Pada tahun 1982 Indonesia mengeluarkan undang-undang yang menjadi sejarah mengenai
pengelolaan lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang regulasi
Pengelolaan Lingkungan Hidup, kemudian telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disebut Undang-undang Pengelolaan
Lingkungan Hidup/UUPLH. Kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup kemudian diganti
lagi dengan Undang-undang Nomor UU No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan tanggapan pemerintah dan bangsa Indonesia
akan penting nya lingkungan hidup untuk dijaga dan lipelihara. .Hilangnya hutan hujan tropis
kita tentu pada akhirnya menyebabkan bencana nasional, global, dan planet ini. Itulah sebabnya
Indonesia telah berbalik arah dengan tekad untuk hutan yang lestari. Kita telah membuat undang-
undang yang akan melestarikan secara permanen 35 persen hutan hujan tropis kita.
Reformasi Tahun 1998 Indonesia menjadi Negara yang diharapkan sebagian rakyatnya, harapan
akan sebuah kehidupan berkeadilan dan kesejahteraan di Republik ini terutama masalah
lingkungan. Pada makalah ini penulis ingin mengajak pembaca bagaimana teori hukum
menjawab persoalan lingkungan pada peristiwa yang telah dilewati bangsa ini terutama bagi
mereka yang konsen di bidang lingkungan hidup menurut .Mex Weber, lingkungan merupakan
dimana terjadinya hubungan timbal balik antara indivudu dengan lingkungannya. Tiga masalah
dapat dijadikan lingkungan hidup terjadi disebabkan kewenangan kekuasaan yang sering susah
untuk di kendalikan.
Pertama Kekerasan lingkungan sudah menjadi Trend, seiring dengan kewenangan pemerintah
daerah dengan kosep pemerintahan desentralisasi atau pemerintahan yang dapat dimaknai bisa
mengatur diri sendiri dalam bentuk kado otonomi daerah terkadang dalam berbagai kebijakan
cendrung menyebabkan kekerasan terhadap lingkungan. Lingkungan akan menjadi indah dan
rindang bila dilestarikan dengan baik, namun akan menjadi akan menjadi masalah yang sering
disebut konflik juga disebakan karena lingkungan, penyebab tersebut dapat terjadi maisalnya
dalam proses pengeluaran izin atau pemberian izin atas kewenangnya akan menjadi alat yang
dapat diperjual belikan yang dapat kita maknia pemberuian izin tersebut tidaklah mengacu pada
undang-undang lingkungan. UU No. 32 Tahun 2009, yang dimaksud Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam undang-undang tersebut meliputi:
1. Aspek Perencanaan yang dilakukan melalui inventarisasi lingkungan hidup, penetapan
wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup)
2. Aspek Pemanfaatan Sumber daya Alam yang dilakukan berdasarkan RPPLH. Tetapi dalam
Undang-undang ini telah diatur bahwa jika suatu daerah belum menyusun RPPLH maka
pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
3. Aspek pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.
4. Dimasukkan pengaturan beberapa instrumen pengendalian baru, antara lain. KLHS (Kajian
Lingkungan Hidup Strategis), tata ruang, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup), UKL-UPL (upaya kelola lingkungan, upaya
pemantauan lingkungan), perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-
undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis resiko
lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/ atau
perkembangan ilmu pengetahuan.
5. Pemeliharaan lingkungan hidup yang dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya alam,
pencadangan sumber daya alam, dan/ atau pelestarian fungsi atmosfer.
6. Aspek pengawasan dan penegakan hukum.
Bila ke 6 (enam) aspek yang diatur Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2009 diabaikan oleh
pengambil kebijakan untuk kepentingan balas jasa maka dapat dipastikan lingkungan termasuk
daftar korban kebijakan penguasa pusat maupun Daerah, yang berpotensi menjadi konplik
kepentingan.
