Anda di halaman 1dari 9

JIPPK, Volume 3, Nomor 1, Halaman 47-55

ISSN: 2528-0767 (p) dan 2527-8495 (e)


http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM BERDASAR PRINSIP FIQH


AL-BI’AH
Fitrian Noor
Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Brawijaya
Jl. M.T. Haryono 169 Malang
Email: nrevfit@gmail.com

Abstract: This article examined the concept of natural resource management based on the principles
of fiqh al-bi’ah and reconstructs the main flow of thinking in the management model of exploitative
natural resources. The state in many cases exploited certain sectors to increase state income and
foreign exchange without regard to the principles of justice, economic democracy and the continued
functioning of natural resources. So the urgency of managing natural resources based on fiqh al
becomes important to offer. The method used the normative legal method. Based on the results of the
research, the application of the fiqh principle of al bi’ah could give a doctrine of understanding how
natural resources have been glorified, valued for their usefulness, and preserved as well as how our
indigenous people allow natural resources and the principles of fiqh. al-bi’ah can be applied in the
norm of the formation of legislation in the PSDA Bill.

Keyword: natural resources, principles, fiqh al bi’ah, PSDA Bill.

Abstrak: Artikel ini mengkaji konsepsi pengelolaan sumber daya alamberdasar prinsip fiqh al-bi’ahdan
merekonstruksi arus pemikiran utama dalam paradigma pengelolaan atas sumber daya alam yang
ekploitatif. Negara dalam banyak kasus melakukan eksploitasi di sektor-sektor tertentu demi
peningkatan pendapatan dan devisa negara tanpa memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, demokrasi
ekonomi serta berlanjutnya fungsi sumber daya alam. Maka Urgensi pengelolaan sumber daya alam
berdasar fiqh al biah menjadi penting untuk di tawarkan. Metode yang di gunakan adalah metode
hukum normatifBerdasarkan hasil penelitian, penerapan prinsip fiqh al bi’ahdapat memberikan doktrin
pemahaman bagaimana sumber daya alam dimuliakan, dihargai kemanfaatanya, dan dilestarikan seperti
halnya bagaimana masyarakat adat kita memberdayakan sumber daya alam (lingkungan) dan prinsip
fiqh al-bi’ah dapat diterapkan dalam norma pembentukan peraturan perundang-undangan dalam
RUU PSDA.

Kata Kunci: sumber daya alam, prinsip, fiqh al bi’ah, RUU PSDA.

Sumber daya alam merupakan amanah serta dan awan yang diperintah bekerja diantara
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda
sebuah anugerah bagi bangsa Indonesia yang tak kekuasaan Allah bagi kaum berakal”.
dapat dinilai harganya. Oleh karenanyaitu, sumber Urgensitas pengelolaan sumber daya alam
daya alam harus dikelola dengan bijaksana, serta lingkungan hidup adalah tanggung jawab
terbuka serta adilagar dimanfaatkan secara bersama. Pemerintah telah mengeluarkan
berdaya guna, tepat guna sehingga berkelanjutan peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan
dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat lingkungan hidup, yakni pada Undang- Undang
Indonesia, sebagaimana teruang dalam Surat Al- Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Baqarah: 2:164) “Sesungguhnya pada Lingkungan Hidup. Selanjutnya lebih lanjut diatur
penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dalam PP No 27 Tahun 1999 mengenai Analisis
dan malam, kapal yang berlayar dilautan Dampak Lingkungan, PP No. 19 Tahun 1999
mengangkut segala apa yang memberi mengenai Pengendalian Pencemaran Danau atau
manfaat kepada manusia, air (hujan) yang Perusakan Laut, dan Peraturan Pemerintah No.
diturunkan Tuhan dari langit, lalu dihidupkan 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
bumi sesudah mati (tandus) dan berkeluaran Udara, termasuk UU No. 32 Tahun 2009 tentang
berbagai jenis hewan dan perkisaran angin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
47
48 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, Nomor 1, Juni 2018

