Anda di halaman 1dari 42

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN HUKUM, ASAS-ASAS, PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN SDA


DAN LINGKUNGAN

2.1.1 LANDASAN HUKUM


Landasan adalah titik tolak yang mendasari suatu hal, hukum adalah aturan baku yang
patut ditaati, dan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia. Kata landasan dalam hukum berarti
melandasi atau mendasari atau titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai
aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini, bila
dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan
hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam
melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu.
Istilah Sumber Daya Alam sendiri secara yuridis dapat ditemukan di Ketetapan MPR RI
Nomor IV/MPR RI/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004,
khususnya Bab IV Arah Kebijakan Hurup H Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup
angka 4, yang menyatakan: Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan
hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat
lokal, serta penataan ruang, yang pengusahaannya diatur dengan undang-undang.
Sedang pengertian Sumber Daya Alam (SDA) sendiri secara yuridis cukup sulit
ditemukan, namun kita dapat meminjam pengertian SDA ini dari RUU Pengelolaan SDA
yang memberikan batasan/pengertian sebagai berikut: Sumber daya alam adalah semua
benda, daya, keadaan, fungsi alam, dan makhluk hidup, yang merupakan hasil proses
alamiah, baik hayati maupun non hayati, terbarukan maupun tidak terbarukan .
Penjelasan yang agak cukup gamblang dapat kita pahami dari Sundari Rangkuti, yang
menyatakan:Pada pengelolaan lingkungan kita berhadapan dengan hukum sebagai sarana
pemenuhan kepentingan. Berdasarkan kepentingan-kepentingan lingkungan yang
bermacam-macam dapat dibedakan bagian-bagian hukum lingkungan:
a. Hukum Bencana (Ramperenrecht);
b. Hukum Kesehatan Lingkungan (Milieuhygienerecht);
c. Hukum tentang Sumber Daya Alam (Recht betreffende natuurlijke rijkdommen) atau
Hukum Konservasi (Natural Resources Law);
d. Hukum tentang Pembagian Pemakaian Ruang (Recht betreffende de verdeling van het
ruimtegebruik) atau Hukum Tata Ruang;
e. Hukum Perlindungan Lingkungan (Milieu beschermingsrecht)
Dari penjelasan itu tampak bahwa sebetulnya Hukum SDA merupakan bagian dari
Hukum Lingkungan, menurut Rangkuti Hukum Lingkungan menyangkut penetapan nilai-
nilai (waardenbeoordelen), yaitu nilai-nilai yang sedang berlaku dan nilai-nilai yang
diharapkan diberlakukan di masa mendatang serta dapat disebut hukum yang mengatur
tatanan lingkungan hidup. Dengan demikian Hukum Lingkungan adalah hukum yang
mengatur hubungan timbal balik antara manusia dengan mahluk hidup lainnya yang apabila
dilanggar dapat dikenankan sanksi.

1) Bidang-Bidang SDA Dan Kelembagaan Pengelolaan


Bidang-bidang yang terkait dan melingkupi persoalan Sumber Daya Alam di Indonesia
antara lain adalah:
1. Bidang Agraria yang telah diatur oleh UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria;
2. Bidang Pertambangan yang telah diatur oleh UU No. 11 Tahun 1967 tentang
Pertambangan;
3. Bidang Pengairan yang telah diatur oleh UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air;
4. Bidang Perikanan yang telah diatur oleh UU No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan;
5. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya yang telah diatur oleh
UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
6. Bidang Kehutanan yang telah diatur oleh UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan.
2) Kajian Hukum Tentang Pengelolaan SDA Peraturan Per-UU yang Berkaitan
Dengan SDA
Sebagaimana yang telah disinggung di atas undang-undang yang berkaitan dengan
sumber daya alam pada pokoknya adalah: (1) Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; (2) Undang-undang Nomor 11 tahun 1967 tentang
Ketentuan Pokok Pertambangan; (3) Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang
Pengairan; (4) Undang-undang Nomor tahun 2004 tentang Perikanan; (5) Undang-undang
Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; (6)
Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

2.1.2 ASAS-ASAS PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN


a. Asas tanggung jawab negara
Asas tanggung jawab negara merupakan perwujudan dari prinsip negara sebagai
organisasi kekuasaan (politik), berkewajiban melindungi warga negara atau penduduknya,
teritorial dan semua kekayaan alam serta harta benda dari negara dan penduduknya. Asas ini
relevan dengan pendapat pakar politik negara Adolf Markel yang mengatakan bahwa segala
yang berbau kepentingan umum harus dilindungi dan dijamin secara hukum oleh negara.
Dewasa ini hampir tidak ada suatu kekuasaan yang tidak diikuti oleh tanggung jawab dan
kewajiban. Sebab bila tidak, hal demikian mengarah kepada Negara totaliter. Dengan
demikian kekuasaan akan diikuti kemudian, baik dengan kewajiban maupun tanggung jawab,
karena keduanya memiliki hubungan konsekuensi.

b. Asas manfaat
Asas manfaat, mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup. Asas manfaat ini diartikan sebagai sebuah upaya sadar dan terencana, yang
memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi kini serta generasi
mendatang. Asas ini bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata
berdasarkan prinsip kebersamaan dan keseimbangan untuk mencegah terjadinya kesenjangan
ekonomi, konflik sosial, dan budaya.
c. Asas keadilan
Prinsip keadilan meliputi aspek-aspek kesejahteraan rakyat, pemerataan, pengakuan
kepemilikan masyarakat adat, pluralisme hukum, dan perusak membayar. Asas keadilan ini
bertujuan untuk perwujudan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya alam yang menjamin
keadilan antar dan intra generasi. Asas ini bertujuan untuk mewujudkan perlindungan hukum
bagi masyarakat adat dan masyarakat lainnya dalam pengelolaan sumber daya alam.

d. Asas keseimbangan
Pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi
dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan
kesejahteraan manusia. Pengertian pelestarian mengandung makna tercapainya kemampuan
lingkungan yang serasi dan seimbang dan peningkatan kemampuan tersebut. Hanya dalam
lingkungan yang serasi dan seimbang dapat dicapai kehidupan yang optimal.

e. Asas berkelanjutan
Asas berkelanjutan mengandung makna setiap orang memikul kewajibannya dan
tanggung jawab terhadap generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu generasi,
untuk terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab tersebut, maka kemampuan lingkungan
hidup, harus dilestarikan. Terlestarikannya kemampuan lingkungan hidup menjadi
tumpuannya dalam meningkatkan pembangunan.Asas berkelanjutan (sustainable principle)
diadopsi dari prinsip ekologi pembangunan berkelanjutan (environmental sustainable
development) yang dihasilkan oleh KTT Rio.

f. Asas keterpaduan
Bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan
berbagai unsur atau mensinergikan berbagai komponen terkait.

g. Asas ekoregion
Bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan
karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat,
dan kearifan lokal.
h. Asas keanekaragaman hayati
Bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan upaya
terpadu untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya
alam hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang
bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

i. Asas pencemar membayar


Bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan
lingkungan.

j. Asas partisipatif
Bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses
pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

k. Asas kearifan lokal


Bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

l. Asas tata kelola pemerintahan yang baik


Bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.

m. Asas otonomi daerah


Bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan mem

n. Asas keserasian dan keseimbangan


Bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.
2.1.3 PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN
Agar kelestarian atau potensi sumber daya alam tetap ada, diperlukan prinsip-prinsip
pengelolaan sumber daya alam antara lain sebagai berikut :

1. Prinsip Optimal
Seluruh sumber daya alam yang terkandung di dalam bumi Indonesia ini merupakan milik
negara dan harus dipergunakan untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat.Optimalisasi
pengelolaan sumber daya alam ini mutlak harus dilakukan. Optimalisasi sumber daya alam
dapat berupa pemanfaatan sumber daya alam dengan cara mengambil kekayaan alam secara
menyeluruh dengan memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian dengan tetap
memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam tersebut dikemudian hari.

2. Lestari
Lestari adalah upaya pengelolaan sumber daya alam beserta ekosistemnya dengan tujuan
mempertahankan sifat dan bentuknya.Prinsip lestari dalam pengelolaan sumber daya alam
adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga SDA yang ada.
Contoh penerapan konsep lestari dalam pengelolaan SDA adalah:
Menggunakan pupuk alami atau organic
Penggunaan pestisida sesuai kebutuhan
Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/ perbukitan)
Pelestarian udara
Pelestarian hutan
Pelestarian flora dan fauna
Pelestarian laut dan pantai
2.2 PENGERTIAN, KLASIFIKASI DAN JENIS-JENIS PENGELOLAAN SDA DAN
LINGKUNGAN

2.2.1 Pengertian sumber daya alam


Sumber daya alam merupakan istilah yang berhubungan dengan materi-materi dan potensi
alam yang terdapat di planet bumi yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Materi
alam tersebut dapat berupa benda hidup (unsur-unsur hayati), yaitu hewan dan tumbuhan.
Terdapat pula benda mati (nonhayati), seperti tanah, udara, air, bahan galian atau barang
tambang. Selain itu terdapat pula kekuatan-kekuatan alam menghasilkan tenaga atau energi.
Misalnya, panas bumi (geothermal), energi matahari, kekuatan air, dan tenaga angin. Sumber
daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya.

Pengertian SDA menurut para Ahli


Sumber Daya Alam adalah Menurut Suryanegara (1977) mengatakan bahwa secara
definisi sumber daya alam adalah unsur - unsur lingkungan alam, baik fisik maupun hayati yang
diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna meningkatkan kesejahteraan hidup.
Sumber Daya Alam adalah Menurut Katili (1983) mengemukakan bahwa sumber daya
alam adalah semua unsur tata lingkungan biofisik yang nyata atau potensial dapat memenuhi
kebutuhan manusia.
Menurut Nurmala Dewi, pengertian sumber daya alam (Natural Resources) adalah semua
kekayaan bumi baik yang bersifat biotic ataupun abiotik yang dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia.
Istilah sumber daya alam menurut ireland dalam soerianegara adalah keadaan lingkungan
alam yang mempunyai nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Menurut Isard dalam soerianegara mendefinisikan sumber daya alam sebagai keadaan
lingkungan dan bahan bahan mentah yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Soerianegara mengatakan secara definisi Sumber daya alam adalah unsur - unsur
lingkungan alam , baik fisik maupun hayati yang diperlukan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna meningkatkan kesejahteraan hidup.
2.2.2 Jenis-jenis sumber daya alam (SDA)

a. Jenis-Jenis Sumber Daya Alam Berdasarkan Keterbaruannya


(1) Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah setiap sumber daya alam yang tidak akan
habis meski digunakan secara terus-menerus, karena jenis sumber daya alam ini bisa
diperbaharui, didaur ulang, atau dibuat kembali. Contoh-contoh sumber daya alam yang dapat
diperbaharui antara lain tumbuhan, hewan, air, hasil hutan, dan lain sebagainya.
(2) Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah setiap sumber daya alam yang akan
habis setelah digunakan secara terus-menerus, karena keberadaannya terbatas dan tidak bisa
diperbaharui, didaur ulang, atau dibuat kembali. Contoh sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui di sekitar lingkungan kita, misalnya bahan tambang seperti emas, perak, besi,
tembaga, nikel, serta minyak bumi seperti bensin dll.

b. Jenis-Jenis Sumber Daya Alam Berdasarkan Asalnya


(1) Sumber daya hayati/biotik
Sumber daya hayati adalah setiap sumber daya alam yang berasal dari mahluk hidup. Dalam
istilah asing, sumber daya alam hayati disebut juga biotic resource. Contoh-contoh sumber daya
alam hayati cukup banyak terdapat di sekitar kita, misalnya susu, telur, bulu, daging yang
berasal dari hewan; kayu, sayuran, buah, getah, umbi-umbian yang berasal dari hewan, serta
beragam mikroorganisme yang sering dimanfaatkan dalam bioteknologi.
(2) Sumber daya alam non hayati/abiotik
Sumber daya non-hayati adalah sumber daya alam yang bukan berasal dari mahluk hidup. Dalam
istilah asing, sumber daya alam non-hayati disebut juga abiotic resource. Contoh-contoh sumber
daya alam non-hayati misalnya bahan tambang, udara, sinar matahari, batu akik, minyak bumi,
dan lain sebagainya.
c. Jenis-Jenis Sumber Daya Alam Berdasarkan Pemanfaatannya
(1) Sumber daya alam penghasil bahan baku
Sumber daya alam ini adalah sumber daya alam yang digunakan sebagai bahan baku untuk
menghasilkan jenis barang lain yang nilai ekonomis dan fungsinya lebih baik. Contoh-contoh
sumber daya alam penghasil bahan baku, misalnya hasil perikanan, bahan tambang, hasil
pertanian, dan hasil kehutanan.
(2) Sumber daya alam penghasil energi.
Sumber daya alam penghasil energi adalah sumber daya alam yang digunakan sebagai sumber
energi dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Contoh-contoh sumber daya alam jenis ini
misalnya minyak bumi, gas alam, sinar matahari, angin, ombak, air terjun, batu bara, dan lain
sebagainya.

d. Jenis-jenis Sumber Daya Alam berdasarkan nilai kegunaannya


1. Sumber Daya Alam Ekonomis Tinggi
Sumber daya alam ekonomis tinggi adalah sumber daya alam yang cara mendapatkannya
diperlukan biaya yang besar. Contohnya adalah mineral-mineral logam mulia seperti emas,
perak, dan intan.
2. Sumber Daya Alam Ekonomis Rendah
Sumber daya alam ekonomis rendah adalah sumber daya alam yang cara mendapatkannya
dengan biaya yang cukup murah dan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Contohnya
adalah bahan-bahan bangunan seperti pasir, batu, dan gamping.
3. Sumber Daya Alam Nonekonomis
Sumber daya alam nonekonomis adalah sumber daya alam yang cara mendapatkannya tidak
perlu mengeluarkan biaya sama sekali atau dengan kata lain tanpa pengorbanan serta tersedia
dalam jumlah tidak terbatas. Contohnya adalah udara, suhu, sinar matahari, dan angin.

2.2.3 Klasifikasi dumber daya alam (SDA) menurut para ahli

Menurut Mattheus et al 1971 dalam soerianegara pembagian lain membedakan sumber daya
alam menurut macam habitat dan subratum yaitu sumber daya alam terestris ( daratan )
dan sumber daya alam akuatik (perairan).
Menurut Isard 1972 dalam soerianegara sumber daya alam dapat dilihat dari tiga kemungkinan
pemulihannya yaitu :
1). Sumber daya alam yang dapat dipulihkan adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui
berupa benda hidup yang dapat dikembangkan terus menerus sehingga tidak pernah habis.
Sumber daya alam ini terdiri dari sumber daya alam hayati, contohnya pertanian, perkebunan dan
perhutanan, dan sumber daya alam hewani, contohnya peternakan dan perikanan.
2). Sumber daya alam yang tidak dapat dipulihkan adalah sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui sehingga tidak dapat dikembangkan apabila telah habis, karena berupa benda benda
mati sehingga tidak dapat dikembang biakkan. Contohnya adalah minyak bumi, bauksit, emas,
perak dan timah.
3). Sumber daya alam yang tidak akan pernah habis atau punah adalah sumber daya alam yang
berupa benda mati, tetapi mempunyai sifat tidak pernah punah atau habis karena terus menerus
diperbaharui secara alami. Contohnya energi matahari, energi pasang surut, serta udara dan air
dalam siklus hidrologi.

Klasifikasi Sumberdaya Alam Menurut Owen


Berdasarkan sifatnya Owen (1980) mengelompokan sumberdaya alam
yang Inexhaustible dan Exhaustible.

Klasifikasi Sumberdaya Alam Menurut Barlow


Barlow (1972) mengelompokan sumberdaya alam menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Sumberdaya Alam Tidak Dapat Pulih
Sumberdaya alam yang tidak dapat pulih atau tidak dapat diperbaharui mempunyai sifat bahwa
volume fisik yang tersedia tetap dan tidak dapat diperbaharui atau diolah kembali. Untuk
terjadinya sumberdaya alam jenis ini diperlukan ribuan tahun. Metal, batu bara, minyak bumi,
dan batu-batuan termasuk dalam kategori ini. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaiki ini
dapat digolongkan lagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Sumber daya seperti batu bara dan mineral yang sifatnya dapat dipakai habis atau perubahan
secara kimiawi melalui penggunaan.
2. Sumber daya seperti logam dan batu-batuan yang mempunya umur penggunaan yang lama
dan seringkali dapat dipakai ulang.

2) Sumberdaya Alam Yang Pulih


Sumberdaya alam yang pulih atau yang dapat diperbaharui ini mempunyai sifat terus menerus
ada, dan dapat diperbaharui oleh alam sendiri maupun dengan bantuan manusia. Yang termasuk
kelompok sumberdaya alam jenis ini adalah sumberdaya air (baik yang mengalir di sungai,
maupun yang ridak mengalir seperti danau dan laut), angin, cuaca, gelombang laut, sunar
matahari dan bulan.

3) Sumberdaya Alam Yang Mempunyai Sifat Gabungan


Sumberdaya alam yang ada dalam kelompok ini masih dapat dibedakan menjadi dua macan
yaitu:
a. Sumberdaya Biologis
Yang termasuk sumberdaya biologis adalah hasil panen, hutan, margasatwa, padang rumput,
perikanan dan peternakan.
b. Sumberdaya Tanah
Sumberdaya tanah ini menggambarkan gabungan antara sifat sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui, yang tidak dapat diperbaharui maupun sumberdaya biologis.

Klasifikasi Sumberdaya Alam Menurut Camp Dan Daugherty


Menurut Camp dan Daugherty (1991), sesuai dengan sifat-sifatnya, SDA dapat dikelompokan
menjadi sumberdaya alam tidak terhabiskan (Non-Exhaustible Resources), SDA terbarukan
(Renewable Resources) dan SDA terhabiskan (Exhaustible Resources).
2.3 MASALAH SERTA CARA PENANGGULANGAN MASALAH PENGELOLAAN
SDA DAN LINGKUNGAN

2.3.1 PERMASALAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI NEGARA


BERKEMBANG

Konsep pembangunan yang tidak berkelanjutan dan tidak berwawasan lingkungan bukan
hanya akan memperparah masalah-masalah lingkungan dan sosial yang ada namun juga akan
memicu timbulnya masalah-masalah lingkungan yang baru.

