Anda di halaman 1dari 26

MAKALASH KARDIOVASKULER

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Dan Post Op Operasi Jantung “

Oleh :

NADILA (183110223)

2B

Dosen Pembimbing:

Ns.Hj.Sila Dewi A.S.Kep.Sp.MB

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMEMKES RI PADANG

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas maklah yang berjudul Asuhan keperawatan pada
pasien pre dan post op operasi jantung ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Kardiovaskuler . selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Asuhan keperawatan pada pasien pre dan post op operasi jantung bagi para pembaca dan juga
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns.Hj.Sila Dewi A.S.Kep.Sp.MB


selaku dosen mata kuliah Kardiovaskule yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang , 17 Maret 2020 

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Pengertian ...............................................................................................................
B. Klasifikasi Bedah Jantung.......................................................................................
C. Tujuan Bedah Jantung.............................................................................................
D. Identifikasi Bedah Jantung......................................................................................
E. Tolerandi dan perkiraan risiko operasi....................................................................
F. Waktu terbaik operasi..............................................................................................
G. Persiapan Pre Bedah................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................

A. Pengkajian................................................................................................................
B. Riwayat kesehatan...................................................................................................
C. Pemeriksaan fisik.....................................................................................................
D. Diagnose keperawatan pre op..................................................................................
E. Diagnose keperawatan post op................................................................................
F. Pemeriksaan fisik penunjang...................................................................................
G. Post operatif keperawatan........................................................................................

3
BAB IV PENUTUPAN......................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia berfungsi untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Banyak masyarakat yang belum memahami fungsi jantung secara
benar. Masyarakat tidak mengetahui bahwa kondisi dan pola hidup seseorang yang hedonis
dan berubah-ubah serta pola makan dan obatobatan yang dikonsumsinya dapat
mempengaruhi kerja jantung apabila tidak menjaga keseimbangan tubuh secara adekuat.
Perawat sebagai seorang yang merawat pasien di rumah sakit sebelum melakukan tindakan
lebih lanjut, untuk menentukan kondisi kerja jantung pasien normal atau tidak yaitu salah
satunya dengan mendeteksi menggunakan electrocardiografi (ECG). Pada kondisi dengan
kelainan jantung, perlu dilakukan bedah jantung.
Bedah jantung itu sendiri adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan
koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung agar dapat kembali normal sesuai fungsinya.
Namun tidak semua operasi bedah jantung dapat berjalan lancar tergantung kondisi pasien itu
sendiri, stabil atau tidak stabil. Jenis operasi bedah jantung antara lain operasi Coronary
artery bypass graft (CABG), operasi perbaikan atau penggantian katup jantung dan operasi
yang lainnya. Prosedur bedah jantung ini biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu
menghentikan jantung secara sementara (on-pump) dan pembedahan dengan jantung yang
masih berdenyut (off-pump). Pengehntian jantung sementara ini memerlukan alat pengganti
fungsi jantung dan paru sehingga sirkulasi tubuh tetap terjaga.

Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia, dan
pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis serta
program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan penanganan yang
aman untuk pasien dengan penyakit jantung.

5
B. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian bedah jantung ?
2) Bagaimana epidemiologi penyakit jantung ?
3) Apakah pengertian konsep dasar bedah jantung ?
4) Apakah tanda dan gejala dari penyakit bedah jantung ?
5) Bagaimana patofisiologi penyakit jantung ?
6) Bagaimana prosedur diagnostic bedah jantung ?
7) Bagaimana penatalaksanaan medis bedah jantung ?
8) Bagaimana asuhan keperawatan bedah jantung ?
C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian dari bedah jantung;
2) Mengetahui epidemiologi dari penyakit jantung;
3) Mengetahui pengertian konsep dasar bedah jantung;
4) Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit jantung;
5) Mengetahui patofisiologi dari penyakit jantung;
6) Mengetahui prosedur diagnostic dari bedah jantung;
7) Mengetahui penatalaksanaan medis dari bedah jantung;
8) Mengetahui asuhan keperawatan dari penyakit jantung.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan
anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindak pengobatan yang
menggunakan cara infasif dengan cara membuka atau menampilakan bagian tubuh yang akan
ditangani. Misalnya jantung. Umumnya pembukaan bagian tubuh ini dengan membuat sayatan.
Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka.

