LANGKAT
PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
MIFTAHUS SURUR
170702035
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Ekolinguistik”.
Proposal penelitian ini disusun atas kerjasama dan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada
tugas akhir ini. Besar harapan penyusun akan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Akhirnya Penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
Medan, 2021
Penulis,
Miftahus Surur
NIM: 170702035
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 26
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
lingkungan alam yang berarti keadaan atau kondisi sekitar yang memengaruhi
sehari-hari seperti tempat tinggal, makanan, minuman, pakaian, dan segala sesuatu
manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain seperti bertukar pikiran dan
merupakan hal yang tidak lepas dari bahasa, karena melalui bahasa maka kita
dapat menyalurkan apa yang hendak kita ingin sampaikan disebabkan karena
bahasa adalah lambang bunyi yang digunakan masyarakat untuk saling mengerti
satu dengan yang lain dan terjalin suatu interaksi yang dilakukan secara terus
menerus dan akhirnya menjadi suatu budaya dalam bersosial. Apabila kita
1
kajian yang tepat, hal ini disebabkan karena ekolinguistik merupakan ilmu bahasa
Ekologi adalah cabang ilmu yang bertalian erat dengan kehidupan sehari-
Jadi, ekolingustik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang digunakan
berbudaya. Salah satu budaya dari masyarakat ini adalah penggunaan pengobatan
dari suku Melayu Namun, pada saat sekarang ini pengobatan tradisional ini
lingkungan perpadian.
yaitu: (1) leksikon nomina dan (2) leksikon verba. Keseluruhan kelompok
leksikon ini hampir punah dari masyarakat tersebut terutama pada generasi muda
tersebut.
2
Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan sosiokultural
dibatasi pada leksikon pengobatan tradisional dalam tataran nomina dan tataran
3
1. Apa sajakah leksikon yang ada di Desa Secanggang, Kecamatan
Langkat?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawaban apa yang ada dalam
Kabupaten Langkat.
Kabupaten Langkat
Penelitian ini terdapat manfaat yang dapat dibagi menjadi manfaat teoritis
4
Secara teoretis penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi khazanah
salah satu bahan informasi dan bahan rujukan yang relevan dalam penelitian
kajian leksikon.
Melayu langkat.
berikutnya.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
pohon aren saat ini sudah menunjukkan gejalagejala kepunahan. Majunya era
Artinya, leksikon ini tidak hanya dipandang sebagai bagian dari bahasa, tetapi
juga merupakan bagian dari situasi alam yang berhubungan dengan peradaban
6
memanfaatkan literatur yang sudah ada. Data penelitian ini adalah leksikon
nomina dan verba yang terkait dengan leksikon lingkungan kepadian di Desa
atas 5 kelompok leksikon yaitu (1) leksikon bagian pohon aren (2) leksikon hewan
yang hidup di sekitar aren (3) leksikon tumbuhan yang hidup di sekitar pohon
aren (4) leksikon hasil olahan (5) leksikon alat untuk menanam dan memanen
leksikon verba terdiri atas 21 leksikon, total leksikon yang ditemukan dalam
dikenal oleh masyarakat karena masih banyak ditemukan dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kajian Ekolinguistik” membahas leksikon nomina dan verba bahasa Karo dalam
7
digunakan untuk mendukung penelitian diambil dengan teknik wawancara,
nominadan verba yang terkait dengan leksikon perpadian di Desa Rumah Pil-Pil.
Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa leksikon perpadian dalam bahasa Karo
di Desa Rumah Pil-Pil terdiri atas 5 kelompok leksikon yaitu (1) leksikon tahap
pratanam; (2) leksikon tahap tanam;(3) leksikon tahap pascatanam; (4) leksikon
hewan dan tumbuhan di sekitar padi; (5) leksikon hasil olahan padi di Desa
Rumah Pil-Pil. Dari lima kelompok leksikon tersebut diperoleh 118 leksikon
diperoleh hasil bahwa telah terjadi penyusutan pemahaman pada setiap kelompok
leskikon nominapada usia ≥45 tahun adalah 97,7 %, usia 21-45 tahun 84,6 %, dan
usia≥ 45 tahun98,6 %, usia 21-45 tahun 82,6 %, dan usia 15-21 tahun 39,8 %.
