Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH UNSUR-UNSUR DESA

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geografi Desa Kota

Dosen Pengampun :

Drs. Edy Haryono, M. Si

Disusun oleh :

1. Rizky Pratama (2113034029)

2. Bernadeta Wianda Pristiani (2113034057)

3. Sekar Ayu Mawarni (2113034059)

4. Risky Pradana Putra (2113034069)

5. Sefia Apriyani (2113034075)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadiran Allah Swt, karena atas
limpahan rahmat, karunia, serta inayah Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan
penulisan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam mudah-mudahan selalu
tercurah kepada Nabi Muhamamad SAW. Karena berkat Beliau kita bisa
menikmati indahnya ilmu pengetahuan.

Makalah ini berjudul "UNSUR-UNSUR DESA", Dengan tujuan penulisan


sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dan
juga sebagai salah satu pemenuhan tugas pada mata kuliah Geografi Desa Kota di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Geografi di
Universitas Lampung. Dari materi penulisan makalah ini tidak terlepas dari arahan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, karenanya penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bapak. Drs. Edy Haryono, M. Si, Sebagai dosen pengampu
mata kuliah Geografi Desa Kota.

Oleh sebab itu sebagai penulis berharap kepada Bapak. Drs. Edy Haryono,
M. Si, untuk bersedia memberikan penilaian baik berupa kritik, saran dan masukan
yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini dan tugas selanjutnya.

Bandar Lampung, 03 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

2.1 Definisi Desa ................................................................................................... 3


2.2 Sejarah Desa .................................................................................................... 4
2.3 Unsur-unsur Desa ............................................................................................ 6
2.4 Klasifikasi Desa .............................................................................................. 9
2.5 Fakta Menarik Desa ...................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 13


3.2 Saran ............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas


wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam Sistem Pemerintahan Indonesia (Pasal 1 ayat 12 UU No. 32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah). Desa berada tepat dibawah pemerintahan
kabupaten. Di desa sendiri para penduduknya mayoritas adalah petani, selain itu di
desa masih kental dengan adanya adat-istiadat, serta antar masyarakat satu dengan
yang lain mereka saling mengenal. Budaya gotong-royongpun masih sering
dilaksanakan di daerah pedesaan. Budaya seperti ini masih terjadi di daerah
pedesaan yang memiliki jarak relative jauh dengan kota, jarak yang jauh ini pula
memuat salah satu unsur desa yakni unsur letak, selain unsur letak, desa masih
memiliki beberapa unsur lainnya yaitu unsur daerah, penduduk, dan tata kehidupan.
Ketiga unsur desa ini tidak terlepas satu sama lain, yang berarti tidak berdiri sendiri
dan merupakan satu kesatuan yang utuh.

Kemajuan terhadap sebuah desa tergantung pada ketiga unsur desa ini, yang
dalam kenyataanya ditentukan oleh adanya faktor usaha dari manusia dan tata
geografi, suatu daerah sendiri dapat memiliki sebuah arti bagi masyarakatnya
apabila masyarakatnya pun dapat memanfaatkan daerahnya. Pemanfaatan sumber
daya serta tata kelola yang baik di desa akan sangat berarti bagi penduduknya,
namun jika pemanfaatan sumber daya tersebut kurang optimal maka akan
memberikan suatu dampak yang kurang optimal pula pada para penduduknya.
Setiap daerah pedesaan memiliki tata geografi dan dan faktor usaha yang berbeda,
sehingga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat kemakmuran serta
tingkat kemajuan penduduk pada daerah pedesaan tersebut. Daerah pedesaan yang
mayoritasnya adalah para petani memiliki berbagai hasil bumi yang dapat
dimanfaatkan dengan baik, mulai dari padi, palawija, sayur-mayur, ikan, dan masih
banyak lagi. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya serta hasil bumi yang baik

1
juga akan turut berpengaruh bagi tingkat kemakmuran serta kemajuan bagi
penduduk sekitar pedesaan tersebut. karena pemanfaatan yang baik juga akan
membawa dampak yang baik pula bagi kehidupan masyarakat di desa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari desa ?
2. Bagaimanakah sejarah terbentuknya desa ?
3. Apa saja unsur-unsur desa itu ?
4. Apa saja klasifikasi desa ?
5. Apa saja fakta menarik yang berada di pedesaan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi desa
2. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya desa
3. Untuk mengetahui unsur-unsur desa
4. Untuk mengetahui klasifikasi desa
5. Untuk mengetahui fakta menarik dari pedesaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Desa

Dalam etimologi, awal mula kata desa berasal dari bahasa Sanskerta “deca”
yang memiliki makna tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Lalu, jika dilihat
dari sudut pandang geografis, desa atau village dapat diartikan sebagai “a groups
of hauses or shops in a countryarea, smaller than atown” yang artinya adalah
“sekelompok rumah atau toko di daerah pedesaan yang lebih kecil dari kota”.