Akan tetapi dalam hal Pengelolaan Sumber Daya tainable development) merupakan pembangunan
Alam, aturan hukum yang mengatur regulasi yang yang dilaksanakan untuk pemenuhan kebutuhan
khusus terkait Pengelolaan Sumber Daya Alam masa kini dan masa yang akan datang. Apabila asas
ini belum tersedia, akibatnya terjadi kekosongan pembangunan berkelanjutan tidak dijalankan maka
hukum dalam mengelola sumber daya alam yang akan terjadi kelangkaan SDA khususnya SDA
selama ini terpisah dengan Undang-Undang di minyak bumi. Penggunaan energi seoptimal
setiap sektor, hal tersebut menunjukkan lemahnya mungkin untuk kebutuhan negara; b) prinsip
pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia serta lestari,merupakan upaya dalam mengelola SDA
belum ada arah kebijakan hukum nasional beserta ekosistemnya yang tujuannya untuk
sementara ini tentang pengelolaan sumber daya mempertahankan sifat serta bentuknya. Prinsip
alam yang jelas dan terpadu serta terintegrasi lestari pada pengelolaan SDA merupakan upaya
sesuai amanat konstitusi Pasal 33 ayat (3) UUD yang dilaksanakangunamengupayakan penjagaan
NRI 1945, selanjutnya sampai sekarang RUU terhadap SDA yang ada tetap ada, dillihat dari sifat
Pengelolaan Sumber Daya Alam (RUU PSDA) ataupunbentuknya. PBB mengadakan konferensi
pun masih belum selesai dibahas oleh DPR dan pada tahun 1972, mengenai “The Human Envi-
Pemerintah. ronment” di Stcholm membawa negara industri
Landasan konstitusional dalam mewujudkan serta melalui perkembangan bersama-sama untuk
agenda nasional pembentukan peraturan menggambarkan hak asasi manusia dan
perundang-undangan dalam mengelola sumber daya keluarganya guna lingkungan yang sehat dan
alam pada hakikatnya adalah: Pertama; Alinea IV produksi; (c) prinsip mekanisme pasar,merupakan
Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan : kecenderungan dalam pasar bebas dalam hal
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu terjadinya perubahan harga sampai pasar menjadi
pemerintah negara Indonesia yang melindungi seimbang. Teori ekonomi standar mengemukakan
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah bahwa walaupun pengaruh kelembagaan selain free
darah Indonesia, dan untuk memajukan marketdapat jugamemberikan hasil alokasi yang
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan efisien serta maksimal. Dengan kata lain, apabila
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban pasar tidak eksis, alokasi sumber daya menjadi tidak
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, efisien dan optimal. Pada kenyataannya kearifan
perdamaian abadi dan keadilan sosial......,” pasar tidak dapat selalu diandalkan. Kerusakan
Kedua; TAP MPR RI No IX/MPR/2001 tentang serta tercemarnya lingkungan sekaligus musnahnya
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA, sumberdaya alamkhusus dari tempat asalnya,
khususnya Pasal 6 yang pada pokoknya merupakan bukti dari adanya kegagalan pasar.
menyatakan: “Menugaskan kepada DPR RI Pada beberapa aspek, mekanisme pasar tidak dapat
bersama Presiden untuk mengatur pelaksanaan bekerja secara optimal pada sumber daya alam.
agraria dan pengelolaan sumber daya alam serta Dari ketiga prinsip ini tidak cukup dan mampu
mencabut, mengubah dan/atau mengganti semua mengatasi persoalan Pengelolaan Sumber Daya
undang-undang dan peraturan pelaksanaannya Alam yang terjadi saat ini olehnya perlu
yang tidak sejalan dengan Ketetapan MPR RI ini”. adaterobosan pemikiran baru dalam pengelolaan
Dalam pengelolaan sumberdaya alam milik umum sumber daya alam berkeadilan. Prinsip
yang berbasis swasta atau (corporate based man- pengelolaan sumber daya alam selama ini masih
agement) semestinya harus di ubah menjadi dirasakan belum menjawab pengelolaan sumber
pengelolaan kepemilikan umum oleh negara (state daya alam yang berkeadilan dan melindungi alam
based management) dengan harus berorientasi secara bijaksana. Oleh karena itu,perlu ada
pada pelestarian sumber daya alam (sustainable paradigma baru dalam pengelolaan Sumber Daya
resources principle) tersebut. Alam yaituberdasar prinsip Fiqh Al bi’ah. Fiqh al
Tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam ada bi’ah menempatkan manusia sebagai khalifah
beberapa prinsip yang selama ini tersedia seperti: (wakil Tuhan) di muka bumi, fiqh al bi’ah
a) prinsip optimal, UUD NRI 1945 pasal 33 ayat 3 menempatkan manusia adalah sebagai wakil
menerangkan bahwa “Bumi, air, dan kekayaan alam Tuhan yang mana wajib bertanggung jawab atas
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara kelestarian dan pengelolaannya.Manusia
dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran membutuhkan sumber daya alam untuk menunjang
rakyat”. Pembangunan yang berkelanjutan (sus- kehidupannya, sehingga manusiamemiliki tanggung
Fitrian Noor, Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Fiqh Al-Bi’ah 49

jawab merawat dan menjaga kelestariannya. Fiqh hal yang sangat mendasar dalampenyempurnaan
lingkungan (fiqh al-bi’ah) akan menjadi iman seseorang. Nabi bersabda bahwa kebersihan
pandangan untuk kebutuhan yang tidak bisa adalah sebagian dari iman. Hadits tersebut
ditawar-tawar lagi. memperlihatkan bahwa kebersihan adalah salah
Fiqh Al Bi’ah, fiqh ini menjelaskan suatu satu unsur dari pemeriharaan lingkungan
aturan tentang perilaku ekologis masyarakat merupakan sebagian daripada iman. Selain itu, jika
dengan mengacu pada teks syar ’i yang ditinjau dari segiqiyas aulawi, menjaga lingkungan,
mempunyai tujuan dalam mencapai melestarikan sungguh sangat terpuji di hadapan Tuhan.
lingkungan dan kemaslahatan. Sebagai khalifah di Dari segi hukum dan kebijakan, kerusakan
muka bumi ini, manusia mempunyai tanggungn sumber daya alam (SDA) dan pencemaran
jawab bahwasannya kehidupan dunia ini lingkungan hidup cenderung disebabkan oleh
merupakan ladang serta akan di panen kelak di paradigma politik hukum yang dianut pemerintah
akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa untuk mengelola SDA dan lingkungan hidup.
pada hakikatnya diri kita ini menjadi seorang Secara konkrit, paradigma ini dapat dilihat dari
pemimpin kemudian dimintai pertanggung jawaban instrumen hukum (legal instrument) yang
nantinyaatas kepemimpinanya itu. Olehnya itu digunakan pemerintah untuk mengatur penguasaan
sebagai khalifah manusia perlu menjaga dan pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. Jika
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan atas dicermati secara kritis, maka ditemukan fakta
kehancuran serta kepunahan yang akan hukum bahwa substansi dari produk hukum negara
diwariskan pada generasi berikutnya. (state law) dalam bentuk perundang-undangan
Hatim Ghozali dalam pandangannya yang mengenai pengelolaan SDA yang cenderung
merumuskan landasan teologis dalam fiqh al-biah bernuansa sentralistik, bersifat sektoral, bercorak
ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, represif dan mengedepankan pendekatan sekuriti
adalah:Pertama,rekonstruksi dari makna khalifah. (security approach)(Nurjaya, 2006: 46-67).
Dalam kitab suci Al-Qur’an ditegaskan bahwa Dalam praktik sehari hari pengelolaan
khalifah di muka bumi tidak untuk merusak dan sumber daya alam sering kali diasumsikan tidak
menyebabkan pertumpahan darah di dunia. berdasarkan pada fungsi konservasi serta fungsi
Disamping itu untuk membangun kehidupan yang produktifitas secara sempurna. Dari konteks
damai, adil, serta sejahtera. Dengan itu, manusia produktivitas, Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945
yang melakukan perusakan di muka bumi secara telah diatur bahwa sumber daya alam harus
sekejap mencoreng makna hakikat dari manusia berdasarkan prinsip “dikuasi oleh negara” dan
sebagai khalifah (QS. Al-Baqarah 2: 30). Oleh prinsip “untuk sebesar-besar kemakmuran
karena itu, pemahaman manusia dalam perannya rakyat”. Dengan demikian, jika pengurusan sumber
sebagai khalifah di muka bumi dapat melakukan daya alam malah melemahkan prinsip “dikuasi oleh
apapun terhadap lingkungan disekitarnya sungguh negara” dan prinsip “untuk sebesar-besar
tidak mempunyai sandaran teologisnya. Berkaca kemakmuran rakyat” tersebut maka hal itu dapat
dari hal tersebut, semua bentuk eksploitasi serta dikatakan inkonstitusional. Secara praktik,
perusakan terhadap alam dapat dikatakan adalah Mahkamah Konstitusi sudah menjalankanjudicial
pelanggaran berat/suatu kejahatan (QS. Al-Zumar reviewpada beberapa undang-undang bidang
39: 5).Kedua, terkait ekologi sebagai doktrin ajaran sumber daya alam yang dianggap tidak sejalan
yang berarti wacana lingkungan bukan pada dengan UUD NRI 1945 melakukan penafsiran
cabang (furu), tetapi merupakan doktrin utama atas frasa “dikuasai oleh negara” sebagai alat
(ushul) ajaran Islam. Telah dijelaskan oleh Yusuf pengujian dalam menguji suatu undang-undang
Qardhawi bahwa pemeliharaan lingkungan hidup bidang sumber daya alam. Undang-undang
seperti halnya dengan menjaga lima tujuan dasar tersebut meliputi Undang-Undang Nomor 41
dari agama Islam. Kelima tujuan dasar itu dapat Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang
terejawantahkan apabila lingkungan serta alam Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
semesta mendukungnya. Ketiga, belum sempurna Bumi. Minyak dan Gas Bumi yakni cabang
iman seseorang jika tak peduli terhadap lingkungan. produksi yang penting teruntuk negara serta
Iman seseorang tidak hanya dinilai berdasarkan menguasai hajat hidup orang banyak, disamping
banyaknya ritual semata. Akan tetapi, juga itu merupakan kekayaan alam terkandung dalam
menjaga serta pelestarian lingkungan merupakan bumi dan air Indonesia yang mesti dikuasai oleh
50 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, Nomor 1, Juni 2018