Operasi bedah jantung adalah suatu tindakan operasi pada jantung atau pembuluh darah arteri
untuk mengatasi gangguan fungsi pada organ pemompa darah tersebut. Dilakukan oleh dokter
spesialis bedah jantung, operasi jantung menyasar para penderita penyakit jantung seperti:

1. Penyakit jantung iskemik


2. Penyakit katup jantung
3. Penyakit jantung bawaan
4. Transplantasi jantung

Bedah jantung kerap menjadi momok bagi para penderita penyakit jantung sebagaimana
disebutkan di atas. Padahal, teknologi di dalam dunia medis yang semakin berkembang telah
memungkinkan operasi jantung dapat dilakukan secara lebih efisien, minim luka (noninvasif),
pun dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Oleh karenanya, penting sekali untuk
memberikan edukasi khususnya kepada pasien tentang tata cara pelaksanaan operasi bedah
jantung agar pasien tidak dilanda rasa cemas berlebih manakala harus melewati prosedur ini.

7
B. Klasifikasi Bedah Jantung
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
C. Tujuan Operasi Bedah Jantung
Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh
VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama
pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan
operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat
dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan
arteri koroner.
7. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan
blok total atrioventrikel.
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin
diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab
lain.
9. Transmyocardial laser revascularization (TLR). Operasi jantung laser biasanya
dilakukan saat penanganan-penanganan sebelumnya telah gagal. Pada operasi
jantung jenis ini, dokter akan menggunakan teknologi laser untuk membuat
saluran di otot jantung. Tujuannya agar saluran tersebut mampu membuat darah
mengalir lebih lancar.
10. Percutaneous Transluminal Coronary Angiplasly (PTCA), atau Angioplasti
Koroner, adalah prosedur non-bedah dengan sayatan minimal yang digunakan

8
untuk membuka pembuluh darah yang menyempit. Prosedur ini menggunakan
kateter yang lentur dengan balon di ujungnya, yang dikembungkan pada lekanan
tinggi di dalam dinding arteri yang menyempit. Tindakan ini akan merontokkan
plak dalam pembuluh darah dan memperbaiki aliran darah ke otot jantung.

D. Indikasi Bedah Jantung

1. “Left to rigth shunt” sama atau lebih dari 1,5 (aliran paru dibandingkan aliran ke
sistemik  1,5).
2. “Cyanotic heart disease”.
3. Kelainan anatomi pembuluh darah besar dan koroner
4. Stenosis katub yang berat (symtomatik).
5. Regurgitasi katub yang berat (symtomatik)
6. Angina pektoris kelas III dan IV menurut Canadian Cardiology Society (CCS).
7. “Unstable angina pectoris”.
8. Aneurisma dinding ventrikel kiri akibat suatu infark miokardium akut.
9. Komplikasi akibat infark miokardium akut seperti VSD dan mitral regurgitasi yang
berat karena ruptur otot papilaris.
10. “Arrhytmia” jantung misalnya WPWs syndrom.
11. Endokarditis atau infeksi katub jantung.
12. Tumor dalam rongga jantung yang menyebabkan obstruksi pada katub misalnya
myxoma.
13. Trauma jantung dengan tamponade atau perdarahan.

E. Toleransi Dan Perkiraan Risiko Operasi

Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita


yang biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart
Association.
Klas   I    : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari
Klas  II    : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.