8
dua metode, yaitu metode deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif. Data di
serta wawancara mendalam. Data dalam penelitian ini adalah leksikon nomina dan
Morawa. Jumlah leksikon yang ditemukan dalam penelitian ini adalah 258
teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Dalam menganalisis data, jawaban dari setiap
infoman disimbolkan dengan bentuk angka pada tabel berdasarkan gender dan
masyarakat Tanjung Morawa terhadap leksikon nomina dan verba bahasa Jawa
dalam hal metode yang digunakan, teknik pengumpulan data dan analisis data.
pemahaman dan nilai budaya ekoleksikon lau bingei bagi guyub tutur bahasa
Untuk menganalisis leksikon ekologi kesuangaian Lau Bingei , nilai budaya, dan
diperoleh 14 kelompok leksikon dengan jumlah 409 leksiokon nomina dan 111
leksikon verba. Total leksikon terdiri atas 520 leksikon. Kemudian leksikon
9
tersebut diujikan kepada guyub tutur bahasa karo di 16 kelurahan dengan
menyodorkan 4 kategori pilihan kepada tiga generasi usia >46 tahun, 21-45 tahun,
15-20 tahun, maka diperoleh hasil pemahaman guyub tutur bahasa karo terhadap
D JP 796 (7,46. Nilai budaya dan kearifan lingkungan guyub tutur bahasa karo
yaitu (1) nilai sejarah, (2) nilai religius dan keharmonisan, (4) nilai sosial dan
budaya, (4) nilai kesejahteraan dan (5) nilai ciri khas. Sedangkan, nilai kearifan
lingkungan yang dapat digali melalui leksikon ekologi kesungaian Lau Bingei
adalah (1) nilai kedamaian, dan (2) nilai kesejahteraan dan gotong royong.
yaitu berkaitan dengan metode penelitian. Pada teknik pengumpulan data, data
rekam. Pada teknik analisis data , untuk menjawab masalah pemahaman guyub
sedangkan penelitian ini meneliti leksikon perpadian pada 5 kategori pilihan pada
10
3 tingkat generasi usia dan hanya sampai kepada tingkat pemahaman masyarakat
referensial, model matriks semantik, dan model dimensi logis untuk mengkaji
bentuk kebahasaan khazanah verbal kepadian serta fungsi dan makna khazanah
tahap pratanam , dan leksikon kepadian tahap pascatanam. Aspek sintaksis pada
leksikon untuk mengetahui bentuk atau struktur satuan lingual dari sistem
tahap pratanam , dan leksikon kepadian tahap pascatanam. Aspek sintaksis pada
leksikon untuk mengetahui bentuk atau struktur satuan lingual dari sistem
sosial leksiokn yang dipengaruhi oleh semantik teks dan konteks sedangkan
11
penelitian ini mengkaji leksikon pengobatan tradisional dalam bahasa Melayu
Pada subbab ini akan diuraikan gambaran singkat atau konsep, landasan
teori yang bertujuan sebagai penjelas tentang topik yang berkaitan dengan
2.2.1 Ekolinguistik
Teori yang dipakai atau digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah
klinguistik yang digunakan untuk mengkaji dalam bidang bahasa dan ekologi.
Kajian tentang ekolinguistik pertama kali perkenalkan oleh Einar Haugen dalam
tulisannya yang bertajuk Ecology of Language tahun 1972. Haugen pada awalnya
menggunakan istilah ekologi bahasa (ecology of language) dari istilah lain yang
berkaitan dengan kajian ini. Pemilihan tersebut karena pencakupan yang luas di
dalamnya, yang mana para pakar bahasa dapat berkerja sama dengan pelbagai
jenis ilmu sosial lainnya dalam memahami interaksi antarbahasa (Haugan dalam
Fill, 2001:57).
12
1. Linguistik historis komparatif, menjadikan bahasa-bahasa kerabat di suatu
genetisnya.
fungsiolek).
propeknya, kaitan maknawi dengan kajian dan atau kepudaran budaya, dan
daerah, otonomi khusus, serta pendampingan kantor dan atau balai bahasa).