negara kemudian dimanfaatkan untuk sebesar- terus berlangsung.Pertama; fiqih lingkungan (fiqih
besar kemakmuran rakyat seperti isi Pasal 33 ayat al biah) dirumuskan para intelektual muslim yang
(2) dan ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. mencerminkan gelombang dinamika fiqh terkait
Dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945, adanya perubahan konteks dan situasi. Dua
khususnya mengenai frasa “dikuasai oleh negara”. rumusan metode yang dilakukan untuk
Frase “dikuasai negara” tersebut menjadi frasa membangun fiqh lingkungan, yakni mashlahah
terpenting dalam keadaan suburnya liberalisasi sertamaqasid asy-syari’ah. Konsep mashlahah
ekonomi saat ini. liberalisasi ekonomi dewasa ini terkait erat dengan maqasid asy-syariah, sebab
berakibat pada munculnya liberalisasi sumber daya dalam pengertian paling sederhana, mashlahah
alam tertutup melalui peraturan perundang- berarti sarana untuk merawat maqasid asy-
undangan yang berjiwa liberal pula. Kepungan syariah.
neoliberalisme pada pengusahaan sumber daya Kedua; Fiqh Al biah (lingkungan hidup)
alam bisa pula termanifestasi dalam undang- mencoba membangkitkan kesadaran manusia
undang. Kepungan liberalisasi pengusahaan supaya menginsafi masalah SDA, lingkungan
sumber daya alam dapat mengancam sehingga hal hidup, dan manusia adalah sama-sama saling
ini sangat dikhawatirkan jika pengusahaan sumber bergantung dan membutuhkan, manusia tidak
daya alam yang menjadi komoditas ekonomi itu dapat hidup tanpa adanya kelestarian alam, dan
tidak sejalan dengan amanat UUD NRI 1945, yaitu juga manusia tak bisa dihilangkan dari tanggung
Pasal 33 yang menjadi pijakan supaya sumber daya jawabnya yang mana merupakan amanat sebagai
alam tetap dikuasai negara sekaligus memberikan khalifah untuk memelihara serta melindungi alam
sebesar-besar kemakmuran rakyat. yang menjadi karuniaTuhan yang Maha pengasih
Berdasarkan dari hal tersebut diatas, serta penyayang sebagai tempat tinggal manusia
menelisik konsepsi pengelolaan sumber daya alam dalam menjalani hidup di bumi.
adalah mencoba merekonstruksi arus pemikiran Penduduk Indonesia yang mayoritas
utama dalam paradigma pengelolaan atas sumber beragama Islam dengan berbekal ini, penting pula
daya alam yakni yang selama ini kecenderungan untuk ditarik suatu pendekatan dimana sebenarnya
negara terhadap ekploitasi, minimya perbaikan dan Islam kaya akan konsepsinya tentang kedaulatan
pelestarian. Terbukti bahwa negara dalam banyak SDA serta hal ini dapat dilihat dalam beberapa
kasus mengeksploitasi di sektor-sektor tertentu ayat dari kitab suci Al-Qur’an, seperti surat dalam
(demi peningkatan pendapatan dan devisa negara, surat Ar-Rumayat (41-42)dan, Al-A’raf ayat (56-
sehingga pemanfaatan SDA dilakukan tanpa 58).Dengan kajian kontemporer fiqh al-bi’ah
memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, sebagai suatu kajian yang menarik dalam
demokratis serta berlanjutnya fungsi sumber daya perdebatan dialektik paradigmatis tentang urgensi
alam, ekologi). pengelolaan sumber daya alam. Rumusan masalah
Maka Urgensi pengelolaan sumber daya dalam kajian ini adalah 1. bagaimana urgensi
alam berdasar fiqh al bi’ah menjadi penting untuk pengelolaan sumber daya berdasar prinsip fiqh al
di tawarkan. Fiqh al biah dari bahasa Arab terdiri bi’ah untuk pengelolaan sumber daya alam yang
dari dua kata, yaitu kata fiqh dan al-bi‘ah. Menurut semestinya; 2. bagaimanamenerapkan prinsip fiqh
bahasa “fiqh” al-fahmu (pemahaman) Sedangkan al-bi’ah dalam RUU PSDA (Rancangan Undang-
secara istilah, fiqh dapat diartikan ilmu Undang Pengelolaan Sumber Daya Alam) terkait
pengetahuan tentang hukum syara’ yang sifatnya pengelolaan sumber daya alam untuk dimasa yang
praktis diambil pada dalil-dalil tafshili (terperinci). akan datang.
Kata “al-bi‘ah” bisa berarti dengan lingkungan
hidup.Mengenai Keunggulan dari Prinsip (fiqh al- METODE
bi’ah) mencoba mensinergikan antara manusia
dengan alam dalam mengelola lingkungan yang Metode yang digunakan dalam kajian ini
penanganannya mendasarkan pada (keselamatan adalah metode hukum normatif, yaitu merupakan
dan pelestariannya), meletakkan suatu dasar moral metode hukum yang dilakukan dengan mengkaji
pendukung segala upaya pengelolaan sumber daya bahan-bahan hukum yang berasal dari peraturan
alam yang dilakukan sertapembinaan selama ini perundang-undangan dan berbagai literatur hukum
yang ternyata masih belum ampuh mengatasi (Soekanto dan Mamudji, 2007:13).Metode ini dapat
kerusakan lingkungan hidup yang ada serta masih dikualifikasikan ke dalam jenis metode hukum
Fitrian Noor, Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Fiqh Al-Bi’ah 51

