Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SOSIOLOGI PEDESAAN

“PERAN DAN ARTI TANAH BAGI MASYARAKAT DESA”

Dosen Pengampu:
Dra. Fachrina M.SI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
NISA ANANDA PAJRI 1910813017
BRIAN TARUNA 1910812013
DILMA MILANGI HARPI 1910813019
SYOFIANTO PUTRA GULO 1910811009
NADITO GIOVANO 1910812031

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah melimpahkan rahmatNya
berupa ilmu pengetahuan dan kesempatan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Sosiologi
Pedesaam, Ibuk Dra. Fachrina, M.Si yang telah membantu dalam membimbing kami
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Makalah ini memuat tentang “Peran
dan Arti Penting Tanah bagi Masyarakat Desa”. Tema yang dibahas dalam makalah ini
sengaja dipilih oleh dosen kami agar kami bisa membahas lebih dalam lagi tentang materi ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kekurangan serta kesalahan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, kami ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat

Pasaman, 15 februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II ISI ..................................................................................................................... 3

2.1 Peran dan Arti Tanah bagi Desa Penduduk Padat ................................................. 4

2.2 Peran dan Arti Tanah bagi Desa penduduk Jarang ............................................... 6

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 8

3.2 Saran.................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting karena
tanah merupakan sumber dari kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Disisi lain, bagi
Negara dan pembangunan, tanah juga menjadi modal dasar bagi penyelenggaraan kehidupan
bernegara dalam rangka integritas Negara Kesatuan Republik Indonesian (selanjutnya disebut
sebagai NKRI) dan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mengingat
susunan kehidupan dan pola masyarakat pada perekonomian, maka sebagai masyarakat
Indonesia sangat bercorak agraria, dalam kebutuhan akan tanah sangat penting untuk
kelangsungan masyarakat khususnya dalam hal bercocok tanam. Tanah bagi kehidupan
manusia mengandung makna yang multi dimensional. Pertama, dari sisi ekonomi tanah
merupakan sarana produksi yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Kedua, secara politis
tanah dapat menguntungkan posisi seseorang dalam pengambilan keputusan masyarakat.
Ketiga, sebagai kapital budaya yang menentukan tinggi rendahnya status sosial pemiliknya.
Keempat, tanah bermakna sakral karena pada akhir hayat setiap orang akan kembali kepada
tanah.1 Untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat diatur dalam pasal 33 ayat
(3) Undang-Undang Dasar 1945.

Aspek penguasaan tanah merupakan bagian yang sangat esensial dalam keseluruhan
sistem agraria yang berlaku, karena akan menentukan tingkat dan distribusi kesejahteraan
masyarakat di dalamnya. Demikian pula untuk sektor pertanian, karena faktor penguasaan
tanah menjadi penentu kegiatan usahatani serta termasuk distribusi hasilnya di antara
pelakunya. Fenomena tingginya alih fungsi lahan dan lahan terlantar di Indonesia merupakan
dampak dari sistem penguasaan menurut hukum negara yang sangat menjunjung tinggi
kepemilikan pribadi (privat) karena dijiwai sistem ekonomi kapitalis. Hak milik tanah
merupakan hak penguasaan tanah yang paling kuat menurut hukum. Hal tersebut membawa
konsekuensi adanya hak gadai, hak sewa, sakap adalah hak penguasaan atas tanah yang
bersifat sementara.

Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan tanah muncul dan dialami seluruh lapisan
masyarakat. Masalah pertanahan merupakan suatu permasalahan cukup rumit dan sensitif
sekali sifatnya, karena menyangkut berbagai aspek kehidupan baik bersifat sosial, ekonomi,

1
politis, psikologis dan lain sebagainya, sehingga dalam penyelesaian masalah tanah bukan
hanya memperhatikan aspek yuridis akan tetapi juga memperhatikan aspek kehidupan lainnya
agar persoalan tersebut tidak berkembang menjadi suatu keresahan yang dapat mengganggu
stabilitas masyarakat. Sengketa tanah juga yang sering timbul dalam kehidupan masyarakat
antara lain disebabkan adanya perebutan hak atas tanah yang mengakibatkan rusaknya
kehormatan hubungan sosial. Di dalam masyarakat hukum adat sering terjadi 5 sengketa
mengenai tanah-tanah adat termasuk tanah ulayat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja peran dan arti tanah bagi desa penduduk padat?
2. Apa saja peran dan arti tanah bagi desa penduduk jarang?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui peran dan arti tanah bagi desa penduduk padat
2. Dapat mengetahui peran dan arti tanah bagi desa penduduk jarang