R.Bintarto (2010:6) menyatakan desa juga dapat dikatakan sebagai suatu


hasil perpaduan anatara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya.
Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang
ditimbulkan oleh unsur – unsur fisiografi, social, ekonomi, politik dan cultural yang
saling berinteraksi antar unsur dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah.

N.Daldjoeni (2011:4) desa dalam arti umum juga dapat dikatakan sebagai
pemukiman manusia yang letaknya di luar kota dan pendudukaya bermata
pencaharian dengan bertani atau bercocok tanam.

H.A.W. Widjaja (2009:3) desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum


yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.
Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1979 mengartikan desa


: desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Dari beberapa sumber diatas, maka dapat disimpulkan definisi dari desa
yaitu desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk

3
mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang
diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

2.2. Sejarah Desa

Kata "Dusun" "Desi" (ingat kata Swadesi) seperti halnya kata "negara",
"Negari", "Negory" (dari kata "negaram") aslinya berasal dari kata Sansekerta yang
berarti tanah air, tanah air, tempat lahir, dll. Kata desa hanya digunakan di Jawa,
Madura, dan Bali (Sukandar Wiraatmaja, 1972:11). Di daerah lain, digunakan
istilah lain yang memilih arti yang sama, seperti Namun, makna pedesaan yang
akan diterjemahkan harus dilihat dari beberapa aspek, sehingga tidak ada
keseragaman kata.

➢ Pembentukan Desa di Zaman Belanda


Desa sebagai unit terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia
sudah ada sejak lama dan tidak didirikan oleh Belanda. Sejarah awal
pendidikan populer dimulai dengan pembentukan kelompok masyarakat
berdasarkan sifat manusia sebagai makhluk sosial yang berbagi dorongan
alami atau minat yang sama terhadap bahaya eksternal. Sampai hari ini, sulit
untuk mengetahui secara pasti kapan kota ini didirikan. Namun buktinya
terdapat pada prasasti Kawali di Jawa Barat pada akhir tahun 1350 M dan
ditemukannya prasasti Walandite di Tengger, Jawa Timur pada tahun 1381
M. Desa tersebut sudah ada di Indonesia jauh sebelum penjajahan Belanda,
dimana pelaksanaannya berdasarkan common law .

Setelah Belanda menjajah Indonesia dan membuat hukum yang


mengatur di Hindia Belanda (Regling Reglemen), rakyat juga diberi status
hukum. Untuk menjelaskan maksud dari peraturan perundang-undangan
tersebut, Belanda telah mengeluarkan Indlandsche Gemeente Ordonnantie
(IGO) yang berlaku untuk Jawa dan Madura. Pada tahun 1924 Regeling
Reglemen diubah menjadi Peraturan Negara India, namun pada prinsipnya
tidak ada perubahan yang berarti, sehingga IGO tetap berlaku. Untuk

4
wilayah di luar Jawa, pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, Belanda
mengeluarkan Peraturan Indlandsche Gemeente Ordonnantie
Buitengewesten (IGOB) No. 490.

Menurut IGO, ada tiga unsur penting dalam sejarah desa, yaitu
kepala desa, perangkat desa dan majelis desa. Kepala desa merupakan satu-
satunya pemegang kekuasaan pemerintahan desa, mengurus urusan dalam
negeri dan urusan pemerintahan desa, serta wajib mengindahkan pendapat
desa dalam melaksanakan tugasnya. Kepala desa dibantu oleh desa Pamong,
yang namanya berbeda-beda di setiap daerah. Kepala desa diharuskan hadir
di majelis desa untuk hal penting.

➢ Pembentukan Desa di Era Jepang


Penjajahan Jepang Masa di Indonesia tidak banyak Perubahan
struktur dan sistem pemerintahan Indonesia, termasuk struktur dalam
sejarah pembentukan desa. Secara umum, pemerintah Jepang telah
menghapus demokrasi di pemerintahan lokal. Pada dasarnya IGO dan
peraturan lainnya tetap berlaku dan tidak akan ada perubahan, sehingga desa
tetap eksis dan tetap berfungsi sesuai dengan peraturan yang lama. Hanya
ada sedikit perubahan di Osamo Seirei 1942, menggantikan berbagai bos
regional dengan yang Jepang, seperti Syuco, Kenco, Si-Co, Tokubetu-si,
Tokubetu Sico, Gunco, Sonco, dan Kuco. Pada tahun 1944 juga ada Osamu
Seirei 7, yang sedikit mengubah prosedur pemilihan kepala desa.

➢ Struktur desa di Indonesia


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum dengan batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam
sistem pemerintahan Indonesia. Sedangkan menurut UU No. 6 Tahun 2014
tentang kota, disebutkan bahwa kota adalah badan hukum kotamadya yang
memiliki batas wilayah dan berwenang untuk mengatur dan mengurus

5
urusan pemerintahan dan kepentingan kotamadya berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Kota bukan bagian dari kecamatan karena kecamatan merupakan
bagian dari kabupaten/kota dan kota bukan bagian dari perangkat daerah.
Desa berbeda dari Kelurahan dan memiliki hak untuk mengatur wilayah
yang lebih luas, tetapi seiring berkembangnya statusnya sebagai Kelurahan
dapat berubah. Kekuasaan kota adalah:
a) Organisasi bisnis pemerintah yang ada berdasarkan hak asli kota.
b) Menjalankan bisnis pemerintah komisi kabupaten/kota yang
pengaturannya diserahkan kepada orang-orang yang beurusan dengan
pemerintahan secara langsung dan dapat berkontribusi dalam
peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
c) Mendapat dukungan tanggung jawab dari pemerintah, pemerintah
provinsi dan kabupaten atau kota.
d) Menyelenggarakan urusan pemerintahan lainnya yang sesuai dengan
rakyat.

2.3. Unsur-unsur Desa

Dari beberapa pengertian desa diatas, maka yang menjadi unsur-unsur desa adalah
sebagai berikut :

a. Daerah
Daerah berarti tanah-tanah yang prosuktif dan yang tidak, beserta
penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan
lingkungan geografi setempat. Unsur daerah meliputi penduduk dan tata
kehidupan merupakan suatu kesatuan hidup atau living unit. Suatu daerah
dapat berarti bagi penduduk apabila ada “human efforts” penduduk untuk
memanfaatkan lahannya.
Setiap desa pasti memiliki Geographical setting dan human efforts
yang berbeda, sehingga tingkat kemakmuran dan kemajuan penduduk juga
tidak akan sama. Selain itu dalam unsur daerah terdapat unsur lain yaitu

6
unsur letak. Pada umumnya letak suatu pedesaan akan jauh dari perkotaan
atau dari pusat-pusat keramaian. Maka dari itu peninjauan ke desa-desa atau
perjalanan ke desa sama artinya dengan menjauhi kehidupan diperkotaan
atau menjauh dari keramaian. Namun, tidak bisa menutup kemungkinan
desa-desa yang letaknya pada perbatasan kota akan mengalami
perkembangan yang lebih banyak dari pada desa yang terletak dipedalaman.
Unsur letak menentukan besar kecilnya isolasi suatu daerah terhadap
daerah-daerah lainnya. Desa yang letaknya jauh dari kota memiliki tanah-
tanah pertanian yang luas, karena tanah yang digunakan lebih banyak dititik
beratkan pada tanaman pokok dan beberapa tanaman perdagangan dari pada
untuk membangun gedung-gedung atau perumahan. Oleh karena itu
perumahan didesa dibangun saling berdekatan “compact settlements”.
Pada umumnya batas desa di Indonesia yang dijadikan batas-batas
daerah adalah alam/natural boundaries terlebih lagi bila desa tersebut
berada didaerah yang masih asri.

