Oleh :
Kelompok
I
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANJI
SAKTI SINGARAJA 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Akibat
Hukum dari Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di
Kabupaten Buleleng” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini kami buat
untuk melengkapi tugas kuliah di jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Panji Sakti. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan
dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Singaraja,..............2022
Pemakalah
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Buleleng. Dengan begitu, Buleleng adalah kabupaten yang terluas wilayahnya di
antara kabupaten lain di Bali. Batas pegunungan yang membujur timur-barat
sepanjang pertengahan Bali termasuk ke dalam wilayah Buleleng. Buleleng adalah
wilayah yang lengkap memiliki gunung, daratan, dan laut utara Pulau Bali. Kendati
memiliki wilayah yang terluas di Bali, sebagian wilayah Buleleng adalah daerah
kering terutama di daerah pegunungan Buleleng Barat dan Buleleng Timur.
Kabupaten Buleleng merupakan salah satu kabupaten yang memiliki lahan
pertanian yang cukup luas.
Namun dewasa ini lahan pertanian di Kabupaten Buleleng, khususnya di
Kabupaten Buleleng telah mengalami banyak perubahan (alih fungsi lahan) yang
ditandai dengan semakin menyempitnya lahan pertanian dan semakin berkembang
pesatnya pembangunan perumahan. Alih fungsi lahan pertanian merupakan
ancaman terhadap pencapaian ketahanan pangan menuju kedaulatan pangan. Alih
fungsi lahan mempunyai implikasi yang serius terhadap produksi pangan,
lingkungan fisik serta kesejahteraan masyarakat pertanian dan perdesaan yang
kehidupannya tergantung pada lahannya. Alih fungsi lahan pertanian subur yang
selama ini terjadi kurang diimbangi dengan upaya-upaya secara terpadu dalam
pengembangan lahan pertanian melalui pencetakan lahan pertanian baru yang
potensial. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan merupakan salah satu produk hukum yang
ditujukan untuk menjaga ketersediaan lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat. Namun pada kenyataannya lahan pertanian yang dilindungi
oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009, banyak yang dialih fungsikan
menjadi lahan perumahan, karena itu terdapat kesenjangan antara das solen dengan
das sein.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan pokok dari Makalah
ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Alih Fungsi terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan?
2. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian pangan
berkelanjutan di Kabupaten Buleleng?
2
3. Bagaimana upaya dari Pemerintah di Kabupaten Buleleng dalam mengantisipasi
alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan?
4. Apa akibat hukum yang ditimbulkan dari alih fungsi lahan pertanian pangan
berkelanjutan di Kabupaten Buleleng?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian
pangan berkelanjutan di Kabupaten Buleleng Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Buleleng.
2. Mengetahui upaya dari Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam mengantisipasi
alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan.
3. Mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dari alih fungsi lahan pertanian
pangan berkelanjutan di Kabupaten Buleleng
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Bagi pemerintah
Meningkatkan upaya-upaya dalam mengantisipasi terjadinya alih fungsi atas
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
2. Bagi Masyarakat
Mendapatkan pengetahuan/ilmu mengenai akibat hukum yang dapat ditimbulkan
dari perbuatan melakukan alih fungsi atas Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui secara detail mengenai akibat hukum yang dapat ditimbulkan
dari perbuatan melakukan alih fungsi atas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
melalui penggalian informasi baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Pangan Berkelanjutan disebutkan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
selanjutnya disingkat LP2B adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk
dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok
bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. Tahun 2011 tentang Penetapan Dan
Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan disebutkan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan berada di dalam Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan
di luar Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan berada pada kawasan perdesaan dan/atau pada kawasan perkotaan di
wilayah kabupaten/kota. Lahan yang dapat ditetapkan menjadi Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan harus memenuhi beberapa kriteria yaitu berada pada kesatuan
hamparan lahan yang mendukung produktivitas dan efisiensi produksi ditentukan
dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan sosial budaya masyarakat, memiliki
potensi teknis dan kesesuaian lahan yang sangat sesuai, sesuai, atau agak sesuai untuk
peruntukan pertanian pangan, didukung infrastruktur dasar, telah dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian pangan.
2.3 Pengertian Alih Fungsi
Menurut Kustiawan (1997) konversi lahan berarti alih fungsi atau mutasinya
lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya
lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya.
Menurut Lestari (2009) Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai
konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi
dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih
fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain
disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Dari kedua pendapat para ahli di atas, para pemakalah dapat menyimpulkan
bahwa pengertian dari alih fungsi lahan yaitu suatu proses perubahan fungsi lahan
atau bidang tanah dari yang semula (kondisi fakta yang ada di lapangan) menjadi
penggunaan lain.