normatif, karena mengkaji apa yang tertulis dalam krisis ekologis oleh keserakahan manusia dan
berbagai peraturan perundang-undangan (law in kecerobohan penggunaan teknologi
book) dan literatur hukum yang terkait dengan Dalam upaya menyusun fiqh lingkungan ini
permasalahan hukum yang dibahas dalam tulisan (fiqh al-biah), ada ha-hal yang perlu diperhatikan
ini. Pengumpulan bahan hukum dengan cara studi terkait rekonstruksi makna khalifah, ekologi
kepustakaan (library research), dianalisis secara sebagai doktrin ajaran, dan tidak sempurna iman
sistematis, sehingga nantinya hasil dari analisis seseorang jika tidak peduli lingkunga.
tersebut dapat menjawab permasalahan. Kajian
atau tela’ah terhadap hasil pengolahan bahan 1. Rekonstruksi makna khalifah.
hukum dilakukan dengan memberikan pemaknaan Al-Qur’an didalamnya ditegaskan bahwa
beserta penafsiran dengan dibantu dengan teori- menjadi khalifah di muka bumi ini tidak untuk
teori yang telah diuraikan sebelumnya (Fajar dan melakukan perusakan dan pertumpahan darah.
Achmad, 2009:183). Namun dalam membangun kehidupan yang damai,
sejahtera, dan penuh keadilan. Dengan demikian,
HASIL DAN PEMBAHASAN manusia yang melakukan kerusakan di muka bumi
ini secara otomatis mencoreng atribut manusia
Urgensi Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagai khalifah (QS. Al-Baqarah 2:30). Karena,
Berdasar Prinsip Fiqh Al Bi’ah untuk walaupun alam diciptakan untuk kepentingan manusia
Pengelolaan Sumber Daya Alam tetapi tidak diperkenankan menggunakannya secara
semena-mena. Sehingga, perusakan terhadap alam
Fiqh Al-biah merupakan fiqh yang bersumber merupakan bentuk dari pengingkaran terhadap ayat-
dari bahasa Arab tersusun dari dua kata (kalimat ayat (keagungan) Allah, dan akan dijauhkan dari
majemuk; mudhaf dan mudhaf ilaih). Urgensitas rahmat-Nya (QS. Al-A’raf 7:56) “Dan janganlah
Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasar Prinsip kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
Fiqh Al Bi’ah, Al-Qur ’an telah memberikan (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya
penjelasan mengenai spiritual kepada manusia dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
supaya bersikap ramah kepada bumi, sebab bumi (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat
adalah tempat keberlangsungan hidup manusia dan dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.
makhluk hidup lainnya (QS. Al-Rahman: 10).
Penjelasan itu memberikan sinyal bahwa manusia 2. Ekologi sebagai doktrin ajaran.
harus menjaga dan melestarikan bumi dan Yusuf Qardhawi dalam Ri’ayah al-Bi’ah fiy
lingkungan hidup agar tak menjadi rusak, tercemar Syari’ah al-Islam, bahwa memelihara lingkungan,
bahkan menjadi lenyap, oleh sebab hal itu amanah mengelola sumber daya alam sama halnya dengan
Tuhan yang diberikan kepada umat manusia, Islam menjaga lima tujuan dasar Islam (maqashid al-
telah memberikan sebuah sistem atau tatanan syari’ah). Memelihara lingkungan sama
kehidupan yang demokratis dalam segala hal, hukumnya dengan maqashid al-syari’ah. Dalam
termasuk demokratis terhadap bumi (alam). Oleh kaidah Ushul Fiqh disebutkan, ma la yatimmu al-
sebab itu, dalam upaya menghambat percepatan wajib illa bihi fawuha wajibun (Sesuatu yang
krisis lingkungan, upaya pengembangan fikih membawa kepada kewajiban, maka sesuatu itu
lingkungan mesti di lakukan terus. hukumnya wajib).
Sebagai disiplin ilmu yang mengatur
hubungan manusia terhadap Tuhannya, hubungan 3. Tidak sempurna iman seseorang jika tidak
manusia terhadap dirinya sendiri, hubungan peduli lingkungan.
manusia terhadap sesama manusia, hubungan Keberimanan seseorang tidak hanya diukur
manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, dari banyaknya ritual di tempat ibadah. Tapi, juga
maka perumusan fikih lingkungan hidup menjadi menjaga dan memelihara lingkungan merupakan
penting dalam rangka memberikan pencerahan hal yang sangat fundamental dalam kesempurnaan
dan paradigma baru untuk melakukan pengelolaan iman seseorang sesuai sabda Nabi SAW bahwa
lingkungan melalui sebuah ajaran religi yang sesuai kebersihan adalah bagian dari iman.Berdasarkan
dengan hukum-hukum syara’. Perumusan dan dari hal tersebut diatas, menelisik konsepsi
pengembangan sebuah fiqh lingkungan (fiqh al- pengelolaan sumber daya alam adalah mencoba
bi’ah) menjadi suatu pilihan urgen di tengah krisis- merekonstruksi arus pemikiran utama dalam
52 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, Nomor 1, Juni 2018

paradigma pengelolaan atas sumber daya alam Pengelolaan Sumber Daya Alam Untuk Dimasa
yakni yang selama ini kecenderungan negara yang Akan Datang.
terhadap ekploitasi, minimya perbaikan dan Sumber daya alam adalah karunia juga
pelestarian. Terbukti bahwa negara dalam banyak amanah dari Tuhan yang dianugerahkan pada
kasus mengeksploitasi di sektor-sektor tertentu bangsa Indonesia sebagai kekayaantak ternilai
(demi peningkatan pendapatan dan devisa negara, harganya. Prinsip dikuasai negara sebagaimana
maka pemanfaatan SDA dilakukan tanpa ditetapkan dalam UUD NRI 1945 yang kemudian
memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, dijabarkan dalam sub sektoral berbagai peraturan
demokratis dan keberlanjutan fungsi sumber daya perundang-undangan di bawahnya mengenai
alam, ekologi) lingkungan dan sumber daya alam. Pada Pasal 33
Maka Urgensi pengelolaan sumber daya ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
alam berdasar fiqh al bi’ah menjadi penting untuk Indonesia Tahun 1945 mengatur bahwa “Bumi,
di tawarkan. Fiqh al biah dari bahasa Arab terdiri air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dari dua kata (kalimat majemuk; mudhaf dan dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
mudhaf ilaih), yaitu kata fiqh dan al-bi‘ah. Menurut sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat”.
bahasa “fiqh” asalnya dari kata faqiha-yafqahu- Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945
fiqhan yang berarti al-‘ilmu bis-syai‘i terdapat unsur penting untuk pengusahaan bumi,
(pengetahuan terhadap sesuatu), al-fahmu air, dan kekayaan alam Indonesia, antara lain
(pemahaman) Sedangkan secara istilah, fiqh adanya unsur: “dikuasai negara” dan “sebesar-
adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum besar kemakmuran rakyat”. Dua unsur besar
syara’ yang sifatnya praktis diambil pada dalil-dalil tersebut dimanifestasikan dalam paradigma
tafshili (terperinci). Kata “al-bi‘ah” bisa diartikan kedaulatan negara dan kedaulatan rakyat yang
dengan lingkungan hidup, yaitu: Kesatuan ruang menjadi jiwa dari setiap pengusahaan bumi, air,
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk dan kekayaan alam (sumber daya alam).
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang Istilah kedaulatan digunakan oleh Jean Bodin
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan sebagai orang yang pertama kali menggunakan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta pada abad ke-16. Jika kita simak dalam istilah
makhluk hidup lain. bahasa, kedaulatan berasal dari terjemahan kata
Mengenai Keunggulan dari Prinsip (fiqh al- sovereignty dalam bahasa Inggris, selain itu juga
bi’ah) mencoba mensinergikan antara manusia berasal dari bahasa Prancis – souverainete,
dengan alam dalam mengelola lingkungan yang (www.1911encyclopedia.org) bahasa Jerman -
penanganannya mendasarkan pada (keselamatan sovereignitiet, bahasa Belanda - souvereyn dan
dan pelestariannya), meletakan suatu pondasi dalam bahasa Italia - sperenus. Amiruddin
moral untuk mendukung segala upaya pengelolaan berpendapat bahawa kata kedaulatan berasal dari
sumber daya alam yang sudah dilakukan dan bahasa Arab yakni dari kata dala yadûlu atau
dibina selama ini yang ternyata masih belum dalam bentuk jamak duwal yang makna berganti-
mampu mengatasi kerusakan lingkungan hidup ganti atau perubahan (Amirudin, 2001:101). Istilah-
yang sudah ada dan masih terus berlangsung. istilah bahasa diatas menunjukkan pengertian
Pertama; fiqih lingkungan (fiqih al biah) bahwa kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara
dirumuskan para intelektual muslim yang (Concise Routledge Encyclopedia of Philosophy,
mencerminkan gelombang dinamika fiqh terkait 2003:853, Crystal (ed),1990:1132, Amirudin,
adanya perubahan konteks dan situasi. Dua 2001:101). Dalam Kamus Umum Bahasa Indo-
rumusan metode yang dilakukan untuk nesia kedaulatan bermakna kekuasaan yang
membangun fiqh lingkungan, yakni mashlahah tertinggi atau hak dipertuan (atas pemerintahan
dan maqasid asy-syari’ah. Konsep mashlahah negara) (Poerwadarminta, 2005: 269-270).
berkaitan sangat erat dengan maqasid asy- Menelaah lebih jauh pertama-tama akan
syariah, karena dalam pengertian sederhana, bahas dengan beranjak dari hak menguasai atas
mashlahah merupakan sarana untuk merawat SDAoleh negara, sejalan dengan prinsip
maqasid asy-syariah. kedaulatan negara bukan merupakan sesuatu yang
Menerapkan Prinsip Fiqh Al-Bi’ah dalam asing bahkan telah mendapat pengakuan
RUU PSDA (Rancangan Undang-Undang sepenuhnya oleh hukum internasional
Pengelolaan Sumber Daya Alam) Terkait sebagaimana dijumpai pada berbagai dokumen
Fitrian Noor, Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Fiqh Al-Bi’ah 53

resmi (Hasan, 2017).Tentang Penentuan nasib Pengelolaan lingkungan hidup ditegaskan