b. Penduduk
Penduduk merupakan unsur yang penting bagi suatu desa, sebuah
potensial power yang terdapat di desa berada pada penduduknya terlebih di
bidang pertanian. Terkadang dibeberapa desa terdapat tenaga-tenaga yang
berlebih dibidang pertanian, sehingga muncul lah yang disebut dengan
pengangguran tidak ketara atau disguished unemployment. Dalam hal ini
perlu diperhatikan penyaluran SDM yang sebaik-baiknya, misalnya dengan
meningkatkan dan menyebarkan rular industries atau migrasi yang effisien.
Oleh karena itu penduduk dalam hal ini meliputi jumlah,
pertambahan, kepadatan, penyebaran dan mata pencaharian penduduk
setempat.

c. Tata Kehidupan
Sebuah corak kehidupan di desa didasarkan pada ikatan
kekeluargaan yang erat. Masyarakat merupakan suatu “gemeinschaft” yang
memiliki unsur gotong royong yang kuat. Ikatan kehidupan yang erat ini

7
dilatar belakangi dengan adanya kebiasaan, kepercayaan dan tradisi yang
sama. Oleh August Comte ini disebut “Consensus”.
Sebagai contoh berada di Desa Traji, Kabupaten Temanggung,
Provinsi Jawa Tengah, di des aini terdapat beberapa peraturan yang
mencerminkan adanya tata kehidupan berdasarkan nilai-nilai kebersamaan
dengan bergotong royong. Beberapa peraturan tersebut adalah :
a. Tiap-tiap anggota desa diwajibkan turut mengerjakan pekerjaan
guna keselamatan bersama.
b. Tiap-tiap orang desa diwajibkan turut melindungi desa dari
malapetaka, misalnya banjir, hama tanaman dan sebagainya.
c. Tiap-tiap orang sedesa harus turut memikul beban berat yang
timbul dalam kehidupan masing-masing (kematian, pernikahan,
kelahiran dan sebagainya).
d. Tiap-tiap orang sedesa memberi kesempatan bagi masyarakat
sedesa untuk turut serta mengenyam kekayaan masing-masing.
Barang siapa menuai padinya hasilnya diberikan secara kawan
sebagai upah menuai.
e. Persengketaan perseorangan dapat merupakan persengketaan desa.

Dalam hal ini maka dapat dimengerti karena penduduk desa


merupakan “face to face group” dimana mereka akan saling mengenal
selayaknya mengenali dirinya sendiri. Selain itu faktor lingkungan
geografis memberi pengaruh juga terhadap kegotong royongan ini, yaitu :

a. Faktor topografi setempat yang memberikan suatu ajang hidup dan


suatu bentuk adaptasi kepada penduduk.
b. Faktor iklim yang dapat memberikan pengaruh positif maupun
negatif terhadap penduduk terutama petani-petaninya.
c. Faktor becana alam seperti letusan gunung, gempa bumi, banjir dan
sebagainya yang harus dihadapi dan dialami bersama.

8
2.4. Klasifikasi Desa

Menurut Permendagri (Peraturan Kementerian Dalam Negeri) No 84 Tahun


2016 Tentang Susunan Organisasi Pemerintah Desa disebutkan bahwa jumlah
perangkat desa akan ditentukan sesuai dengan klasifikasi desa menurut tingkat
perkembangannya. Jadi menurut klasifikasi tingkat perkembangannya desa terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu Desa Swadaya, Desa Swakarya dan Desa Swasembada.

1. Desa Tradisional
Desa ini biasanya ada di daerah-daerah pedalaman yang penduduknya
cenderung menutup diri, sedikit komunikasi, atau menolak sepenuhnya
budaya luar yang berbeda dari budaya mereka. Hal tersebut, biasanya
dipengaruhi oleh pola pikir yang masih sederhana atau tradisional atau
karena fasilitas yang masih belum memadai seperti sistem komunikasi,
perhubungan, dan pengangkutan yang masih perlu untuk dikembangkan.
Mata pencaharian penduduknya biasanya masih sangat bergantung pada
alam seperti pertanian atau nelayan.

2. Desa Swakarya/Swadaya
Tipe desa swakarya atau swadaya desa yang mulai berkembang memiliki
penduduk yang mulai mandiri. Artinya, desa tersebut sudah mulai bisa
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Masih seperti desa tradisional,
penduduk di desa ini masih dipengaruhi oleh keadaan alam dan letak
geografis.
Bila desa tradisional berada di daerah pedalaman, maka desa swadaya
berada di daerah yang terpencil, namun tidak di pedalaman. Penduduk di
desa ini mulai membuka diri untuk berinteraksi dengan daerah-daerah di
sekitarnya. Namun, karena sarana yang juga masih belum mendukung maka
penduduk di desa “jarang” berinteraksi dengan penduduk luar.

