DOSEN PEMBIMBING
Dr. Fuad Nur, S.H., M.H
Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
UNIVERSITAS HALUOLEO
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam, yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Hukum Agraria Di Indonesia”. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Pengantar Hukum Indonesia.
Makalah ini akan membahas mulai dari sejarah, hingga kondisi terkini dalam
ranah hukum agraria di Indonesia - sebuah topik yang sangat relevan dengan
perkembangan sosial, ekonomi, dan lingkungan di negeri ini. Dalam konteks makalah
ini, kami akan mengulas beberapa aspek penting dalam hukum agraria, termasuk
peningkatan perlindungan hak pemilik tanah, pengakuan hak masyarakat adat, dan
upaya meningkatkan keadilan sosial dalam pemanfaatan sumber daya alam. Meskipun
makalah ini bersifat umum, beberapa contoh kasus konkret juga akan kami bahas
sebagai ilustrasi permasalahan yang dihadapi di lapangan.
Dalam era perubahan yang begitu cepat, hukum agraria menjadi landasan
penting dalam mengatur hak dan kewajiban yang berkaitan dengan tanah dan sumber
daya alam. Hukum agraria tidak hanya mencakup aspek legal, tetapi juga memiliki
dampak besar pada perkembangan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Tanah adalah
salah satu aset yang sangat berharga dan strategis dalam pembangunan suatu
negara. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam mengenai hukum agraria
sangat penting dalam menghadapi dinamika sosial dan ekonomi yang terus berubah
di Indonesia.
Di samping itu, hukum agraria juga mencakup hak-hak masyarakat adat yang
memiliki peran signifikan dalam pelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekosistem.
Masyarakat adat seringkali menjadi pemangku kepentingan utama dalam
pemanfaatan sumber daya alam di wilayah-wilayah tertentu. Oleh karena itu,
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak mereka merupakan bagian integral
dari hukum agraria di Indonesia.
i
Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam aspek-aspek tersebut dan
memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai peran hukum agraria dalam
membentuk dinamika sosial, ekonomi, dan lingkungan di Indonesia. Seiring dengan
dinamika global dan perubahan iklim, pemahaman yang mendalam mengenai hukum
agraria dapat memberikan panduan dalam merumuskan kebijakan yang responsif
terhadap perubahan tersebut.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
mengenai hukum agraria di Indonesia, memicu diskusi yang lebih mendalam, dan
memberikan landasan bagi pengambilan keputusan yang bijaksana dalam
merumuskan kebijakan di masa depan. Makalah ini juga merupakan bentuk komitmen
kami dalam berkontribusi pada pengembangan bidang hukum agraria di Indonesia.
Tak lupa ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu penyusunan makalah ini. Kami juga sadar bahwa makalah
ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, dan oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak,
serta dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan bidang hukum
agraria di Indonesia.
ii
DAFTAR ISI
2.2. Program Reforma Agraria dan Upaya Pemberian Akses Lahan ...................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum Agraria merupakan salah satu aspek hukum yang sangat penting
dalam konteks Indonesia, sebuah negara yang geografisnya didominasi oleh sektor
agraris yang luas dan beragam. Hukum Agraria mengatur hak-hak dan kewajiban
individu, masyarakat, dan negara terkait dengan kepemilikan, pengelolaan, dan
pemanfaatan lahan serta sumber daya alam. Hukum Agraria di Indonesia memiliki
akar sejarah yang panjang dan kompleks, dan telah mengalami perkembangan yang
signifikan seiring berjalannya waktu. Sejarah hukum agraria di Indonesia dapat
ditelusuri kembali hingga masa penjajahan Belanda. Pada zaman kolonial tersebut,
Belanda menerapkan sistem tanah tunduk yang memberikan hak kepemilikan tanah
kepada pemerintah kolonial Belanda. Ini mengakibatkan banyak rakyat Indonesia
kehilangan akses dan hak atas tanah yang telah dikelola oleh komunitas mereka
selama berabad-abad.
1
Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk melakukan reformasi agraria guna
mengatasi ketidaksetaraan dalam kepemilikan lahan. Program-program seperti
Program Reforma Agraria, Pemberdayaan Masyarakat, dan Perlindungan Lingkungan
Hidup (Revolusi Bumi) serta inisiatif untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan
mengukur lahan warga negara telah diterapkan untuk memberikan akses yang lebih
adil kepada lahan kepada masyarakat. Selama beberapa dekade terakhir, Hukum
Agraria di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan signifikan. Salah satu
perubahan terpenting adalah UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria,
yang mengatur dasar-dasar hukum agraria. UU ini telah mengalami beberapa kali
amendemen untuk mengikuti perkembangan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia.
