Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Pemerintahan pasca Khulafaur Rasyidin

Di susun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah :Fiqih Siyasah

Dosen pengampu : Prof. Dr. H.Idzam Futanu .M.Ag

Disusun oleh:

Nama Muhammad ihsan saepudillah (1213040091)

Muhammad fahmi sirojjudin (1213040073)

Kareta yasa Julia dwiwani (1213040057)

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI`AH DAN HUKUM

1
Kata pengantar

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk memenuhi tugas

kelompok pada mata kuliah fiqih siyasah ,dengan judul

Kami menyadari bahwa dalam pengerjaan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak

yang telah tulus memeberikan bantuan dan doa,saran ,dan keritik sehingga makalah ini dapat di

selesaikan.

Kami juga menyadari bahwa dalam pengerjaan makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dikarenakan terbatas nya pengalam dan pengetahuan yang kami miliki.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran,kritik yang membangun,dan masukan

dari segala pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca serta dalam perkembangan dunia pendidikan. Amin ya rabbal`alamin.

Bandung,16 september 2022

2
Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB 1...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar belakang masalah...................................................................................................................4
B. Rumusan masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan penelitan..............................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
ISI.................................................................................................................................................................6
A. Pemerintahan Dinasti Ummayah (41-132 H)...................................................................................6
B. Pengaruh kepemimpinan di Dinasti Ummayyah..............................................................................8
C. Sistem Administrasi pemerintahan dan struktut Dinasti Bani Umayyah........................................11
D. Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah ( 132-656 H - 750-1258 M )....................................................14
E. Struktur dan bentuk pemerintahan di zaman Bani Abbasiyah.......................................................15
F. Kekuasaan Wilayah Dinasti Umayyah............................................................................................17
BAB III........................................................................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................................................19
A. Kesimpulan....................................................................................................................................19
B. SARAN............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................21

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Konstalasi politik di dalam peradaban Islam sangatlah komplit, setelah nabi Muhammad Saw wafat

umat muslim kebingungan mencari siapa pemimpin selanjutnya ,karena Nabi Muhammad Saw

sendiri tidak pernah memberikan wasiat ataupun perintah secara langsung untuk siapa menggantikan

posisi kepemimpinannya, maka umat islam pun melakukan musyawarah yang diadakan di sebuah

tempat yang bernama tsaqifah bani sa’idah, melalui dinamika yang sangat demokratis maka sahabat

abu bakar as-shidiq lah yang ditunjuk dan di baiat sebagai khalifah pertama, dengan alasan bahwa

Nabi Muhammad Saw pernah mengisyaratkan untuk kepada abu bakar untuk menggantikannya

menjadi imam sholat. Setelah sahabat abu bakar wafat maka digantikan oleh sayyidina Umar bin

Khatab , setelah sayyidina Umar wafat di bunuh di gantikan oleh sayyidina Usman, dan di akhiri oleh

sayyidina Ali Bin abi Thalib. Bagaimanakah terhadap kelanjutan ke khalifahan Islam setelah

khulafau Rasyidin . maka dengan itu kami akan memaparkan beberapa penjelasan tentang Dinasti

Umayyah dan Abassiyah.

4
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sistem politik di zaman Bani Ummayah ?

2. Bagaimana sistem politik di zaman Bani Ummayah ?

C. Tujuan penelitan
1. memberikan kepada umat muslim khususnya dan umumnya kepada seluruh umat manusia

tentang sistem pemerintahan islam pasca khulafau Rasyidin.

5
BAB II

ISI
A. Pemerintahan Dinasti Ummayah (41-132 H)
Pemerintahan Dinasti Ummayah berdiri pada abad (41-132 H). Dan berakhirnya periode

pemerintahan Negara madina dengan wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib lalu setelah itu tokoh

yang naik kebidang perpolitikan untuk melanjutkan dari kekhalifah Ali bin Abi Thalib adalah

Muawiyyah bin Abi Sufyan.

Gubernur wilayah Syam sejak zaman khalifah Umar bin Khatab adalah pendiri dan

khalifah pertamana pada dinasti ini. Terbentuknya dinasti ini dan Muawwiyyah memegang

jabatan sebagai khalifah secara resmi itu yang tercatat menurut para ahli sejarah pada tahun ini

661M/41H, bukan terjadi pada pertengahan abad tahun 660 M/40 H pada saat Ummayah

memproklamirkan diri menjadi khalifah di Iliyah (Palestina),setelah pihaknya dinyatakan oleh

majlis tahkim sebagai pemenang.

Peristiwa terjadi pembai`atan Muawwiyyah sebagai khalifah pertama dinasti ummayah

dikarenakan Hasan bin Ali putra dari Ali bin Abi Thalib mengundukan diri dari rana politik

dengan tujuan untuk merekonsiliasi (menjalin hubungan baik kembali) terhadap perpecahan umat

islam yang terjadi pada zaman Sayyidina Usman dan Sayyidina Ali maka tahun ini disebut tahun

persatuan (`am al jama`at) namun,Sayyidina Hasan tidak semerta-merta melepaskan jabatan

sebagai khalifah di madina kepada Muawwiyya melainkan Muawwiyyah harus menyepakati dan

bersedia memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Sayyidina Hasan yaitu bahwa Muawwiyyah

harus menjamin terhadap keturunan dan keselamatan jiwa Sayyidina Ali dan pendukungnya.

