Disusun Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
13 FEBRUARI 2022
2
KATA PENGANTAR
Pertama tama kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Terimakasih juga kepada Ibu Eka Nur Jannah, S.P., M.Sc. selaku dosen pengampu
mata kuliah sosiologi pertanian yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah
ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Suradin selaku ketua kelompok tani
Sumber Rejeki yang sudah bersedia untuk kita wawancarai.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi pertanian dengan
judul “Aspek Kultural Dan Struktural Masyarakat Desa Dan Pertanian Kelompok Tani
Sumber Rejeki Di Desa Sumberarum Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Jawa
Tengah.” Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang aspek
kultural dan strutural masyarakat desa bagi para pembaca dan penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Untuk itu kami mengharapkan segala bentuk
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6
3.1. Kesimpulan........................................................................................................20
3.2. Saran..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21
LAMPIRAN........................................................................................................................22
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sesuai dengan pembahasan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui aspek-aspek kultural pada masyarakat desa.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek struktural pada masyarakat desa.
3. Untuk mengetahui aspek kultural dan struktural pada masyarakat desa dan
kelompok tani Sumber Rejeki di Desa Sumberarum Kecamatan Tempuran
Kabupaten Magelang.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Kebudayaan dapat diartikan secara luas serta mencakup banyak hal meliputi
aspek non materiil seperti pandangan sebagai suatu sistem norma dan nilai maupun
aspek materiil seperti kesenian dan adat istiadat. Kebudayaan mempunyai pengertian
yang mendalam serta mencakup hampir segala hal serta dapat bersifat kompleks
maupun sederhana yang menyesuaikan dengan tingkat perkembangan, perubahan,
dan pembangunan yang terjadi dalam suatu masyarakat. Kebudayaan tidak dapat
dipisahkan dengan masyarakat, sebagaimana tidak ada masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan serta tidak ada kebudayaan yang tidak mempunyai masyarakat
sebagai wadahnya (Megayani, 2014). Menurut Polak (1996) dalam Rahardjo (2014)
aspek kultural pada suatu masyarakat dapat dianalogikan sebagai unsur rohani dalam
suatu makhluk, sedangkan aspek struktural merupakan fisik atau jasmaninya.
dari sosiologi. Masyarakat memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan dimana
masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan. Keterkaitan tersebut dijelaskan oleh Horton dan Hunt (1987) dalam
Rahardjo (2014) dimana masyarakat merupakan suatu organisasi manusia dan
memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya sedangkan kebudayaan adalah
sistem nilai dan norma yang terstruktur dan menjadi pedoman dan pegangan
masyarakat tersebut.
Mengacu pada konsep kebudayaan sebagai way of life atau pandangan atas
suatu cara hidup, pola kebudayaan suatu masyarakat didasarkan sebagai hasil dari
pengaruh lingkungan terhadap masyarakat yang hidupnya bergantung pada
lingkungan tersebut. Dalam pola kebudayaan masyarakat, lingkungan yang
dimaksud merupakan lingkungan hidup yang berupa alam. Apabila suatu masyarakat
memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap lingkungan atau alam maka
pola kehidupan masyarakatnya dapat digolongkan ke dalam pola kehidupan
tradisional. Sedangkan semakin minim tingkat ketergantungannya maka pola
kehidupan masyarakatnya termasuk pola kehidupan modern.
topografi, jenis tanah, kelembaban udara, tingkat curah hujan, serta elemen alam
lainnya. Oleh karena itu dalam menjalani kehidupannya, masyarakat harus
meningkatkan pemahaman serta beradaptasi dengan kondisi lingkungannya.
Sehingga pola kehidupan tradisional memiliki keterikatan dan mengikuti
karakteristik alamnya.
2. Pola adaptasi pasif
Dalam bidang pertanian, pelaku usaha tani akan mengacu pada karakteristik
alam dan lingkungannya. Elemen-elemen alam seperti kondisi topografi, jenis
tanah, kelembaban udara, dan tingkat curah hujan senantiasa memiliki
kestabilan atau keteraturan tertentu meskipun masing-masing memiliki variasi
tersendiri. Dengan tingkat kepastian yang tinggi pada keteraturan tersebut, para
pelaku usaha tani tidak memerlukan hal hal baru. Sehingga pola adaptasi
terhadap alam merupakan pola adaptasi pasif yang memiliki keterkaitan dengan
rendahnya tingkat inovasi pada masyarakat.
3. Kepribadian masyarakat yang organis
Kedekatan dengan alam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kepribadian suatu masyarakat. Menurut O. E. Baker (1948) dalam Rahardjo
(2014) masyarakat desa cenderung memegang serta berpedoman pada filsafat
hidup yang organis. Filsafat organis didefinisikan sebagai cara pandang
terhadap segala sesuatu sebagai suatu kesatuan. Filsafat ini merefleksikan rasa
kekeluargaan serta kolektivitas. Menurut Jamaludin (2015) rasa kekerabatan
yang kuat akan membentuk pola kehidupan keluarga dan masyarakat yang
saling bergantung kemudian berkembang nilai-nilai gotong royong, kerja sama,
perasaan senasib sepenanggungan, dan saling tolong-menolong.
4. Pola kebiasaan hidup yang lamban
Alam dan lingkungan memiliki ritme kehidupan yang lamban dan
cenderung statis. Seperti tumbuhan dalam masa pertumbuhannya secara alami
akan melewati fase-fase tertentu dengan jangka waktu yang relatif tetap.
Menurut Jamaludin (2015) kehidupan yang terdapat di desa berkaitan dengan
tradisi, nilai, norma adat yang telah berkembang secara turun-temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Sehingga pola kebiasaan hidup yang dimiliki
oleh masyarakat desa terpengaruhi oleh alam dan lingkungannya yang lamban
dan statis.
9
● Menurut Eric R. Wolf (1956), peasant diartikan sebagai pelaku pertanian yang
mengelola tanah secara efektif sebagai sarana pemenuhan kebutuhannya dan
bukan sebagai bisnis yang bersifat mencari keuntungan.
● Menurut Raymond Firth (1956), peasant mempunyai referensi dengan bidang
keekonomian. Peasant merupakan suatu sistem dengan skala kecil dan
menggunakan teknologi serta peralatan sederhana. Hasil produksi hanya
digunakan untuk kalangan sendiri yang disebut dengan istilah subsisten.
● Menurut Belshaw (1965), masyarakat peasant memiliki orientasi pada
tradisionalitas dan terpisah dari pusat perkotaan tetapi masih tetap mempunyai
keterkaitan dalam kombinasi kegiatan pasar dengan produksi subsisten.
● Menurut Kroeber (1948), masyarakat peasant termasuk ke dalam golongan kelas
dari suatu populasi yang lebih besar termasuk pula di dalamnya pusat-pusat
perkotaan.
11
Subsisten secara umum diartikan sebagai cara hidup yang cenderung minimalis.
Menurut Wharton, pertanian subsisten adalah unit yang dapat berdiri dan mencukupi
diri sendiri dimana hasil produksi sepenuhnya dikonsumsi sendiri dan tidak ada yang
dijual. Selain itu tidak ada pengguna barang maupun pelayanan yang berasal dari
luar.
Sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah sekian lamanya
memiliki teknik dan sistem pertanian sawah.
Sepanjang pantai Jawa, Sumatra dan Malaya, Kalimantan (di muara-muara
sungai) yang merupakan daerah-daerah tempat berkembangnya kota-kota
pelabuhan.
Daerah-daerah pedalaman dari kota-kota pantai Sumatera dan Kalimantan
yang mengenal pertanian ladang.
yang bisa dilihat dari aspek variasi atau kekayaan pengelompokan yang terdapat
dalam suatu masyarakat, sehingga struktur masyarakat horizontal tidak melihat dari
sisi tinggi rendahnya suatu penggolongan kelompok dalam masyarakat. Dalam
masyarakat dapat perkembang dan maju jika terdapat banyak variasi dalam
pengelompokannya secara kuantitatif dan kualitatif.
C. Stratifikasi Sosial
Pengertian stratifikasi menurut KBBI adalah pembedaan masyarakat atau
penduduk ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak
istimewa, dan prestise. Menurut Maunah (2015), stratifikasi sosial adalah suatu
sistem yang digunakan untuk membedakan individu atau kelompok dalam
masyarakat, yang terdapat kelas-kelas berbeda secara hierarki dan memberikan
kewajiban dan hak yang berbeda pada lapisan-lapisan lainnya. Dengan demikian,
stratifikasi sosial atau yang bisa disebut dengan pelapisan sosial dan struktur sosial
vertikal merupakan penggelompokan sosial yang berjenjang. Dalam masyarakat
sangat ditentukan dengan nilai untuk mengetahui pelapisan tersebut. Secara umum,
nilai-nilai tersebut berkaitan dengan mata pencaharian, kekayaan, pendidikan,
keturunan, dan dalam masyarakat terdapat juga unsur biologis (usia dan jenis
15
D. Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial atau struktur sosial horizontal adalah suatu masyarakat yang
berkaitan dengan banyaknya pengelompokan sosial tanpa terdapat tingkat
kedudukan. Diferensiasi sosial di masyarakat peedesaan akan mengubah masyarakat
homogenitas menjadi masyarakat heterogenitas yang disebabkan oleh beberapa
faktor. Dengan konsep deferensiasi sosial maka terdapat suatu teori yang
menyatakan bahwa suatu desa akan semakin maju atau modern maka semakin tinggi
pula tingkat diferensiasinya. Dalam hal ini maka masyarakat mempunyai berbagai
macam variasi dalam hal pekerjaan.
Menurut Sorokin, Zimmerman, dan Galpin terdapat 14 (variabel) inventarisasi
kesamaan yang akan membentuk solidaritas mekanik, sebagai berikut:
1. Kekerabatan dan hubungan darah.
2. Perkawinan.
3. Kesamaan agama atau kepercayaan.
4. Kesamaan bahasa dan adat istiadat setempat.
5. Pemilikan dan penggunaan tanah bersama.
6. Proksimitas atau kedekatan dalam suatu daerah.
7. Tanggung jawab bersama.
8. Kebersamaan dalam okupasi
9. Kebersamaan dalam kepentingan ekonomi.
10. Sama-sama menjadi bawahan.
11. Kesamaan dalam akses terhadap suatu lembaga.
12. Pertahanan atau keamanan bersama.
13. Saling tolong menolong.
14. Pengalama dan hidup bersama.
dilakukan atau dipraktekkan sesuai lingkungan fisik, biologis dan sosio ekonomi.
Dalam sistem pertanian terdapat sembilan corak yang dikemukakanoleh D.
Whittlesey, sebagai berikut:
1. Bercocok tanam di ladang (shifting cultivation).
2. Bercocok tanam tanpa irigasi yang menetap (rudimentary sedentary
cultivation).
3. Bercocok tanam yang menetap dan intensif dengan irigasi sederhana
berdasarkan tanaman pokok padi (intensive subsistence tillage, rice dominant).
4. Bercocok tanam yang menetap dan intensif dengan irigasi sederhana tanpa
padi (intensive subsistence tillage, without rice)
5. Bercocok tanam sekitar lautan tengah (mediterranian agriculture)
6. Pertanian buah-buahan (specialized horticulture)
7. Pertanian komersial dengan mekanisasi berdasarkan tanaman gandum
(commercial grain farming)
8. Pertanian komersiil dengan mekanisasi (commercial livestock and crop
farming)
9. Pertanian perkebunan dengan mekanisasi (commercial plantation crop tillage)
2.3 Aspek Kultural Dan Struktural Masyarakat Desa Dan Kelompok Tani Sumber
Rejeki di Desa Sumberarum Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang
Untuk mengetahui bagaimana aspek kultural dan struktural masyarakat desa dan
kelompok tani Sumber Rejeki yang terdapat di Desa Sumberarum Kecamatan Tempuran
Kabupaten Magelang, maka dilakukan wawancara dengan ketua kelompok tani di Desa
Sumberarum. Berikut adalah hasil wawancara yang telah dilaksanakan:
19
Jawa Tengah
Hasil Wawancara :
1. Keterkaitan masyarakat desa dengan kelompok tani “Sumber Rejeki” sangat lah dekat
sehingga dapat dikatakan 70 % masyarakat bergantung dengan kelompok tani ini.
2. Penerapan teknologi yang digunakan kelompok tani “Sumber Rejeki” yaitu semi
modern karena meski sudah menggunakan alat-alat pertanian modern namun juga
tetap menggunakan alat tradisional juga.
3. Pola pemukiman penduduknya yaitu berdekatan satu dengan yang lain dengan lahan
pertanian. Di Dusun Pakeron pola pemukimannya masuk kedalam The Farm Village
Type karena menurut Pak Suradin, Dusun Pakeron termasuk dalam tipe desa ini
karena penduduknya bertempat tinggal berdekatan satu sama lain sementara lahan
pertaniannya di luar pemukiman. Dengan demikian hubungan antar warganya lebih
erat.
4. Struktur sosial yang berkaitan dengan dengan factor biologis seperti jenis kelamin,
dan usia. Menurut bapak Suradin, struktur sosial berdasarkan jenis kelamin di dusun
Pakeron ini sama rata antara laki-laki dengan perempuan. Untuk usianya mayoritas
memang sudah yang berumur sekitar 45 tahun keatas. Namun, juga terdapat anggota
yang masih muda dengan rentang usia 20 tahun ke atas.
5. Menurut Pak Suradin Desa Sumberarum termasuk ke dalam tipe desa kelas dua.
Karena sebagian kecil penduduknya memiliki lahan yang amat luas, selebihnya dalam
jumlah besar merupakan warga yang memiliki lahan kecil namun milik sendiri.
Namun, sebagian besar penduduknya ada yang mengolah lahan pertanian dengan
menyewa (sistem bagi hasil), ada yang bekerja sebagai buruh tani, bekerja sebagai
karyawan pabrik, pedagang dan lain-lainnya.
6. Di Dusun Pakeron stratifikasi sosial tidak lagi dipengaruhi luas sempitnya
kepemilikan lahan namun juga kedudukan sosial ekonomi yang memiliki berbagai
macam pekerjaan seperti pekerja pabrik, dan pedagang.
7. Keadaan topografis Dusun Pakeron yaitu dataran rendah yang lumayan dekat dengan
jalan utama, serta terdapat tanah miring. Komoditas yang ditanam paling banyak
yakni padi karena komoditas tersebut sesuai dengan iklim di desa tersebut.
8. Menurut Pak Suradin masyarakat dusun Pakeron ini cenderung modern, hal ini
dikarenakan sudah banyak teknologi yang masuk di dusun ini. Selain itu akses masuk
ke desa pun jalanannya sudah beraspal dengan hal ini memudahkan kegiatan
pertanian untuk di pasarkan serta memudahkan jalannya pengoperasian kegiatan
petani. Petani di dusun ini khususnya kelompok tani “Sumber Rejeki” sudah
menggunakan peralatan modern untuk mengelola pertanian serta hasilnya, Seperti
tractor dan tleser perontok padi. Untuk pengangkutan pun juga sudah menggunakan
mobil angkut seperti mobil pick up dan truck.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Desa merupakan suatu komunitas kecil yang memiliki keterkaitan dengan
lokalitas tertentu, sebagai tempat tinggal (secara menetap), dan sebagai pemenuhan
kebutuhan hidup terutama yang bergantung pada bidang pertanian. Aspek-aspek kultural
masyarakat desa meliputi kebudayaan, peasent dan subsisten, serta peasant dan pola
kebudayaan mayarakat desa di Indonesia. Sedangkan aspek struktural meliputi struktur
phisik desa, aspek sosial dan diferensiasi sosial.
Aspek kultural dan structural masyarakat desa dan kelompok tani sumber rejeki
di desa sumberarum kecamatan tempuran kabupaten magelang yaitu 70% masyarakat
desa bergantung dengan sektor pertanian, teknologi yang digunkakan semi modern dan
ada alat tradisional. Sedangkan aspek strukturalnya yaitu tipe pola pemukiman masuk
kedalam The Farm Village Type atau berdekatan dengan lahan pertanian. Struktur sosial
masyarakatnya berdasarkan jenis kelamin dan usia tetapi laki-laki dan perempuan
memiliki kedudukan yang sama. Sumberarum termasuk tipe desa kelas dua karena
sebagian kecil penduduknya memiliki lahan yang amat luas. Stratifikasi sosial
dipengaruhi oleh kedudukan sosial ekonomi. Keadaan topografis berada di dataran
rendah serta masyarakat dusun pakeron cenderung sudah modern dengan menerapkan
teknologi yang sudah modern.
3.2. Saran
Berdasarkan aspek kultural dan structural masyarakat Desa Sumberarum dan
pertanian dapat ditingkatkan pada penggunaan teknologi modern dan peran para generasi
muda dalam bidang pertanian dapat ditingkatkan lagi agar pertanian yang ada di Desa
Sumberarum dapat lebih maju lagi serta dapat menjadi sumber matapencaharian yang
mumpuni karena hampir 70% masyarakatnya bergantung pada sektor pertanian.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, lukman. 2011. Sosiologi Pertanian dan Pedesaan. Banda Aceh: UNIVERSITAS
SYIAH KUALA DARUSSALAM.
Kalsium, Emiliya. Model Penelitian Hubungan Pola Permukiman dan Konflik Antar Etnik.
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR, 2(1), 77-85.
Maunah, Binti. Stratifikasi Sosial Dan Perjuangan Kelas Dalam Perspektif Soosiologi
Pendidikan, Ta’allum, 03(1), 19-38.
Rahardjo. 2014. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
LAMPIRAN
Gambar 1. Beberapa alat yang digunakan dalam proses panen padi (tleser)
Gambar 4. Pewawancara dengan beberapa alat yang digunakan dalam proses panen padi
Pembagian Tugas