Terdapat 5 isu pokok lingkungan aktual yaitu:

Kerusakan hutan dan lahan


Kerusakan pesisir dan laut
Pencemaran air, tanah dan udara
Permasalahan lingkungan perkotaan
Kemasyarakatan
Isu-isu aktual diatas merupakan status lingkungan atas tekanan aktivitas manusia. Untuk
mengantisipasi dan mengatasi status kerusakan tersebut, masyarakat menunjukkan respon atas
perubahan-perubahan yang terjadi melalui kebijakan-kebijakan lingkungan, ekonomi dan
sektoral dan melalui kesadaran dan perubahan perilaku.
Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran
serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat
kebijaksanaan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan
lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan, sumberdaya manusia
dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan perundangan,informasi serta
pendanaan. Pada prinsipnya, tidak terdapat perbedaan yang mendasar antara masalah-masalah
pengelolaan lingkungan hidup yang terjadi di negara-negara berkembang dan di Indonesia. Oleh
karena itu, bahasan-bahasan berikut akan lebih ditekankan pada masalah-masalah pengelolaan
lingkungan hidup di Indonesia.

2.3.2 KEBIJAKAN SUMBER DAYA ALAM DAN STRUKTUR PENGUASAAN


SUMBER DAYA ALAM
Kebijakan Nasional dan Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sesuai dengan UU 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
Bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari
pemerintah pusat kepada daerah:

Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.


Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.
Membangun hubungan interdependensi antar daerah.
Menetapkan pendekatan kewilayahan.
2.3.3 PERMASALAHAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN DI INDONESIA
Sebagai jawaban atas permasalahan kebijakan pengelolaan lingkungan, pemerintah
menerbitkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 yang disempurnakan melalui penerbitan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Terbitnya UU No. 32 Th. 2009 tersebut tampaknya memang ditujukan untuk lebih
memperkuat aspek perencanaan dan penegakan hukum lingkungan hidup, yang mana terlihat
dari struktur UU yang lebih dominan dalam mengatur aspek perencanaan dan penegakan hukum.
Meskipun demikian terdapat celah yang cukup mencolok dalam UU No. 32 Th. 2009, yaitu
ketiadaan pasal dan ayat yang menyinggung tentang komitmen para pemangku kepentingan
untuk memperlambat, menghentikan dan membalikkan arah laju perusakan lingkungan (Adnan,
2009).
Kasus 1: Kelemahan Sistem Perundangan dan Hukum Lingkungan
Terkait dengan permasalahan pengelolaan lingkungan hidup yang berhubungan dengan
kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, terdapat beberapa kajian mengenai celah yang
ada. Salah satu contoh adalah kajian oleh Sarah Waddell (2002), seorang ahli yang bekerja di
Program Pengelolaan Lingkungan Hidup Indonesia-Jerman (ProLH-GTZ). Berdasarkan
pengamatannya, pada tingkat nasional perangkat hukum lingkungan relatif lengkap, meskipun
masih ada celah-celah yang muncul karena substansi peraturan tidak cukup komprehensif, tidak
dapat menggunakan rangkaian perangkat kebijakan dengan baik atau tidak dapat merumuskan
prinsip-prinsip pengelolaan hidup dalam ketentuan hukum dengan tepat.
Ringkasan mengenai celah-celah hukum lingkungan hidup di tingkat nasional dan daerah
disajikan pada tabel 1 berikut;
Tabel Ringkasan Celah-celah Hukum Lingkungan Hidup di Tingkat Nasional dan Daerah di
Indonesia
N Pokok Masalah Tingkat Nasional Tingkat Daerah
o.
1 Pengelolaan Kualitas Air Tawar Ada Ada
2 Pengendalian Limbah Cair Ada Ada
3 Kualitas Air Tanah Diabaikan Diabaikan
4 Kualitas Air Laut Ada Diabaikan
5 Pencemaran Udara dari Sumber Ada Diabaikan
Bergerak
6 Pencemaran Udara dari Sumber Ada Tidak lengkap
Tidak Bergerak
7 Pencemaran Udara dari Diabaikan Diabaikan
Kebakaran
8 Pengelolaan dan Pengendalian Diabaikan Diabaikan
Tanah Terkontaminasi
9 Pengelolaan Limbah Berbahaya Tidak lengkap Diabaikan
dan Beracun
1 Pengendalian Zat-zat Kimia dari Tidak Lengkap Tidak Lengkap
0 Industri Pertanian
1 Pengelolaan Tanah Diabaikan Diabaikan
1
1 Pengelolaan Sumber Daya Air Tidak Tidak
2 terkoordinasi terkoordinasi
1 Pengelolaan Hutan Ada Tidak Lengkap
3
1 Perlindungan Lahan Basah Diabaikan Diabaikan
4
1 Perlindungan Daerah Pesisir Tidak Tidak
5 terkoordinasi terkoordinasi
1 Perlindungan Sumber Daya Laut Diabaikan Diabaikan
6
1 Perlindungan Keanekaragaman Ada Ada
7 Hayati didalam Kawasan Lindung
1 Perlindungan Keanekaragaman Tidak Diabaikan
8 Hayati diluar Kawasan Lindung terkoordinasi
1 Perlindungan Spesies Langka Tidak lengkap Diabaikan
9

Keinginan politik untuk menindak tegas pelanggaran terhadap peraturan lingkungan


hidup patut kita hargai namun fakta-fakta dan kesulitan-kesulitan pelaksanaan dilapangan juga
perlu dijadikan bahan pertimbangan.

Kasus 2: Tumpang-tindih Kebijakan Pengelolaan Lingkungan dalam Otonomi Daerah


Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas
dari pemerintah pusat kepada daerah untuk menyusun desain kebijakan dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Meskipun demikian, antara pemerintah pusat dan daerah seringkali terjadi
tumpang-tindih kebijakan pengelolaan lingkungan dan sering tidak saling terkoordinasi dengan
baik.
Hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup di daerah dalam era otonomi
daerah antara lain sebagai berikut;

Ego sektoral dan daerah. Otonomi daerah yang diharapkan dapat melimbahkan sebagian
kewenangan mengelola lingkungan hidup di daerah belum mampu dilaksanakan dengan
baik.
Tumpang tindih perencanaan antar sektor. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam
perencanaan program (termasuk pengelolaan lingkungan hidup) terjadi tumpang tindih
antara satu sektor dan sektor lain.
Pendanaan yang masih sangat kurang untuk bidang lingkungan hidup. Program dan kegiatan
mesti didukung dengan dana yang memadai apabila mengharapkan keberhasilan dengan
baik.
Keterbatasan sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia seringkali masih belum
mendukung. Personil yang seharusnya bertugas melaksanakan pengelolaan lingkungan
hidup (termasuk aparat pemda) banyak yang belum memahami secara baik tentang arti
pentingnya lingkungan hidup.
Eksploitasi sumberdaya alam masih terlalu mengedepankan profit dari sisi ekonomi.
Sumberdaya alam seharusnya digunakan untuk pembangunan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat. Walaupun kenyataannya tidak demikian; eksploitasi bahan tambang, logging
hanya menguntungkan sebagian masyarakat, aspek lingkungan hidup yang seharusnya,
kenyataannya banyak diabaikan. Fakta menunjukkan bahwa tidak terjadi keseimbangan
antara ekonomi dan lingkungan hidup.
Lemahnya implementasi peraturan perundangan. Peraturan perundangan yang berkaitan
dengan lingkungan hidup, cukup banyak, tetapi dalam implementasinya masih lemah.
Lemahnya penegakan hukum lingkungan khususnya dalam pengawasan.
Pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup.
Penerapan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Penerapan teknologi tidak ramah
lingkungan dapat terjadi untuk mengharapkan hasil yang instant, cepat dapat dinikmati.

Kasus 3: Pelaksanaan AMDAL


Dalam kaitannya dengan perijinan usaha, telah terbit Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1999 tentang AMDAL, diikuti dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8
Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Dari aturan-aturan hukum yang mengikat tersebut, selayaknya dampak negatif
suatu kegiatan usaha dapat diminimalisasi melalui studi AMDAL. Akan tetapi, seringkali terjadi
bahwa studi dan dokumen AMDAL hanya dijadikan sebagai prasyarat untuk mendapatkan ijin
suatu pembangunan/usaha, tanpa adanya upaya untuk melakukan pengelolaan lingkungan seperti
yang tercantum dalam dokumen AMDAL.
Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, AMDAL harus dibuat
pada tahap paling dini dalam perencan aan kegiatan pembangunan. Dengan kata lain, proses
penyusunan dan pengesahan AMDAL harus merupakan bagian dari proses perijinan satu proyek.
Dengan cara ini proyek-proyek dapat disaring seberapa jauh dampaknya terhadap lingkungan. Di
sisi lain studi AMDAL juga dapat memberi masukan bagi upaya-upaya untuk meningkatkan
dampak positif dari proyek tersebut.

2.3.4 SOLUSI TERPADU UNTUK MENANGGULANGI PERMASALAHAN


PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Bila kita perhatikan dengan saksama, permasalahan-permasalahan pengelolaan tersebut,
bukan karena sumber daya alamnya, melainkan manusia yang mengelola (pengelola). Kita bisa
mengelompokkan pengelola ke dalam tiga, yaitu pemerintah, pengelola (atau bisa
disamakan/dianggap sebagai tim eksekutif dan juga pekerja yang lapangan kerjanya sangat erat
hubungannya dengan alam, contohnya petani), dan masyarakat. Oleh karena itu, kita dapat
melakukan penanggulangan permasalahan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang
efektif dan efisien yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemerintah memperketat pengawasan pengelola sumber daya alam, disertai dengan
kerjasama yang baik dari masyarakat.
Untuk sekarang ini, hal yang bisa dilakukan adalah memperketat pengawasan dari
pemerintah. Namun hal tersebut tidak akan terlaksana dengan baik apabila tidak ada
kerjasama yang baik dari masyarakat. Dengan begitu, sumber daya alam dapat dikelola
dengan baik.