Kredibilitas Muawwiyyah sudah tidak diragukan lagi oleh kalangan para sabahat

Sayyidina Umar pernah mengatakan bahwa Muawwiyyah adalah orang yang cakap dalam urusan

6
politik pemerintahan,cerdan,dan jujur dan dia juga seseorang yang ahli bersiasat,dan pandai

merancang strategi dan taktik. Muawwiyyah pun merupakan seorang yang sangat toleransi

bahkan beliau pernah mengatakan dalam kepemimpinannya “aku tidak mempergunakan

pedangku kalau cambuk saja sudah cukup,dan tiada pula kupergunakan cambuk ku kalau

perkataan saja sudah memadaiku,andai kata aku dengan orang lain memperebutkan sehelai

rambut,tiadalah akan putus rambut itu,karena bila mereka mengencangkannya aku kendorkan,dan

bila mereka menggendorkannya akan ku kencangkan”

B. Pengaruh kepemimpinan di Dinasti Ummayyah


Pengaruh-pengaruhnya antara lain:

 pertama mengenai sistem kepemimpinan dinasti ummayah adalah pemindahan pusat

pemerintahan dari madina ke damaskus dengan alasan keamanan yang berdasarkan

perbandingan politik. Karena letaknya jauh dari kuffah pusat kaum syiah yaitu

pendukung sayyidina Ali dan jauh dari kota Hijjaz tempat tinggal mayoritas bani hasyim

dan bani umayyah sehingga terhindar dari konflik yang lebih tajam antara 2 bani itu

dalam memperebutkan kekuasaan lebihdariitu damaskus yang terletak di wilayah syam

adalah daerah yang berada di bawah genggaman pengaruh muawiyah selama 20 tahun

sejak ia di angkat menjadi gubernur di distrik itu sejak zaman khalifah umar bin khatab.

 Kedua, yaitu Muawwiyyah memberi penghargaan terhadap orang-orang yang berjasa

dalam perjuangannya mencapai puncak kekuasaan. Puncak kekuasaan seperti amar bin

ash ia angkat kembali menjadi gubernur di mesir, Al mughiroh bin su’bah juga ia

diangkat menjadi gubernur di wilayah persi 1. Ia juga memperlakukan dengan baik dan

mengambil hati para sahabat terkemuka yang bersikap netral terhadap berbagai kasus

yang timbul waktu itu, sehingga mereka berpihak kepadanya.

 Ketiga, yaitu menumpas orang-orang yang beroposisi (yang tidak suka terhadap

pemerintah) yang dianggap berbahaya jika tidak bisa dibujuk dengan harta dan

1
Juiji Zaidan, op.cit., hlm. 63-64 dan 79.

7
kedudukan, dan menumpas kaum pemberontak2. Ia pemumpas kaum khawarij yang

merongrong wibawa kekuasaan nya dan mengkafirkanya. Golongan ini menuduhnya

tidak mau berhukum kepada Al-quran dalam mewujudkan perdamaian dengan Ali di

perang shiffin melainkan ia mengikuti ambisi hawa nafsu politiknya.

 Keempat, membangun kekuatan militer yang terdiri dari tiga angkatan darat,laut,dan

kepolisian yang tangguh dan loyal. Mereka diberi gajih yang cukup, dua kali lebih besar

dari pada yang diberikan Umar kepada tentaranya 3 ketiga angkatan ini bertugas

menjamin stabilitas keamanan dalam negri dan mendukung kebijaksanaan politik luar

negeri yaitu memperluas wilayah kekuasaan .

 Kelima,meneruskan perluasan wilayah kekuasaan islam baik ke Timur maupun ke

Barat. Perluasan wilayah ini di teruskan oleh para penerus muawiyah, seperti Abdullah

al-mahk ke Timur, Khalifah Al- Walid ke Barat, dan ke Perancis di zaman Khalifah

Umar bin abd Aziz. Perluasan wilayah di zaman dinasti ini merupakan ekpansi besar ke

dua setelah ekpansi besar pertama di zaman Umar bin khatab. Daerah daerah yang di

kuasai umat islam di zaman dinasti ini meliputi Spanyol, Afrika utara, Syuriyah,

palestina, Semenanjung arabiyah, Irak, sebagian dari asia kecil, Persia, Afganistan,

daerah yang sekarang di sebut Pakistan, Rurkmenia, Uzbeg, dan Kirgis di asia tengah

dan pulau pulau yang terdpat di lautan tengah, sehingga dinasti ini berhasih membangun

Negara besar di zaman itu. Bersatunya berbagai suku bangsa di bawah naungan islam

melahirkan benih benih peradaban baru yang bercorak islam, sekalipun bani Umayyah

lebih memusatkan perhatiannya kepada pengembangan kebudayaan Arab 4. Beenih benih

peradaban baru itu kelak berkembang pesat di zaman dinasti Abbasiyah sehingga dunia

Islam menjadi pusat peradaban dunia selama berabad abad.

