Anda di halaman 1dari 10

Pelaksanaan Reforma Hubungan antara Manusia dengan Tanah

dan BARKA
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Agraria
Dosen pengampu .

Disusun :

1. Hasan Lukman (1203060049)

2. Maulana Yusuf (1203060064)

3. Muhammad Ilham Sabila (1203060076)

4. Nabila Nuraeni (1203060081)

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam. Atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pelaksanaan Reforma
Hubungan antara Manusia dengan Tanah dan BARKA”. Shalawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah “Pelaksanaan Reforma Hubungan antara Manusia dengan Tanah dan
BARKA” ini membahas tentang bagaimana Pelaksanaan Reforma Hubungan antara Manusia
dengan Tanah dan BARKA di jelaskan juga tentang Rencana umum, persediaan BARKA
serta prinsip nasionalitas.
Selama penyusunan makalah ini kami mendapatkan bimbingan Bapak Taufik
Alamsyah, SH., MH. Selaku dosen Hukum Agraria. Kami ucapkan terima kasih atas
bimbingan serta arahan yang diberikan guna dapat menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna baik dari penyusunan maupun materi yang disampaikan. Besar harapan
kami bagi pembaca untuk memberikan kritik dan saran. Semoga makalah ini memberikan
manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Bandung, 09 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
A. Hubungan antara manusia dengan Tanah dan BARKA..........................................4
B. Pelaksanaan Reforma Agraria.....................................................................................4
C. Tujuan Pelaksanaan Reforma Agraria.......................................................................7
BAB III......................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................8
A. KESIMPULAN..............................................................................................................8
B. SARAN...........................................................................................................................8

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Petani dan nelayan menjadi peranan terpenting dalam pemenuhan pangan
masyarakat Indonesia, sehingga peningkatan komoditas pertanian dan perikanan amat
perlu dilakukan. Konflik agraria dan sengketa tanah menjadi salah satu pemicu yang
mengganggu efektivitas kehidupan pertanian dan perikanan.

Setidaknya ada dua pemicu konflik agraria, pertama kurang tepatnya hukum
dan kebijakan pengatur masalah agraria, baik terkait pandangan atas tanah, status
tanah dan kepemilikan, hak-hak atas tanah, maupun metode untuk memperoleh hak-
hak atas tanah. Kedua, kelambanan dan ketidakadilan dalam proses penyelesaian
sengketa tanah, yang akhirnya berujung pada konflik.

Bagi bangsa Indonesia, hubungan masyarakat dengan tanah merupakan hal


yang sangat mendasar dan asasi. Jika hubungan ini tidak tersusun dengan baik, akan
lahir kemiskinan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, ketidakadilan, sengketa
dan konflik pertanahan. Oleh karena itu, Reforma Agraria hadir untuk mempersempit
ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah yang sejatinya akan memberikan
harapan baru untuk perubahan dan pemerataan sosial ekonomi masyarakat secara
menyeluruh.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Hubungan antara manusia dengan Tanah dan BARKA?
2. Bagaimana Pelaksanaan Reforma Agraria?
3. Apa Tujuan dari Pelaksanaan Reforma Agraria?
C. Tujuan
Tujuan penelitian:
1. Untuk mengetahui dan memahami Hubungan antara manusia dengan Tanah dan
BARKA.
2. Untuk mengetahui dan memahami Pelaksanaan Reforma Agraria.
3. Untuk memahami dan mengetahui Tujuan dari Pelaksanaan Reforma Agraria.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara manusia dengan Tanah dan BARKA
Manusia dengan Tanah merupakan kesatuan yang sangat erat dimana Setiap
orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati
pun manusia masih memerlukan sebidang tanah.1 Selaras dengan Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi : “Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”2, maka Negara
mempunyai hak menguasai terhadap sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia.
Dengan dasar hak menguasai itu, ditentukan macam-macam hak atas tanah
yang dapat diberikan dan dimiliki oleh orang-orang. Baik secara pribadi maupun
bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum yang sesuai dengan pasal
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok Agraria dikenal juga dengan sebutan UUPA.
Dari ketentuan dasar ini, dapat kita ketahui bahwa kemakmuran rakyatlah
yang menjadi tujuan utama dari pemanfaatan fungsi bumi, air, ruang angkasa serta
kekayaan alam yang terkandung didalamnya.3
Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, baik dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
ataupun menjadi sumber pencaharian masyarakat untuk bertahan hidup dan
dipergunakan sebagai tempat tinggal.

B. Pelaksanaan Reforma Agraria


Agenda Reforma Agraria atau dikenal juga dengan istilah pembaruan agraria
telah didengungkan sejak awal kemerdekaan dan berpuncak pada dijadikannya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA) pada 24 September 1960. UUPA mengamanatkan untuk menata ulang
struktur agraria yang timpang menjadi lebih berkeadilan, menyelesaikan konflik
agraria, dan menyejahterakan rakyat setelah Reforma Agraria dijalankan.4

1
K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hlm. 7
2
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
3
Urip Santoso, Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.50
4
KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS, Vol. X, No.19/I/Puslit/Oktober/2018

4
Periode demi periode berganti namun amanat UUPA ini belum juga terwujud.
Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, program Nawacita mengangkat
kembali Reforma Agraria sebagai agenda pemerintah. Hal ini dipertegas dengan
dicantumkannya Reforma Agraria dalam RPJMN 2015-2019, bahwa Reforma Agraria
dilakukan melalui redistribusi tanah, sertipikasi tanah, dan bantuan pemberdayaan
masyarakat. Reforma Agraria juga menjadi substansi penting dalam RUU tentang
Pertanahan yang sedang dibahas oleh Komisi II DPR RI.
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2018 adalah
penataan kembali struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan
tanah yang lebih berkeadilan melalui penataan aset dan disertai dengan penataan
akses untuk kemakmuran rakyat Indonesia.5
Dalam pelaksanaannya, penataan aset terdiri dari legalisasi aset dan
redistribusi tanah. Menurut menteri Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional (ATR/BPN) tahun 2021 menjelaskan bahwa penataan aset dilakukan dengan
terus menggencarkan program pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) guna
mendaftarkan seluruh bidang tanah di Indonesia. Selain mendaftarkan, penataan aset
juga berupaya untuk mencegah dan meniadakan sengketa tanah agar masyarakat
mempunyai kepastian hukum dalam bentuk sertifikat tanah. Dalam penataan akses
pemerintah menguatkan koperasi yang sangat dibutuhkan dengan pengelolaan dengan
standar tinggi. Tujuannya agar keadilan redistribusi tanah dapat berjalan dengan baik
serta menghasilkan.6
Penataan akses dan aset juga sebagai pencegahan atas mafia tanah yang dalam
prosesnya selalu merugikan pihak mana pun terkecuali mafia itu sendiri. Dalam hal
ini ATR/BPN bekerja sama dengan kepolisian republik Indonesia serta mahkamah
agung dengan tujuan meniadakan mafia tanah serta oknum yang terlibat dalam praktik
mafia tanah. Subjek Reforma Agraria adalah perseorangan yang memenuhi syarat,
kelompok masyarakat yang mempunyai kepemilikan bersama, dan badan hukum yang
memenuhi syarat. Objek Reforma agraria terdiri dari Eks-hak guna usaha, tanah
terlantar, dan tanah negara lainnya. Tanah dari penyelesaian konflik sengketa Agraria,
tanah dari pelepasan kawasan hutan dan partisipasi masyarakat.7

5
https://sigtora.atrbpn.go.id
6
https://www.kompas.com/properti/read/2021/10/18/133000621/penataan-aset-dan-akses-jadi-fokus-utama-
reforma-agraria diakses Pada Minggu pukul 09.38 WIB
7
https://sigtora.atrbpn.go.id

5
Reforma agraria selain merupakan bagian dari program pembangunan
ekonomi, juga bermakna sebagai “suatu program politik untuk merubah struktur
kekuasaan dalam lapangan agraria (penguasaan dan penggunaan sumber-sumber
agraria)”8
Reforma Agraria merupakan implementasi dari Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
yang kemudian dijabarkan dalam UUPA. Pascareformasi Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) mengeluarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia (TAP MPR RI) Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Ketetapan MPR ini menjadi arahan bagi pemerintah
untuk melaksanakan Reforma Agraria.
Agenda Reforma Agraria dalam Pemerintahan Joko Widodo dilakukan melalui
skema redistribusi tanah dan legalisasi tanah dengan menggunakan tanah masing-
masing seluas 4,5 hektar sebagai objek Reforma Agraria. Dalam pelaksanaannya,
pemerintah lebih mengedepankan program legalisasi tanah melalui sertifikasi tanah
untuk masyarakat dibandingkan program Reforma Agraria lainnya. Hal ini
menimbulkan kritikan dari sebagian masyarakat.
Pelaksanaan Reforma Agraria di Indonesia saat ini mengutamakan
penyelesaian sengketa pertanahan. Dimana hal ini dari tahun ke tahun terus bertambah
tanpa adanya penyelesaian secara signifikan. Ruang lingkup Reforma Agraria dalam
Perpres Reforma Agraria hanya meliputi penataan aset dan penataaan akses yang
dilakukan melalui redistribusi tanah, legalisasi tanah, dan pemberdayaan masyarakat.
Sedangkan penyelesaian sengketa dan konflik agraria yang merupakan bagian dari
amanat Reforma Agraria dalam TAP MPR No. IX/MPR/2001 dan UUPA tidak diatur
secara detail dalam Perpres dan pengaturannya didelegasikan kepada Peraturan
Menteri, sehingga implementasi penyelesaian sengketa dan konflik agraria masih
sangat bergantung pada pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.
Untuk melaksanakan Reforma Agraria secara menyeluruh, pemerintah tidak
cukup hanya dengan melakukan redistribusi dan legalisasi aset pertanahan. Namun,
pemerintah juga perlu segera melakukan penyelesaian konflik dan sengketa
pertanahan. Di sisi lain, untuk dapat menyelesaikan sengketa pertanahan, diperlukan
data administrasi pertanahan lengkap, pembenahan kelembagaan, serta regulasi yang
memadai.9

8
Bachriadi (1999), Pembaruan Agraria (Agrarian Reform), hal. 27
9
KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS, Vol. X, No.19/I/Puslit/Oktober/2018

6
C. Tujuan Pelaksanaan Reforma Agraria
Secara garis besar terdapat 3 hal utama dalam Reforma Agraria, yaitu:
penataan aset, penataan akses, dan penyelesaian sengketa tanah. Hal ini sejalan
dengan Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria 2015-2019 yang antara lain
meliputi: penguatan kerangka regulasi dan penyelesaian konflik agraria; penataan
penguasaan dan pemilikan tanah objek Reforma Agraria (TORA); kepastian hukum
dan legalisasi hak atas TORA; dan pemberdayaan masyarakat pemanfaatan TORA.
Reforma Agraria adalah proses restrukturisasi atau penataan ulang susunan
kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agraria, khususnya tanah.
Secara faktual, ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan sumber daya agraria salah satunya disebabkan oleh lahirnya kebijakan
pengelolaan sumber daya agraria yang tidak mengindahkan prinsip keadilan dan
kesejahteraan rakyat, sehingga memicu timbulnya sengketa dan konflik agraria.
Pasal 2 TAP MPR RI Nomor IX/ MPR/2001 menyebutkan bahwa “Pembaruan
agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan
kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan sumber daya agraria,
dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian 2 dan perlindungan hukum serta
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Tujuan Reforma Agraria dalam TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 antara
lain:
a. Mengurangi kemiskinan;
b. Memperbaiki akses masyarakat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama
tanah;
c. Menata ulang ketimpangan penguasaan pemilikan, penggunaan,
pemanfaatan tanah, dan sumber-sumber agraria;
d. Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan dan keagrariaan.
Mengacu pada amanat penetapan TAP MPR Nomor IX/ MPR/2001,
pemerintah memiliki kewajiban untuk membenahi regulasi bidang agraria agar tetap
sejalan dengan jiwa dan semangat UUPA. Setelah hampir dua dasawarsa pasca-
penetapan TAP MPR Nomor IX/MPR/2001, DPR RI akhirnya merespons amanat
MPR untuk 3 mengkaji kembali dan melakukan sinkronisasi UU bidang agraria
dengan menyusun RUU Pertanahan yang di dalamnya mengatur pula tentang Reforma
Agraria.

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari materi diatas dapat kita simpulkan bahwa:
1. Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang
berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”, maka Negara mempunyai hak menguasai terhadap sumber daya alam
yang ada di bumi Indonesia.
2. Agenda Reforma Agraria atau dikenal juga dengan istilah pembaruan agraria telah
didengungkan sejak awal kemerdekaan dan berpuncak pada dijadikannya Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(UUPA) pada 24 September 1960.
3. Tujuan Reforma Agraria dalam TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 antara lain:
Mengurangi kemiskinan; Memperbaiki akses masyarakat kepada sumber-sumber
ekonomi, terutama tanah; Menata ulang ketimpangan penguasaan pemilikan,
penggunaan, pemanfaatan tanah, dan sumber-sumber agraria; Mengurangi
sengketa dan konflik pertanahan dan keagrariaan.
B. SARAN
Dengan makalah yang kami buat ini, kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat kami butuhkan, guna perbaikan makalah kami berikutnya.
Dan semoga makalah ini berguna untuk kita semua.

8
DAFTAR PUSTAKA

K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hlm. 7
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Urip Santoso, Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.50
KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS, Vol. X,
No.19/I/Puslit/Oktober/2018
Bachriadi (1999), Pembaruan Agraria (Agrarian Reform), hal. 27
https://sigtora.atrbpn.go.id
https://www.kompas.com/properti/read/2021/10/18/133000621/penataan-aset-dan-akses-jadi-
fokus-utama-reforma-agraria diakses Pada Minggu pukul 09.38 WIB
https://sigtora.atrbpn.go.id

Anda mungkin juga menyukai