2
BAB II

ISI

Bagi masyarakat desa, terutama desa pertanian(dominan) tanah sangat penting bagi
kehidupan mereka. Hubungan manusia denganbtanah ini mencangkup sejumlah bentuk dari
sifat hubungan. Berkaitan dengan pembagian dan penggunaan tanah(land division dan land
use), pemikiran serta bentuk penguasaan tanah (land tenure) dan bentuk luas sempitnya
penguasaan tanah (size of land holding). Perubahan penggunaan lahan terjadi karena adanya
pertambahan penduduk dan adanya perkembangan tuntutan hidup, kebutuhan rumah, yang
membutuhkan ruang sebagai wadah semakin meningkat. Gerakan penduduk yang terbalik
yaitu dari kota ke daerah pinggiran kota termasuk wilayah desa, daerah pinggiran kota
sebagai daerah yang memiliki ruang relatif masih luas ini memiliki daya tarik bagi penduduk
dalam memperoleh tempat tinggal. Kepadatan penduduk secara umum 2 dapat diartikan
sebagai perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas tanah yang didiami dalam satuan
luas. Kepadatan penduduk oleh faktor-faktor topografi, iklim, tata air, aksesibilitas dan
ketersediaan fasilitas hidup.

Fenomena lainnya yang sangat penting dalam hubungan orang dengan tanahnya
terlihat dalam konsep pemilikan dan penguasaan tanah( Land Tenure = LT). LT menurut
Smith dan Zof adalah hak hak yang dimiliki seseorang atas tanah, yakni hak sah untuk
menggunakannya, mengolahnya, menjualnya dan memanfaatkan bagian bagian tertentu dari
permukaan tanahnya itu.

Pokok pembicaraan LT menurut Smith dan Zof (1970) terutama berpangkal pada dua
hal, yakni :

 Sifat dari hak hak atas kekayaan tanah beserta cara dalam mana sifat itu tercipta
 Klasifikasi dari mereka yang terlibat dalam proses pertanian berdasar sistem LT yang
ada.

Latar belakang historis indonesia, Sebelum Indonesia merdeka, terdapat banyak sekali
daerah yang memiliki adat istiadat atau tradisi tersendiri dan bahkan pemerintahan tersendiri
(kerajaan besar dan kecil, tribal atau bentuk lainnya). Wilayah hukum adat ini yang kemudian
dikaitkan dengan jumlah suku bangsa Indonesia , termasuk juga dengan hubungan antara
masyarakat desa dengan tanahnya. Terlebih waktu itu kondisi geografik masih sangat berat
disertai belum hadirnya teknologi modern, sehingga terjadilah isolasi phisik antara daerah

3
satu dengan yang lainnya. Maka ketika Indonesia merdeka, mulai lah ada penetapan
peraturan perundangan yang mengatur tata milik dan tata guna tanah secara nasional,
terjadilah sejumlah masalah yang bersumber pada pembenturan antara ketentuan legal formal
itu dan ketentuab adat setempat. Contoh perbenturan semacam ini terjadi antara pemegang
HPH (hak pengusahaan hutan) dan penduduk setempat (petani ladang berpindah), antara
pelbagai proyek pembangunan pemerintah (industri) dan produk setempat (kasus
penggusuran) dan lainnya.

Sebenarnya masalah perbenturan yang bersumber pada adanya dualisme antara


hukum adat dan hukum nasional ini telah ada sejak jaman kolonial Belanda (antara hukum
adat dengan hukum barat). Salah satu pertimbangan ditetapkannya Undang Undang Nomor 5
Tahun 1960, yakni Undang Undang Pokok Agraria (UUPA) ditegaskan bahwa “hak ulayat
diakui keberadaannya, tetapi tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum atau
negara”.

Di Indonesia, masalah LT lebih dirasakan kehadirannya dibanding dengan


permasalahan LD. Masalah LT ini lebih terliat pada masyarakat tani sawah, dan tidak begitu
terlihat pada petani ladang (berpindah) atau pekebun. Luas areal pertanian sawah memang
jauh lebih sempit dibandingkan areal perladangan, sehingga memberi kesan (minoritas)

2.1 Peran dan Arti Tanah bagi Desa Penduduk Padat

Desa berpenduduk padat merupakan desa yang jumlah penduduk banyak, mencapai
lebih dari 3.200 jiwa. Desa ini biasanya dekat dengan kota.