3. Desa Swakarsa
Desa swakarsa adalah desa yang lebih maju dari desa swadaya maupun desa
tradisional. Desa swakarsa memiliki ciri perubahan perilaku masyarakatnya

9
untuk mulai memanfaatkan atau menggunakan potensi yang dimiliki
desanya.
Biasanya, mereka akan menjual produk-produk mereka ke desa-desa lain
setelah memenuhi kebutuhan di desanya sendiri. Lambat laun desa ini akan
menjadi desa yang sangat maju bila mampu memasok produk ke kota.

4. Desa Swasembada
Desa swasembada merupakan desa yang pernah disentuh oleh pengaruh dari
luar, entah itu berbentuk pembaharuan teknologi, perpindahan keahlian
hingga kemampuan beradaptasi dengan linghkungan. Masyarakat sudah
mampu memenuhi kebutuhan sendiri dengan cipta karya dan jasa, serta
sudah ditemukan banyak perpindahan vertikal dan horizontal.

5. Desa Pancasila
Desa pancasila merupakan desa yang dicita-citakan oleh masyarakat karena
dianggap sebagai desa yang ideal. Desa ini dianggap merupakan desa yang
adil dan makmur serta sejahtera dengan kerukunan yang kuat.

2.5. Fakta Menarik Desa

Hidup di kota memang menawarkan banyak fasilitas. Namun, di luar


fasilitas tersebut hidup di kota membawa banyak permasalahan, mulai dari
kemacetan, sampah, kebersihan, polusi dan bahkan masalah yang lain. Memang,
permasalahan di perkotaan tergantung dari setiap individu dalam menyikapinya.
Berbeda dengan kehidupan di kota, kehidupan di desa sebenarnya tidak terlalu
buruk seperti anggapan masyarakat perkotaan. Bahkan sekarang ini kehidupan di
desa sudah mulai meningkat dan berkembang dengan fasilitas umum yang semakin
lengkap. Berikut ini adalag beberapa fakta menarik tentang kehidupan di pedesaan
yang dilansir dari shopback.co.id.

10
1. Biaya hidup murah
Masyarakat desa kebanyakan bekerja sebagai petani. Karena pekerjaan
tersebutlah terkadang membuat masyarakat desa tidak memiliki pendapatan
yang pasti, mereka hanya bisa memperoleh uang yang lumayan saat panen.
Faktanya, meskipun tidak menghasilkan pendapatan yang pasti tiap bulannya,
namun mereka tetap bisa menjalani kehidupannya dengan normal dan santai.
Coba bandingkan dengan kehidupan di kota, warga perkotaan pasti akan
mengeluh parah karena pendapatan yang tak pasti.

Biaya kehidupan di desa tergolong murah karena hampir semua bahan pokok
makanan berasal dari desa. Bahkan, banyak juga bahan makanan gratis tanpa
perlu biaya seperserpun untuk mendapatkannya. Kebanyakan masyarakat desa
menanam sendiri cabai, sayur dan berbagai bahan pokok makanan yang lainnya,
baik itu di sawah, ladang, ataupun pekarangan rumah. Jadi, mereka akan
memtik sendiri tanpa keluar uang sepeserpun. Alhasil uang yang ada dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lain.

2. Masyarakat desa lebih mudah sosialisasi


Masyarakat desa sudah terkenal dengan sikap sosialnya yang sangat baik. Hal
tersebut biasanya terlihat dari banyaknya kegiatan gotong royong yang
dilakukan masyarakat. Hubungan bertetangga di desa sangat baik, bisa dilihat
dari masyarakat desa yang saling mengenal satu sama lain. Berbeda di kota,
tetangga sebelah rumah saja bisa jadi belum kenal. Positifnya, dengan
kemudahan berkumpul dan bersosialisasi dengan warga sekitar, warga desa
jauh dari yang namanya stres serta kondisi keamanan yang terjaga satu sama
lain.