sendiri pada bidang ekonomi tanggal 21 Desember kembali dalam pasal 2 UU No.32 Tahun 2009
1952 Resolusi Majelis Umum Perserikatan tentang PPLH. Pada pasal tersebut dikatakan
Bangsa-Bangsa (PBB). Resolusi itu menegaskan bahwa “pengelolaan Lingkungan Hidup
tentang hak setiap negara dalam pemanfaatan berazaskan kelestarian dan keberlanjutan.
secara bebas Sumber Daya Alam-nya: 1. Resolusi Sedangkan penjelasannya mengatakan bahwa
Majelis Umum PBB pada Tanggal 14 Deseember yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan
1962, 25 November 1966, dan 17 Desember 1973. keberlanjutan” adalah bahwa setiap orang
Resolusi dimaksud menambah luas ruang lingkup memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap
prinsip hak(penguasaan permanen) permanent generasi mendatang dan terhadap sesamanya
sovereigntyatas kekayaan alam di dasar laut dan dalam satu generasi dengan melakukan upaya
tanah di bawahnya yang masih berada dalam pelestarian daya dukung ekosistem dan
yurisdiksi Negara; 2. Mengenai pembentukan Tata memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
Ekonomi Internasional Baru dan Program Hak- Bab IV Arah Kebijakan Huruf H SDA dan
hak Ekonomi dan Kewajiban Negara (Charter Lingkungan Hidup angka 4, yang menyatakan:
of Economic Rights and Duties of States). “Mendayagunakan SDA untuk sebesar-besarnya
Resolusi Majelis Umum PBB Tahun 1974 dan kemakmuran rakyat dengan memperhatikan
Deklarasi. Resolusi terkait memberikan penegasan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan
kembali mengenai hak menguasai oleh negara hidup, pembangunan yang berkelanjutan,
dalam mengawasi kekayaan alamnya dalam upaya kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat
peningkatan pertumbuhan ekonomi; 3. Covenant lokal, serta penataan ruang, yang pengusahaannya
on Economic, Social and Cultural Rights (Pasal diatur dengan undang-undang”. Termuat dalam
1) dan Covenant on Civil Political Rights (Pasal Ketetapan MPR RI Nomor IV/ MPR RI/1999
1) tanggal 16 Desember 1966. Perjanjian tersebut tentang GBHN Tahun 1999-2004, dan juga pada
menegaskan tentang hak suatu negara untuk ketentuan TAP MPR RI No IX/MPR/2001
memanfaatkan secara bebas kekayaan alamnya; mengenai Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
4. Declaration on the Human Environment SDA, khususnya Pasal 6 yang menyatakan:
Tahun 1972 di Stockholm. Dalam Pasal 11 dan 12 “Menugaskan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
ditegaskan bahwa negara mempunyai hak bersama Presiden Republik Indonesia untuk
berdaulat dalam pemanfaatan SDA-nya sesuai segera mengatur lebih lanjut pelaksanaan
dengan kebijakan pemeliharaan lingkungannya. pembaruan agraria dan pengelolaan Sumber daya
Dalam memanfaatkan SDA tersebut, negara alam serta mencabut, mengubah dan/atau
mempunyai tanggung jawab atas kegiatan yang mengganti semua undang-undang dan peraturan
merugikan lingkungan, baik di wilayahnya sendiri, pelaksanaannya yang tidak sejalan dengan
sekaligus di wilayah negara lain. Ketetapan ini”(Jazuli, 2015).
Indonesia mengeluarkan undang-undang Semua peraturan perundang-undang tersebut
yang sangat penting pada tahun 1982 tentang tentulah harus sejalan dan sesuai dengan amanat
pengelolaan lingkungan hidup, yaitu Undang- Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan- Republik Indonesia Tahun 1945. Penguasaan
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup sumber daya alam oleh negara, sebagaimana diatur
(paradigmanya bertumpu pada “hukum lingkungan dalam UUD NRI 1945 tidak dapat dipisahkan
sebagai payung”), yang kemudian telah diubah dengan tujuan dari penguasaan tersebut yaitu guna
dengan UU No 23 Tahun 1997 mengenai mewujudkan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pengelolaan Lingkungan Hidup (paradigma Keterkaitan penguasaan oleh negara untuk
bercorong pada “Mengelola”). Kebijakan kemakmuran rakyat, menurut Bagir Manan akan
mengenai pengelolaan lingkungan hidup sejalan mewujudkan kewajiban negara dalam hal:1.
diundangkannya undang-undang lingkungan hidup Segala bentuk pemanfaatan (bumi dan air) serta
tersebut adalah tanggapan (response) pemerintah hasil yang didapat (kekayaan alam), harus secara
dan bangsa Indonesia terhadap United Confer- nyata meningkatkan kemakmuran dan
ence on The Human Environment yang kesejahteraan masyarakat;2. Melindungi dan
diselenggarakan tanggal 5 sampai dengan 16 Juni menjamin segala hak-hak rakyat yang terdapat di
1972 di Stockholm itu (www.kemenkopmk.go.id). dalam atau di atas bumi, air dan berbagai kekayaan
54 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, Nomor 1, Juni 2018