9
Klas III   : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.
Klas IV   : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain-
lain sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.
Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini ditentukan berdasarkan resiko
yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi
Fallot adalah pada umur 3 – 4 tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta
karena suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas III.Hal
ini adalah saat operasi dilakukan.Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara
darurat resikonya 2x lebih tinggi bila dilakukan elektif.
F. Waktu Terbaik untuk Operasi
Hal ini ditentukan berdasarkan risiko yang paling kecil. Misalnya umur yang tepat untuk
melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 - 4 tahun. Hal ini yaitu
berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu insufisiensi
pada kelas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada kelas III. Hal ini adalah saat operasi
dilakukan. Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2 kali
lebih tinggi bila dilakukan elektif. Pembagian waktu dibagi atas:
1. emergensi yaitu operasi yang sifatnya sangat perlu untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Untuk bypass coroner hal ini dilakukan kapan saja tergantung persiapan
yang diperlukan.
2. Semi Elektif yaitu operasi yang bisa ditunda 2 - 3 hari atau untuk koroner dilakukan 3
x 24 jam setelah dilakukan kateterisasi jantung.
3. Elektif yaitu operasi yang direncanakan dengan matang atas indikasi tertentu,
waktunya lebih dari 3 hari.
G. Persiapan Pra Bedah.
Setelah paasien diputuskan untuk operasi maka perlu dipersiapkan agar operasi
dapat berlangsung sukses. Persiapan terdiri dari :
1. Persiapan mental Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi,
menghilangkan kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara
wawancara dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan
operasi, komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal yang akan

10
dialami atau yang akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat yang akan
dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi dan kapan drain
dicabut.
2. Persiapan medikal
a. Obat-obatan
1) Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu
sebelum operasi (minimal 3 hari sebelum operasi).
2) Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi.
3) Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi.
4) Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan insulin
injeksi selama operasi.
5) Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi.
6) Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu
induksi anestesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit
sebelum operasi apakah ada alergi.
b. Laboratorium
1. hari sebelum operasi antara lain :
a) Hematologi lengkap + hemostasis.
b) LFT.
c) Ureum, Creatinin.
d) Gula darah.
e) Urine lengkap.
f) Enzim CK dan CKMB untuk CABG.
g) Hb S Ag.
2. Gas darah. Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus
diselidiki penyebabnya dan bila perlu operasi ditunda sampai ada
kepastian bahwa kelainan tersebut tidak akan menyebabkan
perdarahan pasca bedah.
3. Persiapan darah untuk operasi.
4. Permintaan darah ke PMI terdiri dari :
Packad cell : 750 cc

11
Frash Frozen Plasma : 1000 cc
Trombosit : 3 unit.
5. Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi elektif dan
tentu tergantung persediaan darah yang ada di PMI saat itu.
6. Mencari infeksi fokal.
7. Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis dan ini
konsultasikan ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti
dermatitis dan furunkolosis/bisul harus diobati dan juga tidak dalam
masa inkubasi/infeksi penyakit menular.
8. Fisioterapi dada.
9. Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk
mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi
untuk mencegah retensi sputum. Bila penderita diketahui menderita
asthma dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) maka
fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang
spirometri juga membantu untuk melihat kelainan yang dihadapi. Bila
perlu konsultasi ke dokter ahli paru untuk problem yang dihadapi.
10. Perawatan sebelum operasi.
11. Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang
dari poliklinik maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek
misalnya 1 - 2 hari sebelum operasi. Hal ini untuk mempersiapkan
mental klien dan juga supaya tidak bosan di Rumah Sakit.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a)  Nama   : tidak berpengaruh
b) Umur   : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti  pada kelainan
jantung bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung)
tapi lebih sering pada anak-anak
c) Jenis kelamin   : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan
terjadi juga pada perempuan
B. Riwayat Kesehatan
a) Pre op
Riwayat kesehatan pasien adalah sumber yang sangat baik. Sumber berharga
lainnya adalah rekam medis dari riwayat perawatan sebelumnya. Penyakit yang
diderita pasien akan mempengaruhi kemampuan pasien dalam mentoleransi
pembedahan dan mencapai pemulihan yang menyeluruh. Pasien yang akan menjalani
bedah sehari (one day care) harus diperiksa secara teliti dan menyeluruh untuk
menentukan kondisi kesehatan yang mungkin akan meningkatkan resiko komplikasi
selama atau setelah pembedahan. Pengalaman bedah sebelumnya dapat mempengaruhi
respons fisik dan psikologis pasien terhadap prosedur pembedahan. Jenis pembedahan
sebelumnya, tingkat rasa, ketidaknyamanan, besarnya ketidakmampuan yang
ditimbulkan, dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan adalah faktor-faktor
yang mungkin akan diingat oleh pasien. Perawat mengkaji semua komplikasi yang
pernah dialami pasien. Informasi ini akan membantu perawat dalam mengantisipasi
kebutuhan pasien selama pra dan pascaoperatif.
Pembedahan sebelumnya juga dapat mempengaruhi tingkat perawatan fisik yang
dibutuhkan pasien setelah menjalani prosedur pembedahan. misalnya, pasien yang
pernah menjalani torakotomi untuk reseksi lobus paru mempunyai resiko komplikasi
paru-paru yang lebih besar daripada pasien dengan paru-paru yang masih utuh dan

