Guru, dalam hal ini, dapat mengajar suatu hal sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki oleh si murid. “Fleksibilitas bagi guru, dimaksudkan untuk
melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan
melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal," jelas
Anindito.
Selain itu, perencanaan kurikulum bagi sekolah pun dapat diatur dengan
cara yang lebih fleksibel. Dalam kurikulum prototipe, lanjut Anindito,
tujuan belajar ditetapkan per fase, yakni dua hingga tiga tahun, untuk
memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah.
Hingga saat ini, ada 343 Taman Kanak-Kanak, 1.116 Sekolah Dasar, 547
Sekolah Menengah Pertama, 382 Sekolah Menengah Atas, dan 85 Sekolah
Luar Biasa yang telah mengikuti proyek uji coba kurikulum prototipe.
Ketika sudah diterapkan, nantinya kurikulum ini bakal dilakukan evaluasi
kembali di tahun 2024.