2. Meningkatkan kualitas pendidikan sekolah dasar sampai menengah.


Yang mengelola sumber daya alam adalah manusia. Apabila manusia tidak terampil
dalam mengelola sumber daya alam, berarti pendidikan yang ditempuh/diterima belum
berkualitas. Dalam sistem pemerintahan, banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti korupsi dan lain-lain, yang sangat merugikan, baik bagi masyarakat maupun jajaran
pemerintahannya.
Di sinilah guru berperan penting untuk MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA.
Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, hal yang paling utama yang paling berperan
adalah pendidikan.
2.4 PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN SECARA BERKELANJUTAN

2.4.1 Pengertian Pengelolaan Sumber Daya Alam


Sumber daya alam adalah kekayaan alam yang berupa mahluk hidup atau benda mati
yang bisa memenuhi kebutuhan mahluk hidup. Kekayaan alam bisa berupa benda yang berwujud
seperti tanah, air, tumbuhan, segala benda yang dapat diolah kembali oleh manusia. Sedangkan
benda yang tidak berwujud seperti udara dan sinar matahari yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh mahluk hidup. Selain di bumi sumber daya alam juga terdapat di dalam bumi (di
bawah permukaan bumi) berupa mineral yang dapat digunakan manusia, seperti minyak bumi,
emas, bijih besi, batu bara, dan sebagainya.
Oleh karena itu, Pengelolaan Sumber Daya Alam dapat di artikan sebagai suatu cara atau
tindakan yang dilakukan untuk menjaga, melestarikan serta mengolah suatu sumber daya yang
berasal dari alam agar dapat di gunakan untuk keberlangsungan hidup semua makhluk yang ada
di bumi.

2.4.2 Pengelolaan Sumber Daya Alam Dengan Prinsip Berwawasan Lingkungan Dan
Berkelanjutan.
Pengelolaan Sumber Daya Alam Dengan Prinsip Berwawasan Lingkungan Dan
Berkelanjutan adalah tindakan atau cara pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan
lingkungan sumber daya alam dengan cara memberi batasan atau pegangan seperti etika
lingkungan agar dalam mengelola sumber daya alam tidak terjadi kerusakan yang dapat
menimbulkan dampak negative.
Dari dasar-dasar atau pegangan yang muncul melalui prinsip ini, maka itu juga yang akan
digunakan pada prinsip ekoefisien. Namun prinsip ekoefisien akan membahas lebih rinci sesuai
dengan sumber daya alam yang ada.
2.4.2.1 Meningkatkan Nilai Sumber Daya Alam yang Tersedia
Sumber daya alam yang berhasil di eksploitasi tidak serta merta langsung dijual ke luar
negeri, melainkan harus melalui pengolahan terlebih dahulu. Hal ini akan menambah nilai jual
sehingga harganya lebih mahal. Untuk itu, diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan yang
memadai untuk megolahnya.
2.4.2.2 Menerapkan Etika Lingkungan
Etika lingkungan adalah kebijaksanaan moral manusia dalam pergaulannya dengan
lingkungannya, termasuk manusia dengan makhluk hidup lainnya, manusia dengan alam, serta
manusia dengan tuhannya. Untuk membuat lingkungan menjadi seimbang dan harmonis, berarti
harus memperlakukannya dengan bijaksana.
2.4.2.3 Menghargai Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati merupakan dasar bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan
keanekaragaman hayati memiliki kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara
berkesinambungan untuk masa yang akan datang.
2.4.2.4 Menggunakan Pendekatan AMDAL Dalam Merencanakan Pembangunan Lingkungan
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah studi mengenai suatu kegiatan
yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan.

2.4.3 Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan Dengan Prinsip Ekoefisiensi


Ekoefisiensi merupakan suatu usaha untuk mengefisiensikan penggunaan sumber daya
alam agar dapat digunakan dalam jangka panjang. Dalam konteks ini, efisiensi mengacu pada
perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan penyelamatan sumber daya alam. Dengan
memperhitungkan akibat dari penggunaan sumber daya alam terhadap kelangsungan
pembangunan maupun kelangsungan ekosistem. Sebelum menerapkan ekoefisiensi, diperlukan
pemahaman mengenai jenis, kondisi, dan nilai setiap sumber daya alam. Secara garis besar
sumberdaya alam terbagi menjadi dua, yaitu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Langkah-langkah yang dapat diambil dalam proses produksi suatu industri dalam
menerapkan prinsip eko-efisiensi adalah sebagai berikut.
1. Meminimalkan penggunaan bahan baku dan energi
2. Meminimalkan pelepasan limbah beracun ke lingkungan
3. Menghasilkan produk yang dapat didaur ulang
4. Pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbarui
5. Mampu menghasilkan produk yang tahan lama
2.4.4 Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia di Indonesia
a. Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui
Disebut sumber daya alam yang dapat diperbarui, sebab alam mampu mengadakan
pembentukan sumber daya alam baru dalam waktu relatif cepat. Dengan demikian sumber daya
alam ini tidak habis.
1) Usaha Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui
Prinsip utama pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah menjaga
keseimbangan antara produksi dengan proteksi, yaitu pemanfaatan sumber daya alam dengan
memperhatikan pelestariannya.
Usaha-usaha pengelolaan sumber daya alam antara lain sebagai berikut.
Pengelolaan sumber daya alam di bidang pertanian
Mekanisme pertanian tanpa perhitungan yang tepat dapat menurunkan kesuburan tanah. Hal
ini dapat terjadi karena rusaknya lapisan bagian atas tanah yang mengandung humus dan dapat
menyebabkan terjadinya pengikisan tanah yang disebabkan oleh air. Dengan demikian, perlu
dijaga keseimbangan antara tuntutan untuk memperoleh hasil yang berlimpah dengan efek
samping yang merusakkan lingkungan.
Pengelolaan sumber daya alam di bidang kehutanan
Hutan di Indonesia ada yang berperan sebagai hutan produksi, hutan rekreasi, dan hutan
lindung. Oleh sebab itu, dalam pengelolaan hutan perlu diperhatikan keseimbangan antara
penebangan pohon dan penanamannya kembali.
Pengelolaan sumber daya alam di bidang perikanan.
Pengelolaan perikanan ini ditempuh dengan jalan sebagai berikut.
(1) Perlindungan anak ikan, yaitu larangan penangkapan ikan yang belum dewasa dengan
menggunakan alat penangkapan yang ukuran jaringnya ditentukan.
(2) Sistem kuota, yaitu menentukan bagian perairan yang boleh diambil ikannya pada musim
tertentu. Penggunaan sistem ini harus disertai kontrol yang baik.
(3) Penutupan musim penangkapan dengan tujuan agar jumlah induk ikan tidak berkurang,
kemudian pada waktu pemijahan serta pembesaran anak ikan tidak terganggu. Pada musim
tersebut dilarang melakukan penangkapan ikan-ikan tertentu.
(4) Penutupan daerah perikanan, yaitu larangan penangkapan ikan di daerah pemijahan dan
pembesaran ikan, terutama di daerah yang populasinya menurun.
2) Usaha Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui
Pemanfaatan sumber daya alam hayati
Dalam memanfaatkan sumber daya alam hayati terdapat dua pilihan, yaitu mengambil
hasil dengan memikirkan kelestariannya atau mengambil hasil sebanyak mungkin tanpa
memikirkan kelestariannya.
Pemanfaatan sumber daya alam nabati
Usaha meningkatkan produksi tanaman budi daya dapat dilakukan dengan mengadakan
pemulihan tanaman, perkawinan silang, dan mutasi buatan. Timbulnya varietas baru yang lebih
unggul dapat mendesak varietas yang kurang berproduksi sehingga varietas ini tidak pernah
dibudidayakan lagi.
Pemanfaatan sumber daya alam hewani
Kemajuan teknologi yang dimiliki manusia menyebabkan manusia dapat memanfaatkan
sumber daya alam hewani dengan lebih efisien. Teknologi ini digunakan dalam menangkap dan
membudidayakan hewan.
Di Indonesia pemanfaatan sumber daya alam hewani antara lain sebagai berikut.
(1) Sebagai sumber daya pangan dan sumber sandang Pakaian manusia dibuat atau dihias
dengan bulu atau kulit hewan. Misalnya bulu beruang kutub untuk mantel, kulit sapi sebagai
bahan membuat tas dan sepatu.
(2) Sebagai sarana untuk meningkatkan nilai kehidupan dan nilai budaya manusia. Bentuk dan
cara hidup hewan dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi untuk menciptakan hasil karya manusia

b. Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui


Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui terdapat dalam jumlah yang relatif tetap sebab
tidak ada penambahan atau pembentukannya sangat lambat dibanding dengan umur manusia.
Pembentukannya kembali memerlukan waktu ratusan bahkan jutaan tahun. Akibatnya pemakaian
yang terus-menerus akan menyebabkan sumber daya alam ini dapat habis.
Contoh: minyak bumi, batu bara, dan mineral-mineral.
Berdasarkan daya pakai dan nilai konsumtif sumber daya alam ini dibedakan menjadi dua
golongan.
1) Sumber daya alam yang cepat habis, sebab nilai konsumtifnya tinggi dan digunakan dalam
jumlah yang banyak. Jenis sumber daya alam ini daur ulangnya sukar dilakukan.
Contoh: minyak bumi, gas alam, dan batu bara.
2) Sumber daya alam yang tidak cepat habis, sebab nilai konsumtifnya kecil dan manusia hanya
memanfaatkan dalam jumlah sedikit. Sumber daya alam ini dapat dipakai secara berulang-ulang
sehingga tidak cepat habis.
Contoh: intan, batu permata, dan logam mulia (emas).

Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui sebagian besar didapat dari bahan galian.
Menurut cara pembentukannya, bahan galian dibedakan menjadi sebagai berikut.
1) Bahan galian pegmatit, terbentuk di dalam saluran gunung api dan dalam bentuk intruksi
(gang, apofisa).
2) Bahan galian magnetit, berasal dari magma dan terdapat di dekat dapur magma.
3) Bahan galian hasil metamorfosis kontak, yaitu batuan di sekitar magma yang bersentuhan
dengan magma.
Dalam Undang Undang No. 11 Tahun 1976 tentang Pertambangan di Indonesia mengacu
PP No. 25 Tahun 2000, secara rinci telah menjelaskan mengenai kewenangan pemerintah dan
provinsi sebagai daerah otonomi termasuk di bidang pertambangan terdapat klasifikasi bahan
galian menurut kepentingannya bagi pemerintah, yaitu sebagai berikut.
1) Golongan A, yaitu golongan bahan galian yang strategis. Artinya bahan galian tersebut
penting untuk pertahanan/keamanan negara atau untuk menjamin perekonomian negara.
Contoh: semua jenis batu bara, minyak bumi, bahan radioaktif tambang aluminium (bauksit),
timah putih, mangaan, besi, dan nikel.
2) Golongan B, yaitu golongan galian yang vital, yang dapat menjamin hajat hidup orang
banyak.
Contoh: emas, perak, magnesium, seng, wolfram, batu permata, mika, dan asbes.
3) Golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk ke dalam golongan A maupun B.
Kenaikan jumlah populasi dan kenaikan jumlah konsumsi per kapita akan menurunkan
persediaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Meskipun dilakukan pembatasan,
tetapi apabila jumlah penduduk dan konsumsi per kapita meningkat maka penurunan jumlah
sumber daya alam ini tetap terjadi.
2.5 KONSEP-KONSEP PENGELOLAAN SDA, KEBIJAKAN PENGELOLAAN SDA,
SERTA MASALAH KEPENDUDUKAN TERHADAP LINGKUNGAN

2.5.1 Konsep Konsep pengelolaan Sumber Daya Alam

Adapun pengelolaan sumber daya alam yaitu pengelolaan sumber daya alam berdasarkan
prinsip berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam berdasarkan
prisip mengurangi, dan pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip daur ulang:

2.5.1.1 Pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan


lingkungan dan berkelanjutan .

Pengelolaan sumber daya alam harus hati-hati. Pada prinsipnya, berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan agar tetap terjaga kelestariannya . sumber daya alam perlu di lestarikan supaya
dapat mendukung kehidupan mahkluk hidup. Bila sumber daya alam rusak atau musnah,
kehidupan bisa terganggu.
Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk menjaga kelestarian daya alam adalah
sebagai berikut:

a. Penghijauan dan reboisasi

b. Sengkedan

c. pengembangan daerah aliran sungai

d.Pengelolaan air Limbah

e. Penertiban pembungan sampah

2.5.1.2 Pengelolaan Sumber Daya Alam berdasarkan Prinsip Mengurangi

Guna memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan berbagai sumber daya alam.
Baik sumber daya alam yang bersifat hasil tambang, energi maupun hayati. Dalam mengambil
sumber daya alam jangan diambil semuanya (dihabiskan), tetapi berprinsip mengurangi saja.
Pengambilan yang dihabiskan akan merusak lingkungan dan mengganggu kehidupan
lingkungan.
2.5.1.3 Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Daur Ulang

Dengan teknologi maju, manusia dapat memanfaatkan sampah untuk dijadikan kertas
ataupun pupuk organis. Sampah-sampah yang berasal dari organik dapat berproses menjadi
pupuk organik dan digunakan untuk memupuk tanah. Tanah sebagai sumber daya alam
kemudian ditanami tanaman produksi. Setelah tanaman mati, daun-daunnya dapat diolah kembali
menjadi pupuk setelah melalui proses daur ulang.

2.5.2 Kebijakan Pengelolan Sumber Daya Alam

Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No.
25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas
dari pemerintah pusat kepada daerah:

1. Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.


2. Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.
3. Membangun hubungan interdependensi antar daerah.

Menetapkan pendekatan kewilayahan. Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan


UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup titik
tekannya ada di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara
eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup :

1. Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup.

2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya


Alam.

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup.

4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya


Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

5. Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan
Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.
2.5.3 Kependudukan

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan


manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana
jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.
Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu
yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Permasalahan Sosial Kependudukan, ditandai dengan tingginya urbanisasi, permukiman
kumuh pada hampir seluruh kota, pedagang kaki lima dan kesemrawutan lalu lintas, serta
masalah kesehatan khususnya tingginya prevalensi infeksi saluran pernafasan akut.
Adanya benturan kepentingan antara pertumbuhan penduduk dengan ketersediaan sumber daya
alam telah difahami sebagai asal mula terjadinya problema lingkungan hidup. Tidak
mengherankan, kalau persoalan-persoalan lingkungan hidup yang muncul, bahkan menjadi
sangat mencolok di wilayah-wilayah Provinsi Jawa barat, ternyata tidak lepas kalau tidak
dikatakan sangat terkait erat, dengan keadaan dan dinamika kependudukannya.

Pertumbuhan penduduk telah menjadi salah satu masalah kemanusiaaan yang paling
fundamental pada masa sekarang ini. Penigkatan jumlah penduduk mendesak negara-negara
dunia untuk menghadapi masalah persediaan sandang dan pangan serta perbekalan-perbekalan
yang cukup untuk penduduk dan masyarakat. Indonesia ayang merupakan negara terbesar
dengan jumlah penduduk kurang lebih 210 juta jiwa tidak terlepas dari tekanan akan kebutuhan
sandang, pangan dan perumahan. Menurut P. Santoso (1996:190) berdasarkan data tahun 1999
penduduk Indonesia berusia muda 30 tahun 63,6% yang masuk pasar kerja bertambah meningkat
dengan jumlah pencari kerja sebesar kurang lebih 2,2 juta dari jumlah angkatan kerja 80 juta
sedangkan tingkat pengangguran 2,79%.

2.5.3.1 Kajian Masalah Kependudukan

Di dalam setiap masalah pasti akan banyak penyebab atau faktor-faktor yang dapat
mendasari masalah kependudukan di dunia, khususnya di negara Indonesia ini muncul. Ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah lingkungan hidup yang ada di Indonesia dapat
muncul, yaitu :

1. Masalah akibat angka kelahiran

Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam
halpenyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan. Selain itu pertumbuhan penduduk akan
semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukkan korelasi
negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.
2. Masalah akibat angka kematian

Semakin bertambah angka harapan hidup berarti perlu adanya peran pemerintah dalam
menyediakan fasilitas penampungan dan penyediaan gizi yang memadai bagi anak balita.
Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak terhadap reputasi indonesia di mata
dunia.

3. Masalah Jumlah Penduduk

Masalah yang timbul akibat jumlah penduduk adalah aspek ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan hidup keluarga karena banyaknya beban tanggungan sehingga sulit untuk memenuhi
gizi yang dibutuhkan.

4. Masalah mobilitas Penduduk

Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukkan peningkatan yang terus menerus


hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan perkembangan industri
pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan. Selain itu, semakin banyak terjadi urbanisasi
karena orang-orang desa yang dulunya kecukupan pangan namun tidak menikmati pembangunan
mulai berbondong-bondong pindah ke kota. Generasi muda tidak ada yang mau menjadi petani.

5. Masalah Kepadatan Penduduk

Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan


pembangunan baik fisik maupun nonfisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginan pindah
semakin tinggi.

2.5.3.2 Pengaruh masalah kependudukan dengan masalah lingkungan hidup

Populasi dunia ini perlahan-lahan meningkat. Ketika hal ini terjadi, kita perlu mengambil
hati-hati dalam memastikan kita tidak merugikan lingkungan. Jika kita tidak berhati-hati maka
bisa menimbulkan dampak bencana bagi kita dan alam.
Sebagai kota tumbuh lebih besar dan lebih besar tanah alam sekitar mereka sedang berubah
menjadi rumah dan gedung perkantoran. Kita perlu mengatur lebih dalam taman kota untuk
memungkinkan sejumlah besar urbanisasi. Ini membantu untuk memperindah taman kota sambil
membantu melestarikan lingkungan kita.
Ketika kita menggunakan pohon-pohon di hutan tropis atau hutan apapun kita harus
menanam setidaknya jumlah yang sama dari pohon yang kami ambil dari itu. Burung, tupai, dan
hewan lainnya menggunakan hutan-hutan untuk bertahan hidup dan mengumpulkan makanan.
Tanpa ini habitat alami mereka perlahan-lahan akan mulai mati.
Sumber daya juga alternatif harus diteliti dan digunakan lebih berat. Seperti yang kita
membakar bahan bakar fosil semakin banyak kita menyakiti atmosfer dan perlahan-lahan
kehilangan sumber-sumber yang berharga. Belajar bagaimana untuk memperluas penggunaan
kita matahari, angin, dan energi hidro-listrik akan sangat membantu menyelamatkan lingkungan.
Namun, seiring waktu kita perlahan akan mulai melihat penurunan hewan dan bahkan
mungkin melihat beberapa spesies punah, dan jika kita tidak mengubah cara kita hidup kita akan
segera dapat mengatasi sifat dirinya.