13
normal. Jika pasien menggunakan obat yang telah diresepkan atau obat yang dibeli di
luar apotik secara teratur, maka dokter bedah atau ahli anestesi mungkin akan
menghentikan pemberian obat tersebut untuk sementara sebelum pembedahan atau
mereka akan menyesuaikan dosisnya. Beberapa jenis obat mempunyai implikasi
khusus bagi pasien bedah. Obat yang diminum sebelum pembedahan secara otomatis
akan dihentikan saat pasien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta pasien
untuk menggunakannya kembali.
Pada pasien gawat darurat yang memerlukan pembedahan cito, pengkajian
riwayat kesehatan dilakukan secara ringkas terkait factor-faktor yang mempengaruhi
pembedahan dan anestesi umum. Pasien dikaji tentang adanya riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, tuberkolusis paru, dan berbagai penyakit kronis yang akan
berdampak pada peningkatan resiko komplikasi intraoperatif.
1) Riwayat alergi Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai
obat yang mungkin diberikan selama fase intraoperatif. Apabila pasien
mempunyai riwayat alergi satu atau lebih, maka pasien perlu mendapat pita
identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan tangan sebelum menjalani
pembedahan atau penulisan symbol alergi yang tertulis jelas pada status rekam
medis sesuai dengan kebijakan institusi. Perawat juga harus memastikan
bagian depan lembar pencatatan pasien berisi daftar alergi yang dideritanya.
2) Pengkajian nyeri Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
Keluhan sensori yang dinyatakan sebagai pegal, linu, ngilu, keju, kemeng, dan
sebagainya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri. Penting bagi setiap
perawat untuk mempercayai pasien yang melaporkan rasa nyeri. Selain itu
yang sama pentingnya adalah waspada terhadap pasien yang mengabaikan
nyeri. Misalnya mengungkapkan kenyataan bahwa gangguan atau prosedur
biasanya menimbulkan nyeri atau bahwa pasien tampak meringis saat
bergerak atau menghindari gerakan. Menggali alasan mengapa pasien
mengabaikan rasa nyeri juga sangat membantu. Banyak orang yang
menyangkal nyeri yang dialaminya karena mereka takut dengan
pengobatan/tindakan yang mungkin diberikan jika mereka mengeluh nyeri,

14
atau takut menjadi ketergantungan jika obat-obat ini diberikan untuk
mengatasi nyerinya. Kondisi penyakit dan posisi dapat menimbulkan nyeri
pada pasien, perawat perlu mengkaji pengalaman nyeri pasien sebelumnya,
metode pengontrolan nyeri yang digunakan, sikap pasien dalam menggunakan
obat-obatan peghilang rasa nyeri, respons perilaku terhadap nyeri,
pengetahuan pasien, harapan, dan metode manajemen nyeri yang dipilih
karena akan memberi dasar bagi perawat dalam memantau perubahan kondisi
pasien. Pengkajian nyeri yang benar memungkinkan perawat perioperatif
untuk menetapkan status nyeri pasien, lebih bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap perawatan yang diberikan, dan lebih berorientasi
pada sifat kemitraan dalam melakukan penatalaksanaan nyeri. Perawat harus
mengembangkan hubungan terapeutik yang positif dan memberi waktu
kepada pasien untuk mendiskusikan nyeri. Perawat juga harus mempelajari
cara verbal dan nonverbal pasien dalam mengomunikasikan rasa
ketidaknyamanan. Meringis, menekuk salah satu bagian tubuh, dan postur
tubuh yang tidak lazim merupakan contoh ekspresi nyeri secara nonverbal.
3) Pengkajian psikososiospiritual Berbagai dampak psikologis yang dapat
muncul adalah adanya ketidaktahuan akan pengalaman pembedahan yang
dapat mengakibatkan kecemasan dalam berbagai bentuk seperti marah,
menolak, atau apatis terhadap kegiatan keperawatan. Pasien yang cemas
sering mengalami ketakutan atau perasaan tidak tenang. Berbagai bentuk
ketakutan muncul seperti ketakutan akan hal yang tidak diketahui, misalnya
terhadap pembedahan, anastesi, masa depan, keuangan, dan tanggung jawab
keluarga, ketakutan akan nyeri, kematian, atau ketakutan akan perubahan citra
diri dan konsep diri. Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi, kecemasan
merupakan stressor yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh. Prosedur
pembedahan akan memberikan suatu reaksi emosional bagi pasien, untuk
membedakan reaksi tersebut jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal,
sebagai contoh kecemasan pre operative merupakan suatu respons antisipasi
terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu
ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan

15
kehidupan itu sendiri, dapat diketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara
lansung akan mempengaruhi fungsi tubuh. Oleh karena itu penting untuk
mengidentifkasi ansietas yang dialami pasien. Dengan mengumpulkan riwayat
kesehatan secara cermat, perawat akan menemukan kekhawatiran pasien yang
didapat menjadi beban langsung selama proses pembedahan. Pasien yang
menghadapi pembedahan akan dilingkupi oleh ketakutan, termasuk ketakutan
akan ketidaktahuan, kematian, anastesi dan kanker, kekhawatiran mengenai
kehilangan waktu kerja, kemungkinan kehilangan pekerjaan, tanggung jawab
terhadap keluarga, dan ancaman ketidakmampuan permanen yang lebih jauh.
Menurut potter (2006) reaksi pasien terhadap pembedahan didasarkan pada
banyak faktor, meliputi ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan yang
diantisipasi baik fisik, finansial, psikologis, spiritual, sosial, atau hasil akhir
pembedahan yang diharapkan. Bagian terpenting dari pengkajian kecemasan
pre operative adalah untuk menggali peran orang terdekat, baik dari keluarga,
sahabat, adanya sumber dukungan orang terdekat akan menurunkan
kecemasan. Pasien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi
yang dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri pasien dengan
cara meminta pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelamahan dirinya, pasien
yang cepat mengkritik mungkin mempunyai harga diri yang rendah atau
sedang menguji pendapat perawat tentang karakter mereka. Konsep diri yang
buruk mengganggu kemampuan beradaptasi dengan stress pembedahan dan
memperburuk rasa bersalah atau ketidakmampuannya (Stuart, 1999).
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran       : Composmentis
2. Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas
3. TTV : Nadi,TD,RR, Suhu  
4. Kepala dan Leher
5. Rambut           : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
6. Wajah              : Normal, konjungtiva pucat
7. Hidung            : Pernapasan cuping hidung,Tidak ada polip
8. Mulut              : Bersih

16
9. Leher               : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
10. Thorax
11. Jantung
Inspeksi           : tampak ictus cordis
Palpasi             : ictus cordis kuat angkat
Perkusi            : batas jantung melebar
Auskultasi       : BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4, disritmia, gallop
12. Paru
Inspeksi           : pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi             : ada otot bantu pernafasan
Perkusi            : sonor
Auskultasi       : weezing
13. Abdomen                                                                  
Inspeksi           : Bulat datar
Palpasi             : tidak ada nyeri tekan
Perkusi            : -
Auskultasi       : Bising usus (+)
14. Ekstremitas 
Eks. Atas         : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah     :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
15. Sistem Integumen : kulit kering dan turgor kulit juga jelek
16. Genetalia         : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
17. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit
maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
18. Pola nutrisi dan metabolik
1. Makan  : Tidak nafsu makan disebabkan dipsnea
2. Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
19. Pola eliminasi
1. BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
2. BAB : adanya konstipasi

17
20. Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena adanya sesak dan nafas
pendek.
21. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di dada
22. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
23. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien
malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
24. Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan akibat penyakitnya pasien tidak bisa berhubungan
seksual .
25. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
26. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman sekali dan memegangi dadanya.
27. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan
dari Allah SWT.

D. Post Operatif Keperawatan


post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode
ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.
Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi
optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman. Upaya yang dapat dilakukan diarahkan
untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan muncul pada tahap ini.
Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat di butuhkan untuk mencegah

18
komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan postoperative sama pentingnya dengan
prosedur pembedahan itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi yaitu :
1. Mempertahankan jalan nafas Mempertahankan jalan nafas dengan mengatur
posisi, memasang suction dan pemasangan mayo atau gudel.
2. Mempertahan kan ventilasi atau oksigenasi Ventilasi dan oksigenasi dapat
dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik
atau nasal kanul.
3. Mempertahankan sirkulasi darah Mempertahankan sirkulasi darah dapat
dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander.
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase Keadaan umum
dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti
kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi
akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain
itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi
perdarahan yang dialami pasien.
5. Balance cairan Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran
klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti
dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi
beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
6. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injury
7. Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan
beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman
dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan
intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan
agen pemblok nyerinya.
E. Pemeriksaan fisik penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) EKG : untuk mengetahui disritmia
2) Chest x-ray

19
3) Hasil laboratoium : darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN,
HbsAg
4) Katerisasi
5) Echocardiogram
F. Diagnosa Keperawatan Pre op
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
3. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan strategi koping
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
G. Diagnosa Keperawatan Post Op
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik
4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit

20
Intervensi Keperawatan Pre Op

Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


Ansietas 1. Perilsku gelisah Terapi relaksasi
menurun 1. Identifikasi teknik
2. Perilaku tegang relaksasi yang pernah
menurun efektif yang pernah
3. Diafhoresis menurun kita gunakan
4. Pucat menurun 2. Periksa ketegangan
5. Konsentrasi membaik otot, frekuensi nadi,
6. Pola tidur membaik tekanan darah, dan
7. Frekuensi pernafasan suhu
membaik 3. Monitor respon
8. Frekuensi nadi terhadap terapi
membaik relaksasi
9. Tekanan darah 4. Gunakan pakaian
membaik longgar
5. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain jika sesuai
6. Jelaskan
tujuan,manfaat,
batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia
7. Anjurkan ambil posisi
nyaman , dan relaks

Gangguan pola tidur 1. Kemapuan aktivitas Edukasi aktivitas / istirahat

21
meningkat 1. Sediakan materi dan
2. Keluhan sulit tidur media pengaturan
menurun aktivitas dan istirahat
3. Keluhan sering terjaga 2. Jadwalkan pemberian
menurun pendidikan kesehatan
4. Keluhan tidak puas sesuai dengan
tidur menurun kesepakatan
5. Keluhan pola tidur 3. Berikan kesempatan
berubah menurun kepada pasien dan
6. Keluhan istirahat tidak keluarga untuk
cukup menurun bertamu
4. Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fifik
5. Anjurkan terlibat
dalam aktifitas
kelompok
6. Anjurkan menyusun
aktivitas dan istirahat

Koping tidak efektif 1. Melakukan tindakan Promosi koping


22
untuk mengurangi 1. Identifikasi kegiatan
factor resiko jangka pendek dan
meningkat panjang sesuai tujuan
2. Menerapan program 2. Identifikasi
perawatan meningkat kemampuan yang
3. Aktifitas hidup sehari- dimiliki
hari efektif memenuhi 3. Identifikasi
tujuan kesehatan pemahaman proses
meningkat penyakit\
4. Hindari mengambil
keputusan saat pasien
berada di bawah
tekanan
5. Anjurkan menjalin
hubungan yang
memiliki kepentingan
dan tujuan sama
6. Ajarkan cara
memecahkan masalah
secara konstruktif

23
Intervensi keperawatan pada pasien post op

Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


Penurunan curah jantung 1. Kekuatan nadi perifer Perawatan jantung
meningkat 1. Monitor tekanan darah
2. Bradikardi menurun 2. Monitor keluhan nyeri
3. Takikardi menurun dada
4. Gambaran ekg aretmia 3. Monitor aritmia
menurun 4. Posisikan semi fowler
5. Lelah menurun atau semi fowler
6. Dyspnea menurun dengan kaki ke bawah
7. Batuk berkurang 5. Berikan dukungan
8. Tekanan darah emosional dan spiritual
membaik
Risiko pendarahan 1. Membrane mukosa Pencegahan pendarahan
lembab meningkat 1. Monito tanda dan
2. Kelembapan kulit gejala pendarahan
meningkat 2. Monitor nilai ht dan hb
3. Perdarahan pasca op 3. Monitor ttv
menurun 4. Pertahan kan bed reash
4. Hb membaik selama pendarahan
5. Ht membaik 5. Jelaskan tanda dan
6. Td membaik gejala pendarahan
7. Nadi membaik 6. Kolaborasi pemberian
8. Suhu membaik obat pengontrol
pendarahan jika perlu

BAB IV

PENUTUPAN
24
A. Kesimpulan
Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan
koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua
tindak pengobatan yang menggunakan cara infasif dengan cara membuka atau
menampilakan bagian tubuh yang akan ditangani. Bedah jantung ada 2 macam yaitu
Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung
dengan memakai bantuan mesin jantung paru Operasi jantung tertutup, yaitu setiap
operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting
aortopulmonal sedangkan Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan
tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
B. Saran
Pada deskripsi tentang bedah jantung diatas diharapkan mahasiswa atau pembaca
dapat mengerti dan memahami bedah jantung agar dapat menerapkan nantinya ketika
merawat pasien di rumah sakit. Pasien yang akan di bedah harus menjaga keseimbangan
cairan elektrolit, mengurangi nyeri, meningkatkan istirahat yang cukup, mencegah suhu
tubuh agar tetap normal, jaga pola makan dan gaya hidup. Oleh karena itu, peran perawat
sebagai educator, konselor, fasilitator, care giver sangat diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

25
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Vol 1. Jakarta: EGC

Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah: Preoperatif Nursing.
Tidak dipublikasikan: Yogyakarta.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.

Hardian, Satoto, Soenarjo. Jurnal Anestesiologi Indonesia: Pengaruh Penggunaan Mesin


Cardiopulmonary Bypass Terhadap Kadar Leukosit pada Operasi Bedah Jantung.
http://www.janesti.com/journal/view/article/61 diakses pada tanggal 5 september 2014.

26

Anda mungkin juga menyukai