1. Pembagian dan penggunaan tanah

Desa berpenduduk padat merupakan desa pertanian yang lebih maju, yang telah
menggunakan mesin atau teknologi pertanian modern, usaha taninya bersifat komersial,
masyarakatnya transparan, mobilitas tinggi, dan menjadikan tanah sebagai kekayaan
perorangan, maka LU dan LD nya memiliki bentuk serta peranan yang sangat jelas. Dalam
masyarakat desa ini, terdapat pola pembagian tanah diantara penduduk dan kepentingan
umum (seperti untuk jalan, jembatan, bangunan dll), disamping pola penggunaan nya.

4
2. Pemilikan serta bentuk penguasaan tanah (LT)

Menurut Smith dan Zat, LT adalah hal-hal yang di miliki seseorang atas tanah yg
yakni hak sah untuk menggunakan nya, mengelolanya, menjual dan memanfaatkan bagian-
bagian tertentu dari permukaan tanah itu.

Pada penduduk desa yang padat, jumlah penduduknya tentu meledak dan mulai
berkembangkegian diluar sektor pertanian (industri, pembangunan,proyek) sehingga muncul
yang namanya "lapor tanah". Jadi penggunaan tanah untuk sektor pertanian semakin sedikit
sehingga terdapat petani yang tidak mempunyai tanah, karena hal ini muncul yang namanya
two class system yaitu pemilikan tanah yang tidak sama atau bahkan timpang (adanya tuan
tanah dan petani penggarap)

Berdasarkan pola pemilikan tanah tersebut, maka kaum petani dapat digolongkan menjadi :

1. Pemilik – penggarap – murni : petani yang hanya menggarap tanah miliknya sendiri
2. Penyewa dan penyakap murni : mereka yang tidak mempunyai tanah tetapi menguasai
tanah garapan melalui sewa atau bagi hasil
3. Pemilik penyewa / pemilik penyakap : petani yang disamping menggarap tanahnya
sendiri juga menggarap tanah orang lain lewat persewaan atau bagi hasil
4. Pemilik bukan penggarap : bila tanah miliknya disewakan atau disiapkan kepada
orang lain (penyakap, penggarap, atau buruh tani)
5. Petani tunakisma atau buruh tani

Fenomena LT juga memunculkan hal hal berikut :

 Persewaan

Suatu bentuk ikatan ekonomi antara pemilik tanah dengan penyewa (pemilik uang),
dalam mana si pemilik tanah menyerahkan hak guna tanahnya kepada penyewa, sedang si
penyewa menyerahkan sejumlah uang untuk jangka waktu tertentu

 Pergadaian

Suatu bentuk ikatan ekonomi antara pemilik tanah dengan pihak lain, dalam mana si
pemilik tanah menyerahkan hak guna tanahnya kepada pihak lain itu. Pihak lain memberikan
sejumlah uang sesuai dengan kesepakatan mereka

5
 Penyakapan (sistem bagi hasil)

Suatu bentuk ikatan ekonomi – sosial, dalam mana si pemilik tanah menyerahkan
tanahnya untuk digarap penyakap dengan persyaratan yang disetujui bersama

 Tebasan

Suatu bentuk transaksi pengalihan hak guna, dalam mana tanaman yang telah siap
panen dijual kepada pihak lain

 Ijon

Suatu bentuk transaksi dalam pemilik tanaman menjual tanamannya kepada pihak lain
tatkala tanaman itu masih jauh dari usia panen (awal proses pembuahan)

2.2 Tanah pada Desa Penduduk Jarang

Desa penduduk jarang merupakan desa yang jumlah penduduknya sedikit :

1. Pembagian dan Penggunaan Tanah (LD dan LU)

Desa penduduk jarang dikenal dengan desa yang masyarakatnya masih bersahaja atau
tradisional, belum komersial, tekhnologinyamasih sederhana, terisolasi, dan tingkat
kebutuhan yang sangat bersahaja, sehingga LD dan LU nya tidak begitu terlihat bentuk
maupun peranannya

2. Pemilikan serta Bentuk Penguasaan Tanah (LT)

Pada desa penduduk jarang umunya tercipta sistem kepemilikan tanah yang bersifat
kolektif (tanah desa, hak ulayat) yang diatur dan ditata berdasarkan adat istiadat. Karena
jumlah penduduknya masih sedikit, maka belum memunculkan masalah berupa “lapar tanah”.
Pemilikan tanah pada desa ini rata rata juga sama (one class system) antara satu petani
dengan petani lainnya.