Kedua Sumber Daya Manusia (SDM), pada setiap Daerah tentu tidak pernah sama, lemahnya
kemampuan ilmu pengetahuan tentang lingkungan, lembaga yang bergerak dibidang lingkungan
juga lumpuh, pengawasan dari pihak yang berkompeten juga melemah maka lingkungan yang
seharusnya menjadi sahabat manusia berubah yang akan terus menjadi objek untuk
mengumpulkan kekayaan individu, terkadang juga aparat sebagai alat penegak hukum upaya
kekerasan sangat ampuh guna mengakhiri kelompok atau lembaga yang selalu menyuarakan
pentingnya menjaga lingkungan. Contoh kasus 4 (empat) pejabat pemerintah Daerah di
Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2013 terlibat praktik membengkengi perambahan hutan.
Ketiga Penganguran dan kemiskinan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan pertumbuhan
ekonomi masyarakat, sering menimbulkan dampak yang tidak terduga terhadap lingkungan
sosial, dengan menggali dan mengeksplorasi sering kali tidak memperdulikan lingkungan,
sehingga menimbulkan masalah baru pada lingkungan. Pertumbuhan ekonomi akan berdampak
pada degradasi lingkungan karena disebabkan yang pertama kapasitas lingkungan yang terbatas
dan yang kedua keterbatasan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui.
B. Faktor Penyebab Kerusakan Lingkungan
Terjadinya kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 (dua):
1. Letusan gunung berapi.
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan
kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi
antara lain:
a. Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
b. Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
c. Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
d. Gas yang mengandung racun.
e. Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.
2. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya
kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan
lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia
sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa. Oleh karena itu, bahaya yang
ditimbulkan oleh gempa tidak kalah dahsyatnya dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa
berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di
antaranya:
a. Berbagai bangunan roboh.
b. Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
c. Tanah longsor akibat guncangan.
d. Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
e. Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
3. Angin topan
Terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan
rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok.
Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan
hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan
Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi
Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer
bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan
(puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:
a. Merobohkan bangunan.
b. Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
c. Membahayakan penerbangan.
d. Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
4. Karena Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi
mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan
yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya
kawasan industri.
b. Terjadinya banjir,sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak
pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
1. Penebangan hutan secara berlebihan (penggundulan hutan).
2. Perburuan liar.
3. Merusak hutan bakau.
4. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
7. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
Pasal 106
Setiap orang yang memasukkan limbah B3 kedalam wilayah Negara kesatuan republik Indonesia
sebagaimana dimaksud Pasal 69 ayat 1 huruf d dipidana dengan penjara paling singkat lima
tahun dan paling lama lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp 5.000.000.000 dan paling
banyak Rp. 15.000.000.000.
Pasal 107
Setiap orag yang memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan
kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pasal 69 ayat 1
huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama lima belas
tahun dan denda paling sedikit Rp 5.000.000.000 dan paling banyak Rp. 15.000.000.000.
Pasal 108
Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat 1
huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama tiga belas
tahun dan denda paling sedikit Rp 3.000.000.000 dan paling banyak Rp. 10.000.000.000.
Sebagai tindak pidana yang harus didasarkan pada persyaratan administratif atau delik formil
dari perusahaan atau individu itu bertindak dan patut diduga melakukan tindak pidana terhadap
lingkungan juga dapat dilihat dalam beberapa pasal seperti:
Pasal 98
Setiap orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambient, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama sepuluh tahun dan
denda paling sedikit Rp. 3.000.000.000 dan paling banyak Rp.10.000.000.000.
Pasal 102
Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud Pasal 59
ayat 4, dipidana dengan pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama tiga tahun dan
denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000 dan paling banyak Rp. 3.000.000.000
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 juga diatur masalah pertanggung jawaban pidana bagi
korporasi, yang selanjutnya dapat dikenakan kepada yang memerintah sehingga terwujud tindak
pidana pencemaran lingkungan, tanpa memerhatikan terjadinya tindak pidana itu secara
bersama-sama (Pasal 116 ayat 2). Pengaturan yang berbeda juga dapat diamati pada peran
kejaksaan yang dapat berkoordinasi dengan instansi yang bertanggung jawab dibidang
perlindungan hidup untuk melaksanakan eksekusi dalam melaksanakan pidana tambahan atau
tindakan tata tertib (Pasal 119 dan Pasal 120).