2
Ibid.
3
Hasan Ibrahim Hasan, op.cit., hlm.448
4
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspekya, Jilid1, op.cit., hlm.62-63

8
 Keenam,baik Muawwiyyah maupun para penggantinya membuat kebijaksanaan yang

berbeda dari zaman khulafaur Rasyidin. Mereka merekrut orang orang non muslim

sebagai pejabat pejabat dalam pemerintahan, seperti penasehat,administrator, dokter, dan

kesatuan-kesatuan tentara5tapi dizaman khalifah Umar bin Abd Aziz kebijaksanaan itu ia

hapuskan. Karena orang-orang non muslim (yahudi, nasroni dan majusi) yang

memperoleh privilege di dalam pemerintahan banyak merugikan kepentingan umat

Islam bahkan menganggap rendah mereka. 6Di dalam Al quran memang terdapat

pringatan -pringatan yang tidak membolehkan orang-orang mukmin merekrut orang-

orang non muslim sebagai teman kepercayaan dalam mengatur urusan orang-orang

mukmin7 tapi ada ayat lain yang membolehkannya8.

 Ketujuh, Muawwiyyah mengadakan pembaharuan di bidang administrasi pemerintahan

dan melengkapinya dengan jabatan-jabatan baru yang dipenggaruhi oleh kebudayaan

Byziantium.

 Kedelapan, kebijaksanaan dan keputusan politik penting yang dibuat oleh khalifah

Muawiyyah adalah mengubah sistem pemerintahan dari bentuk khilafah yang bercorak

dekmokratis menjadi sistem monarki(turun menurun) dengan mengangkat putranya,

yazid, menjadi putra mahkota untuk menggantikannya sebagai khalifah sepeninggalnya

nanti. Ini berarti suksesi kepemimpinan berlangsung secara turun temurun yang diikuti

oleh para pengganti Muawiyyah. Dengan demikian ia mempelopori meninggalkan tradisi

di zaman khularaurrasiddin dimana khalifah di tetapkan melalui pemilihan oleh umat.

Lebih dari itu Muawiyyah telah melanggar asas musyawarah yang di perintahkan oleh

Al-quran agar segala urusan di putuskan melalui musyawarah.

5
Philip k. Hitti, History uf the Arabs, op.cit., hlm. 195-196.
6
Wellhausen, The Arab Kingdom, Rowman & lettlefieid, New Jersey, 1973, hlm.330.

7
Q.S Ali Imran/3:28 dan 118
8
Q.S Almumtahanah/60:8

9
Karena itu keputusan politik muawiyyah itu mendapatkan protes dari umat islam golongan syiah,

pendukung Ali, Abdul Al-rahman bin Abu Bakar, Husain Bin Ali, dan Abd Bin jubair, 9. Bahkan golongan

tokoh masyarakat Madinah mengadakan dialog dengan Muawiyyah. Mereka menyarankan agar ia

mengikuti jejak Rasulullah atau Abu Bakar dan atau Umar dalam urusan Khilafah tidak mendahulukan

kabilah dari Umat. Muawiyah tidak menggubris saran ini. 10 Alasan yang dikemukakan karena ia khawatir

akan timbul kekacauan, dan akan mengancam stabilitas keamanan kalau ia tidak mengangkat putra

Mahkota sebagai penggantinya.11

Keputusan itu direkayasa oleh Muawiyyah seolah-olah mendapat dukungan dari pejabat penting

pemerintah. Ia memanggil para gubernur dating ke Damaskus agar mereka membuat semacam “

kebulatan tekad” mendukung keputusannya. Ia meminta salah seorang Gubernur yang bernama Al-

Addahak bin Qais al-Fahri agar, setelah ia ( Muawiyyah ) berpidato dan memberi nasehat dalam suatu

pertemuan, minta izin berbicara dan memberi nasehat dengan memuji Allah dan menyatakan, Yazid

adalah orang yang pantas memangku jabatan Khalifah setelah Muawiyyah. Kepada para gubernur lain

diminta oleh Muawiyyah agar membenarkan ucapan Dhahahk. Mereka memenuhi perintah itu, kecuali

Gubernur Ahnaf bin Qais.12.

Walaupun Muawiyyah mengubah sistem pemerintahan menjadi Monarki, Namun Dinasti ini

tetap memakai gelar Khalifah. Bahkan Muawiyyah menyebut dirinya sebagai Amir al-mu’minin. 13Dan

status jabatan Khalifah diartika sebagai” Wakil Allah” dalam memimpin Umat dengan mengaitkannya

kepada Al-Qur’an ( surat Al-Baqarah ayat 30 ). Atas dasar ini Dinasti menyatakan bahwa keputusan-

keputusan Khalifah didasarkan atas perkenan Allah. Siapa yang menentangkan adalah kafir.

9
Hasan Ibrahim Hasan, op.cit.,hlm.387.
10
Ibid., dan Ibn Qutaibah al-Dainuri, Al-Imamat wa al-siyasat , juz 1,Al- Halaby hlm.148-150
11
W.Montgomery Watt,Islamic Surveys,op.cit.hlm.21.
12
Ibn-Qutaibah al-dainuri,op.cit.,hlm.142-143.
13
Al-Thabari,op.cit.,hlm72

10
C. Sistem Administrasi pemerintahan dan struktut Dinasti Bani Umayyah
Tingkat Pemerintahan pusat dibentuk beberapa Lembaga dan departemen, al-katib, al-hajib, dan

diwan. Lembaga al-katib terdiri dari katib al-rasail (sekertaris negara), katib al-kharaj (sekertaris

pendapatan negara), Katib al-jund (sekertaris militer), katib al-syurthat (sekertaris kepolisian)dan

katib al-qadhi (panitera). Katib al-rasail dianggap paling penting posisinya. Karena itu pejabatnya

selalu orang terpercaya dan pandai serta dari keluarga kerajaan. 14

Ada lima Diwan atau Departemen di pemerintahan pusat Bani Umayyah:

a. Diwan al-rasail, departemen yang mengurus surat-surat negara dari khalifah kepada para

gubernur atau menerima surat-surat gubernur dari gubernur. 15 Departemen ini memiliki dua

sekertariat, untuk pusat menggunakan bahasa Arab, dan untuk daerah menggunakan bahasa

Yunani dan bahasa Persia. Tapi pada masa Abd al-Malik diadakan Arabisasi, Yaitu hanya

menggunakan bahasa Arab dalam surat-surat negara. Politik arabisasi ini berlanjut pada masa

putranya, Khalifah Al-Walid, yaitu penggunaan bahasa Arab sebagai Linguafranca dan

bahasa ilmu pengetahuan untuk seluruh wilayah pemerintahan. Pemgaruhnya berlanjut

sampai sekarang. Misalnya Mesir dan Iraq menggunakan bahasa Pahlawi dan Kpti, dan

Damasku bahasa Greek, kini menggunakan bahasa Arab. Kebijaksanaan ini mendorong

seorang Ulama,Sibawaih, untuk menyusun Al-Kitab yang selanjut menjadi pegangan dalam

soal tata bahasa Arab16

b. Diwan al-Khatim, departemen pencacatan yang bertugas menyalin dan meregistrasi semua

keputusan Khalifah atau peraturan-peraturan pemerintah untuk dikirim kepada pemerintah di

daerah

14
Muhammad Jalal Syaraf dan Ali Abd al-Mu’thi Muhammad, op.cit., hlm. 138.
15
Ibid .,hlm 461-462
16
Harun Nasution,op.cit.,hlm 63

11
c. Diwan al-kharaj, departemen pendapatan negara yang diperoleh dari al-kharaj, , usyur,zakat,

fa’I dan ghanimmah dan sumber lain. Semua pemasukan keuangan yang diperoleh dari

sumber-sumber itu disimpan di Baitul Mal ( kantor pembendaharaan negara

d. Diwan Al-Barid, departemen pelayanan pos bertugas melayani informasi tentang-tentang

berita -berita penting di daerah kepada pemerintahan pusat dan sebaliknya, sehingga khalifah

dapat mengetahui apa yang terjadi di daerah dan memudahkannya untuk mengontrol jalannya

pemerintahan di daerah.

e. Diwan al-jund, departemen pertahanan yang bertugas mengorganisir militer, personilnya

mayoritas orang-orang Arab.

Tingkat pemerintahan provinsi, setiap provinsi dikepalai oleh gubernur dengan gelar wali atau

amir yang diangkat oleh khalifah. Gubernur didampingi oleh seorang atau katib ( sekertaris ), seorang

hajib ( pengawal ) dan pejabat-pejabat penting lain,yaitu shahibul al-kharaj ( pejabat pendapatan )

shahib al-syurtat ( pejabat kepolisian ), dan qadhi ( kepala keagamaan dan kehakiman ). Pejabat

pendapatan dan qadhi diangkat oleh khalifah dan bertanggung jawab kepadanya. 17

Para katib bertugas mengurus administrasi negara secara baik dan rapih untuk mewujudkan
kemaslahatan negara. Al-Hajib ( pengawal dan kepala rumah tangga istana ) bertugas mengatur para
pejabat atau siapapun yang ingin bertemu dengan Khalifah.

Lembaga ini belum dikenal dizaman negara Madinah. Karenanya siapa saja boleh bertemu dan
berbicara langsung dengan khalifah tanpa melalui birokrasi. Tapi ada tiga orang yang boleh langsung
bertemu dengan Khalifah tanpa hajib yaitu muazin untuk memberitahukan waktu sholat kepada khalifah,
shahib al-barid ( penjaga pos ) yang membawa berita – berita penting untuk khalifah , dan shahib al-
tha’am, petugas yang mengurus hal-ihwal makanan di istana 18. Lembaga al-syurthat bertugas memelihara
keamanan masyarakat dan negara.19

Lembaga penegak Hukum Nizham al-qadhai, yaitu terdiri dari tiga bagian :

a. Al-qadha dipimpin oleh seorang qadhi yang bertugas membuat fatwa-fatwa hukum dan peraturan
yang digali dari Al-Qur-an,Sunnah Rasul,atau Ijmak dan atau berdasarkan ijtihad. Badan ini dari
17
Tim penyusun Texbook sejarah dan kebudayaan Islam,op.cit.,hlm 77
18
Muhammad Jalal Syaraf dan Ali abdul mu’ti Muhammad , op.cit., hlm
19
Ibid

12
pengaruh penguasa dalam penetapkan keputusan hukum terhadap para pejabat, pegawai negeri
yang melakukan pelanggaran.
b. Al-Hisbat atau al-muhtasib, tugasnya menangani criminal yang perlu penyelesaian segera
c. Al-mazhalim disebut qadhi Al-mazhalim atau shahibul mazalim. Kedudukan badan ini lebih
tinggi dari al-qadha dan al-hisbat. Karena badan ini bertugas meninjau kembali akan kebeneran
dan keadilan keputusan-keputusan hukum yang dibuat oleh al-qadhi dan muhtasib. Bila ada suatu
kasus perkara yang keputusannya dianggap perlu ditinjau kembali baik perkara seorang rakyat
maupun pejabat yang menyalah gunakan jabatannya, badan ini menyelenggarakan mahkamat al-
mazhalim yang mengambil tempat di masjid. Sidang ini dihadiri oleh lima unsur lengkap yaitu
para pembantu sebagai juri,para hakim,para fuqaha,para katib dan para saksi,yang dipimpin oleh
qadhi al-mazhalim.20 Berarti pemerintahan Dinasti Umayyah, sebagaimana periode Negara
Madinah peradilan bebas tetap dilaksanakan.

Khalifah-khalifah di zaman dinasti Umayya dari Masa ke massa ada beberapa yaitu:

1. Muawiyyah Ibn Abi Sufyan ( 661-681 M )


2. Yazid Ibn Muawiyyah ( yazid I ) ( 681-683 M )
3. Muawiyyah Ibn Yazid ( Muawiyyah II ) ( 683-684 M )
4. Marwan Ibn Al-Hakam ( Marwan I ) ( 684-685 M )
5. Abdul Ibn Marwan ( 685-705 M )
6. Al-Walid Ibn Abdul Malik ( Al-Walid I ) ( 705-715 M )
7. Sulaiman Ibn Abdul Malik ( 715-717 M )
8. Umar Ibn Abdul Aziz ( Umar II ) ( 717- 720 M )
9. Yazid Ibn Abdul Malik ( Yazid II ) ( 720-724 M )
10. Hisyam Ibn Abdul Malik ( 724-743 M )
11. Walid Ibn Yazid ( Al Walid II ) ( 743-744 M )
12. Yazid Ibn Walid ( Yazid III ) ( 744 M )
13. Ibrahim Ibn Malik ( 744-745 M )
14. Marwan Ibn Muhammad ( Marwan II ) ( 745-750 ).

Demikian itulah beberapa bagia-bagian dari Dinasti Umayyah mulai daripada pengaruhnya
sampai, pembaharuan di Dinasti Bani Umayyah dan System pemerintahan yang ada di dalam
Dinasti Umayyah. Setelah Bani Umayyah runtuh pada tahun 750 M, yang mana mereka
digulingkan oleh Abu-Abbas dan golongan politik syi’ah karena mereka melihat didalan tubuh
Bani Umayyah sudah banyak sekali menyimpangan di ke Khalifahan nya tersendiri dan juga
karena mereka Bani Abbas menginginkan kembali bahwa, tahta ke khalifahn harus dipimpin
langsung oleh keturunan Nabi Muhammad Saw. Kali ini saya mencoba membahas sedikit tentang
konteks sosial atapun gerakan politik dan system negara yang ada di zama Dinast Abbasiyyah.

20
Ibid .,hlm 461-462

13
D. Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah ( 132-656 H - 750-1258 M )
Setelah Dinasti Umayyah jatuh, kekuasaan Khilafah jatuh ke tangan Bani Abbas,
keturanan Bani Hasyim suku Quraisy sebagaimana Bani Umayyah juga suku Quraisy. Dinasti
Abbasiyyah didirikan oleh Abu Abbasd Ibn Abdul Muthalib bin Hasyim. Nama lengkapnya
Abdullah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas Ibn Abdul Muthalib. Berdirinya
Dinasti Abbasiyyahh ini merupakan hasil perjuangan gerakan politik yang dipimpin oleh Abu
Abbas yang di bantu oleh kaum Syi’ah dan orang-orang Persia. Gerakan politik ini berhasil
menjatuhkan Dinasti Umayyah di tahun 750 M. pada tahun ini juga Abu Abbas di angkat sebagai
Khalifah di Kuffah ( 750-754 M). Tapi pembinan sebenarnya adalah Abu Ja’far Al Mansur,
Khalifah kedua ( 754-775 M ).21

Khalifah-khalifah besar Bani Abasiyyah yang membawa Dinasti ke puncak kejayaan di


bidang Ekenomi dan perdagangan, politik, sosial, militer,ilmu pengetahuan dan kebudayaan
yaitu:

1. Abu Ja’far Al Mansur


2. Al Mahdi ( 775-785 M )
3. Hanin Al-Rasyid ( 785-809 M )
4. Al Ma’mun ( 813-833 M )
5. Al Mu’tasim ( 833-842 M )
6. Al Watsiq ( 842-847 M )
7. Al Mutawakkil ( 847-861 M ).

Dinasti inilah yang membawa Dunia Islam menjadi pusat kebudayaan dan Ilmu pengetahuan
dunia, dan menjadi kekuatan raksasa di dunia belahan timur.

Sistem dan bentuk pemerintahan, struktur organisasi pemerintahan dan administrasi pemerintahan dinasti
ini pada hakikatnya tidak jauh berbeda dari Dinasti Umayyah. Namun ada Hal-hal baru yang diciptakan
oleh Bani Abbas. Sistem dan bentuk pemerintahan Monarki yang dipelopori oleh Muawiyyah Bin Abi
Sufyan diteruskan oleh Dinasti Abbasiyyah dan memakai gelar Khalifah. Tapi derajatnya lebih tinggi
daripada dari gelar khalifah di zaman dinasti Umayyah. Khalifah -Khalifah Dinasti Abbasiyyah
menempatkan diri mereka sebagai zhilullah fi al-ardh ( bayangan Allah di bumi )22.

21
Harun Nasution, op.cit., hlm 66-69.
22
Alia abdul Ar-Raziq,1968, hlm 34.

14
E. Struktur dan bentuk pemerintahan di zaman Bani Abbasiyah

Pemerintahan pusat

1. Al-khilafat, lembaha khilafah dijabat oleh seorang khalifah sebagai telah disebutt di atas, dan
suksesi khilafah berjalan secara turun-temurun dilingkungan keluarga Dinasti Abbasiyyah.
2. Al-wizarat ( kementrian ) dipimpin oleh seorang Wazir, seperti mentri zaman sekarang. Lembaga
dan jabatan ini baru dalam sejarah pemerintahan Islam yang diciptakan oleh Abu Ja’far Al-
Masnsur. Wazir membawahi kepala-kepala departemen 23. Wazir adalah pembantu dan penasehat
utama khalifah, mewakilinya dalam melaksanakan pemerintahan, mengangkat para pejabat
negara atas persetujuan khalifah. Wazir juga berkedudukan sebagai kepala pemerintahan
eksekutif dan pemimpin angkatan militer24.
3. al-kitabat, terdiri dari beberapa katib ( sekertaris ) yang terpenting adalah:’
a. katib al-rasail
b. katib al-kharaj
c. katib al-jund
d. katib al-syurthat
e. katib al-qadhi.

Tugas masing-masing katib ini sama seperti dizaman Dinasti Umayyah

4. Al-Hijabat, dipimpin oleh al-hajib. Tugasnya sebagaimana pada zama dinasti Umayyah. Tapi
dizaman Bani Abbasiyyah birokrasinya diperketat. Hanya rakyat atau pejabat yang punya urusan
benar-benar amat penting yang boleh bertemu langsung dengan khalifah. Itupun dengan
5. penjagaan ketat.25 . sebab khalifah telah mendelegasikan tugas dan urusan pemerintah kepada
wazir untuk menyelesaikan setiap masalah. Karena itu khalifah terkurung didalam istana.

Diwan- diwan atau departemen-departemen di zaman dinasti Abbasiyyah lebih banyak daripada di
zaman dinasti Umayyah antara lain:

a. departemen urusan pendapatan Negara


b. departemen urusan benda
c. departemen urusan keuangan
d. departemen urusan kemiliteran
e. departemen urusan mawalli dan pemuda
f. departemen urusan bantuan
g. departemen urusan pelayanan pos
h. departemen urusan pengendalian belanja negara
i. departemen urusan surat-surat negara
23
Harun Nasution, op.cit., hlm 67
24
Muhammad Jalal syaraf dan Ali,op.cit,hlm 173
25
Ibid hlm 461-462

15
j. departemen urusan perbekalan
k. departemen urusan umum untuk membangun sarana-sarana umum. 26

Penegak hukum

6. Al-nizham al-mazhalim, yaitu Lembaga yang bertugas memberi penerangan dan pembinaan
hukum, penegakkan ketertiban hukum baik dilingkungan pemerintahan maupun dilingkungan
masyarakat, dan memutuskan perkara. Lembaga ini memiliki tiga macam hakim:
a. Al qadhi ,bertugas memberi penerangan dan pembinaan hukum, menyelesaikan perkara
sengketa , perselihan dan masalah wakaf. Pada masa ini setiap wilayah diangkata beberapa
hakim. Setiap perkara diselesaikan menurut mazhab yang di anut oleh masyarakat, misalnya
qadhi Iraq mengikuti mazhab Abu Hanifah,di Syam dan Magribi ( Afrika ) menurut mazhab
Malik, dan Mesir menurut mazhab Syafi’i.
b. Al-muhtasib,bertugas mengawasi hukum, mengatur ketertiban umum, menyelesaikan
masalah-masalah criminal yang perlu penanganan segera. Al-Muhtasib juga bertugas
menegakan Amar ma’ruf dan nahi munkar, mengawasi ketertiba pasar,mencegah terjadinya
pelanggaran hak-hak tetangga, menghukum orang yang mempermainkan hukum syari’at.
c. Qadhi al-mazhalim,bertugas menyelesaikan perkara yang tidak dapat di putuskan oleh qadhi
dan muhtasib, meninjau kembali keputusan-keputusan yang dibuat oleh dua hakim
tersebut,atau menyelesaikan perkara banding.

Sumber keuangan negara

1. Al-kharaj ( pajak tanah yang berproduksi )


2. Zakat dan infaq menurut ketentuan syari’at
3. jizyat ( pajak perlindungan yang di tarik dari warga non muslim )
4. ‘usyur ( pungutan terhadap para pedagang asing yang mengimpor barang dagangannya ke
wilayah islam )
5. Ghanimah ( harta rampasan perang ) dan sumber-sumber lain.

F. Kekuasaan Wilayah Dinasti Umayyah


Wilayah kekuasaan Dinasti ini pada periode pertama dibagi menjadi dua belas wilayah provinsi:

26
Muhammad Jalal Syaraf dan Ali,op.cit.,hlm.179.

16
1. Kufah dan Sawad
2. Hijaz dan Yamamah
3. Ahraz
4. Khurazan
5. Jazirah,Armenia dan Azarbaijan
6. Mesir dan Afrika
7. Basrah dan daerah Dajlah,Bahrain dan Oman
8. Yaman
9. Persia
10. Mosul
11. Suria
12. Sind

Setiap wilayah provinsi dikepelai ole seorang gubernur dengan gelar wali. Pejabat-pejabat
penting lain di daerah adalah shahib bait al-riaal, shahib al-barid, dan qadhi. Para pejabat daerah ini
diangkat oleh khalifah. Pada periode pertama dinasti melaksanakan sistem sentralisasi kekuasaan terpusat
di tangan khalifah dan wazir. Gubernur tidak memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur segala urusan
pemerintahan di daerahnya, dan tidak punya pengaruh dalam urusan politik dan kemasyarakatan.
Kedudukannya terbatas sebagai pemimpin agama dan mengorganisir militer. Masa tugas seorang wali
tidak lama. Bila seorang wali di berhentikan, ia harus mempertanggung jawabkan tugasnya dan
melaporkan kondisi wilayahnnya secara rinci kepada khalifah 27.

Tapi dalam perkembangan kemudian kekuasaan khalifah yang bersifat absulot tersebut, sejak
Harun al-Rasyid berkuasa, ditentang oleh para wali daerah yang juah dari pusat pemerintahan dan
mendirikan Dinasti-dinasti kecil yaitu:

1. Dinasti Idirisi di Maroko ( 788-974 )


2. Dinasti Aghlabi di Tunis ( 820-872 )
3. Dinasti Bani Tulun di Mesir ( 868-905 )
4. Dinasti tuhiri di Khurasan ( 820-872 )
5. Dinasti safari ( 867-908 ) dan Dinasti samani ( 874-909 ) di Transoxania
6. Dinasti Ghaznawi di Afganistan ( 962-1186 )
7. Dinasti buwaihi di Persia ( 945-1055 )

Dinasti-dinasti memakai gelar sultan tapi tetap mengakui keberadaan khalifah di Baghdad.

Dinasti Abbasiyyah di Bagdhad runtuh total pada tahun 1258 M ditangan orang-orang Mongol
dibawah pimpinan Hulagu. Sejak itu Dunia Islam tidak lagi mempunyai Khalifah yang diakui
oleh semua umat Islam sebagai lambing persatuan, yang ada kerajaan-kerajaan kecil di daerah -
daerah dengan gelar sultan. Keadaan ini berlangsung sampai munculnya kerajaan Usmani
(ottoman empiere ) dan mengangkat khalifah yang baru di Istanbul , turki di abad keenambelas 28.

27
Muhammad jalal Syaraf dan Ali,op.cit., hlm 177-178
28
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari berbagai Aspeknya, hlm.82

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

18
Pasca pemerintahan khulafa rasyidin lahirlah pemerintahan baru islam yang dikenal
dengan dinasti umayyah.
Lahirnya Daulah Umayyah di bawah pimpinan Muawiyah ibn Abu Sofyan pada tahun 41
H sejalan dengan watak dan prinsip Muawiyah serta pikirannya yang perspektif dan inovatif,
ia membuat berbagai kebijaksanaan dan keputusan politik dalam dan luar negeri. Dinasti ini
lebih banyak mengarahkan kebijakan pada perluasan kekuasaan politik atau perluasan
wilayah kekuasaan negara. Perluasan wilayah di zaman Dinasti ini merupakan ekspansi besar
kedua setelah ekspansi besar pertama di zaman Umar bin Khattab. Melalui strategi-strategi
ekspansi yang dilakukan pada masa pemerintahannya, banyak daerah-daerah yang berhasil
dikuasai umat Islam. Kemudian dilakukan upaya-upaya untuk mempertahankan wilayah
kekuasaannya. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai pada masa dinasti menjadikan
kekuasaan Islam semakin luas. Pemindahan kekuasaan kepada Muawiyah mengakhiri bentuk
pemerintahan demokrasi kekhalifahan menjadi semacam monarchiheridetis (kerajaan turun-
temurun), diperoleh dengan pedang, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan suara
terbanyak. 
Sistem Politik yang Terjadi Dimasa Dinasti Umayyah
Kondisi perpolitikan pada masa awal Daulah Bani Umayyah cenderung stabil. Muawiyah
dengan kemampuan politiknya mampu meredam gejolak-gejolak yang terjadi. Hingga ia
mengangkat anaknya Yazid menjadi penggantinya, barulah terjadi pergolakan politik. Di
antara kebijakan politik yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah adalah terjadinya
pemisahan kekuasaan antara kekuasaan agama (spritual power) dengan kekuasaan politik.
Perubahan yang paling menonjol pada masa Bani Umayyah terjadi pada sistem politik
setelah mengangkat anaknya Yazid bin Muawiyah jadi pemimpin, diantaranya adalah:
 Politik dalam Negeri
 Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus.
Pembentukan lembaga yang sama sekali baru atau pengembangan dari Khalifah ar
rasyidin.

Sistem Politik Dan Pemerintahan Dinasti Abbasiyah

 Bani Abasiyyah di dirikan pada tahun 132 H / 750 M oleh Abu Abbas Abdulla
Al-Saffah bin Muhammad bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalb bin Abdul Manaf
merupakan kelanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah yang telah hancur.[5] Karena
panjang nya rentang kekuasaan dinasti ini , para sejarawan di bagi menjadi 3 periode :

 Periode pertama berlangsung dari tahun 132 -- 232 H / 750 -847 M yaitu sejak
kekuasaan Abu al -- Abbas al -- Saffah sampai Abu al Fadl J'far al- mutawakil.

 Periode kedua berlangsung dari tahun 232-590 H / 847-1184 yaitu dari khalifah
Abu Ja'far Muhammad al Muntasir sampai Abu al- Abbas Ahmad al-Nasr. Pada
periode ini kekuasaan pilitik berpindah dari khalifah ke golongan turki.
 Periode ke tiga berlangsung dari tahun 590-656 H. Pada masa ini kekuasaan
kembali dr tangan golongan orang turki ke system khalifah.

19
 Gerakan abasiyyah di percaya dan mendapatkan dukungan menyeluruh dari masyarakat
di karenakan mengangkat kebrobokan Umayyah dan menyatakan bahwa keturunan Bani
Abbasiyyah lebih pantas untuk memperoleh kursi pemerintahan atau kekuasaan.
Pembentukan dinasti Abbasiyyah menggunakan strategi revolusioner yang membutuhkan
waktu panjang. Ada beberapa perbedaan antara kekuasaan Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyyah ialah : “Bani Umayyah bersifat oriental. Artinya dalam segala hal penjabatnya
berasal dari keturunan Arab murni”.

B. SARAN

Untuk semua pembaca kami berharap semoga dari membaca makalah yang telah kami
susun dapat memambahkan pengetahuan pembaca mengenai “pemerintahan pasca Khulafaur
Rasyidin”
Untuk dosen pembimbing kami ucapkan terimakasih telah memberikan arahan serta
pembelajaran sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang kami buat.

Dan untuk alim ulama` supaya lebih sering menyinggung dan membahsa mengenai
pemerintahan pasca khulafaur Rasyidin sehingga lebih banyak lapisan masyarakat yang
mengetahui hal trsebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Daud, Sunan Abu Daud,Jili II,III,Dar al- Hadits,al-Qahirat,1988.

20
Abu Ubaid,Kitab al-Amwal,Dar al-Fikr , Baitur,1988

Abu Zahr,Ushull-Fiqh, Dar al-Fiqr al-Arabiat,Mishr1958

______,Tarikh al-Madzahib al- Isfamiyat fi al-siyasat wa al-Aqidat, Dar al-Firk al-`Arabi ,


Bairut,t.t

Adams,Michael, The Middle East, Fact on Publication , New York,1988

Ahmad, Abd al-`Athi Muhammad, Al-Fikr al-Siyasih li al-imam Muhammad `Abdu , Al-
Haiat al-Mashriyat al-`Ammat li al-Kitab,Mish, 1987.

Ahmad bin Hambal,Musnad,Jilid I,II,III,IV,V,VI,Al-Maktab al-Islami, t.t.

Alimad,Jarnil,Seratus Muslim Terkenal, terjemah Tim penerjemah pustaka Firdaus, Pustaka


Firdaus ,Jakarta 1984

Al-Akkad, Abbas Mahmod, kecemerlangan khalifah umar bi khattab,terjemah


Prof.H.Bustrad A,Gani dan Drs. Zainal Abidin Ahmad, bulan bintang, Jakarta 1978

Ali,K..A study of Islamic history,idarah-Adabiyah,Deihi,1980.

Almoad, A dan Jemes.S. Colemen ,the polotic of the developing Area,Pricentor,New


Jersey,1970

Amin,Ahmad, Zu`ama al-ishlah fi al-Ashral-hadtsat, Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyat,al-


Qahirat

_______Dhuha al-islami Jilid III, Maktabat al-Nahdat al-Mishriyat,al-qahirat

Arnold, Thomas W., The Caliphate, Routlegen and kegan Paul,LTD., Londo,1965.

Ash Shiddieqy,T.M.Hasbi,Pengantar ilmu fiqih, Bulan Bintang, Jakarta ,1974.

______,Pengantar Siyasah Syari`ah, Mahdan, Yogyakarta, t.t.

Al-Bani, Muhammad, Al-fikr al-islam al-hasitsat wa Shilatuh bi al-Isti`mar al-Gharbi,


Maktabat Wahbat, al-Qahirat,1975.

Al-Baqi,Muhammad Faud Abd, Al-Mu`jamal-Mufahras li Alfazh al-qurhn al-karim, Dar al-


Fikr, Bairut,1987.

Bek,Al-Khudhari, Itman al-Wafa`fi sirat al- khulafa` , Dar al-Fikr, t.t.

21
_______, Mukhadharat Tarikh al-Umam al-Islamiyat, Mathba`at al- istiqamat,al-
Qahirat ,1370.H.

Budiardjo,Miriam, Dasar-dasar Ilmu politik,PT.Gramedia,Jakarta,1989.

Al-Bukhari, Shahi al-Bukhari,Jilid II,III

Bukhs,Khuda,Pholitic in Islam, Ashraf, Lahore,1954

Al-Buraey,Muhammad.A., Islam landasan Alternatif Administrasi Pembangunan,


Rajawali,Jaakarta,1986.

Diponolo,G.S., Ilmu Negara,Jilid I, Balai Pustaka,Jakarta,1975.

22

Anda mungkin juga menyukai