2.5.3.3 Dampak negatif masalah kependudukan terhadap lingkungan

Sekarang kita mencoba mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang disebabkan tingkah


laku manusia yaitu masalah kependudukan. Berikut contoh-contoh identifikasi masalah
kependudukan yang dapat merusak lingkungan :
1. Jumlah penduduk yang meningkat tiap tahun, baik secara kelahiran maupun arus
urbanisasi/imigrasi, menyebabkan banyaknya lahan untuk dijadikan pemukiman sehingga
lahan hijau terutama di daerah perkotaan semakin sempit.
2. Penduduk suku-suku primitif yang masih memakai sistem berpindah tempat tinggal
menyebabkan banyak lahan hutan yang dibuka sebagai pemukiman penduduk menjadi
gundul karena tidak adanya penggantian pohon kembali (reboisasi).
3. Meningkatnya jumlah penduduk berarti juga peningkatan produksi sampah harian atau
limbah. Limbah-limbah itu ada kalanya berupa sampah biologis manusia (feses), sampah
rumah tangga, pertanian, industri, transportasi, dan lain-lain. Sampah-sampah tersebut
merupakan sumber polusi, baik polusi tanah, air, maupun udara dan ini sangat
berpengaruh pada kesehatan.
4. Tuntutan bahan pangan yang terus meningkat menyebabkan pengalihfungsian suatu lahan
menjadi tempat penghasil bahan pangan tersebut, seperti penggundulan bukit resapan air
menjadi lahan bercocok tanam sayur dan akibatnya terjadi longsor.
5. Terjadinya ekplorasi ataupun eksploitasi besar-besaran terhadap lingkungan maupun
sumber daya alam, seperti kegiatan pertambangan, penimbunan rawa-rawa untuk
pemukiman, dan pendirian bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
6. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah kebutuhan air tanah
yang berarti meningkatnya jumlah sumur untuk memenuhi jumlah kebutuhan air tersebut
dan berarti akan terjadi peningkatan perusakan permukaan bumi karenanya.
7. Pada suatu lingkungan padat penduduk berarti semakin banyak dilakukan pembangunan
tempat tinggal yang berarti dilakukan pembukaan lahan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut yang mengakibatkan menurunya tingkat produktivitas tanah, yang tadinya subur
menjadi gersang karena berkurangnya tumbuhan penghasil zat hara.
8. Pada lingkungan padat penduduk di hasilkan banyak gas buang seperti gas karbon
monoksida (CO) maupun gas karbon dioksida (CO2) yang tidak diimbangi dengan
berlimpahnya O2 karena berkurangnya jumlah tanaman di lahan tersebut sehingga hal ini
menyebabkan menurunya kualitas udara.

2.5.3.4 Solusi masalah kependudukan terhadap lingkungan

Penyalahgunaan sumber daya energi akibat masalah kependudukan ini sebagai salah satu
masalah lingkungan yang terjadi dari banyaknya masalah yang lain. Dalam hal ini akan
berdampak menjadi masalah serius jika orang-orang pada jaman sekarang tidak bisa menyadari
akan pentingnya daur ulang energi dan konservasi lingkungan.Untuk pertama yang mungkin
dapat dilakukan adalah mendaur ulang produk-produk yang sudah tidak terpakai, baik organik
maupun non-organik sehingga ketegangan lingkungan sebagai akibat dari kerusakan lingkungan
dapat kita kurangi dengan hal ini. Contohnya seperti menggunakan barang-barang yang tidak
terpakai lalu didaur ulang menjadi kompos limbah tanaman sehingga dapat meminimalkan
limbah yang terbuang di lingkungan. Dari limbah tersebut kita juga dapat menciptakan pupuk
organik yang sehat.
Deforestasi atau penggundulan hutan untuk kehidupan manusia akan dapat berkurang
dengan kita memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk mendaur ulang bahan yang digunakan,
sehingga tak hanya dampak pencemaran lingkungan saja yang akan berkurang namun pohon
juga dapat kita selamatkan.Dalam memenuhi kebutuhan saat ini, kita tidak harus berlebihan
dalam penggunaan sumber daya alam yang ada, karena dengan begitu generasi manusia yang
akan datang tidak harus mengorbankan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan mereka
merupakan keberlanjutan pelestarian lingkungan yang harus diwujudkan.
Bukan berarti pengelolaan dominasi dan eksploitasi atau dalam menggunakan sumber
daya alam harus selalu berlebihan dan tanpa memperhatikan kapasitas bumi dalam memproduksi
dan merehabilitasinya dari kekuasaan kita atas alam dan makhluk hidup lainnya sehingga dapat
menghindarkan kita dari masalah-masalah kependudukan yang terus-menerus meningkat.Oleh
karena itu, kita harus menjaga kepadatan penduduk untuk mengurangi masalah kependudukan
dan memfasilitasi sumber daya terbarukan agar dapat lebih diperbaharui sebagai efek kelestarian
lingkungan yang dapat menjaga daya dukung lingkungan. Kita juga harus bertanggung jawab
dalam menggunakan semua fasilitas termasuk bumi beserta isinya sebagai bukti bahwa kita tetap
ingat bahwa TUHAN telah mempercayakan semua itu kepada kita.
2.6 KONSEP FISIKA DALAM PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN PADA
UPAYA PENGHIJAUAN DAN PEMBUATAN SENGKEDAN

2.6.1 Upaya Penghijauan


Pengertian Pengelolaan Sumber Daya Hayati

Menurut UU No. 5 tahun 1990 tentang : Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistem, sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama
dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Sumber daya hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam
nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non hayati
di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. sedangkan Ekosistem sumber daya alam
hayati adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam, baik hayati maupun non
hayati yang saling tergantung dan mempengaruhi.

Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Salah satu contoh pengeolaan sumber daya alam hayati dari sumber daya alam nabati
(tumbuhan) adalah penghijauan kembali. Penghijauan hampir mirip dengan reboisai hanya saja
sistem dalam penghijauan berbeda dengan reboisasi. Jadi penghijauan adalah usaha untuk
menanam pohon dan tumbuhan ditempat yang dianggap bisa menjadi tumbuh kembang si
tumbuhan tersebut. Gerakan penghijauan bisa dimulai dari tempat tinggal kita sendiri.

2.6.1.2 Undang - Undang yang Mengatur Sumber Daya Alam Hayati

a. UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya
b. PP No.28 Tahun 2011 Tentang Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya
2.6.1.3. Manfaat Penghijauan Kembali

a. Untuk mengurangi polusi udara


b. Untuk mencegah terjadinya efek rumah kaca

2.6.1.4. Konsep Konsep Fisika pada Pengelolaan Sumber Daya Hayati

Sumber daya hayati yang dalam hal ini dimaksud adalah tumbuhan, dapat bermanfaat
untuk mengurangi polusi udara dan juga untuk mencegah terjadinya efek rumah kaca melalui
proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan, dimana pada akhirnya fotosintesis ini
menghasilkan O2 yang dapat dimanfaatkan seperti yang telah disebutkan di atas.

Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada
tumbuhan hijau dengan bantuan sinar matahari dan enzim-enzim. Fotosintesis adalah suatu
proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi
energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya.

Berikut akan dijelaskan konsep konsep fisika yang berlaku pada proses fotosintesis

Cahaya sebagai Gelombang Elektromagnetik

Cahaya merupakan energy dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Jarak Antara puncak-
puncak gelombang elektromagnetik disebut panjang gelombang. Panjang gelombang berkisar
antara kurang dari 1 nm sampai 1 km. Keseluruhan kisaran radiasi ini dikenal sebagai spectrum
elektromagnetik.

Cahaya dapat diserap, dipantulkan, dan diteruskan. Di dalam fotosintesis bahan-bahan


yang menyerap cahaya disebut pigmen. Pigmen yang berbeda akan menyerap cahaya dengan
panjang gelombang yang berbeda, dan panjang gelombang yang diserap akan menghilang.
Sebagai contoh, klorofil akan menyerap spektrum yang berwarna merah dan biru, kemudian
memantulkan spectrum berwarna hijau sehingga kita melihat daun berwarna hijau.

Tekanan Akar

Rambut akar mengambil air dari dalam tanah secara osmosis. Osmosis adalah gerakan air
dari larutan yang kurang pekat ke larutan yang lebih pekat melalui selaput semipermeabel.
Pergerakan air secara osmosis dari sel ke sel pada akar menimbulkan suatu tekanan yang disebut
tekanan akar. Tekanan akar akan mendorong air sehingga naik ke pembuluh kayu di batang.
Tekanan akar tampak pada sebagian besar tumbuhan, tapi hal ini terjadi jika tanah cukup lembab,
dan bila kelembaban udara tinggi artinya ketika transpirasi sedang sangat rendah.

Jika tumbuhan ditempatkan pada kondisi atmosfer yang cukup kering, atau di tanah yang
berkelembapan rendah atau sekaligus dalam kedua keadaan tersebut, maka tekanan akar tidak
muncul sebab air dalam batangnya berada di bawah tegangan dan bukan di bawah tekanan
(Salisbury, F. B. & C. W. Ross, 1995: 103)

Kapilaritas Batang

Air yang sudah sampai ke pembuluh kayu batang akan terus naik hingga ke daun.
Naiknya air pada pembuluh kayu batang disebabkan oleh adanya kapilaritas batang. Kapilaritas
merupakan interaksi antara permukaansinggung dari suatu bahan cair dan bahan padat, sehingga
permukaan cair tersebut berubah bentuk, dari datar menjadi agak mengerut. Kapilaritas
menyebabkan naiknya cairan ke dalam tabung yang sempit, yang terjadi karena zat cair tersebut
membasahi dinding tabung (dengan adanya adesi) lalu tertarik ke atas. Hal itu terlihat jelas dari
lengkungan meniskus di puncak kolom zat cair itu (Salisbury, F. B. & C. W. Ross, 1995: 104).
Cara kerja kapilaritas ini seperti sumbu kompor yang direndam di dalam cairan (air atau
minyak). Walaupun hanya bagian bawah sumbu yang terendam cairan, bagian atas sumbu dapat
menjadi basah karena cairan merembes dari bagian bawah ke bagian atas. Kapilaritas pada
pembuluh kayu ini dapat terjadi karena pembuluh kayu merupakan pembuluh yang sangat halus
berupa pipa-pipa kapiler. Pembuluh xilem dapat kita pandang sebagai pembuluh kapiler,
sehingga air naik di dalamnya sebagai akibat adanya adhesi antara dinding xilem dengan
molekul-molekul air.

Daya Hisap Daun (Tarikan Transpirasi)

Air di dalam daun dapat keluar melalui stomata. Keluarnya air tersebut melalui proses transpirasi
(penguapan). Transpirasi menyebabkan cairan sel pada daun menjadi lebih pekat, sehingga sel
daun menyerap air dari pembuluh kayu pada tulang daun. Air yang diambil dari pembuluh kayu
daun akar digantikan oleh air dari pembuluh kayu batang. Air di pembuluh kayu batang akan
digantikan oleh air dari pembuluh kayu akar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses kecepatan transparasi uap air dari daun, yaitu:
- Temperatur udara, makin tinggi temperature , kecepatan transprasi akan semakin tinggi.
- Instensitas cahaya matahari, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang diterima daun,
maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.
- Kelembaban udara
- Kandungan air tanah.

HukumKekekalanEnergi
Energi radiasi sinar matahari ditangkap oleh klorofil kemudian diubah menjadi energy kimia
melalui proses fotosintesis. Dalam hal ini tidak ada energi yang musnah. Energy kimia tersebut
digunakan untuk mensintesis CO2dan H2O menjadi glukosa dan senyawa kompleks lainnya yang
tersimpan dalam bentuk senyawa karbohidrat (bahan makanan).
Bahan makanan bila dikonsumsi oleh makhluk hidup lainnya akan diubah menjadi
energy kinetik, dan begitu seterusnya sebab energy tidak bisa diciptakan juga tidak bisa
dimusnahkan. Dalam hal ini berlaku hukum kekekalan energi, bahwa energy tidak bisa
diciptakan, juga tidak bisa dimusnahkan.
2.6.2 Pembuatan Sengkedan
Pengertian Sumber Daya Lahan

Sumber daya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk
pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau
daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sitorus (2001)
mendefinsikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim,
relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai
ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan
tersebut dengan lingkungannya (Mather, 1986).

Undang - Undang yang Mengatur Sumber Daya Alam Lahan

UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Manfaat pengelolaan sumber daya lahan


a. Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal
b. Mendapatkan hasil maksimal
c. Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan

2.6.2.1 Konsep Fisika pada Pengelolaan Sumber Daya Lahan

Dari ketiga manfaat pengelolaan di atas banyak kosep fisika yang dapat dikaji melalui sector
pertanian yaitu sengkedan dan terasering konsep fisikanya adalah bidang miring .dimana
bidang miring adalah suatu permukaan datar yang bukan memiliki sudut tegak lurus dengan
permukaan horizontal.penerapan bidang miring dapat mengatasi hambatan besar dengan
menerapkan gaya yang relative lebih kecil melalui jarak yang lebih jauh, dari pada jika beban itu
diangkat vertical. Bidang miring adalah sebuah peasawat sederhana
Konsep bidang miring sangat erat dalam pertanian berupa pengaturan lahan berbentuk sengkedan
.sengkedan dimanfaatkan didaerah pegunangan yang kita tahu bahwa permukaan lahannya perlu
penataan agar dapat ditanami

Sengkedan merupakan bangunan konversasi tanah teras-teras yang dibuat sejajar dengan
garis kontur alam yang dilengkapi denan saluran peresapan, saluran pembuangan air dan
tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi. Pencegahan erosi didaerah
pegunungan menggunakan sengkedan dan menggunakan konsep fisika bidang miring dimana
jika sudut elevasinnya semakin besar maka semakin cepat pula terjadinya erosi atau tanah
longsor sebaliknya pula jika sudut elevasinya semakin kecil maka semakin kecil kemungkinan
terjadi erosi atau tanah longsor.

Jenis-jenis sengkedan

Ada 4 bentuk sengkedan disesuaikan dengan kemiringan lahan, yaitu :

1. Sengkedan Datar : Sengkedan ini diperuntukan pada lahan datar dengan kemiringan sampai
3. Jarak antara 2 tanggul antara 3-6 m, sedangkan pada sebelah tanggul dibuat parit kecil
untuk menahan air dan mendorong terjadinya peresapan air.
2. Sengkedan Kredit : Diperuntukan pada lahan dengan kemiringan 3-10. Jarak antara 2
tanggul antara 5-12 m sedangkan tanggulnya diperkuat dengan sisa-sisa batang diberi penutup
rumput.
3. Segkedan Pematang : Sengkedan ini dibuat untuk lahan dengan tingkat kemiringan antara
10-15. Sengkedan ini terdiri dari 2 tanggul besar dengan jarak kurang lebih 10 meter yang
di antaranya terdapat tanggul-tanggul kecil dengan jarak 2 m. Di sebelah tanggul atas (arah
atas bukit) dibuat saluran pembuangan air.
4. Sengkedan Bangku : Sengkedan ini sesuai untuk lahan denga tingkat kemiringan antara 15-
30. Bentuknya menyerupai bangkukarena antara dua bidang tanah olahan diberi sengkedan
yang tajam dan agak serong ke atas. Untuk memperkuat bidang terjal ini ditanami rumput dan
diberi saluran pembuangan.

Jadi konsep fisika yang terdapat pada sengkedan

1. Bidang miring
Bidang miring dengan memperhitungkan sudut elevasi bisa mengurangi erosi jika sudut elevasi
kecil

2. GLBB(gerak lurus berubah beraturan)


Dimana sengkedan ini kecepatan aliran permukan bisa diperlambat di karenakan
mengunakanbidang miring dimana sudut elevasinya kecil

3. Energy kinetic,kecepatan,massa,momentum
Dalam hal ini petani mudah dalam hal menggunakan irigasi disengkedan .aliran air sawah dan
debit air yang mengalir menunjukkan kecepatan (V) dan massa (m) air sawah yang mengalir
besar bisa diatasi dengan irigasi ini berarti air sawah yang mengalir memiliki energy kinetic
mv dan momentum (mv) yang kecil dikarnakan dalm pertanian tersebut persawahan berbentuk
sengkedan atau bidang miring dan air yang mengalir juga memilki gaya dorong
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Perkembangan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, menunjukkan
kemajuan yang yang cukup signifikan.Perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan hidup meningkat, baik dari jumlah dan materi cakupan. Dengan demikian, akan
semakin lengkap kebijakan publik pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.
Dengan kebijakan yang diambil oleh pemeritahan negara untuk lingkungan yang lebih
baik lagi sangat dibutuhkan bagi kita sebagai masyarakat untuk menjaga lingkungan hidup
yang ada disekitar kita.
Ketetapan MPR RI Nomor IX/MPR/2001 merupakan landasan peraturan perundang-
undangan mengenai pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam. Dengan
ketentuan inilah maka Ketetapan MPR ini menyebutkan pentingnya pengkajian ulang pada
semua peraturan perundang-undangan berkaitan dengan agraria/pengelolaan sumber daya
alam. Atas dasar itulah maka MPR menugaskan DPR bersama dengan Presiden untuk
segera mengatur lebih lanjut pelaksanaan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam serta mencabut, mengubah dan/atau mengganti semua undang-undang dan
peraturan pelaksanaannya yang tidak sejalan dengan Ketetapan MPR tersebut (Pasal 6).
Kita sebagai manusia harus mengetahui tentang asas-asas dan prinsip-prinsip
pengetahuan lingkungan, tujuannya adalah untuk kita harus mentaati aturan-aturan yang
telah berlaku agar lingkungan yang ada di sekitar kita pada khususnya dan lingkungan
diseluruhnya pada umumnya tidak terjadi kerusakan.
Terjadinya kerusakan alam dengan campur tangan manusia, kerusakan yang ditimbulkan
oleh manusia akan berdampak buruk bagi manusia itu sendiri. Dengan penebangan hutan
dapat menyebabkan populasi hutan tidak nyaman, dengan pembangungan pemukiman pada
daerah-daerah yang subur merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan pagan dan
penerapan intensifikasi pertanian dengan cara panca usaha tani, di satu sisi meningkatkan
produksi, sedangkan di sisi lain bersifat merugikan.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
3.1.2 Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang terdapat di lingkungan sekitar
manusia yang dapat dimanfaatkan bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Sumber Daya Alam adalah Menurut Suryanegara (1977) mengatakan bahwa secara definisi
sumber daya alam adalah unsur - unsur lingkungan alam, baik fisik maupun hayati yang
diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna meningkatkan kesejahteraan
hidup.
Sumber Daya Alam adalah Menurut Katili (1983) mengemukakan bahwa sumber daya
alam adalah semua unsur tata lingkungan biofisik yang nyata atau potensial dapat
memenuhi kebutuhan manusia.
Jenis-Jenis Sumber Daya Alam Berdasarkan Keterbaruannya
Berdasarkan keterbaruan atau kemampuannya untuk diperbaharui, sumber daya alam dapat
dibedakan menjadi 2 jenis. Jenis jenis sumber daya alam tersebut antara lain (1) Sumber
daya alam yang dapat diperbaharui dan (2) Sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui.
Jenis-Jenis Sumber Daya Alam Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, sumber daya alam juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis. Jenis jenis
sumber daya alam tersebut antara lain : (1) Sumber daya hayati/biotik dan (2) Sumber daya
alam non hayati/abiotik
Jenis-Jenis Sumber Daya Alam Berdasarkan Pemanfaatannya
Berdasarkan pemanfaatannya, sumber daya alam juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis.
Jenis jenis sumber daya alam tersebut antara lain : (1)Sumber daya alam penghasil bahan
baku dan (2) Sumber daya alam penghasil energi.
Jenis-jenis Sumber Daya Alam berdasarkan nilai kegunaannya
Sumber daya alam menurut nilai kegunaannya atau sumber daya ekonomis dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu : Sumber Daya Alam Ekonomis Tinggi,Sumber Daya Alam
Ekonomis Rendah, dan Sumber Daya Alam Nonekonomis
3.1.3 Permasalahan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di Indonesia adalah
sebagai berikut:
- Terdapat Kelemahan Sistem Perundangan dan Hukum Lingkungan
- Adanya Tumpang-tindih Kebijakan Pengelolaan Lingkungan dalam Otonomi
Daerah.
- Pelaksanaan AMDAL yang belum maksimal.
Cara mengatasi permasalahan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan adalah
sebagai berikut:
- Pemerintah memperketat pengawasan pengelola sumber daya alam, disertai
dengan kerjasama yang baik dari masyarakat.
- Meningkatkan kualitas pendidikan sekolah dasar sampai menengah.
3.1.4 Pengelolaan Sumber Daya Alam dapat di artikan sebagai suatu cara atau tindakan
yang dilakukan untuk menjaga, melestarikan serta mengolah suatu sumber daya yang
berasal dari alam agar dapat di gunakan untuk keberlangsungan hidup semua makhluk
hidup yang ada di bumi.

