Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAHAN DALAM ISLAM MASA NABI

MUHAMMAD SAW

Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perbandingan fiqh syiasah
Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Idzam Fautanu, M.Ag.

Oleh:
Miftah Farid 1213040067
M ajan suherman 1213040070
M.Basyirul 1213040061
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

1
2022

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
nikmat kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan kepada kita selaku
umatnya.
Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan
tugas penulisan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Pemerintahan
dalam islam masa nabi Muhammad Saw”. Dengan maksud untuk memenuhi tugas mata
kuliah perbandingan fiqh syiasah.
Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung
selesainya makalah ini tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun.
Sehingga makalah ini bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pengetahuan mengenai peradilan
agama Indonesia.

Bandung, 4 Oktober 2022

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................5
Politik era keNabian........................................................................................................................6
Sistem politik yang di bentuk Nabi Muhammad Saw...................................................................7
Ketatanegaraan Pada Masa Rasullah Saw.....................................................................................8
A. Periode Makkah (Muhammad sebagai pemimpin Agama)...............................................8
B. Periode Madinah (Muhammad sebagai pemimpin Agama dan Pemerintahan).............8
Piagam Madinah..............................................................................................................................9
Nabi sebagai Kepala Negara.........................................................................................................10
Pengambilan Keputusan................................................................................................................11
Politik dalam Negeri......................................................................................................................11
Pemerintah Daerah........................................................................................................................11
Hubungan Internasional................................................................................................................11
BAB II.............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………...13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di jazirah Arab lahirlah manusia yang paling mulia yakni nabi Muhammad Saw dan
diyakini juga sebagai nabi terakhir bagi umat islam, beliau lahir pada 12 Rabbiul Awal
tahun Gajah yang bertepaatan di daerah makkah. Dari garis keturunan Bani hasyim,
Abdullah bin Abdul Mutholib merupakan ayah dari nabi Muhammad Saw sedangkan ibuny
bernama Aminah binti Wahab.
Di umur 2 bulan nabi di dalam kandungan ibunya, nabi di tinggalkan oleh ayah
kandungnya. Lalu, ketika nabi menginjak umur 6 tahun ditinggalkan oleh ibunda tercinta
karena sakit. Dan nabi pun di asuh oleh kakeknya Abdul Muthalib yang sangay
menyayanginya melebihi sayangnya kepada anak-anakanya.
Saat nabi Muhammad berusia 8 tahun 2 bulan 10 hari, Abdul Muthalib berpulang di
Makkah. Pemimpin suku Qaraisy dan seluruh penduduk Makkah itu wafat dalam usia 80
tahun. Sebelum wafat dia telah berencana menyerahkan cucunya itu dalam asuhan Abu
Thalib saudara kandung ayah nabi Muhammad1.
Diumur nabi yang ke-40 tahun, nabi di datangi oleh malaikat Jibril atas kuasa Allah
SWT untuk menerima wahyu pertama dan nabi pun dengan ini sudah di angkat oleh Allah
SWT sebagai rasul bagi umat islam untuk menyampaikan perintan dan larangan yang di
berikan oleh Allah SWT.
Dikala itu jazirah Arab sedang dalam massa jahiliyah yang dimana menjadi
kewajiban nabi untuk merubah itu, baik dari segi adat kebiasaan masyarakatnya, dari segi
pemerintahannya, maupun dari segi kehidupannya. Dan dalam perjalanan nabi untuk
menyiarkan islam ini tidaklah mudah, banyak sekali halangan rintangan bahkan sebuah
pengorbanan yang harus nabi terima agar agama islam ini tersebar luas. Maka dari itu untuk
mengetahui bagaimana perjalan dan untuk mengetahui bagaimana cara kepemerintahan
pada masa nabi, disusunlah makalah ini.

1
Ar-Rahiq Al- Makhtum: 69

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagamana politik di era Nabi Muhammad Saw?


2. Bagaimana sistem politik yang di bentuk Nabi Muhammad Saw?
3. Bagaimana sistem ketatanegaraan pada masa Rasulullah Saw?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui politik di era Nabi Muhammad Saw?


2. Untuk mengetahui sistem politik di era Nabi Muhammad Saw?
3. Untuk mengetahui sistem ketatanegaraan pada masa Rasulullah Saw?

5
Politik era keNabian
Politik Era kenabian merupakan era pertama dalam sejarah Islam yang dimulai
sejak Rasulullah saw, memulai dakwah mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT.
Era ini paling baik jika kita namakan sebagai era kenabian atau wahyu karena memiliki
sifat tertentu yang membedakannya dari era-era yang lain. Era kenabian merupakan era
ideal yang pada nya ideal-ideal Islam terwujud dengan amat sempurna. pada Era ini terbagi
menjadi dua masa, yang keduanya dipisahkan oleh hijrah. Kedua fase itu tidak memiliki
perbedaan dan kelainan satu sama lain, seperti  yang diklaim oleh beberapa ahli bahasa.
Bahkan, fase yang pertama merupakan fase yang menjadi titik tolak bagi fase kedua. Pada
fase pertama, lembaga masyarakat Islam mulai tumbuh dan telah ditetapkan kaidah-kaidah
pokok islam secara umum. Kemudian pada fase kedua, bangunan masyarakat Islam
berhasil dibentuk, dan kaidah-kaidah yang sebelumnya bersifat umum selesai dijabarkan
secara mendetail. Syariat Islam disempurnakan dengan pernyataan prinsip-prinsip baru dan
dimulailah pengaplikasian serta pelaksanaan prinsip-prinsip itu seluruhnya. Sehingga
tampilan Islam dalam bentuk sosialnya secara menyeluruh dan aktif, yang semuanya
menuju tujuan yang satu.
Secara politis, lebih berfokus pada fase kedua daripada yang pertama. Saat itu,
masyarakat Islam mengendalikan urusannya sendiri dan hidup di era kebebasan dan
kemerdekaan. Mereka juga telah sepenuhnya memperoleh "kedaulatan" mereka sehingga
prinsip-prinsip Islam sudah dapat diterjemahkan ke dalam langkah-langkah praktis. Namun,
secara historis, ciri yang paling membedakan dari kedua tahap ini adalah sifatnya sebagai
'tahap pembentukan' dan sebagai tahap perkembangan dan inisiasi. Tahap ini sangat urgen
dalam menentukan jalannya peristiwa sejarah selanjutnya dan menetapkan tanda-tanda bagi
generasi berikutnya untuk mengikuti sepanjang sejarah. Di sisi lain, pengaruhnya dalam hal
pemikiran teoretis sangat terbatas: perbedaan pendapat dan aliran pemikiran. Apalagi tidak
ada kaitannya dengan tumbuhnya opini-opini yang menimbulkan kesukaan atau
ketidaksukaan dengan karakteristiknya masing-masing. Apalagi jika subjek penelitiannya
adalah analisis sistem umum yang menjadi dasar keadaan masyarakat, atau hubungan yang
terkandung di dalamnya, atau analisis salah satu karakteristiknya.
Artinya, analisis masalah disebut politik, karena pendapat individu tidak tumbuh di
udara. Namun, pendapat ini muncul dengan munculnya perbedaan pendapat.
Menumbuhkan munculnya pandangan-pandangan ini juga merupakan peran penuh dalam
masyarakat dan keinginan untuk mengubah sistem atau tindakan saat ini, mencerminkan
prinsip umum yang besar (ummah), dan ketika solidaritas muncul antar individu, mereka
sibuk berbicara tentang agenda kerja besar dan memperdebatkan hal-hal yang tidak perlu
dibesar-besarkan. Ini adalah masa Nabi, seperti pertumbuhan pendapat pribadi dan
munculnya teori. Mencerminkan era persatuan perjuangan dan kemapanan pembangunan
rakyat, hal ini menunjukkan budaya yang mewarnai kehidupan politik dan menciptakan
replika masyarakat ideal yang akan ditiru dan diteladani oleh generasi mendatang. Namun,

6
pemikiran teoretis belum dimulai pada saat itu. Tentu saja, mengingat situasi saat ini itu
cukup logis.
Namun sebelum era itu berakhir, tak diragukan lagi faktor utama yang melahirkan
ide ini membentuk 'teori politik' yang utuh. Pertama, sifat sistem sosial yang diperkenalkan
oleh Nabi Muhammad. Dan kedua, pengakuan prinsip kebebasan berpikir bagi semua
individu. Ketiga, mendelegasikan kekuasaan kepada publik untuk merinci rincian sistem ini
(seperti bagaimana dikelola) dan menentukan beberapa aspek bentuknya.

Sistem politik yang di bentuk Nabi Muhammad Saw


Sebuah sistem yang dibangun oleh Nabi Muhammad, Para pengikutnya yang tinggal
bersamanya di Madinah tidak ragu lagi bahwa sistem ini adalah sistem politik par
excellence atau bisa dibilang politik yang memiliki keunggulan luar biasa. Pada saat yang
sama, ia tidak menghalangi sistem dari menjadi sistem keagamaan dalam hal tujuan,
motivasi dan landasan.
Oleh karena itu, karena fitrah Islam yang utuh meliputi hal-hal material dan spiritual
dan menyangkut perilaku manusia dalam kehidupan di dunia dan akhirat, sistem dapat
membawa kedua karakteristik pada saat yang sama. Kedua hal itu sendiri, di sisi lain
disatukan dalam satu tubuh yang kokoh dan tidak dapat dipisahkan dengan tangan. Fakta
tentang hakikat Islam begitu jelas sehingga tidak perlu terlalu khawatir untuk memberikan
bukti. Hal ini didukung oleh fakta sejarah dan telah menjadi keyakinan umat Islam
sepanjang sejarah.Namun, sebagian umat Islam mengklaim secara terang-terangan
menyangkal fakta tersebut, mengklaim bahwa Islam hanyalah sebuah dakwah agama. Yang
mereka maksudkan adalah bahwa Islam hanyalah sebuah keyakinan atau hubungan spiritual
antara seorang individu dan tuannya, dan tidak ada hubungannya dengan apa yang kita
sebut masalah materi dalam kehidupan duniawi ini, artinya tidak. Isu-isu tersebut termasuk
masalah perang dan properti. Yang utama adalah masalah politik. Kata-katanya
meliputi"Agama adalah satu hal dan politik adalah hal lain”2.
Tidak ada gunanya menyuarakan pendapat ulama terhadap mereka, karena mereka tidak
ingin didengar,dengan ini beberapa Pendapat para ahli mengenai hal tersebut yaitu:
1. Dr. V. Fitzgerald berkata, ”Islam bukanlah semata agama (a religion), namun juga
merupakan sebuah sistem politik (a political system). Meskipun pada dekade-
dekade terakhir ada beberapa kalangan dari umat Islam yang mengklaim sebagai
kalangan modernis, yang berusaha memisahkan kedua sisi itu, namun seluruh
gugusan pemikiran Islam dibangun di atas fundamen bahwa keduasisi itu saling
bergandengan dengan selaras dan tidak dapat dapat dipisahkan satu sama lain.”
2
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri : Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa ke Masa, (Jakarta:
Amzah, 2013), h.15

7
2. Prof. C. A. Nallino” berkata, "Muhammad telah membangun dalam waktu
bersamaan agama (a,religion) dan negara (a state). Dan batas-batas teritorial negara
yang di bangun itu terus terjaga sepanjang hayatnya.”
3. Dr. Schacht berkata, "Islam lebih dari sekadar agama, ia juga mencerminkan teori-
teori  perundang-undangan dan politik. Dalam ungkapan yang lebih sederhana
merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama dan negara
secara bersamaan.”
4. Prof. R Strothmann berkata', ”Islam adalah suatu fenomena agama dan politik
karena pembangunan nya adalah seorang Nabi, yang juga seorang politikus yang
bijaksana, seorang negarawan.”
5. Prof D.B. Macdonald berkata, "Di sini (di Madinah) dibangun negara Islam yang
pertama dan diletakkan  , prinsip-prinsip utama undang-undang Islam.

Ketatanegaraan Pada Masa Rasullah Saw


Nabi Muhammad adalah seseorang manusia revolusioner sejati. Keberhasiannya
mengubah pola kehidupan masyarakat Arab hingga belahan dunia dalam berbagai aspek
kehidupan3. Pembentukan hukum Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi menjadi
dua periode: Periode Mekkah dan Periode Madinah.
A. Periode Makkah (Muhammad sebagai pemimpin Agama)
Ketika periode Makkah, jumlah pengikut Nabi Muhammad masih sedikit. Oleh
karena itu, pesan yang diturunkan dari Al-Qur'an tidak efektif dalam masyarakat utama.
Pengikut Nabi Muhammad SAW masih minoritas dan belum berkembang menjadi
komunitas yang akan mengubah tatanan sosial. Bahkan penindasan dan permusuhan kaum
Quraisy terhadap Nabi Muhammad dan para pengikutnya sangatlah mendalam. Puncaknya
adalah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya ke Madinah4.
B. Periode Madinah (Muhammad sebagai pemimpin Agama dan Pemerintahan)
Ketika periode Madinah, bagi adalah masa dimana beliau berada di kota Madinah
sejak hijrah hingga beliau wafat.. Jumat 12 Rabiul Awal 1 H (tahun ke-13 sebagai Nabi)
Dari Hijrah Nabi Senin 12 Rabiul Awal 11 H/632 M Wafatnya pada 8 Juni adalah sepuluh
tahun. Nabi Muhammad pindah dari Mekkah ke Madinah bukan karena takut akan
ancaman kaum Quraisy, tetapi sebagai strategi untuk menyebarkan Islam. Selama Madinah,
Nabi bertindak sebagai kepala agama dan kepala pemerintahan. Beliau telah mengambil
peran sebagai pemimpin agama sejak dia menerima wahyu pertamanya di gua Hira di
Mekah dan dinyatakan sebagai utusan Tuhan. Sementara itu, peran Nabi sebagai kepala
3
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri : Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa ke Masa, (Jakarta:
Amzah, 2013), h.15
4
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrrin Politik ,(jakarta: prenamedia Group, 2014) h.36

8
negara tetap dipertahankan sejak beliau hijrah dari Mekkah dan tiba di Madinah. Proses
pengangkatan Nabi sebagai kepala negara dimulai dengan menyerukan persiapan
perwakilan suku Aus dan Kharaj. Perwakilannya berjumlah 73 di Beit di Aqabah II dan
akhirnya diproklamirkan ke seluruh warga. Nabi Muhammad adalah hakim
mereka,Kehadiran Nabi Muhammad SAW beserta jajarannya mendapat tempat dan
simpati. Hal ini dibuktikan dengan peristiwa Baya al-Aqaba 1 dan 2 yang diikuti oleh 12
warga (1) dan 73 warga (2) Yathrib mengikuti Nabi Muhammad SAW saat menunaikan
ibadah haji. Kehadiran dua peristiwa tersebut yang mengubah arah perjalanan politik Nabi
Muhammad dan para pengikutnya menjadikan mereka kekuatan politik yang kuat dan
kokoh. Selain itu, peristiwa ini juga menjadi titik awal terciptanya negara Madinah.
Dari masyarakat inilah Nabi Muhammad menyusun Piagam Madinah pada tahun
pertama Hijrah. Piagam tersebut memberikan kebebasan beragama, hubungan antar
kelompok, dan kewajiban untuk menjaga kesatuan hidup. Menurut isi Piagam Madima,
penduduk Madinah yang beragam secara politik bangkit di bawah kepemimpinan
Muhammad. Hal ini menyebabkan Nabi Muhammad bertindak sebagai kepala negara
dengan Piagam Madinah sebagai konstitusi. Untuk itu, dengan Piagam Madinah, negara
Madinah dapat dikatakan sebagai negara daratan karena memenuhi syarat-syarat dasar
terbentuknya negara: wilayah, penduduk, pemerintahan dan konstitusi.

Piagam Madinah
Menurut catatan sejarah, Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah pada tahun 622 M.
Ketika pertama kali datang ke Madinah, ia melakukan dua kegiatan: membangun masjid di
Quba dan mendirikan kota Madinah. Kedua peristiwa tersebut menunjukkan pentingnya
hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan hubungan antara manusia dengan manusia.
Selain itu, kedua peristiwa tersebut juga dapat diartikan bahwa Islam memiliki hubungan
yang erat antara negara dan agama.
Didirikan oleh Nabi Muhammad SAW, Madinah terikat oleh Syahifiyah (Piagam)
yang mengatur hak dan kewajiban warga (Urnmah) Madinah. Madinah terdiri dari banyak
kelompok Muslim, selain Muhajrin dan Ansar juga ada beberapa kelompok, orang atau
Bani-Bani Lainnya. misalnya Bani Saida, Bani Al Haris, Bani Al Aws. Non-Musim terdiri
dari orang-orang Yahudi dan Kristen, tetapi sering disebut Dimmies of the Infidels.
Artinya, warga non-Muslim yang setia kepada pemimpinnya.
Syahifa, atau yang sering disebut Piagam Madinah, Konstitusi Madinah, atau
Hukum Dasar Madinah, umumnya mencirikan masyarakat yang didirikan oleh Nabi,
berpegang pada prinsip-prinsip kemerdekaan dan penghormatan yang tulus terhadap hak
asasi manusia. Dengan masalah yang berkaitan dengan detail penegakan peraturan dalam
kehidupan masyarakat, menyerahkan masalah sosial (dunawi) kepada masyarakat itu

9
sendiri. Said Ramadan dalam bukunya Islamic Law menyebutkan bahwa Piagam Madinah
memiliki tiga poin penting.
(1) Madinah memiliki komunitas politik yang mapan yang terdiri dari Muslim dan
non-Muslim, termasuk Yahudi. (2) Status orang-orang Yahudi secara jelas didefinisikan
dalam Konstitusi Madinah. (3) Muslim dan non-Muslim dijamin kesetaraan, perlindungan
dan keamanan.5
Ada pula sistem ketatanegaraan Piagam Madinah, serta sistem pembagian tugas
(kekuasaan) dengan menerapkan kesejahteraan yang berkaitan dengan dua kepentingan,
yaitu kesejahteraan material dan spiritual dan mengangkat individu-individu yang
berkualitas. Seperti ,Katib (Sekretaris), Wall (Gubernur) dan Amil (Pengelola Zakat). dan
Khadi (hakim). Keadaan Madinah pada masa Nabi terdiri dari beberapa syarat, antara lain:
Madinah, Tayma, Arjannat, Mekah, Najram, Yaman dan Hadra jalan raya. Di setiap negara
bagian, Nabi mengangkat seorang wali, khadi dan emir. Ali bin Abi Thalb dan Muadz bin
Jabal adalah dua orang yang diangkat sebagai Khadi oleh Nabi dan bertugas di negara
bagian yang berbeda. Demikian sekilas tentang sistem pemerintahan berdasarkan Piagam
Madinah pada masa Nabi.
Mengenai sumber hukum Islam, keberadaan Piagam Madinah dapat ditemukan
dalam teks Pasal 47 Piagam Madinah, di bawah sumber hukum utama Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi “Jika ada pertengkaran atau pertengkaran yang berkepanjangan yang dapat
menyebabkan masalah, itu harus dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Artinya Piagam Madinah dapat digolongkan sebagai produk hukum Islam yang
ditetapkan oleh ijtihad nabi dan umatnya. Oleh karena itu, menurut prinsip-prinsip hukum
Islam, Piagam Madinah dapat dikatakan sebagai produk fiqh Negara. Namun, selain
sebagai khalifah (kepala negara), keterlibatan langsung nabi Muhammad juga sebagai
utusan Allah, sehingga sulit untuk menegaskan bahwa Piagam Madinah adalah produk fiqh
negara. Meskipun para nabi terlibat langsung dalam penciptaan mereka.6

Nabi sebagai Kepala Negara


Dilihat dari sumber-sumber kekuasaan negara, Allah menyatakan bahwa kekuasaan
mutlak ada di tangan-Nya. Namun mengingat bagaimana Nabi Muhammad SAW
memperoleh kekuasaan dari Madinah, hal itu diperoleh dengan kesepakatan dengan
penduduk Madinah (Bay'ah al-Aqabah). Dari pandangan politik modern, hal itu dapat
disamakan dengan teori "kontrak sosial" yang kata-katanya agak longgar. Menurut teori ini,
masyarakat dan rakyat sepakat mengenai mengalihkan sebagian haknya kepada pihak lain
untuk diatur dan diatur guna menjamin kebebasannya.

5
Taufiqurrahman Syahuri, Tafsir Konstitusi berbagai Aspek Hukum, h.213
6
Taufiqurrahman Syahuri, tafsir Konstitusi berbagai Aspek Hukum, h.215

10
Pengambilan Keputusan
Bahkan dalam pemerintahan di masa nabi, Nabi Muhammad SAW menjalankan
pemerintahan yang terdesentralisasi atau bisa dibilang nabi menggunakan sistem
pemerintahan yang lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah dan
tidak semena-mena dalam mengambil keputusan, dan terkadang ia berkonsultasi dengan
tokoh masyarakat untuk mengambil keputusan politik. Ada empat metode:1) berkonsultasi
dengan teman yang lebih tua, 2) mencari penilaian ahli, 3) menggambarkan masalah
tertentu yang biasanya memiliki keterkaitan yang lebih luas untuk forum yang lebih luas, 4)
membuat keputusan untuk diri sendiri.7
Dalam menjalankan negara, Nabi Muhammad tidak memisahkan lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Di bawah naungan Quran, Muhammad mencalonkan diri sebagai
legislatif. Ia juga menyampaikan ketetapan-ketetapan Allah kepada penduduk Madinah.
Hal-hal yang tidak diatur secara eksplisit atau jelas tertera dalam Al-Qur'an akan
diputuskan dan ditetapkan oleh Nabi sendiri.8

Politik dalam Negeri


Sedangkan untuk urusan dalam negeri, kebijakan persatuan dan solidaritasnya
terlihat di kalangan masyarakat Madinah. Untuk mengadili pelanggaran ketertiban umum,
Nabi mendirikan Lembaga Hisbah. Yang dimana badan ini bertindak sebagai cek terhadap
pedagang yang melakukan penipuan yang dilakukan oleh pedagang di pasar. Di setiap kota,
Nabi membuat petugas Hisba (Mutasib) untuk beberapa kota.9

Pemerintah Daerah
Untuk pemerintah daerah, nabi menunjuk beberapa sahabat sebagai gubernur atau
hakim. Di antara para sahabat yang ditunjuk adalah Muaz bin Jabal sebagai hakim Yaman.
Dia juga mengelola zakat, pajak. Dan barang rampasan untuk kepentingan penduduk.
Untuk melaksanakan tugas kenegaraan, Nabi Muhammad dibantu oleh beberapa sekretaris.
Yang paling terkenal adalah Zaid bin Sabit dan Ali bin Abi Thalib.10

Hubungan Internasional
Kebijakan politik Nabi Muhammad SAW adalah menjalin hubungan diplomatik
dengan negara sahabat. Selama ini nabi juga mengangkat duta besar untuk negara sahabat.
Dua tahun setelah Hijrah, Nabi dikabarkan mengangkat Amr bin Umaysh Al Damali
sebagai duta di Abbessinia. Selain itu, Nabi Muhammad juga menerima duta besar dari

7
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Depok: Universitas Indonesia, 1990) h.16
8
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, h. 45
9
Muhammad Iqbal, Fqih Siyasah, h. 46
10
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, h. 47

11
negara lain. Misalnya, memasukkan Wakhsi sebagai duta orang Quraysh Mekah untuk
negosiasi Hudaibiyya.

12
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada Era nabi terbagi menjadi dua masa, yang keduanya dipisahkan oleh hijrah
Kedua fase itu tidak memiliki perbedaan dan kelainan satu sama lain, seperti yang
diklaim oleh beberapa ahli bahasa. Kemudian pada fase kedua, bangunan
masyarakat Islam berhasil dibentuk, dan kaidah-kaidah yang sebelumnya bersifat
umum selesai dijabarkan secara mendetail.
2. Fitrah Islam yang utuh meliputi hal-hal material dan spiritual dan menyangkut
perilaku manusia dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
3. Pembentukan hukum Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua
periode: Periode Mekkah dan Periode Madinah. Dari masyarakat inilah Nabi
Muhammad menyusun Piagam Madinah pada tahun pertama Hijrah. Hal ini
menyebabkan Nabi Muhammad bertindak sebagai kepala negara dengan Piagam
Madinah sebagai konstitusi.
4. Ali bin Abi Thalb dan Muadz bin Jabal adalah dua orang yang diangkat sebagai
Khadi oleh Nabi dan bertugas di negara bagian yang berbeda. ” Artinya Piagam
Madinah dapat digolongkan sebagai produk hukum Islam yang ditetapkan oleh
ijtihad nabi dan umatnya. Oleh karena itu, menurut prinsip-prinsip hukum Islam,
Piagam Madinah dapat dikatakan sebagai produk fiqh Negara.
5. Nabi Muhammad SAW menjalankan pemerintahan yang terdesentralisasi atau bisa
dibilang nabi menggunakan sistem pemerintahan yang lebih banyak memberikan
kekuasaan kepada pemerintah daerah dan tidak semena-mena dalam mengambil
keputusan, dan terkadang ia berkonsultasi dengan tokoh masyarakat untuk
mengambil keputusan politik. Hal-hal yang tidak diatur secara eksplisit atau jelas
tertera dalam Al-Qur`an akan diputuskan dan ditetapkan oleh Nabi sendiri. Untuk
pemerintah daerah, nabi menunjuk beberapa sahabat sebagai gubernur atau hakim.
Kebijakan politik Nabi Muhammad SAW adalah menjalin hubungan diplomatik
dengan negara sahabat.
B. Saran
Dengan dibuatkan nya makalah ini diharapkan untuk mengambil secara keseluruhan
apa yang terdapat didalamnya, dan dengan makalah ini diharapkan juga para pembaca
bisa mendapatkan ilmu meskipun dengan pembahasan yang tidak banyak.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rahiq Al- Makhtum: 69
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri : Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa
ke Masa, (Jakarta: Amzah, 2013), h.15
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri : Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa
ke Masa, (Jakarta: Amzah, 2013), h.15
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrrin Politik ,(jakarta: prenamedia
Group, 2014) h.36
Taufiqurrahman Syahuri, Tafsir Konstitusi berbagai Aspek Hukum, h.213
Taufiqurrahman Syahuri, tafsir Konstitusi berbagai Aspek Hukum, h.215
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Depok: Universitas Indonesia, 1990) h.16
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, h. 45
Muhammad Iqbal, Fqih Siyasah, h. 46
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, h. 47

14

Anda mungkin juga menyukai