Hukum Agraria di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan, termasuk konflik
lahan yang kompleks, kebijakan agraria yang belum merata, dan upaya untuk
mengembangkan sistem yang lebih adil dan berkelanjutan. Kehutanan, pertanian, dan
pertambangan adalah sektor-sektor yang sering terlibat dalam konflik agraria,
sementara masyarakat adat dan hak-hak tanah mereka juga menjadi fokus perhatian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
daya alam, terutama lahan pertanian, menjadi kendali utama pemerintah
kolonial. Dalam sistem ini, masyarakat pribumi diperintahkan untuk menanam
tanaman komersial tertentu, seperti kopi, teh, dan nilam, yang menjadi
komoditas ekspor utama. Dalam konteks sistem tanah tunduk, pemerintah
kolonial Belanda menjalankan kontrol yang ketat terhadap tanah dan sumber
daya alam. Pemerintah Belanda memiliki hak untuk mengambil hasil pertanian
yang diproduksi oleh masyarakat pribumi. Kondisi ini mengakibatkan
penderitaan masyarakat pribumi yang terpaksa bekerja di bawah tekanan untuk
memenuhi persyaratan tanam yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial.
Kondisi ini kemudian menciptakan ketidaksetaraan yang signifikan dalam
kepemilikan lahan dan sumber daya alam, dengan sebagian besar keuntungan
dari perdagangan ekspor diambil oleh pemerintah kolonial dan perusahaan-
perusahaan Belanda. Periode ini juga menyebabkan pembatasan hak-hak
masyarakat pribumi terhadap tanah mereka sendiri, dan banyak masyarakat
kehilangan akses ke lahan pertanian tradisional mereka. Selama periode ini,
Belanda juga mengenakan pajak tanah yang memberatkan masyarakat
pribumi. Hal ini memicu ketidakpuasan dan perlawanan yang akhirnya
berkontribusi pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah masa kolonial Belanda ini menjadi landasan penting dalam memahami
tantangan dan isu-isu yang masih ada dalam sistem hukum agraria Indonesia
saat ini. Pada periode pasca-kemerdekaan, upaya besar dilakukan untuk
mereformasi sistem agraria yang telah diwariskan dari masa kolonial dan untuk
memberikan hak akses lahan kepada masyarakat Indonesia.
6
prinsip-prinsip ini tidak selalu berjalan mulus, dan tantangan dalam
menerapkan reformasi agraria muncul seiring berjalannya waktu.
Sejarah periode awal kemerdekaan ini adalah bagian penting dalam perjalanan
hukum agraria Indonesia, yang melibatkan perubahan sosial, ekonomi, dan
politik yang signifikan dalam upaya menciptakan sistem agraria yang lebih adil
dan berkelanjutan.
8
terfragmentasi, dan memastikan akses lahan kepada petani kecil dan masyarakat yang
sebelumnya tidak memiliki hak akses yang memadai. Program ini mencakup pemetaan
tanah, sertifikasi tanah, dan redistribusi lahan. Selain itu, perlindungan hak
masyarakat adat juga menjadi prioritas. Meskipun ada kemajuan yang signifikan,
program reforma agraria juga menghadapi tantangan, termasuk konflik lahan dan isu-
isu sosial yang kompleks. Bagian dari upaya ini adalah untuk menemukan
keseimbangan antara kebutuhan pengembangan ekonomi dan perlindungan hak-hak
masyarakat.
10
2.3. Tantangan dalam Implementasi Hukum Agraria
Ketidaksetaraan gender dalam akses tanah juga menjadi masalah serius yang
mempengaruhi perempuan di pedesaan. Implementasi hukum agraria harus
memperhatikan hak perempuan untuk memiliki, mengelola, dan mewarisi tanah.
Program Pemberdayaan Perempuan Petani di Indonesia adalah salah satu contoh
upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan gender dalam akses tanah, dengan
memberikan perempuan akses yang lebih kuat dan setara terhadap sumber daya
tanah.
11
Perlindungan lingkungan hidup adalah komponen penting dalam hukum
agraria di Indonesia. Implementasi hukum agraria harus mencakup upaya untuk
mengatasi dampak lingkungan dari kegiatan ekonomi seperti pertambangan dan
deforestasi. Kasus kerusakan lingkungan akibat pertambangan di Kalimantan Tengah
adalah contoh kasus yang mengilustrasikan pentingnya pengelolaan sumber daya
alam yang berkelanjutan dalam kerangka hukum agraria.