Pengelolaan Sumber Daya Alam Dengan Prinsip Berwawasan Lingkungan Dan


Berkelanjutan adalah tindakan atau cara pengelolaan sumber daya alam yang
memperhatikan lingkungan sumber daya alam dengan cara member batasan atau pegangan
seperti etika lingkungan agar dalam mengelola sumber daya alam tidak terjadi kerusakan
yang dapat menimbulkan dampak negative.

Meningkatkan Nilai Sumber Daya Alam yang Tersedia


Menerapkan Etika Lingkungan
Menghargai Keragaman Hayati
Menggunakan Pendekatan AMDAL Dalam Merencanakan Pembangunan Lingkungan

Ekoefisiensi merupakan suatu usaha untuk mengefisiensikan penggunaan sumber daya


alam agar dapat digunakan dalam jangka panjang. Dengan memperhitungkan akibat dari
penggunaan sumber daya alam terhadap kelangsungan pembangunan maupun
kelangsungan ekosistem.
Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
Penggunaan Dan Mengelola Sumber Daya Pertambangan
Pengelolaan Limbah
Pengelolaan Lahan
Pengelolaan Sumber Daya Kehutanan
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia di Indonesia

Usaha Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui


Prinsip utama pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah menjaga
keseimbangan antara produksi dengan proteksi, yaitu pemanfaatan sumber daya alam
dengan memperhatikan pelestariannya. Usaha untuk memaksimalkan hasil bila tidak
dilandasi pandangan jauh ke depan tentang kemungkinan kerusakan lingkungan akan
menyebabkan bencana. Tindakan tersebut akan memberikan dampak negatif yang akhirnya
akan merugikan lingkungan fisik maupun lingkungan manusia itu sendiri.
Usaha Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui
a. Pemanfaatan sumber daya alam hayati
b. Pemanfaatan sumber daya alam nabati
c. Pemanfaatan sumber daya alam hewani
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui terdapat dalam jumlah yang relatif tetap
sebab tidak ada penambahan atau pembentukannya sangat lambat dibanding dengan umur
manusia. Pembentukannya kembali memerlukan waktu ratusan bahkan jutaan tahun.
Akibatnya pemakaian yang terus-menerus akan menyebabkan sumber daya alam ini dapat
habis.
Contoh: minyak bumi, batu bara, dan mineral-mineral.
3.1.5 Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan hayatinya saja.
Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil berbagai jenis bahan tambang,
seperti petroleum, timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara, emas, dan
perak. Di samping itu, Indonesia juga memiliki tanah yang subur dan baik digunakan untuk
berbagai jenis tanaman. Wilayah perairan yang mencapai 7,9 juta km2 juga menyediakan
potensi alam yang sangat besar.

Indonesia memiliki wilayah yang kaya akan sumber daya alam, baik jenis maupun
jumlahnya. Menyadari akan hal tersebut, para orang-orang terdahulu telah menerapkan
prinsip dasar pengelolaan sumber daya alam dalam konstitusi Negara yang tetap hingga
sekarang, yaitu: Bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Adapun pengelolaan sumber daya alam yaitu pengelolaan sumber daya alam berdasarkan
prinsip berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam
berdasarkan prisip mengurangi, dan pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip
daur ulang.
Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No.
25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui
transfer otoritas dari pemerintah pusat kepada daerah:

1. Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.


2. Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.
3. Membangun hubungan interdependensi antar daerah.

Menetapkan pendekatan kewilayahan. Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan


UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup
titik tekannya ada di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup
secara eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah lingkungan hidup yang ada di
Indonesia dapat muncul, yaitu : masalah akibat angka kelahiran, masalah akibat angka
kematian, masalah jumlah penduduk, masalah mobilitas penduduk, masalah kepadatan
penduduk.

3.1.6 Konsep konsep fisika yang berlaku pada proses fotosintesis adalah :
- Cahaya sebagai Gelombang Elektromagnetik
- Tekanan AkarKapilaritas Batang
- Daya Hisap Daun (Tarikan Transpirasi)
- HukumKekekalanEnergi
Sumber daya alam hayati (tumbuhan) mampu mengurangi polusi udara serta mampu
mencegah efek rumah kaca dengan oksigen yang dihasilkan melalui proses fotosintesis
serta dengan pengambilan karbon dioksida yang mencemari udara.
Dengan mengambil karbon dioksida di udara, berarti tumbuhan telah melakukan upaya
untuk mengurangi polusi udara bahkan lebih dari itu, tumbuhan juga menjadi pemasok
oksigen yang diperlukan untuk menunjang keberlangsungan hidup makhluk di bumi.
Pada mulanya, kadar karbon dioksida di atmosfer tinggi dan menyebabkan intensitas efek
rumah kaca tinggi kemudian berimbas pada tingginya suhu permukaan bumi. Namun jika
penghijauan dilakukan maka pemerosotan kadar karbon dioksida akan terjadi karena
karbon dioksida tersebut akan digunakan dalam berfotosintesis. Adanya pemerosotan
kadar karbon dioksida ini secara otomatis mengakibatkan menurunnya intensitas efek
rumah kaca, yang juga kemudian menyebabkan penurunan suhu permukaan bumi.
lmu fisika dapat diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk bidang pertanian, sebagai
contoh adalah penerapan konsep bidang miring dalam pengelolaan lahan pertanian. Fungsi
dari penerapan konsep tersebut adalah menambah stabilitas lereng, memudahkan dalam
perawatan &Konservasi lereng!, memperpanjang daerah resapan air, memperpendek
panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng, mengurangi kecepatan aliran
permukaan &(run off) dan dapat digunakan sebagai lanscaping.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelnjutan.


(http://geografisku.blogspot.co.id/2015/09/pengelolaan-sumber-daya-alam-
berkelanjutan.html). Diakses pada Kamis, 30 Maret 2017. Pukul 17.38 wita

Chambell, Neil A, dkk. 2008. BIOLOGI edisiKedelapanJilid 2. Jakarta: Erlangga.

Dwidjoseputro. 1994. PengantarFisioligiTumbuhan. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama.

Lingkungan.(http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/03/pengelolaan-sda-berwawasan-
lingkungan.html).Diakses pada Kamis, 30 Maret 2017. Pukul 17.35 wita

Sari Laut : Masalah Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia


(http://faridmuzaki.blogspot.co.id/2011/09/masalah-pengelolaan-lingkungan-hidup-
di.html) Diakses Tanggal 02 April 2017 Pukul 01:00 WITA

Soemarwoto, Otto. 1998. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :


Penerbit Djambatan

Website Pribadi John FoEh : Permasalahan / Hambatan dalam Pengelolaan SDA dan LH
(http://johnfoeh.blogspot.co.id/2008/12/permasalahan-hambatan-dalam-
pengelolaan.html) Diakes tanggal 02 April 2017 Pukul 01:15 WITA

http://dwinofi.blogspot.com/2012/01/hukum-sumber-daya-alam.html
https://www.scribd.com/doc/29900396/Asas-Asas-Pengelolaan-Sumber-Daya-Alam
https://apitswar.wordpress.com/pengertian-sumber-daya-alam-dan-jenisnya/
http://pustaka.pu.go.id/new/artikel-detail.asp?id=284
http://angghajuner.blogspot.co.id/2011/10/hubungan-kependudukan-dengan-
lingkungan.html
http://mayamaranatha.blogspot.co.id/2013/04/hubungan-masalah-kependudukan-
dengan.html

Anda mungkin juga menyukai