik adalah limpa, tonsil dan kelenjar timus.
Pada pengkajian limfatik dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi. Adapun area yang perlu
dikaji yaitu :
1. Nodus limfe bagian leher
2. Nodus limfe bagian aksila (lateral, posterior, sentral, anterior, apikal)
3. Nodus limfe bagian dada (supraklavikular, parasternal)
4. Nodus limfe bagian lengan ( tengah permukaan lengan dan di atas siku)
5. Nodus limfe bagian inguinal
6. Nodus limfe bagian kaki

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem integumen adalah suatu sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Komponen
dari sistem ini merupakan bagian sistem organ yang terbesar yakni :
1. kulit merupakan lapisan terluar pada tubuh manusia. Terdiri dari dua bagian yaitu
kulit tipis dan kulit tebal.
2. Rambut merupakan organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan, terutama
mamalia.

13
3. Bulu merupakan struktur keratin yang karakteristiknya terdapat pada bangsa aves
dianggap sebagai modifikasi dari sisik.
4. Kuku, adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari.
5. Kelenjar keringat, berupa saluran melingkar dan bemuara pada kulit ari dan
berbentuk pori-pori halus.

Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanismepadaorganismeyang


melindungi tubuh terhadap pengaruhbiologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuhpatogen serta seltumor.sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya
atau asalnya,yaitu :

1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)


2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)

B. Saran
Makalah ini hanya mencakup materi-materi umum Sistem Integumen dan sistem
imun sehingga masih diperlukan referensi-referensi lain dalam menyusun makalah
maupun pembuatan tugas.

DAFTAR PUSTAKA

14
Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2001 Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner & suddarth-
Ed. 8. Vol 3. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan-Ed. 2. Jakarta:


Salemba Medika

Taylor, C. M., Ralph, S. S. Diagnosis Keperawatan: Dengan Rencana Asuhan-Ed. 10. Jakarta:
EGC

15

Anda mungkin juga menyukai