D. Proses Penyelesaian Kasus Lingkungan Hidup.
Dalam proses penyelesaian kasus lingkungan hidup di Indonesia dikenal 2 (dua) mekanisme
penyelesaian :
1. Jalur Formal atau pengadilan yang terdiri dari tiga instrumen yaitu administrasi atau tahapan
pemberian izi oleh pemerintah, bagi yang tidak sepakat dapat melakukan gugatan ke PTUN.
2. Pidana yaitu aparat dapat memberikan sanksi kepada perusahaan yang merusak dan
mencemarkan lingkungan.
3. Melalui jalur perdata yang dibagi lagi atas pilihan gugatan perdata biasa dengan dasar pasal
1365 KUHP Perdata, Calass Action, dan Legal Standing. Kemudian melalui jalur Informal
adalah dengan cara Mediasi, Arbitrase dan Negosiasi.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui mediasi, merupakan salah satu alternatif jalur
penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan karena dilihat ada beberapa
keuntungan yang bisa diambil, misalnya proses penyelesaian dengan biaya ringan, membutuhkan
waktu yang relatif sedikit, hasil yang diterima memiliki rasa keadilan bagi pihak-pihak yang
bersengketa. Dan kiranya pihak independen dilibatkan dalam proses media yang dilakukan
secara terbuka.
E. Kesimpulan
1. Lingkungan hidup kini hendaknya mempunyai fungsi yang sangat diperlukan untuk kesadaran
moral dan tanggung jawab penuh terhadapt alam, karena alam hanya dititipkan Tuhan kepada
manusia untuk dijaga, dirawat, dan dilestarikan.
2. Regulasi tindak pidana khusus lingkungan itu pelaku dihukum tidak hanya pelaku
perambahan, akan tetapi juga bisa dihukum sampai pejabat pemberi izin dan juga pejabat yang
lalai melakukan pengawasan. “Jadi semua bisa dijerat meskipun tidak melakukan perusakan
secara langsung.
3. Semua pihak kiranya terlibat aktif untuk mencegah kerusakan lingkungan. Pemerintah Daerah
juga memiliki andil besar untuk selamatkan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Ben Angger Teori sosial Kritis hal. 12
Lusiana Tijow Kebijakan Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia
Sukanda Husin Tahun 2009 hal. 122
Panayatou dan Hadi degradasi lingkungan
B. INTERNET
http://pidato presiden republik indonesiatentang kesetaraan-pertumbuhan berkelanjutan
http:// penyelesaian sengketa lingkungan hidup
http://etika lingkungan hidup
Merdeka.com.
C. UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang regulasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tulisan ini merupakan keluhan, atas berbagai fenomena hukum yang NGAWUR di Indonesia…
Keanehan penerapan hukum serta kebijakan lingkungan yang diterapkan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah di negara Indonesia.
2. Apakah kegiatan Pembangkit Listrik Panas Bumi merupakan salah satu jenis kegiatan
Pertambangan?
Jawab :
Kayaknya PLTP (Panas Bumi) jelas tergolong dalam kegiatan Tambang.
Lha, jadi apakah PLTP boleh melakukan kegiatan di kawasan hutan lindung ?
Suka-suka lu aja deh pemerintah….
4. Mengapa pemerintah lebih senang membangun TPA Sampah (biaya pembangunan TPA
terpadu bantar gebang yang ramah lingkungan kayaknya hampir 1 triliun deh) dengan anggaran
hampir 1 TRILIUN daripada memberdayakan masyarakat untuk memilah atau mengolah
sampah, Yang sudah menjadi kewajibannya sebagaimana diatur dalam undang-Undang
SAMPAH?
Jawab :
Karena pemerintah kita KORUP kali… Cari PROYEK aja.
Pemerintah mungkin lebih takut untuk memaksa/ membina pelaksanaan kewajiban oleh
masyarakat.