A. Konflik Lahan:
Konflik lahan adalah isu serius di Indonesia dan telah menjadi salah satu
tantangan utama dalam implementasi hukum agraria. Konflik ini mencakup
perselisihan mengenai kepemilikan, penggunaan, dan akses ke tanah dan
sumber daya alam. Berbagai faktor mempengaruhi konflik lahan, termasuk
persaingan untuk sumber daya alam yang terbatas, ketidaksetaraan akses
terhadap lahan, dan perubahan sosial dan ekonomi. Berikut adalah tantangan-
tantangan dalam konflik lahan:
1. Persaingan atas Sumber Daya Alam: Konflik lahan sering kali muncul
karena persaingan atas sumber daya alam yang berharga, seperti lahan
pertanian yang subur, hutan, atau sumber daya mineral. Perusahaan
besar, pemerintah, dan masyarakat lokal bersaing untuk mengakses dan
memanfaatkan sumber daya ini.
2. Ketidaksetaraan Akses Tanah: Ketidaksetaraan akses terhadap tanah
adalah masalah utama dalam konflik lahan. Sebagian besar konflik
terjadi antara pemilik tanah besar dan masyarakat lokal yang memiliki
hak tradisional atau klaim atas tanah tersebut. Ketidaksetaraan ini sering
mengakibatkan ketegangan sosial dan perdebatan hukum.
12
Kasus Nyata Konflik Lahan:
Salah satu contoh kasus nyata konflik lahan di Indonesia adalah Kasus
Sumber Waras. Konflik ini terjadi di Jakarta dan melibatkan
perselisihan antara pengembang properti dan masyarakat lokal.
Pengembang mengklaim tanah yang dihuni oleh masyarakat lokal, yang
telah tinggal di sana selama beberapa dekade. Konflik ini mencerminkan
persaingan antara kepentingan ekonomi dan hak masyarakat atas tanah
dan tempat tinggal mereka.
Penyelesaian Konflik Lahan:
Penyelesaian konflik lahan menjadi hal yang mendesak. Berbagai
pendekatan dapat digunakan, termasuk mediasi, kebijakan redistribusi
tanah, dan perlindungan hak masyarakat lokal. Upaya untuk mencari
keseimbangan antara kebutuhan pengembangan ekonomi dan hak
masyarakat adalah kunci dalam menyelesaikan konflik lahan. Sejalan
dengan Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan
kekayaan alamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, penyelesaian konflik lahan harus
memprioritaskan kepentingan kemakmuran rakyat, serta memastikan
pemerintah bertindak sebagai mediator yang adil dalam konflik tersebut.
13
dengan kepentingan perusahaan besar dan pemerintah. Isu-isu hak
masyarakat adat mencakup pengakuan formal atas hak-hak mereka,
perlindungan terhadap tanah adat, dan penyelesaian konflik terkait. Tantangan
dalam Isu-isu Hak Masyarakat Adat adalah sebagai berikut:
14
masyarakat adalah kunci dalam menyelesaikan isu-isu hak masyarakat
adat. Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945 memberikan dasar konstitusi yang
kuat untuk mengakui dan menghormati hak pribadi warga negara,
termasuk hak-hak masyarakat adat dalam sistem hukum dan
pemerintahan negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu,
perlindungan hak-hak masyarakat adat atas tanah dan sumber daya
alam adalah suatu kewajiban yang harus diemban.
Isu-isu hak masyarakat adat adalah bagian penting dalam perjuangan menuju
hukum agraria yang lebih adil, berkelanjutan, dan berkeadilan sosial di
Indonesia. Memahami hak-hak masyarakat adat dan bekerja untuk
melindunginya adalah langkah penting dalam mencapai tujuan ini.
15
Kasus Nyata Ketidaksetaraan Gender dalam Akses Tanah:
Program Pemberdayaan Perempuan Petani di Indonesia adalah salah
satu contoh upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan gender dalam akses
tanah. Program ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan petani
dengan memberikan pelatihan dan dukungan dalam pengelolaan tanah
dan sumber daya pertanian. Ini menciptakan peluang bagi perempuan
untuk berperan aktif dalam produksi dan pengambilan keputusan terkait
tanah.
Penyelesaian Ketidaksetaraan Gender dalam Akses Tanah:
Penyelesaian ketidaksetaraan gender dalam akses tanah memerlukan
tindakan konkret untuk mengakui hak perempuan atas tanah dan
sumber daya ekonomi. Ini termasuk perubahan dalam hukum dan
regulasi, pelibatan perempuan dalam proses pengambilan keputusan,
dan upaya untuk mengubah norma-norma sosial yang menghambat hak-
hak perempuan. Seiring dengan Pasal 28J Ayat (2) UUD 1945 yang
menyatakan hak setiap individu atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, ketidaksetaraan gender
dalam akses tanah harus diatasi sebagai bagian dari upaya mencapai
kesetaraan hak bagi perempuan dan laki-laki.
16
berkelanjutan mencakup aspek-aspek seperti pertanian berkelanjutan,
kehutanan berkelanjutan, dan penggunaan lahan yang ramah lingkungan.
Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan adalah
sebagai berikut:
1. Deforestasi dan Kerusakan Lingkungan: Pengelolaan sumber daya hutan
dan lahan adalah tantangan utama. Deforestasi yang berlebihan dan
kerusakan lingkungan dapat mengancam keberlanjutan ekosistem dan
berdampak negatif pada lingkungan hidup.
2. Kehutanan Berkelanjutan: Pengelolaan hutan secara berkelanjutan
adalah tantangan penting. Penebangan ilegal, konversi hutan menjadi
lahan pertanian, dan perubahan iklim dapat mengancam keberlanjutan
hutan di Indonesia.
17
kekeluargaan. Hal ini mendorong upaya untuk mengelola sumber daya
alam secara berkelanjutan dan berdasarkan prinsip-prinsip keadilan
sosial, menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan
pelestarian lingkungan.
Reformasi agraria adalah sebuah konsep yang telah lama menjadi fokus
perhatian di Indonesia. Dalam konteks sejarah Indonesia, reformasi agraria menjadi
esensial untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan dan keadilan sosial.
Konsep ini melibatkan restrukturisasi sistem kepemilikan dan pemanfaatan tanah,
dengan tujuan mencapai pemerataan akses tanah, perlindungan hak-hak pemilik
tanah, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Secara definitif,
reformasi agraria adalah sebuah upaya sistematis untuk mencapai keadilan sosial
melalui restrukturisasi hubungan agraria, distribusi tanah secara adil, dan
perlindungan hak-hak pemilik tanah. Amendemen hukum agraria di Indonesia
memiliki peran yang krusial dalam proses ini.
18
amendemen hukum agraria, pemerintah dapat menyempurnakan regulasi yang
mengatur kepemilikan tanah, mengakui hak-hak masyarakat adat, dan memastikan
perlindungan lingkungan hidup dalam konteks pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan.
Para ahli hukum agraria dan aktivis reformasi agraria telah lama mengadvokasi
perubahan dalam hukum agraria untuk mencapai tujuan reformasi agraria. Mereka
mendorong perlunya amendemen hukum agraria yang inklusif, yang mengakui hak-
hak masyarakat adat, memerangi ketidaksetaraan akses tanah, dan menjaga
keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan perlindungan lingkungan.
Amendemen hukum agraria telah menjadi alat penting dalam upaya mencapai
reformasi agraria yang lebih adil dan berkelanjutan di Indonesia. Dengan
menyempurnakan regulasi, mengakui hak-hak pemilik tanah, dan mendukung tujuan
keberlanjutan lingkungan, amendemen hukum agraria memainkan peran sentral
dalam proses transformasi agraria yang lebih adil dan berkeadilan sosial di Indonesia.
19
tanah, perlindungan terhadap hak masyarakat adat, dan pembaharuan
dalam proses sertifikasi tanah. Berikut adalah beberapa aspek penting dari
penyempurnaan hak pemilik tanah melalui amendemen hukum agraria:
Pengakuan Hak Pemilik Tanah: Amendemen hukum agraria dapat
mencakup pengakuan yang lebih kuat terhadap hak-hak pemilik
tanah. Hal ini mencakup hak untuk memiliki, menguasai, dan
mengalihkan tanah. Pengakuan hak-hak ini memberikan kepastian
hukum bagi pemilik tanah dan melindungi mereka dari ancaman
tindakan yang melanggar hak-hak tersebut.
Perlindungan Terhadap Hak Pemilik Tanah: Amendemen juga dapat
menguatkan perlindungan terhadap hak-hak pemilik tanah. Ini
mencakup perlindungan terhadap pemalsuan dokumen kepemilikan
tanah, pembebanan tanah yang tidak sah, dan ancaman atau
pelecehan terhadap pemilik tanah. Dengan penyempurnaan ini,
pemilik tanah dapat merasa lebih aman dan dilindungi oleh hukum.
Pembaruan dalam Proses Sertifikasi Tanah: Amendemen hukum
agraria dapat mencakup pembaruan dalam proses sertifikasi tanah.
Proses ini dapat disederhanakan dan dipercepat untuk
memungkinkan pemilik tanah memperoleh sertifikat kepemilikan
tanah dengan lebih mudah. Ini mengurangi birokrasi dan biaya yang
terkait dengan sertifikasi tanah.
Pemberian Kepastian Hukum: Amendemen juga dapat memberikan
lebih banyak kepastian hukum terkait hak pemilik tanah. Ini
mencakup penetapan batasan dan batas wilayah yang jelas,
memastikan tidak terjadi tumpang tindih antara hak-hak pemilik
tanah, dan memberikan jaminan terhadap hak-hak tersebut.
20
adalah salah satu komponen utama dari reformasi agraria yang bertujuan
untuk mendorong pemerataan kepemilikan tanah, mengatasi
ketidaksetaraan akses ke tanah, dan memungkinkan masyarakat untuk
menggunakan lahan secara produktif. Amendemen hukum agraria dapat
memainkan peran krusial dalam menciptakan dasar hukum yang
memungkinkan perluasan akses tanah ini terwujud. Perluasan akses tanah
ini merupakan bagian penting dari reformasi agraria di Indonesia dan dapat
mencakup berbagai aspek sebagai berikut:
Program Redistribusi Tanah: Salah satu metode yang digunakan
untuk memperluas akses masyarakat terhadap tanah adalah melalui
program redistribusi tanah. Amendemen hukum agraria dapat
memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi dan
membagikan tanah yang tidak produktif kepada masyarakat yang
membutuhkannya. Hal ini bertujuan untuk mengatasi
ketidaksetaraan kepemilikan tanah dan memberikan akses tanah
kepada mereka yang sebelumnya tidak memiliki hak atasnya.
Pengaturan Hak Sewa dan Penggunaan Lahan: Amendemen hukum
agraria juga dapat mengatur hak sewa dan penggunaan lahan. Ini
termasuk pembaharuan dalam aturan yang mengatur kontrak sewa
tanah, hak penggunaan lahan, dan hak-hak yang berkaitan dengan
penggunaan lahan. Dengan penyempurnaan ini, pemerintah dapat
memberikan akses lebih besar kepada masyarakat untuk
menggunakan dan mengelola tanah secara produktif.
Perubahan dalam Kebijakan Pemberian Izin Lahan: Amendemen
hukum agraria juga dapat mencakup perubahan dalam kebijakan
pemberian izin lahan. Hal ini dapat termasuk proses perizinan yang
lebih transparan, peninjauan ulang izin yang sudah diberikan, dan
pembatasan pemberian izin lahan kepada pihak-pihak yang benar-
benar memenuhi syarat. Dengan perubahan ini, akses masyarakat
ke lahan dapat ditingkatkan dan ketidaksetaraan akses ke tanah
dapat diatasi.
21
Penghapusan Hambatan Administratif: Amendemen hukum agraria
juga dapat mencakup langkah-langkah untuk menghapus hambatan
administratif yang mungkin menghambat akses masyarakat
terhadap tanah. Ini mencakup proses yang lebih cepat dan
sederhana dalam perolehan tanah serta pembaruan dalam proses
perizinan. Dengan mengurangi hambatan administratif, akses tanah
menjadi lebih mudah bagi masyarakat.
22
daya alam yang memiliki dampak penting terhadap iklim dan
keberlanjutan lingkungan.
Penyelarasan dengan Prinsip Keadilan Sosial: Amendemen hukum
agraria juga dapat mendorong penyelarasan antara pengelolaan
lahan dan prinsip keadilan sosial. Ini mencakup memastikan bahwa
penggunaan lahan memberikan manfaat yang adil bagi masyarakat
luas, menghindari eksploitasi berlebihan, dan menjaga hak-hak
masyarakat atas sumber daya alam.
Mendorong Penggunaan Energi Hijau dan Ramah Lingkungan:
Amendemen hukum agraria juga dapat mendukung penggunaan
lahan untuk pengembangan energi hijau dan ramah lingkungan,
seperti pembangkit listrik tenaga surya atau pengelolaan lahan
untuk pertanian organik. Hal ini menciptakan landasan hukum untuk
mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan ekonomi.
23
Peningkatan Pengawasan: Amendemen hukum agraria juga dapat
mencakup peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan
reformasi agraria. Ini mencakup pembentukan lembaga-lembaga
pengawas yang independen, penyediaan sarana pengaduan
masyarakat, dan transparansi dalam pelaporan pelaksanaan
reformasi agraria. Peningkatan pengawasan ini bertujuan untuk
memastikan bahwa program-program reformasi agraria berjalan
dengan baik.
Perbaikan Perencanaan dan Pelaksanaan Kebijakan: Amendemen
hukum agraria juga dapat mencakup perbaikan dalam perencanaan
dan pelaksanaan kebijakan agraria. Ini mencakup proses
perencanaan yang lebih partisipatif, memasukkan masukan dari
berbagai pemangku kepentingan, serta memastikan bahwa
kebijakan-kebijakan tersebut berada dalam konteks pembangunan
yang berkelanjutan.
Pengakuan dan Perlindungan Terhadap Hak Masyarakat Adat:
Penguatan reformasi agraria juga dapat mencakup pengakuan yang
lebih kuat terhadap hak-hak masyarakat adat. Ini mencakup
perlindungan hak-hak tradisional masyarakat adat atas tanah dan
sumber daya alam, serta peningkatan kerja sama dengan
masyarakat adat dalam implementasi program reformasi agraria.
24
Tinjauan pada pasal-pasal kunci dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 mengungkapkan komitmen Negara dalam
meningkatkan perlindungan hak pemilik tanah, mengakui hak masyarakat adat, dan
memastikan keadilan sosial. Melalui penjelasan pasal-pasal tersebut, kita dapat
memahami upaya pemerintah dalam memperkuat perlindungan hak pemilik tanah,
mengakui hak masyarakat adat, dan mencapai keadilan sosial dalam penyelesaian
konflik agraria. Dalam menghadapi situasi yang semakin kompleks ini, pemahaman
mendalam tentang hukum agraria menjadi sangat penting untuk mencapai
keseimbangan antara hak-hak individu dan kepentingan umum dalam pembangunan
berkelanjutan.
Dalam konteks yang terus berubah dan berkembang ini, makalah ini akan
membahas bagaimana hukum agraria di Indonesia berperan dalam mengatasi konflik
agraria dengan fokus pada peningkatan perlindungan hak pemilik tanah, pengakuan
hak masyarakat adat, dan penerapan keadilan sosial. Beberapa aspek penting yang
mencerminkan kondisi terkini hukum agraria di Indonesia adalah sebagai berikut:
25
B. Pengakuan Hak Masyarakat Adat:
Pengakuan hak masyarakat adat adalah isu penting dalam konteks hukum
agraria di Indonesia, khususnya dalam upaya mewujudkan keadilan sosial dan
perlindungan hak-hak kelompok masyarakat adat. Masyarakat adat di
Indonesia adalah kelompok masyarakat yang secara historis tinggal dan
mengelola wilayah tertentu, seringkali dengan sistem sosial, budaya, dan
hukum tradisional yang kuat. Pengakuan hak masyarakat adat mencakup
sejumlah elemen penting:
1. Pengakuan Hak Atas Tanah dan Sumber Daya Alam: Masyarakat adat
seringkali memiliki kaitan yang mendalam dengan tanah, hutan, dan
sumber daya alam lokal. Pengakuan hak masyarakat adat mencakup hak
atas tanah dan hak untuk mengelola serta menggunakan sumber daya
alam dengan cara yang berkelanjutan.
2. Perlindungan Budaya dan Tradisi: Pengakuan hak masyarakat adat
melibatkan perlindungan dan penghormatan terhadap budaya, adat, dan
tradisi mereka. Hal ini mencakup hak untuk menjalankan praktik-praktik
budaya, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi
komunitas mereka, dan memelihara pengetahuan tradisional.
3. Kepemilikan Bersama: Hak masyarakat adat seringkali diakui sebagai
kepemilikan bersama atas tanah dan sumber daya alam yang digunakan
oleh seluruh komunitas. Ini berbeda dengan hak individu dan memastikan
penggunaan sumber daya yang adil dan berkelanjutan untuk masyarakat
adat.
4. Konsultasi dan Partisipasi: Pengakuan hak masyarakat adat mencakup hak
untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
tanah, sumber daya alam, dan proyek-proyek pembangunan yang dapat
memengaruhi mereka. Ini melibatkan konsultasi yang baik dan transparan.
5. Perlindungan dari Penggusuran: Masyarakat adat sering kali rentan
terhadap penggusuran tanpa kompensasi yang adil. Pengakuan hak
masyarakat adat memastikan perlindungan hukum yang memadai
terhadap penggusuran dan hak atas kompensasi yang adil.
26
6. Kepatuhan Internasional: Indonesia adalah pihak dalam berbagai
perjanjian internasional yang mengakui hak-hak masyarakat adat, seperti
Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (UNDRIP). Oleh karena
itu, pengakuan hak masyarakat adat mencakup kepemilikan terhadap
komitmen internasional ini.
27
3. Pembagian Tanah yang Adil: Pemerintah dapat berperan dalam
memastikan bahwa pembagian tanah dan sumber daya alam dilakukan
secara adil. Ini termasuk menghindari akumulasi besar-besaran tanah oleh
segelintir pihak dan memastikan akses yang setara ke sumber daya bagi
masyarakat yang membutuhkannya.
4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat: Upaya untuk meningkatkan keadilan
sosial juga mencakup pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama yang
berada di sektor pertanian dan perdesaan. Pemerintah dapat memberikan
dukungan, pelatihan, dan akses ke sumber daya yang diperlukan agar
masyarakat mampu meningkatkan pendapatannya.
5. Pengentasan Kemiskinan: Peningkatan keadilan sosial sejalan dengan
upaya pengentasan kemiskinan. Melalui redistribusi sumber daya, termasuk
tanah, ke kelompok masyarakat yang lebih miskin, pemerintah dapat
memperbaiki kondisi ekonomi dan kesejahteraan mereka.