13
9. Etnolinguistik, linguistik antropologi ataupun linguistik kultural (cultural
pola pikir dan imajeri dalam kaitan dengan pola penggunaan bahasa, bahasa-
tertentu berjalan secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, tanpa disadari
oleh penuturnya, dan tidak dapat dihindari. Perubahan pada bahasa tersebut
tampak jelas jika diamati pada tataran leksikon. Karena kelengkapan leksikon
suatu bahasa mencerminkan sebagian besar gambaran dari lingkungan ragawi dan
ideologi kapitalisme yang disangga pula dengan ideologi pasar sehingga perlu
14
dilakukan aktivitas terhadap sumber daya lingkungan, seperti muncul istilah
2. Dimensi sosiologis, yakni adanya aktivitas wacana, dialog, dan diskursus sosial
biota danau (atau laut, ataupun darat) secara berimbang dalam ekosistem, serta
dengan tingkat vitalitas spesies dan daya hidup yang berbeda antara satu
dengan yang lain; ada yang besar dan kuat sehingga mendominasi dan
“menyantap” yang lemah dan kecil, ada yang kecil dan lemah sehingga
khazanah kata setiap bahasa sehingga entitas-entitas itu tertandakan dan dipahami.
2.2.2 Leksikon
Leksikon adalah koleksi dari leksem dalam suatu bahasa. Kajian terhadap
penggunaan dan penyimpanan kata, pembelajaran kata, sejarah dan evolusi kata
Chaer (2007:5) mengatakan bahwa istilah leksikon berasal dari kata Yunani kuno
yang berarti “kata”, “ucapan”, atau “cara berbicara”. Kata leksikon sekerabat
15
istilah kosa kata adalah istilah terbaru yang muncul ketika kita sedang giat-giatnya
kata dalam suatu bahasa seperti perilaku semantis, sintaksis, morfologis, dan
menjadi sebelas macam kelas kata, yaitu nomina, verba, adjektiva, adverbia,
Sebelas macam kelas kata tersebut, Chaer menggolongkan kelas kata itu menjadi
dua kategori yaitu, kelas kata terbuka dan kelas kata tertutup. Kelas kata terbuka
adalah kelas kata yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-
masyarakat penutur suatu bahasa (Chaer, 2008:65). Sedangkan kelas kata tertutup
adalah kelas kata yang jumlahnya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk
nomina, verba, dan adjektiva. Sementara kelas kata tertutup dapat digolongkan
16
kelas kata benda (nomina) dan kerja (verba) sebagai batasan masalah yang
konsep atau pengertian. Chaer (2006: 86) mengatakan ”kata-kata yang dapat
diikuti dengan frase yang... atau yang sangat... disebut kata benda”. Misalnya
kata-kata: (1) jalan (yang bagus); (2) murid (yang rajin); (3) pemuda (yang sangat
rajin).
(a) Kata benda yang jumlahnya dapat dihitung sehingga di depan kata benda itu
dapat diletakkan kata bantu bilangan. Kedalam kelompok kata benda ini
(1) Orang, termasuk kata-kata: (a) nama diri, seperti Hasan, Abas, Siti, (b)
nama perkerabatan, seperti adik, ibu, saudara, dan kakak, (c) nama pangkat,
jabatan, atau pekerjaan, seperti letnan, lurah, penulis, dan raden, (d) nama
(3) Tumbuhan atau pohon seperti kemuning, nyiur, palem, dan jambu.
(4) Alat, perkakas, atau perabot, seperti obeng, pisau, gergaji, mobil, meja, dan
lampu.
(5) Benda alam, seperti kota, sungai, bintang, desa, dan danau.
17
(6) Hal atau proses, seperti peraturan, perampokkan, kekuatan, dan
pembongkaran.
(b) Kata benda yang jumlahnya tidak terhitung. Untuk dapat dihitung di depan kata
benda itu harus diletakkan kata keterangan ukuran satuan seperti gram, ton, cm
menyatakan nama wadah yang menjadi tempat benda tersebut, seperti karung,
gelar, kaleng, truk, dan gerobak; serta kata-kata seperti (se)ikat, (se)potong,
yang menyatakan (1) bahan, seperti semen, pasir, tepung, gula, beras, dan
kayu, dan (2) zat, seperti air, asap, udara, dan bensin .
(c) Kata benda yang menyatakan nama khas. Di muka kata benda ini tidak dapat
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Alwi (1993:93) mengatakan bahwa verba
memiliki ciri-ciri antara lain: (1) verba berfungsi utama sebagai predikat atau
sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain,
(2) verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau ter- yang
berarti paling. (3)Verba seperti mati atau suka, misalnya, tidak dapat diubah
18
menjadi termati atau tersuka, dan (4) pada umumnya verba tidak dapat bergabung
tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan, atau
bahan obat.
149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu :
19
a. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat
Melayu yang sekarang menjadi bahasa Indonesia itu telah mengalami perubahan
pidatonya pada Kongres Bahasa Indonesia yang diadakan tahun 1954 di Medan
berkata: “Bahasa Indonesia tumbuh dari bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia
tidak sama lagi dengan bahasa Melayu. Bahkan bahasa Indonesia bukan sama,
tetapi bukan pula berlainan juga dengan bahasa Melayu” (Tarigan 2011: 84).
between any given language and its environment”. Isitlah ekologi bahasa dalam
petikan di atas didefinisikan sebagai sebuah studi tentang interaksi atau hubungan
timbal balik antara bahasa tertentu dan lingkungan. Haugen menegaskan bahwa
20
bahasa berada dalam pikiran penggunanya dan bahasa berfungsi dalam hubungan
antarpenggunanya satu sama lain dan lingkungan, yaitu lingkungan sosial dan
lingkungan alam.
subjek yang berbeda dari kajian linguistik pada satu waktu, atau pada waktu yang
lain. Keempat hubungan tersebut adalah (1) bahasa berdiri dan terbentuk sendiri,
(2) bahasa dikontruksi alam, (3) alam dikontruksi bahasa, (4) bahasa saling
(language ecology) adalah produk dan kondisi alam dan bersifat alamiah (Mbete,
2013:2).
Lingkungan bahasa atau ekologi bahasa adalah ruang hidup, tempat hidup
bahasa-bahasa. Bahasa yang hidup ada pada guyub tutur dan secara nyata hadir
dalam komunikasi dan interaksi kegiatan baik lisan maupun tulisan. Ekologi
adalah ilmu tentang lingkungan hidup sedangkan linguistik adalah ilmu tentang
21
Berdasarkan kerangka pandang itu, bahasa-bahasa dapat dikaji, di dalami
lingkungan atau kawasan memang hidup bahasa, namun bahasa hidup dalam
guyub tutur. Adalah kenyataan bahwa di suatu lingkungan hidup, secara khusus
lingkungan hidup manusia dalam suatu jejaring dan kebersaam sosial, hidup
beragam bahasa pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Safir (dalam Fill 2001:14)
2. Lingkungan ekonomis ‘kebutuhan dasar manusia’ yang terdiri atas flora dan
yang membentuk kehidupan dan pikiran masyarakat satu sama lain. Namun
yang paling penting dari kekuatan sosial tersebut adalah agama, standar etika,
suatu tujuan dimana terdapat sekumpulan orang yang telah memiliki hukum adat,
22
Menurut Bloom (dalam Mukhtar, 2003: 23), pemahaman (comprehension)
kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari
suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk
yang lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan dalam tiga bentuk, yaitu
Slovin karena dalam penarikan sampel, jumlahnya harus represntatif agar hasil
jumlah sampel, namun dapat dilakukan rumus dan perhitungan sederhana. Rumus
N
n=
1+ N ( e)
Keterangan:
N = Ukuran populasi
23
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Slovin adalah antara 10% -
jawaban dari tiap butir pertanyaan kuesioner dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
F
P= x 100 %
n
Keterangan:
P = angka persentase
o. on
1. 1 2 3 1 2 3 1 2 3
2. L P L P L P L P L P L P L P L P L P
24
k r k r k r k r k r k r k r k r k r
3.
Ds
t
n = total informan
Keterangan :
2: tidak mengenal, tidak pernah melihat, pernah mendengar, dan tidak pernah
menggunakan
3: tidak mengenal, tidak pernah lihat, tidak pernah mendengar, dan tidak pernah
menggunakan.
melalui rumus tersebut, terlebih dahulu data diuji dengan kuisioner yang akan
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
(Moleong, 2006:9).
formal, ditentukan terlebih dahulu, tidak luwes, dijabarkan secara rinci terlebih
26
Demikian juga dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan di dalam
penelitian ini sangat tepat untuk mengumpulkan data, menganalisis data, serta
sekitar 61 Km dari kota Medan. Daerah ini berada pada 0 – 300 meter di atas
permukaan laut, dengan luas sekitar 223,27 km². Desa secanggang merupakan
lokasi penelitian yang berada pada lokasi dimana sebelah selatan berbatasan
dengan Kota Stabat, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Pura,
masyarakat yang tinggal dan menetap di sana menggunakan bahasa Melayu dalam
informan dan responden, berupa leksikon nomina dan verba di Desa Secanggang.
Sumber data pada penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder. Data
primer berupa kata-kata yang diperoleh dari informan di Desa Secanggang yang
27
sehari-harinya menggunakan bahasa Melayu Langkat. Informan dalah masyarakat
sekitar yang hidup dan sudah lama tinggal di Desa Secanggang. Penentuan
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data yang akan digunakan penelitian ini
meliputi:
(a.) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara secara dan
para joged, tokoh masyarakat sekitar, dan warga yang tinggal di daerah
joged.
(b.) Data sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung namun dapat
Data dalam penelitian ini diperoleh dari informan dan responden dengan
jenis data primer. Data primernya adalah kata-kata yang didapat dari informan
28
guyub tutur bahasa Melayu Langkat di Desa Secanggang, Kecamatan
3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di Desa
7. Bagi informan yang sudah tua, memiliki pendengaran yang baik dan tidak
pikun;
adjektiva;
29
jumlah tertentu, melainkan tergantung pada jumlah yang dirasakan telah
memadai.
Menurut Moleong (2017: 157) teknik pengumpulan data adalah cara atau
Teknik pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data dengan cara yang
sesuai dengan penelitian sehingga peneliti akan memperoleh data yang lengkap
baik secara lisan maupun tertulis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
1. Observasi
hubungan interaksi sosial antara peneliti dan informan dalam suatu latar
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat semua peristiwa. Cara ini
keadaan objek, tetapi peneliti tidak aktif dan terlibat secara langsung.
2. Wawancara
30
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan
2004:180).
3. Dokumentasi
pribadi seperti foto, video, catatan harian dan catatan lainnya. Dokumentasi
31
maupun tidak tertulis yang dapat digunakan untuk melengkapi data-data
lainnya.
Data penelitian ini juga dikumpulkan dengan metode simak dan metode
teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap dan teknik simak bebas libat
cakap. Dalam teknik simak libat cakap, penulis terlibat langsung dalam
peneliti menyusun kuisioner untuk ditanya kepada responden dengan tujuan untuk
32
Jumlah responden adalah 10-25 % dari jumlah populasi di Desa
Secanggang. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Arikunto, jika subjeknya
kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau
lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih, Arikunto
(2010:112).
Proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan sesudah
meninggalkan lapangan. Proses analisis data ditelaah dari seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah
metode padan. Hal ini karena metode padan adalah metode yang alat penentunya
berasal dari luar bahasa (Sudaryanto, 2015: 15). Hubungan padan itu berupa
hubungan banding antara semua unsur penentu yang relevan dengan semua unsur
data yang ditentukan (Sudaryanto, 2015: 31). Karena membandingkan itu berarti
pula mencari semua kesamaan dan perbedaan yang ada di antara kedua hal yang
Adapun alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki seorang
peneliti. Sesuai dengan jenis penentu yang akan dipilah-pilahkan atau dipisah-
pisahkan atau dibagi menjadi berbagai unsur itu maka daya pilah itu dapat disebut
33
translasional”, “daya pilah ortografis”, dan “daya pilah pragmatis”. Metode padan
yang digunakan dalam tahap pengkajian data penelitian ini adalah metode padan
referensial. Dalam metode ini digunakan teknik pilah unsur penentu sebagai
yang ada di Desa Secanggang. Dalam tahap ini peneliti mengkategorikan kelas
kata tiap kelompok leksikon menjadi dua yaitu kelas kata nomina dan kelas kata
berikut:
permasalahan.
jenis.
Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data dengan kata-kata
menyajikan hasil penelitin dengan rumusan dan angka seperti singkatan , rumus ,
34
dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk menyajikan hasil analisis masalah
35
DAFTAR PUSTAKA
Cipta.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. (edisi revisi).
Cipta.
Universitas Udayana.
Teaching.
36
Muhlhausler, Peter and Alwin Fill (Eds.) 2001. The Ecolinguistics Reader :
Remaja Rosdakarya.
Riskyansyah, M Rozy. 2015. “Leksikon Nomina dan Verba Bahasa Jawa dalam
Bahasa
37
Tangkas, Putu Reland Dafincy. 2013. “Khazanah Verbal Kepadian Komunitas
Tarigan, Gita Esikel. 2018. “Leksikon perpadian dalam Bahasa Karo Kajian
Utara.
38