Pemerintah takut, jika kewajiban telah dilaksanakan masyarakat akan menuntut HAK…
Pemerintah takut masyarakat akan menuntu HAK atas lingkungan, lalu kemudian meluas ke
HAK atas Kesehatan, lalu Hak Pekerjaan, HAK perumahan, HAK pendidikan dan secara
komulatif terwujudlah demokrasi yang ideal…
Masyarakat ideal atau MADANI tersebut adalah musuh terbesar bagi PENGUASA/
PEMERINTAHAN yang KORUP/ para KORUPTOR.
5. Mengapa cari publikasi peraturan Perundangan/ setingka keMenterian Permen atau Peraturan
Daerah/ sangat sulit di Indonesia ?
Jawab :
Karena aparat pemerintahan kita PINTAR….
Karena proyek kabel optik puluhan TRILIUN belum selesai…rencannya kalo udah selesai,
pemerintah baru bisa publikasi aturan perundangan secara ONLINE…hahaha, buat proyek
triliunan tapi publikasi aturan aja susah….
Karena pemerintah lebih baik menjual peraturan kepada situs-situs hukum berbayar, seperti
hukumonline. JUALAN ATURAn gitu…
Karena hukum dan peraturan perundangan hanya berguna untuk si KAYA…. si miskin yang gak
bisa online atau gam mapu bayar registrasi berbayar di situs yang menyediakan Aturan hukum
dan Perundangan tentu gak pantas untuk mengerti ATURAN.
Hukum Lingkungan
0
2.2 Instrumen Peme$aan Masala L"ngkungan H"%u& D" In%'nes"a
Ses*ai den)an !asal "9 770?@ men1eb*tkan bahwa 1an) termas*k instr*men'instr*men !
ence)ahan !encemaran dan ker*sakan lin)k*n)an hid*! ata* masalah lin)k*n)an hid*! 1an) !ada
dasarn1a adalah +*)a seba)ai instr*men !en)elolaan lin)k*n)an hid*!, karena !en)elolaan
lin)k*n)an hid*! dimaks*dkan +*)a *nt*k mence)ah dan men)atasi masalah !encemaran dan
ker*sakan lin)k*n)an hid*!.nstr*men !emecahan masalah lin)k*n)an hid*! da!at di bedakan
atas instr*men kebi+akan 1an) bersiat makro se!erti K?@S 3Ka+ian lin)k*n)an hid*!
strate)is4, !erat*ran !er*ndan)'*ndan)an dan an))aran berbasis lin)k*n)an dan
instr*men'instr*men *nt*k indi5id*al ke)iatan se!erti !eriinan, M8?, 7K? 3*!a1a !
en)elolaan lin)k*n)an4 dan 70? 3*!a1a !emanta*an lin)k*n)an4. Sedan)kan instr*men kebi+akan
1an) bersiat mikro sekali)*s da!at bersiat makro ialah Bak* M*t*.". Ka+ian ?in)k*n)an
@id*! Strate)is0en)ertian ka+ian lin)k*n)an hid*! strate)is 3K@?S4 seba)ai mana di r*m*skan
dalam !asal " b*tir "= 7700?@ adalah ran)kaian analisis sistematis, men1el*r*h, dan !artisi!ati
*nt*k memastikan bahwa !rinsi! !emban)*nan berkelan+*tan telah men+adi dasar dan
terinte)rasi dalam !emban)*nan s*at* wila1ah dan>ata* kebi+akan, rencana dan>ata* !ro)ram.
K?@S mer*!akan dok*men kebi+akan 1an) antara lain mem*at:a.Ka!asitas da1a d*k*n) dan
da1a tam!in) lin)k*n)an hid*! *nt*k !emban)*nan b.0erkiraan men)enai dam!ak dan risiko
lin)k*n)an hid*!c . K i n e r + a l a 1 a n a n > + a s a e k o s i s t e m d . E e s i e n s i !
e m a n a a t a n S * m b e r 8 a 1 a l a m e.Tin)kat kerentanan dan ka!asitas ada!tasi
terhada! !er*bahan iklim . T i n ) k a t k e t a h a n a n d a n ! o t e n s i k e a n e k a r a ) a m a n
h a 1 a t i . @asil K?@S men+adi dasar ba)i kebi+akan, rencana ata* !ro)ram s*at* wila1ah. Jika
hasil K?@S men1atakan bahwa da1a d*k*n) dan da1a tam!*n) s*dah terlam!a*i, lan)kah'lan)kah
1an) di lak*kan adalah:a.Kebi+akan, rencana, ata* !ro)ram !emban)*nan terseb*t wa+ib
di!erbaiki ses*ai den)an rekomendasi K?@S b.Se)ala *saha ata* ke)iatan 1an) telah melam!a*i
da1a d*k*n) dan da1a tam!in) lin)k*n)an hid*! tidak dio!erbolehkan la)i.-. M8? 3nalisis
Men)enai 8am!ak ?in)k*n)a4
+
nalisis Men)enai 8am!ak ?in)k*n)an 3M8?4 m*la'm*la diat*r dalam 0asal "/ 77?@ "#%-
1an) selan+*tn1a diat*r lebih rinci den)an 00 No.-# Tah*n "#%/. M8? mer*!akan s*at* *!
a1a ata* !endekatan *nt*k men)ka+i a!akah ke)iatan !emanaatan ata* !en)olahan s*mber da1a
alam ata* kebi+akan !emerintah dan da!at menimb*lkan dam!ak terhada! lin)k*n)an
hid*!.0ro.8r.6tto Soemarwoto men)atakan bahwa, M8? bersiat !ra'a*dit, 1ait*
M8? har*s dilak*kan sebel*m s*at* !ro1ek dilaksanakan.8an *nt*k teknisn1a, M8?
han1a da!at dilak*kan den)an memen*hi d*a s1arat:a . d a s * a t * r e n c a n a
k e ) i a t a n b.da )aris dasar .
(
8en)an demikian, 1an) dihara!kan dari M8? tentan) kelen)ka!an data inormasi, s*!a1a
diketah*i a!a 1an) men+adi akibat dari ke)iatan !emban)*nan. @al 1an) menent*kan besar
keciln1a dam!ak ne)ati5e ialah )ambaran cita'cita men)enai k*alitas lin)k*n)an 1an) in)in dica!ai.
Sedan)kan bobot !enilaian terhada! besar keciln1a dam!ak di!en)ar*hi oleh m*t* lin)k*n)an 1an)
akan dica!ai.&. Bak* M*t* ?in)k*n)an @id*!0en)ertian bak* m*t* lin)k*n)an hid*! adalah
*k*ran batas ata* kadar makhl*k hid*!, at ener)i, ata* kom!onen lain 1an) ada ata* har*s ada
dan>ata* *ns*r !encemar 1an) diten))an) keberadaann1a dalam s*at* s*mber da1a tertent*
seba)ai *ns*r lin)k*n)an hid*!. Bak* m*t* lin)k*n)an hid*! mer*!akaninstr*men *nt*k men)*k*r
ter+adin1a !encemaran lin)k*n)an. Bak* m*t* lin)k*n)an terdiri atas:a . B a k * m * t *
a i r b.Bak* m*t* air limbahc . B a k * m * t * a i r l a * t d . B a k * m * t * * d a r a
a m b i e n t e . B a k * m * t * e m i s i . B a k * m * t * ) a n ) ) * a n ).Bak* m*t*
lain ses*ai den)an !erkemban)an ilm* dan teknolo)i.