6. Pemberdayaan Perempuan: Pemerintah juga perlu memperhatikan
keadilan gender dalam isu-isu hukum agraria. Ini mencakup memberikan
perempuan akses yang setara ke tanah dan sumber daya, serta
mendukung peran perempuan dalam pengambilan keputusan terkait
pertanian dan tanah.
7. Keadilan Hukum: Pemerintah juga harus memastikan bahwa sistem
peradilan di Indonesia berfungsi dengan baik dan memberikan akses yang
setara bagi semua pihak dalam menyelesaikan konflik agraria. Keadilan
hukum adalah fondasi penting untuk mencapai keadilan sosial.
D. Konflik Lahan:
Konflik lahan masih menjadi isu serius di Indonesia, terutama dalam konteks
perubahan penggunaan lahan, pertanahan, dan pengembangan infrastruktur.
Pemerintah terus berupaya untuk mengatasi konflik lahan dengan
menggandeng pemangku kepentingan, mediasi, dan pembaruan dalam regulasi
yang mengatur penyelesaian konflik. Salah satu contoh dari konflik agraria yang
terjadi di Indonesia saat ini adalah Kasus Pulau Rempang, sebuah pulau
yang ada di Batam, Kepulauan Riau, di mana saat ini terdapat perselisihan
28
terkait dengan hak pengelolaan tanah dan konflik antara hak-hak pemilik tanah
tradisional dan kepentingan proyek pembangunan. Konflik agraria di Pulau
Rempang, Batam, Kepulauan Riau ini merupakan sebuah contoh nyata dari
masalah yang tengah dihadapi dalam hukum agraria di Indonesia. Kondisi ini
menunjukkan sejumlah permasalahan dalam administrasi tanah, pelaksanaan
proyek strategis nasional (PSN), serta perlindungan hak-hak masyarakat.
Pembahasan berikut akan merinci berbagai aspek yang relevan dengan situasi
tersebut:
29
3. Konflik Antara Hak Masyarakat dan Hak Guna Usaha (HGU) PSN:
Konflik agraria di Pulau Rempang berakar pada ketidaksepakatan antara
hak masyarakat setempat untuk tinggal di tanah tersebut, yang dianggap
sah berdasarkan keputusan pemerintah, dan hak guna usaha (HGU) yang
diberikan untuk PSN sejak tahun 2001. Kondisi ini menjadi semakin rumit
ketika investor masuk pada tahun 2022 dan tanah yang telah ditempati
oleh masyarakat selama ini ternyata sudah dimanfaatkan oleh pihak lain.
30
Keadilan Sosial: Prinsip-prinsip keadilan sosial dan kepentingan
masyarakat harus menjadi dasar dalam menentukan langkah-
langkah penyelesaian. Penghormatan hak-hak dasar masyarakat
dan pemenuhan hak atas tempat tinggal yang layak adalah hal yang
sangat penting.
6. Harapan untuk Masa Depan:
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berharap agar
komitmen pemerintah dalam memperbaiki pelaksanaan Proyek Rempang
Eco City dapat diwujudkan dalam kebijakan yang transparan dan
melibatkan masyarakat yang terdampak.
7. Kesimpulan:
Konflik agraria di Pulau Rempang menjadi ilustrasi kasus yang memerlukan
perbaikan dalam administrasi tanah, pelibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan, koordinasi antar-kementerian, dan penekanan
pada prinsip-prinsip keadilan sosial. Kasus ini juga menunjukkan
kompleksitas permasalahan hukum agraria di Indonesia yang masih
memerlukan perhatian serius dan tindakan nyata untuk menemukan solusi
yang adil dan berkelanjutan.
31
BAB III
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
Saleh, R. (2010). Pengelolaan Sumber Daya Alam Pertanian dalam Perspektif Sejarah
Hukum Agraria di Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 40(1), 69-91.
(link: https://jurnal.ugm.ac.id/jhp/article/view/10519)
Mahmudi, A., & Budidarsono, S. (2016). Peran Kepentingan dalam Konflik Lahan
Pertanian di Kawasan Lindung Kali Anget. Jurnal Agribisnis Indonesia, 4(2),
97-108. (link: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai/article/view/11876/9615)
Rudianto, Y. (2018). Konflik Lahan Kasus Sumber Waras di Jakarta: Studi Tentang
Pembentukan Identitas Masyarakat Dalam Konteks Penggusuran . (link:
http://repository.upi.edu/23413/1/S_SOS_1305962_Title.pdf)
33
Elfrida, E., & Lekaladiti, L. M. (2020). Tanggung Jawab Negara dalam Menyediakan
Sumberdaya Lahan Bagi Masyarakat Adat dan Implikasinya Terhadap
Perlindungan Hukum atas Hak-Hak Masyarakat Adat di Papua. (link:
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/dlr/article/view/8705)
Pong, F. (2018). Sustainable Land Use and the Case of Central Kalimantan Province,
Indonesia. (link: https://www.mdpi.com/2504-7075/2/6/52)
Peluso, N. L., & Lund, C. (2011). New Frontiers of Land Control: Introduction. The
Journal of Peasant Studies, 38(4), 667-681.
Setyowati, A. B., & Savitri, E. S. (2018). The Analysis of Land Dispute Resolution
through Mediation in Indonesia. International Journal of Advanced Research
in Law and Social Science, 3(2), 7-13. (link: http://ijarlss.com/wp-
content/uploads/2019/09/1482.pdf)
Forest Peoples Programme. (2018). Oil Palm Expansion in South East Asia: Trends,
Implications, and Opportunities for Indigenous Peoples and Local
Communities.
Forest Peoples Programme. (2021). Securing Indigenous and Community Land Rights:
A Guide to Legal Reform and Best Practices.
Deere, C. D., & Doss, C. R. (2006). The Gender Asset Gap: What Do We Know and
Why Does It Matter?. (link: https://www.jstor.org/stable/40066540)
Meinzen-Dick, R., Behrman, J., & Quisumbing, A. R. (2011). The Gender Implications
of Large-Scale Land Deals. (link: https://www.ifpri.org/publication/gender-
implications-large-scale-land-deals)
Margono, B. A., Potapov, P. V., Turubanova, S., Stolle, F., & Hansen, M. C. (2014).
Primary Forests in Indonesia: Status, threats, and implications for policy . (link:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0006320714001231)
34
McCarthy, J. F., & Zen, Z. (2018). The political ecology of illegal logging in Indonesia:
Challenge for theory and practice.
Boedhihartono, A. K., Endamana, D., Ruiz-Perez, M., & Nzeté, J. P. (2007). Local
ecological knowledge and management of Dipterocarps: Are they still relevant
for forest conservation and management in Kalimantan, Indonesia? . (link:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378112707000903)
Firdaus, R. M., & Wahyudi, S. (2018). The Land Administration Reform in Indonesia:
An Historical Perspective.
Manurung, R., & Kaban, R. (2018). Land Rights Protection in North Sumatra and East
Java, Indonesia. (link: https://www.atlantis-press.com/article/55906294.pdf)
Widayat, A. (2017). Land Tenure and Tenure Relations in Rural Areas: Case Studies
of Customary Communities and Private Enterprises in the Dry Land Farming
Area in Nusa Tenggara Timur Province, Indonesia. (link:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jipi/article/view/16698)
Purwoko, A., & Yudomo, E. (2019). Land Governance and Social Forestry in Indonesia:
Critical Issues and Options.
Obidzinski, K., Dermawan, A., Puntodewo, A., & Andrianto, A. (2012). Environmental
and social impacts of oil palm plantations and their implications for biofuel
production in Indonesia.
Afiff, S. (2017). The politics of forest exploitation: A district level analysis of the
political ecology of forest exploitation in Kapuas Hulu, West Kalimantan,
Indonesia. (link: https://link.springer.com/article/10.1007/s10460-017-9780-
2)
35
Nugraha, A., Lismantara, B., & Widiastuti, M. (2017). Indonesia’s Strategy to Develop
the Green Economy. (link: https://www.mdpi.com/1996-1073/10/8/1109)
Mufakhir, F., & Alim, S. (2017). Local Regulation on Land in Indonesia: What Role
Does It Play in Ensuring Sustainable Land Use?
Indonesian Institute for Forest and Environment. (2020). Customary Communities and
Land Rights in Indonesia: Advances and Challenges in Legal Recognition and
Sustainable Management.
Wiradinata, N., & Kristiyanto. (2020). Land Policy and Governance: Legal Reform in
Indonesia.
Prabowo, D., Indriatmoko, Y., & Mufti, T. (2018). The Role of Land Dispute Mediation
as an Alternative Dispute Resolution to the Land Court in Indonesia . (link:
https://knepublishing.com/index.php/KnE-Social/article/view/2225)
Fazri Maulana (2023). umj.ac.id - Konflik Rempang: Benarkah Mereka Warga Liar?
(link: https://umj.ac.id/opini-1/konflik-rempang-benarkah-mereka-warga-
liar/)
Tria Noviantika (2023). law.ugm.ac.id - Hak Atas Pembangunan: Refleksi dari Konflik
Agraria Rempang dan Proyek Strategis Nasional (PSN). (link:
https://law.ugm.ac.id/hak-atas-pembangunan-refleksi-dari-konflik-agraria-
rempang-dan-proyek-strategis-nasional-psn/)
36