5
BAB III
PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab III diatas, para pemakalah dapat menarik
beberapa kesimpulan yaitu :
Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah perubahan fungsi
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara. Alih fungsi lahan pertanian
merupakan ancaman terhadap pencapaian ketahanan dan kedaulatan pangan. Alih
fungsi lahan mempunyai implikasi yang serius terhadap produksi pangan,
lingkungan fisik, serta kesejahteraan masyarakat pertanian dan perdesaan yang
kehidupannya bergantung pada lahannya. Alih fungsi lahan-lahan pertanian subur
selama ini kurang diimbangi oleh upaya-upaya terpadu mengembangkan lahan
pertanian melalui pencetakan lahan pertanian baru yang potensial. Adapun faktor-
faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian ialah:
1. Faktor eksternal
2. Faktor internal
3. Faktor kebijakan
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengantisipasi alih fungsi
lahan pertanian tersebut, diantaranya:
1. Seminggu sekali mengadakan pertemuan antar petani dan selalu menghimbau
kepada petani agar selalu menjaga lahan pertaniannya, dan tidak terpengaruh
oleh developer yang sering menawarkan harga tinggi.
2. Memberikan insentif agar petani tetap menjadikan lahannya sebagai sawah
abadi serta termasuk dalam peta lahan sawah dilindungi negara yaitu dengan
perbaikan infrastruktur pertanian, pembiayaan penelitian benih dan varietas
unggul, kemudahan akses informasi dan teknologi, penyediaan prasarana dan
sarana produksi, bantuan penerbitan sertifikat tanah, penghargaan bagi petani
berprestasi, dan keringanan pajak bumi dan bangunan.
3. Membuat irigasi air pada sawah yang tadah hujan
12
4. Memberikan sanksi administrasi kepada petani yang mengalihfungsikan lahan
pertaniannya atau yang menjual lahan pertaniannya kepada developer, dalam
bentuk tidak dikeluarkannya surat persetujuan dari subak untuk menjual lahan
tersebut.
5. Memberikan sanksi denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu juta
rupiah) dalam hal ini masih bentuk pararem. Meskipun dendanya tergolong
kecil, namun bagi petani, denda tersebut membuat petani jera akan
mengalihfungsikan lahan pertaniannya
Akibat hukum yang timbul dari alih fungsi penggunaan tanah yang masuk
dalam kawasan LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) terhadap pemilik
dan penguasa lahan tersebut, bisa dikenai sanksi administrasi, sanksi pidana dan
denda sesuai dengan UU No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan LP2B yang
menyatakan bahwa:
1. Pasal 72 ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
LP2B “Orang perorangan yang melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan
berkelanjutan sebagaimana diimaksud dalam pasal 44 ayat 1 di pidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp,
1000.000.000,- ( satu miliar rupiah).”
2. Pasal 73 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan LP2B
“Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pengalihfungsian
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
4.2 Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan terkait pembahasan di atas :
1. Untuk masyarakat yang mengalihfungsikan lahan hendaknya dapat mengambil
keputusan yang matang dan memikirkan ulang untuk menjadikannya bentuk
pemanfaatan lain, misalnya dengan tetap memberikan ruang untuk lahan hijau
disekitar lokasi yang telah dialihfungsikan. Hal tersebut diharapkan agar tidak
mengganggu keseimbangan alam disekitarnya.
13
2. Untuk Pemerintah dan dinas terkait perlu melakukan pencegahan dan menjaga
laju alih fungsi lahan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi
perundang-undangan secara bertahap dan melakukan penindakan secara tegas
terhadap kegiatan alih fungsi lahan yang lemah hukum. Semua itu perlu
dilakukan, karena jika terus dibiarkan dan dianggap sebagai hal biasa, maka
dapat terus berdampak pada stabilitas nasional terkait ketersediaan pangan yang
sifatnya sangat vital.
3. Untuk Pemakalah, hendaknya penulisan makalah ini dapat lebih ditingkatkan
dengan ada pencatatan yang serius dan sistematis melalui perangkat-perangkat
atau aparatur desa mengenai kegiatan alih fungsi lahan yang terjadi. Hal tersebut
dapat mempermudah kita mengetahui seberapa besar kegiatan tersebut telah
terjadi sehingga dapat dilakukan penanggulangan yang tepat dan observatif
terhadap. Sehingga penelitian serupa harapannya dapat terus dikembangkan
khususnya yang berkaitan dengan penyebab dan dampak alih fungsi lahan, agar
diperoleh masukan dan penyelesaian masalah yang tepat bagi pemangku
kebijakan pengaturan dan pengendalian alih fungsi lahan. Sehingga kegiatan
usaha tani dan ketersidaan pangan dapat terus terjaga.
14
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi. 2010. Aspek Hukum Tanah Aset Daerah. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
Surata, I Gede. 2016. Landreform: Reformasi Hukum Agraria Bagi Petani Indonesia.
Malang: Media Nusa Ceartive
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-41-2009-perlindungan-lahan-pertanian-pangan-
berkelanjutan
https://kominfosanti.bulelengkab.go.id/informasi/detail/berita/22-cegah-alih- fungsi-
lahan-sawah-pemkab-buleleng-siapkan-perda-lp2b
https://wartabalionline.com/2021/09/06/sorot-alih-fungsi-sawah-di-camplung- dewan-
pertanyakan-perda-lp2b/
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4d46795fea065/peraturan-pemerintah-
nomor-1-tahun 2011?utm_source=website& utm_medium=kamus
15