BAB III PENU(UP
0
N.@.T.Siahan,
Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan
: Jakarta, Erlan))a, hlm. -9"
).1 Kes"m&ulan
". @*b*n)an h*k*m dan kebi+aksanaan lin)k*n)anBahwa !erat*ran !er*ndan)'*ndan)an mer*!
akan ba)ian dari kebi+akan !emerintah. Nam*n dalam hal ini kebi+akan diartikan dalam arti
sem!it, 1ait* kebi+akan 1an) masih har*s di+abarkan terlebih dah*l* di dalam berba)ai !erat*ran
!er*ndan)'*ndan)an. Kebi+akan 1an) dimaks*d disini diantaran1a adalah 778 "#9(, Keteta!an
M0R, ata*!*n !ern1ataan !e+abat ne)ara.7ndan)'*ndan) 8asar "#9( lebih menekankan !ada !
emanaatan ba)i kese+ahteraan mas1arakat. 0erhatian terhada! *!a1a ;!erlind*n)an< bel*m
dikand*n) baik secara eks!lisit ma*!*n im!lisit. 778 "#9( men1eb*tkan bahwa B*mi, air dan
keka1aan alam 1an) terkand*n) di dalamn1a dik*asai oleh Ne)ara dan di!er)*nakan
sebesar'besarn1a *nt*k kemakm*ran rak1at.-. nstr*men !emecahan masalah lin)k*n)an hid*!
di ndonesia
•
nstr*men !emecahan masalah lin)k*n)an di ndonesia 1an) bersiat makro:a. Ka+ian ?
in)k*n)an @id*! Strate)is0en)ertian ka+ian lin)k*n)an hid*! strate)is 3K@?S4 seba)ai manadi
r*m*skan dalam !asal " b*tir "= 7700?@ adalah ran)kaian analisis sistematis, men1el*r*h, dan !
artisi!ati *nt*k memastikan bahwa !rinsi! !emban)*nan berkelan+*tan telah men+adi dasar
danterinte)rasi dalam !emban)*nan s*at* wila1ah dan > ata* kebi+akan, rencana dan > ata* !
ro)ram. b. M8?M8? mer*!akan s*at* *!a1a ata* !endekatan *nt*k men)ka+i a!akah
ke)iatan !emanaatan ata* !en)olahan s*mber da1a alam ata* kebi+akan !emerintah dan da!at
menimb*lkan dam!ak terhada! lin)k*n)an hid*!.
•
nstr*men !emecahan masalah di ndonesia 1an) bersiat mikro sekali)*s makro :Bak* M*t*
?in)k*n)an @id*! 0en)ertian bak* m*t* lin)k*n)an hid*! adalah *k*ran batas ata* kadar
makhl*k hid*!, at ener)i, ata* kom!onen lain 1an) ada ata* har*s ada dan>ata* *ns*r !encemar
1an) diten))an) keberadaann1a dalam s*at* s*mber da1a tertent* seba)ai *ns*re lin)k*n)an hid*!.
Pendidikan hukum lingkungan di Indonesia, seperti halnya bidang pendidikan yang lain,
memerlukan beberapa perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana yang tercantum dalam Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 bukan semata untuk melindungi Indonesia dari kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup tetapi juga untuk menjaga keselamatan dan keberlangsungan
hidup manusia serta ekosistem bagi generasi masa kini dan masa mendatang.
Untuk memenuhi tuntutan perkembangan hukum baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang sedang membangun, secara proporsional diperlukan pula pembaharuan pendidikan hukum
dan penyesuaian substansi serta metode pengajarannya. Sejalan dengan keunikan hukum
lingkungan yang bersifat lintas disiplin ilmu, metode penelitian hukum lingkungan pun
mengalami perubahan dan perkembangan yang cepat, sehingga perlu ditunjang dengan program
penelitian yang tepat sesuai dengan perkembangannya.
Hukum lingkungan sebagai salah satu bidang hukum baru sejak Program Pembangunan
dilaksanakan mengalami perkembangan yang sangat cepat dari waktu ke waktu, dengan
memperhatikan pula perkembangan secara global dan regional. Perkembangan baru hukum
lingkungan di Indonesia disertai pula dengan gerakan Otonomi Daerah yang mempengaruhi
substansi dan struktur sistem hukum lingkungan serta pertimbangan budaya hukum, termasuk
kearifan lokal yang beragam dan lebih kompleks.
Buku ini di desain bagi para penstudi tidak hanya mereka yang memperdalam tentang hukum
lingkungan di Fakultas Hukum saja akan tetapi lebih dari pada itu.