alam tertentu yang dapat dihasilkan secara yang komprehensif terhadap permasalahan-
langsung atau dinikmati langsung oleh rakyat;3. permalasahan yang ada, dimana pandangan
Mencegah segala tindakan dari pihak manapun kedaulatan sumber daya alam sesuai prinsip
yang akan menyebabkan rakyat tidak mempunyai fiqh al bi’ah dimaksud ialah dengan diberikan
kesempatan atau akan kehilangan haknnya dalam doktrin kepahaman bagaimana sumber daya
menikmati kekayaan alam(Manan, 1995: 17). alam itu berkuasa agar tercipta sumber daya
Langkah-langkah pengarusutamaan yang dimuliakan, dihargai kemanfaatanya, dan
pembangunan berkelanjutan bagi seluruh sektor dilestarikan seperti halnya bagaimana
haruslah ditempuh dalam setiap kebijakan masyarakat adat kita memberdayakan sumber
pembangunan termasuk didalamnya pemahaman daya alam (lingkungan). Pengelolaan sumber
paradigma sumber daya alam yang berdaulat daya alam yang berkelanjutan bagi seluruh
sebagai konsep dalam rangka menciptakan sektor haruslah ditempuh dalam setiap
terjaminnya keseimbangan dan kelestarian fungsi kebijakan pembangunan termasuk didalamnya
SDA dan lingkungan hidup di masa dan generasi pemahaman paradigma sumber daya alam
mendatang. Penerapan prinsip fiqh al-bi’ah dalam yang berdaulat sebagai konsep dalam rangka
RUU PSDA (Rancangan Undang-Undang menciptakan terjaminnya keseimbangan dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam) terkait kelestarian fungsi sumber daya alam dan
pengelolaan sumber daya alam untuk dimasa yang lingkungan hidup di masa mendatang.
akan datang menjadi keharusan. Prinsip fiqh al- 2. Pengelolaan sumber daya alam merupakan
bi’ah akan menjadi sarana meletakkan paradigma tujuan utama dalam pemenuhannya untuk
prinsip pengelolaan sumber daya alam ke dalam tercapainya pemeliharaan alam (hifdz al-
peraturan nasional, ialah bentuk yang ideal tentang ’âlam) dalam konsep fiqh al-bi’ah.Dalam
persoalan paradigmatik menuju pengelolaan konteks tersebut fiqh al-bi’ah merupakan
sumber daya alam yang berdaulat dan sarana yang tepat untuk meletakkan paradigma
berkesinambungan.Prinsip fiqh al-bi’ah dapat prinsip pengelolaan sumber daya alam ke
diterapkan dalam norma pembentukan peraturan dalam peraturan nasional, konvergensi ini
perundang-undangan dalam RUU PSDA menurut penulis ialah bentuk yang ideal tentang
persoalan paradigmatik menuju pengelolaan
SIMPULAN sumber daya alam yang berdaulat dan
berkesinambungandalam RUU PSDA
1. Paradigma tentang kedaulatan sumber daya (Rancangan Undang-Undang Pengelolaan
alam menjadi sebuah solusi sudut pandang Sumber Daya Alam).

DAFTAR RUJUKAN

Amirudin, M. Hasbi2001.Konsep Negara Jazuli, Ahmad, “Dinamika Hukum LH dan SDA


Islammenurut Fazlur Rahman. Dalam Rangka Pembangunan
Yogyakarta: UII Press. Berkelanjutan”, Jurna Rechtsvinding Vol-
David Crystal (ed).1990. The Cambridge Ency- ume 4, Nomor 2, Agustus 2015.
clopedia, Australia: Cambridge University Ketetapan MPR RI Nomor IV/ MPR RI/1999
Press. tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
Djazuli, A.2007.Fiqih Siyasah Implementasi Tahun 1999-2004.
Kemaslahatan Umat Rambu-rambu Ketetapan MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang
Syariah. Jakarta:Prenada Media Grup Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA.
http://www.1911encyclopedia.org/Sovereignty Manan,Bagir. 1995. Pertumbuhan dan
ht t p :/ / ww w. kemen ko p mk. g o. id / a r t i kel/ Perkembangan Konstitusi Suatu
p emer int a h- t er b it ka n- r p jmn- 2 0 15 - Negara. Bandung: Mandar Maju.
2019#stashh.ly GahL7Q.dpuf, Muhammad AA, Bunyan: Dirâsah Tahlîliyyah
Ibrahim.Johnny.2006. Teori dan Metodologi Naqdiyyah li Nuzhûm al-Ma’rifah fi al-
Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Tsaqafat al-‘Arabiyyah, Bayrût: al-Markaz
Malang. al-Tsaqafi al-‘Arabi, 1993
Nurjaya, I Nyoman. 2006.Pengelolaan Sumber
Fitrian Noor, Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Fiqh Al-Bi’ah 55

Daya Alam, Dalam Perspektif Antropologi Zuhdi, Muhammad Harfin, “FIQH AL-BÎ’AH:
Hukum. Malang: UM Press, Tawaran Hukum Islam Dalam Mengatasi
Poerwadarminta, W.J.S.2005.Kamus Umum Krisis Ekologi”, Jurnal AL-‘ADALAH
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Vol. XII, No. 4, Desember 2015.
Pustaka. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indone-
Salim, Agus, “Pengusahaan Migas di Indone- sia Tahun 1945
sia dalam Perspektif Kedaulatan Negara Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Atas SDA (3): Kedaulatan Negara dalam Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Pengusahaan Migas” esdm.go.id/berita/ Lingkungan Hidup
56-artikel/4940-pengusahaan-migas-di- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
indonesia-dalam-perspektif-kedaulatan- Pengelolaan Lingkungan
negar a-3-kedaulatan-negar a-dalam- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
pengusahaan-migasl. Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan
Sjadzali, Munawir.Islam dan Tata Negara: hidup
Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. Jakarta:
UI Press, 1993.

Anda mungkin juga menyukai