Pola Pertanian yang biasa digunakan ialah : Pertanian berpindah, yaitu sistem
pertanian yang dilakukan dengan membuka sebagian hutan untuk bertani dengan cara tebang
bakar. Tanah yang telah rata ditanami dengan alat yang masih sederhana. Hasil pertama
umumnya baik, tetapi setelah ditanami dua tiga kali, hasilnya semakin berkurang. Kemudian,
lahan tersebut ditinggalkan dan petani membuka bagian hutan lain untuk ditanami dengan

6
cara yang sama. Proses ini dilakukan berulang-ulang, sehingga pada suatu waktu, petani
tersebut akan kembali ke hutan pertama yang dulu telah ditinggalkan. Lahan yang dulu
ditinggalkan telah tumbuh menjadi hutan kembali (hutan sekunder) dan petani membukanya
lagi untuk pertanian. Cara inilah yang disebut pertanian berpindah atau shifting cultivation.

Lahan yang telah digunakan untuk pertanian berpindah ini sebaiknya diistirahatkan
dalam waktu yang lama agar hutan pulih kembali. Apabila waktu istirahat pendek,
kesempatan menjadi hutan kembali menjadi berkurang, sehingga jika digunakan untuk
perladangan lagi, hasilnya semakin menurun. Lahan tersebut hanya ditumbuhi alang-alang,
sedangkan tumbuhan lain tidak dapat tumbuh, sehingga terjadi lautan alang-alang. Seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk, siklus kembalinya ke hutan yang pertama semakin
pendek. Oleh karena itu, untuk melestarikan lahan, pertanian berpindah hanya dapat
dilakukan dengan syarat: a. lahan masih luas; b. penduduk masih jarang; c. pemilikan lahan
secara bersama (milik desa). Apabila penduduk sudah semakin padat, agar sumber daya lahan
tidak rusak, pertanian berpindah berangsur harus diubah menjadi pertanian menetap yang
lebih maju.

Desa ini bersifat sedenter, artinya ada kelompok (keluarga) tertentu yang bermukim
secara menetap di sana. Permukiman ini umumnya masih bersifat tradisional, artinya, sumber
kehidupan utama warganya masih berkaitan erat dengan usaha tani, termasuk meramu hasil
hutan dan berternak yang dibarengi dengan pemeliharaan ikan di tambak-tambak kecil secara
tradisional. Jenis usaha tani cenderung bersifat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Teknologi pertanian yang digunakan masih rendah karena tenaga hewan dan manusia
merupakan sumber utama energi teknologi usaha taninya. Hubungan antarpersonal dan/atau
kelompok (masyarakat) sering didasarkan dan diikat atas adat-istiadat yang ketat.
Pengendalian atau pengawasan sosial (social control) dilaksanakan atas dasar
kekeluargaan.Pelbagai bentuk hubungan antara masyarakat desa dan tanah di Indonesia,
ternyata bukan saja dapat menggambarkan pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa
secara statis, tetapi juga dapat dijadikan indikator dari perubahan yang sedang terjadi sebagai
akibat semakin merasuknya sistem ekonomi uang (kapitalisme modern).

7
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bagi masyarakat desa, terutama desa pertanian(dominan) tanah sangat penting bagi
kehidupan mereka. Hubungan manusia denganbtanah ini mencangkup sejumlah bentuk dari
sifat hubungan. Berkaitan dengan pembagian dan penggunaan tanah(land division dan land
use), pemikiran serta bentuk penguasaan tanah (land tenure) dan bentuk luas sempitnya
penguasaan tanah (size of land holding).Tanah bagi desa dengan penduduk padat sudah
sangat berharga, karena banyaknya penduduk mereka yang otomatis akan membutuhkan
lahan yang banyak, baik itu untuk pertanian sebagai mata pencaharian dominan penduduk
desa maupun untuk lahan tempat tinggal bagi mereka. Dalam penduduk padat tanah mulai
sulit didapat dan dianggap berharga karena mereka sangat membutuhkan tanah sebagai
sarana untuk melanjutkan kehidupan baik itu untuk mencari nafkah maupun untuk tempat
tinggal. Tanah pada desa dengn penduduk jarang, desa dengan penduduk jarang akan
menyediakan banyak lahan tanah karena sedikitnya jumlah org yang bisa atau melakukan
pemanfaatan terhadap tanah tersebut. Tanah belum menjadi sesuatu yang begitu berharga dan
masih berada pada harga yang relatif murah serta tanah itu masih mudah untuk didapatkan.
Namun satu waktu ketika desa itu berkembang dan memiliki penduduk padat akan terjadi
kelangkaan lahan dan harga lahan tanah yang mahal.

3.2 Saran

Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta kritik yang
membangun dari para pembaca.

8
DAFTAR ISI

Rahardjo.1999.Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian.Yogyakarta:Gajah Mada


University Press

Jamaludin, Adon Nasrullah. 2015. Sosiologi Pedesaan. Bandung: CV Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai