Anda di halaman 1dari 22

Hukum Otonomi Daerah

Fakultas Hukum UNNES


Istilah dan Cakupan
Konstitusi
1. Represive National State:
Model yang menonjolkan kesatuan ideologi (uniformitas
ideologi nasional), misalnya Malaysia dan Pakistan di
mana agama Islam menjadi agama negara.

2. Aquastic Liberal National State:


Model dengan konsep menjaga keseimbangan
nasionalitas dengan individu, misalnya Prancis.

3. Teritorian Multi National State:


Model dengan konsep pengakuan atas realitas
multinasional, di mana pengakuan itu diberikan kepada
komunitas (daerah-daerah) dalam kewenangan tertentu
termasuk legislasi, misalnya Canada, Tibet dan Spanyol.
Negara Serikat
Negara Federal
O ” Kekuasaan antara Pusat-Daerah berada dalam
bingkai negara Federal (menciptakan daerah otonom)”.

Daerah Otonom
O “peraturan-peraturan ketatanegaraan menjamin hak
atas kehidupan rakyat di dalam lingkungan daerah
mereka …….penyusunan persekutuan itu secara
demokratis dalam daerah-daerah otonomi”.
Negara Kesatuan

O UUDS 1950: Pemda dan Swaparaja

O Pasal 31(1) UU No. 1 Tahun 1957:


Percepatan realisasi pemberian otonomi
yang seluas-luasnya.
Demokrasi Terpimpin
O Dekrit Presiden pada pertengahan tahun
1957 oleh Soekarno memberlakukan
Demokrasi Terpimpin

O Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959


berlangsung otoritarianisme, di Pusat dan
Daerah.
Orde Baru
O Daerah terbagi menjadi dua tingkat:
Tingkat I dan II

O Otonomi dititikberatkan pada Tingkat II

O Keseragaman di tingkat daerah adalah


sebuah hal yang imperatif.
Reformasi

O UU No.22 tahun 1999 dan UU No.32


Tahun 2004

O Otonomi Luas, Otonomi Khusus, Daerah


Istimewa
Mengapa ada hierarki pemerintahan?

PUSAT-DAERAH
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH 15
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-
undang
[Pasal 18 (1)**]

Gubernur,
PEMERINTAHAN DAERAH anggota
Bupati,
DPRD dipilih
Walikota KEPALA PEMERINTAH
melalui
DPRD
dipilih secara DAERAH
pemilu
demokratis mengatur dan mengurus sendiri urusan [Pasal 18 (3) **]
[Pasal 18 (4)**] pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**]
menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU
ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat [Pasal 18 (5) **]
berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH 16
Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah


provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota,
diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah
[Pasal 18 A (1)**]

Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan


sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang
[Pasal 18 A (2)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah


yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-
undang
[Pasal 18 B (1)**]

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum


adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
[Pasal 18 B (2)**]
Pembagian Kekuasaan

O Dalam rangka menyelenggarakan


kepentingan rakyat

O Mencegah kesewenang-wenangan
Hubungan Kekuasaan
Horisontal
O Hubungan antara kekuasaan eksekutif, legislatif,
dan yudikatif

Vertikal
O Hubungan yang bersifat atasan dan bawahan
(Pusat-Daerah)
Desentralisasi

O “Penyerahan wewenang pemerintahan


oleh Pemerintah kepada daerah otonomi
untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia”
Dekonsentrasi

O “Pelimpahan wewenang pemerintahan


oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai
wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu.”
Medebewind

O“Penugasan dari Pemerintah kepada


daerah* dan/atau desa, dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau
desa, serta dari pemerintah kabupaten/kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas-
tugas tertentu”
O(* daerah = Provinsi, Kabupaten, Kota)
Pemerintahan Daerah
Dasar Pemikiran
Mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat

Peningkatan daya saing daerah dengan


memperhatikan prinsip:
O demokrasi,
O pemerataan,
O keadilan,
O keistimewaan, dan
O kekhususan suatu daerah
Prinsip-Prinsip
O Otonomi seluas-luasnya

O Otonomi nyata dan bertanggungjawab

O Berorientasi pada peningkatan


kesejahteraan masyarakat

O Menjamin keserasian hubungan antara


Daerah dengan Daerah lainnya
Pembagian Urusan
Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan

Urusan pemerintahan daerah selain:


O politik luar negeri
O pertahanan
O keamanan
O yustisi
O moneter dan fiskal nasional; dan
O Agama
Urusan Pemerintahan
O kriteria eksternalitas: berdasarkan luas,
besaran, dan jangkauan dampak yang timbul
akibat penyelenggaraan suatu urusan
pemerintahan.

O kriteria akuntabilitas

O kriteria efisiensi: berdasarkan perbandingan


tingkat daya guna yang paling tinggi yang
dapat diperoleh.
Sifat Urusan Pemerintahan
Urusan Wajib:
Hak dan pelayanan dasar warga negara antara lain:
O perlindungan hak konstitusional
O perlindungan kepentingan nasional
O kesejahteraan masyarakat
O ketentraman dan ketertiban umum; dan
O berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional.

Urusan Pilihan
Urusan yang secara nyata ada di Daerah dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah.

Anda mungkin juga menyukai