3. Hidup di desa lebih tenang


Hidup di desa jauh dari keramaian, kemacetan dan juga carut marut dari di kota.
Kalau di desa, tersedia hamparan sawah, kebun, dan bahkan ada juga desa yang
berdekatan dengan hutan. Jadi, yang ada hanya jalanan sepi dan juag suara-

11
suara hewan liar di malam hari. Dengan kata lain, suasana tersebut damai dan
tenang, otomatis, hidup pasti jadi lebih adem anyem dan tenang.

4. Wisata alam gratis


Masyarakat kota selalu mencari ketenangan dengan berkunjung ke desa untuk
liburan, dengan hidup di desa, bisa dibilang kamu selalu dalam masa liburan
bagi orang kota. Kamu selalu disuguhkan wisata alam gratis dan tak perlu keluar
biaya sepeserpun untuk menikmati indahnya alam pedesaan, karena wilayahnya
yang masih asri seperti hamparan sawah yang luas, udara segar, pegunungan
dan masih banyak lagi.

12
BAB II

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk


mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang
diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Untuk bisa
sampai pada kemajuan desa saat ini tentu saja telah mengalami sejarah panjang
mulai dari zaman pemerintahan Belanda dan zaman pemerintahan Jepang di
Indonesia.

Dalam usaha penyusunan sebuah desa perlu diperhatikan tiga unsur desa
yang penting yaitu : (1) Unsur daerah, dalam artian tanah-tanah di de sa
yangproduktif dan yang tidak produktif, beserta penggunaannya, termasuk juga
unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan unsur geografi setempat. (2)
Penduduk, dalam hal ini meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran dan
mata pencaharian penduduk setempat. (3) Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata
pergaulan dan ikatan- ikatan pergaulan tata desa.Jadi seluk beluk kehidupan
masyarakat desa (rural society) (R. Bintarto, 1977:15).

Pengklasifikasian desa berdasarkan perkembangannya yaitu : desa tradisional,


Desa Swakarya, Desa Swakarsa, Desa Swasembada, dan Desa Pancasila. Selain
tentram tinggal dipedesaan juga memiliki keuntungan tersendiri yakni : biaya hidup
yang murah, lebih mudah bersosialisasi, dipedesaan lebih damai, dan dapat wisata
alam gratis.

3.2. Saran

Kami menyadari masih banyak sekali kekurangan pada makalah ini, untuk
itu kedepannya kami akan berusaha untuk memperbaiki ketidak sempurnaan pada
makalah ini, sehingga para pembaca akan lebih mudah dan nyaman saat
membacanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

BINTARTO, P. D. (1977). Geografi Desa. Yogyakarta: U.P. SPRING Jl. Brigjen


Katamso No. 25, 15-17.

Dilahur. (1994). GEOGRAFI DESA DAN PENGERTIAN DESA. Forum


Geografi No. 14 dan 15 Th. VIII, 126-127.

Jaya, M. (2016, Maret 03). KLASIFIKASI DESA SESUAI TINGKAT


PERKEMBANGANNYA. Retrieved from mekarjaya tanahbumbukab:
https://mekarjaya.tanahbumbukab.go.id/?p=297 diakses pada tanggal 03
September 2022 pukul 16.00 WIB.

MAHPUZ, K. (2020, November 10). SEJARAH TERBENTUKNYA DESA DI


INDONESIA. Retrieved from Website Resmi Desa Banjar Sari:
https://www.banjarsarilabuhanhaji.desa.id/artikel/2020/11/10/sejarahterbe
ntuknya-desa-di-indonesia diakses pada tanggal 03 September 2022 pukul
16.45 WIB.

Paryanto, A. (2017, Fakta Kenyamanan yang Didapatkan Kalau Hidup di Desa.


Retrieved from Kata SHOPBACK).
https://www.shopback.co.id/katashopback/6faktakenyamanan-yang-
didapatkan-kalau-hidup-di-desa) diakses pada tanggal 02 September 2022
pukul 20.00 WIB.

Pintar, K. (2021, Juni 03). Pembagian Desa Berdasarkan Perkembangan


Masyarakat. Retrieved from
https://www.kelaspintar.id/blog/tipspintar/pembagian-desa-berdasarkan-
perkembangan-masyarakat-12127/ diakses pada tanggal 03 September
2022 pukul 18.00 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai