Anda di halaman 1dari 16

Kebijakan Lingkungan Hidup

KEBIJAKAN LINGKUNGAN HIDUP (Pengelolaan Lingkungan Hidup)


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997, Pasal 1
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana lingkungan hidup dapat diartikan sebagai
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. SDA seperti air,
udara, tanah, hutan dan lainnya merupakan sumberdaya yang penting bagi kelangsungan hidup
mahkluk hidup termasuk manusia. Bahkan, SDA ini tidak hanya mencukupi kebutuhan hidup
manusia, tetapi juga dapat memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan yang lebih luas.
Namun, semua itu bergantung pada bagaimana pengelolaan SDA tersebut, karena pengelolaan
yang buruk berdampak pada kerugian yang akan ditimbulkan dari keberadaan SDA, misalnya
dalam bentuk banjir, pencemaran air, dan sebagainya.
Dalam merumuskan kebijakan lingkungan, Pemerintah lazimnya menetapkan tujuan yang
hendak dicapai. Kebijakan lingkungan disertai tindak lanjut pengarahan dengan cara bagaimana
penetapan tujuan dapat dicapai agar ditaati masyarakat.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)
mendasari kebijaksanaan lingkungan di Indonesia, karena Undang-Undang, peraturan
pemerintah dan peraturan pelaksanaan lainnya merupakan instrumen kebijaksanaan
(instrumenten van beleid). Instrumen kebijaksanaan lingkungan perlu ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan lingkungan dami kepastian hukum dan mencerminkan arti penting hukum
bagi penyelesaian masalah lingkungan. Instrumen hukum kebijaksanaan lingkungan (juridische
milieubeleidsinstrumenten) tetapkan oleh pemerintah melalui berbagai sarana yang bersifat
pencegahan, atau setidak-tidaknya pemulihan, sampai tahap normal kualitas lingkungan. Adapun
arah kebijakan lingkungan hidup terbagi atas:
1.      Arah kebijakan bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam GHBN
a.       Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi
peningkatan kesejahtraan rakyat bagi generasi ke generasi.
b.      Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan dengan menerapkan teknologi
rumah lingkungan.
c.       Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaharuan
dalam pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang
tidak dapat balik.
d.      Mendelegasikan secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan lingkungan hidup
sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga yang diatur dengan undang-undang.
e.       Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan
memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang
berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang, yang
pengusahaannya diatur oleh undang-undang.
2.      Kebujakan sumber daya alam dalam TAP MPR No.IX/MPR/2001 tentang pembaruan agraria
dan pengelolaan sumber daya alam:
a.       Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan undang-undang yang berkaitan
dengan sumber daya alam dalam rangka sinkronisasi kebijakan antarsektor yang berdasarkan
prinsip-prinsip sebagaimana yang dimaksud pasal5 ketetapan ini.
b.      Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan berbagai macam sumber daya alam melalui identifikasi
dan inventarisasi kualitas dan kualitas sumber daya alam sebagai potensi dalam pembangunan
nasional.
c.       Memperluas pembagian akses informasi kepada masyarakat mengenai potensi sumber daya
alam di daerahnya dan mendorong terwujudnya tanggung jawab sosial untuk menggunakan
teknologi ramah lingkungan termasuk teknologi tradisional.
d.      Memperhatikan sifat dan karakteristik dari berbagai jenis sumber daya alam dan melakukan
upaya-upaya meningkatkan nilai tambah dari produk sumber daya alam tersebut.
e.       Menyelesaikan konflik-konflik pemenfaatan sumber daya alam yang timbul selama ini
sekaligus mengantisipasi potensi konflik dimasa mendatang guna menjamin terlaksananya
penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud pasal 5
ketetapan ini.
f.       Menyusun strategi pemanfaatan sumber daya alam yang didasarkan pada optimalisasi manfaat
dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi daerah maupun nasional.
3.      Kebijakan pengembangan sumber daya alam bagi pembangunan berkelanjutan
Reformasi pengelolaan sumber daya alam sebagai prasyarat terwujudnya pembangunan
berkelanjutan dapat dinilai lebih baik apabila terumuskan parameter yang memadai. Secara
implementatif, parameter yang dapat dirumuskan adalah:
a.       Desentralisasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan mengikuti
prinsip dan pendekatan ekosistem bukan administratif.
b.      Kontrol sosial masyarakat dengan melalui pengembangan transparansi proses pengembalian
keputusan dan peran serta masyarakat. Kontrol sosial ini dapat dimaknai pula sebagai partisipasi
dan kedaulatan yang dimiliki (sebagai hak) rakyat. Setiap orang secara sendiri-sendiri maupun
kelempok memiliki hak yang sama dalam proses perencanaan, pengembilan keputusan,
pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi pada pengelolaan dan pelestarian pada pengembangan
sumber daya alam dan lingkungan hidup.
c.       Pendekatan utuh menyeluruh komprehensif dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Pada parameter ini, pengelolaan lsumber daya alam dan lingkungan hidup
harus menghilangkan pendekatan sektoral, namun berbasis ekosistem dan memperhatikan
keterkaitan dan saling ketergantungan antara faktor-faktor pembentuk ekosistem dan antara satu
ekosistem dengan ekosistem lainnya.
d.      Keseimbangan antara eksploitasi dengan konservasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup sehingga tetap terjaga kelestarian dan kualitasnya secara baik.
e.       Rasa keadilan bagi rakyat dalam pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Keadilan ini tidak semata bagi generasi sekarang semata, tetapi juga untuk generasi mendatang
sesudah kita yang memiliki hak atas lingkungan hidup yang baik.

. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1982 Indonesia mengeluarkan undang-undang yang menjadi sejarah mengenai
pengelolaan lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang regulasi
Pengelolaan Lingkungan Hidup, kemudian telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disebut Undang-undang Pengelolaan
Lingkungan Hidup/UUPLH. Kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup kemudian diganti
lagi dengan Undang-undang Nomor UU No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan tanggapan pemerintah dan bangsa Indonesia
akan penting nya lingkungan hidup untuk dijaga dan lipelihara. .Hilangnya hutan hujan tropis
kita tentu pada akhirnya menyebabkan bencana nasional, global, dan planet ini. Itulah sebabnya
Indonesia telah berbalik arah dengan tekad untuk hutan yang lestari. Kita telah membuat undang-
undang yang akan melestarikan secara permanen 35 persen hutan hujan tropis kita.

Menyadari perlunya dilakukan pengelolaan lingkungan hidup demi pelestarian kemampuan


lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang
berkesinambungan. .Perlu meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan
hidup dengan melakukan konversi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan dengan
menerapkan teknologi ramah lingkungan, serta mendayagunakan sumber daya alam untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan
keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan
budaya masyarakat lokal serta, penataan ruang, yang pengusahaannya diatur dengan undang-
undang.

Reformasi Tahun 1998 Indonesia menjadi Negara yang diharapkan sebagian rakyatnya, harapan
akan sebuah kehidupan berkeadilan dan kesejahteraan di Republik ini terutama masalah
lingkungan. Pada makalah ini penulis ingin mengajak pembaca bagaimana teori hukum
menjawab persoalan lingkungan pada peristiwa yang telah dilewati bangsa ini terutama bagi
mereka yang konsen di bidang lingkungan hidup menurut .Mex Weber, lingkungan merupakan
dimana terjadinya hubungan timbal balik antara indivudu dengan lingkungannya. Tiga masalah
dapat dijadikan lingkungan hidup terjadi disebabkan kewenangan kekuasaan yang sering susah
untuk di kendalikan.
Pertama Kekerasan lingkungan sudah menjadi Trend, seiring dengan kewenangan pemerintah
daerah dengan kosep pemerintahan desentralisasi atau pemerintahan yang dapat dimaknai bisa
mengatur diri sendiri dalam bentuk kado otonomi daerah terkadang dalam berbagai kebijakan
cendrung menyebabkan kekerasan terhadap lingkungan. Lingkungan akan menjadi indah dan
rindang bila dilestarikan dengan baik, namun akan menjadi akan menjadi masalah yang sering
disebut konflik juga disebakan karena lingkungan, penyebab tersebut dapat terjadi maisalnya
dalam proses pengeluaran izin atau pemberian izin atas kewenangnya akan menjadi alat yang
dapat diperjual belikan yang dapat kita maknia pemberuian izin tersebut tidaklah mengacu pada
undang-undang lingkungan. UU No. 32 Tahun 2009, yang dimaksud Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam undang-undang tersebut meliputi:
1. Aspek Perencanaan yang dilakukan melalui inventarisasi lingkungan hidup, penetapan
wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup)
2. Aspek Pemanfaatan Sumber daya Alam yang dilakukan berdasarkan RPPLH. Tetapi dalam
Undang-undang ini telah diatur bahwa jika suatu daerah belum menyusun RPPLH maka
pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
3. Aspek pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.
4. Dimasukkan pengaturan beberapa instrumen pengendalian baru, antara lain. KLHS (Kajian
Lingkungan Hidup Strategis), tata ruang, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup), UKL-UPL (upaya kelola lingkungan, upaya
pemantauan lingkungan), perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-
undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis resiko
lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/ atau
perkembangan ilmu pengetahuan.
5. Pemeliharaan lingkungan hidup yang dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya alam,
pencadangan sumber daya alam, dan/ atau pelestarian fungsi atmosfer.
6. Aspek pengawasan dan penegakan hukum.
Bila ke 6 (enam) aspek yang diatur Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2009 diabaikan oleh
pengambil kebijakan untuk kepentingan balas jasa maka dapat dipastikan lingkungan termasuk
daftar korban kebijakan penguasa pusat maupun Daerah, yang berpotensi menjadi konplik
kepentingan.
Kedua Sumber Daya Manusia (SDM), pada setiap Daerah tentu tidak pernah sama, lemahnya
kemampuan ilmu pengetahuan tentang lingkungan, lembaga yang bergerak dibidang lingkungan
juga lumpuh, pengawasan dari pihak yang berkompeten juga melemah maka lingkungan yang
seharusnya menjadi sahabat manusia berubah yang akan terus menjadi objek untuk
mengumpulkan kekayaan individu, terkadang juga aparat sebagai alat penegak hukum upaya
kekerasan sangat ampuh guna mengakhiri kelompok atau lembaga yang selalu menyuarakan
pentingnya menjaga lingkungan. Contoh kasus 4 (empat) pejabat pemerintah Daerah di
Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2013 terlibat praktik membengkengi perambahan hutan.
Ketiga Penganguran dan kemiskinan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan pertumbuhan
ekonomi masyarakat, sering menimbulkan dampak yang tidak terduga terhadap lingkungan
sosial, dengan menggali dan mengeksplorasi sering kali tidak memperdulikan lingkungan,
sehingga menimbulkan masalah baru pada lingkungan. Pertumbuhan ekonomi akan berdampak
pada degradasi lingkungan karena disebabkan yang pertama kapasitas lingkungan yang terbatas
dan yang kedua keterbatasan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui.
B. Faktor Penyebab Kerusakan Lingkungan
Terjadinya kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 (dua):
1. Letusan gunung berapi.
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan
kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi
antara lain:
a. Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
b. Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
c. Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
d. Gas yang mengandung racun.
e. Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.
2. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya
kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan
lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia
sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa. Oleh karena itu, bahaya yang
ditimbulkan oleh gempa tidak kalah dahsyatnya dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa
berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di
antaranya:
a. Berbagai bangunan roboh.
b. Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
c. Tanah longsor akibat guncangan.
d. Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
e. Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).

3. Angin topan

Terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan
rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok.
Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan
hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan
Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi
Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer
bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan
(puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:
a. Merobohkan bangunan.
b. Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
c. Membahayakan penerbangan.
d. Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.

4. Karena Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi
mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan
yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya
kawasan industri.
b. Terjadinya banjir,sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak
pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
1. Penebangan hutan secara berlebihan (penggundulan hutan).
2. Perburuan liar.
3. Merusak hutan bakau.
4. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
7. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

C. Kebijakan Teori Hukum Pidana Tentang Lingkungan.


Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah sangat jelas terkait tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, Perbedaan mendasar dua regulasi ini adalah adanya penegasan tentang
prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola
pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan
penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan
keadilan.
Beberapa poin penting dalam UU No. 32 Tahun 2009 antara lain:
1. Keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup.
2. kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah.
3. Penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup.
4. Penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup,
Pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;
5. Pendayagunaan pendekatan ekosistem.
6. Kepastian dalam merespon dan mengantisipasi perkembangan lingkungan global.
7. Penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi, dan akses
keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
8. Penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;
9. Penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih efektif
dan responsif.
10. Penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan Penyidik Pegawai Negeri
Sipil lingkungan hidup.
Dengan Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2009 diberi kewenangan yang sangat luas kepada
pemerintah daerah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah
masing-masing yang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Yang dimaksud Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam adalah:
1. Aspek Perencanaan yang dilakukan melalui inventarisasi lingkungan hidup, penetapan
wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup)
2. Aspek Pemanfaatan Sumber daya Alam yang dilakukan berdasarkan RPPLH. Tetapi dalam
Undang-undang ini telah diatur bahwa jika suatu daerah belum menyusun RPPLH maka
pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
3. Aspek pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.
4. Dimasukkan pengaturan beberapa instrumen pengendalian baru, antara lain KLHS (Kajian
Lingkungan Hidup Strategis), tata ruang, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup), UKL-UPL (Upaya Kelola Lingkungan-Upaya
Pemantauan Lingkungan), perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan
perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis
resiko lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan
dan/ atau perkembangan ilmu pengetahuan.
5. Pemeliharaan lingkungan hidup yang dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya alam,
pencadangan sumber daya alam, dan/ atau pelestarian fungsi atmosfer.
6. Aspek pengawasan dan penegakan hukum.
Tindak pidana yang diperkenalkan dalam Undang-undang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH) juga dibagi dalam delik formil dan delik materil. delik materil
dan delik formil dapat didefensikan sebagai berikut:
1. Delik materil (generic crime) adalah perbuatan melawan hukum yang menyebabkan
pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang tidak perlu memerlukan pembuktian
pelanggaran aturan-aturan hukum administrasi seperti izin.
2. Delik formil (specific Crime) adalah perbuatan yang melanggar hukum terhadap aturan-aturan
hukum administrasi, jadi untuk pembuktian terjadinya delik formil tidak diperlukan pencemaran
atau perusakan lingkungan hidup seperti delik materil, tetapi cukup dengan membuktikan
pelanggaran hukum administrasi.
Berikut ini dikutip beberapa delik materil yang ditegaskan dalam UUPPLH yang disesuaikan
dengan beberapa kejahatan yang berkaitan dengan standar baku kebiasaan terjadinya pencemaran
lingkungan yaitu:
Pasal 105
Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalam wilayah Negara kesatuan republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat 1 huruf c dipidana dengan penjara paling singkat
empat tahun dan paling lama dua belas tahun dan denda paling sedikit Rp 4.000.000.000 dan
paling banyak Rp. 12.000.000.000.

Pasal 106
Setiap orang yang memasukkan limbah B3 kedalam wilayah Negara kesatuan republik Indonesia
sebagaimana dimaksud Pasal 69 ayat 1 huruf d dipidana dengan penjara paling singkat lima
tahun dan paling lama lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp 5.000.000.000 dan paling
banyak Rp. 15.000.000.000.
Pasal 107
Setiap orag yang memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan
kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pasal 69 ayat 1
huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama lima belas
tahun dan denda paling sedikit Rp 5.000.000.000 dan paling banyak Rp. 15.000.000.000.

Pasal 108
Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat 1
huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama tiga belas
tahun dan denda paling sedikit Rp 3.000.000.000 dan paling banyak Rp. 10.000.000.000.

Sebagai tindak pidana yang harus didasarkan pada persyaratan administratif atau delik formil
dari perusahaan atau individu itu bertindak dan patut diduga melakukan tindak pidana terhadap
lingkungan juga dapat dilihat dalam beberapa pasal seperti:

Pasal 98
Setiap orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambient, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama sepuluh tahun dan
denda paling sedikit Rp. 3.000.000.000 dan paling banyak Rp.10.000.000.000.

Pasal 102
Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud Pasal 59
ayat 4, dipidana dengan pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama tiga tahun dan
denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000 dan paling banyak Rp. 3.000.000.000
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 juga diatur masalah pertanggung jawaban pidana bagi
korporasi, yang selanjutnya dapat dikenakan kepada yang memerintah sehingga terwujud tindak
pidana pencemaran lingkungan, tanpa memerhatikan terjadinya tindak pidana itu secara
bersama-sama (Pasal 116 ayat 2). Pengaturan yang berbeda juga dapat diamati pada peran
kejaksaan yang dapat berkoordinasi dengan instansi yang bertanggung jawab dibidang
perlindungan hidup untuk melaksanakan eksekusi dalam melaksanakan pidana tambahan atau
tindakan tata tertib (Pasal 119 dan Pasal 120).
D. Proses Penyelesaian Kasus Lingkungan Hidup.

Dalam proses penyelesaian kasus lingkungan hidup di Indonesia dikenal 2 (dua) mekanisme
penyelesaian :
1. Jalur Formal atau pengadilan yang terdiri dari tiga instrumen yaitu administrasi atau tahapan
pemberian izi oleh pemerintah, bagi yang tidak sepakat dapat melakukan gugatan ke PTUN.
2. Pidana yaitu aparat dapat memberikan sanksi kepada perusahaan yang merusak dan
mencemarkan lingkungan.
3. Melalui jalur perdata yang dibagi lagi atas pilihan gugatan perdata biasa dengan dasar pasal
1365 KUHP Perdata, Calass Action, dan Legal Standing. Kemudian melalui jalur Informal
adalah dengan cara Mediasi, Arbitrase dan Negosiasi.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui mediasi, merupakan salah satu alternatif jalur
penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan karena dilihat ada beberapa
keuntungan yang bisa diambil, misalnya proses penyelesaian dengan biaya ringan, membutuhkan
waktu yang relatif sedikit, hasil yang diterima memiliki rasa keadilan bagi pihak-pihak yang
bersengketa. Dan kiranya pihak independen dilibatkan dalam proses media yang dilakukan
secara terbuka.

E. Kesimpulan
1. Lingkungan hidup kini hendaknya mempunyai fungsi yang sangat diperlukan untuk kesadaran
moral dan tanggung jawab penuh terhadapt alam, karena alam hanya dititipkan Tuhan kepada
manusia untuk dijaga, dirawat, dan dilestarikan.
2. Regulasi tindak pidana khusus lingkungan itu pelaku dihukum tidak hanya pelaku
perambahan, akan tetapi juga bisa dihukum sampai pejabat pemberi izin dan juga pejabat yang
lalai melakukan pengawasan. “Jadi semua bisa dijerat meskipun tidak melakukan perusakan
secara langsung.
3. Semua pihak kiranya terlibat aktif untuk mencegah kerusakan lingkungan. Pemerintah Daerah
juga memiliki andil besar untuk selamatkan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU
Ben Angger Teori sosial Kritis hal. 12
Lusiana Tijow Kebijakan Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia
Sukanda Husin Tahun 2009 hal. 122
Panayatou dan Hadi degradasi lingkungan

B. INTERNET
http://pidato presiden republik indonesiatentang kesetaraan-pertumbuhan berkelanjutan
http:// penyelesaian sengketa lingkungan hidup
http://etika lingkungan hidup
Merdeka.com.

C. UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang regulasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tulisan ini merupakan keluhan, atas berbagai fenomena hukum yang NGAWUR di Indonesia…
Keanehan penerapan hukum serta kebijakan lingkungan yang diterapkan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah di negara Indonesia.

1. Apakah di kawasan hutan Lindung dapat dilakukan kegiatan pertambangan ?


Jawab :
UU Kehutanan jelas mencantumkan LARANGAN melakukan kegiatan pertambangan di
Kawasan Lindung/ Hutan Lindung/ Hutan Konservasi/ cagar alam/ taman nasional, dlll. tetapi
keyataanya BOLEH …
Buktinya sudah ada…
Lha, kenapa bisa begitu….
hehehe….CAPE deh

2. Apakah kegiatan Pembangkit Listrik Panas Bumi merupakan salah satu jenis kegiatan
Pertambangan?
Jawab :
Kayaknya PLTP (Panas Bumi) jelas tergolong dalam kegiatan Tambang.
Lha, jadi apakah PLTP boleh melakukan kegiatan di kawasan hutan lindung ?
Suka-suka lu aja deh pemerintah….

3. Mengapa pemerintah lebih senang menghimbau masyarakat melaksanakan penanaman


pohon 1 miliar, daripada membebankan masyarakat untuk menyediakan areal RTH Privat/
penghijauan di lahan miliknya sendiri yang sudah diatur sejak tahun 1970-an?
Jawab :
Itu mungkin salah satu bentuk kebijakan hukum…MUNGKIN, tapi bisa juga itu bentuk ketidak
becusan Pemerintah membina masyarakatnya agar peduli dengan lingkungan, melalui
penanaman pohon di lahan miliknya sendiri.
UTAMANYA, adalah pemerintah kita hobi TEBAR PESONA… sok banyak Program…
Programnya sangking banyaknya sampe program i miliar…. biar kelihatan kerja, jadi
menghimbau sesuatu yang seharusnya telah menjadi kewajiban masyarakat sejak jaman
SOeharto.
Masyarakatnya juga tolol, karena gak ngerti kewajibannya menyediakan areal hijau di
lingkungannya.
Masyarakatnya juga MISKIN, karena gak mampu memenuhi kewajibannya menyediakan areal
hijau di lingkungannya.
Masyarakatnya juga CARI ENAK aja, karena lebih senang menanam pohon di pegunungan,
daripada menyediakan areal hijau di halaman rumahnya yang lebih baik buat parkir mobil atau
tempat usaha…

4. Mengapa pemerintah lebih senang membangun TPA Sampah (biaya pembangunan TPA
terpadu bantar gebang yang ramah lingkungan kayaknya hampir 1 triliun deh) dengan anggaran
hampir 1 TRILIUN daripada memberdayakan masyarakat untuk memilah atau mengolah
sampah, Yang sudah menjadi kewajibannya sebagaimana diatur dalam undang-Undang
SAMPAH?
Jawab :
Karena pemerintah kita KORUP kali… Cari PROYEK aja.
Pemerintah mungkin lebih takut untuk memaksa/ membina pelaksanaan kewajiban oleh
masyarakat.
Pemerintah takut, jika kewajiban telah dilaksanakan masyarakat akan menuntut HAK…
Pemerintah takut masyarakat akan menuntu HAK atas lingkungan, lalu kemudian meluas ke
HAK atas Kesehatan, lalu Hak Pekerjaan, HAK perumahan, HAK pendidikan dan secara
komulatif terwujudlah demokrasi yang ideal…
Masyarakat ideal atau MADANI tersebut adalah musuh terbesar bagi PENGUASA/
PEMERINTAHAN yang KORUP/ para KORUPTOR.

5. Mengapa cari publikasi peraturan Perundangan/ setingka keMenterian Permen atau Peraturan
Daerah/ sangat sulit di Indonesia ?
Jawab :
Karena aparat pemerintahan kita PINTAR….
Karena proyek kabel optik puluhan TRILIUN belum selesai…rencannya kalo udah selesai,
pemerintah baru bisa publikasi aturan perundangan secara ONLINE…hahaha, buat proyek
triliunan tapi publikasi aturan aja susah….
Karena pemerintah lebih baik menjual peraturan kepada situs-situs hukum berbayar, seperti
hukumonline. JUALAN ATURAn gitu…
Karena hukum dan peraturan perundangan hanya berguna untuk si KAYA…. si miskin yang gak
bisa online atau gam mapu bayar registrasi berbayar di situs yang menyediakan Aturan hukum
dan Perundangan tentu gak pantas untuk mengerti ATURAN.

Hukum Lingkungan

AZAS DAN PENGERTIAN DASAR HUKUM LINGKUNGAN


I.PENDAHULUAN.
Kegiatan pembangunan yang berlangsung selama kurun waktu tiga dasawarsa terakhir ini di satu
sisi berdampak positif bagi pendapatan negara (state revenue). Tetapi, disisi lain kegiatan
pembangunan juga menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan sumber daya alam dan
pencemaran lingkungan hidup.
Jika kita cermati dengan teliti dari perspektif hukum dan kebijakan yang terkait dengan
lingkungan, fenomena pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup terjadi karena pembangunan
yang berorientasi ekonomi, dengan mengekploitasi lingkungan hidup, tanpa menjaga kelestarian
sumber-sumber daya alam dan lingkungan hidup serta mengabaikan peraturan atau kebijakan-
kebijakan yang salah dihasilkan pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan.
Implementasi paradigma pembangunan yang berbasis negara kemudian diiringi dengan
kebijakan pembangunan instrumen hukum (legal instrumen) yang bercorak represif,
mengabaikan hak-hak masyarakat, dan menggusur keberadaan hukum yang hidup dalam
masyarakat.
Untuk itu perlu adanya hukum yang terkait dengan Lingkungan yang mengatur tentang
penanggulangan, pencegahan dan penyelesaian atas perusakan lingkungan
Untuk itu pemerintah telah membentuk Undang-Undang lingkungan hidup, termasuk yang
terakhir UU No 23 Tahun 1997, yaitu tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
II. HUKUM DAN KEBIJAKSANAAN LINGKUNGAN
Untuk memahami kedudukan prinsip-prinsip hukum lingkungan yang dituangkan dalam UU
Lingkungan Hidup sebagai kebijaksanaan lingkungan Indonesia, maka kita harus mengerti
terlebih dahulu peran hukum (UU Lingkungan Hidup) dan kebijakan-kebijakan yang terkait
dengan Lingkungan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Hukum lingkungan adalah setiap kebijakan yang terkait dengan pencegahan, penyelesaian atas
sengketa-sengketa lingkungan dan Undang-Undang Lingkungan hidup merupakan dasar
pelaksanaan kebijakan yang digunakan pemerintah dalam penanganan masalah lingkugnan
hidup, dalam hal ini ada keterkaitan yang erat antara Hukum dan kebijakan dalam Hukum
Lingkungan.
Undang-Undang Lingkungan Hidup mendasari kebijaksanaan lingkungan di Indonesia, karena
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan peraturan pelaksanaan lainnya merupakan Instrumen
Kebijaksanaan. Undang-Undang Lingkungan Hidup merupakan Hukum yang menampung
kebijaksanaan lingkungan hidup di Indonesia menghendaki penjabaran lebih lanjut dalam
peraturan Perundang-Undangan.
Peraturan perundang-undangan lingkungan yang dipersiapakan penyusunannya guna menunjang
Undang-Undang Lingkungan Hidup sebagai wadah untuk menuangkan kebijaksanaan
lingkungan diharapakan merupakan salah satu jalan keluar bagi masalah lingkungan. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah-masalah lingkungan, baik
oleh Menteri Lingkungan hidup maupun oleh berbagai Departemen Sektoral dan lembaga
pemerintah non departemen. Salah satunya upaya yang dilakukan adalah melalui sarana hukum,
dengan menuangkan kebijaksanaan lingkungan dalam peraturan perundang-undangan
lingkungan .
Sejalan dengan kebijaksanaan nasional di bidang hukum , maka hukum lingkungan sangatlah
perlu dikuatan peranannya dengan kebijakan-kebijakan lingkungan.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar atau norma dasar peraturan-peraturan
perundangan di Indonesia yang telah menetapkan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalmnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Dan hukum dasar ini juga yang sering digunakan pemerintah untuk
menimbulkan kerusakan-kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari pengelolaan sumber daya
alam.
Indonesia sekarang ini sudah mempunyai Undang-Undang Lingkungan hidup, dan yang perlu
dipertanyakan adalah sampai sejauh mana undang-undang yang sudah ada dapat menampung
kebutuhan hukum terhadap pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan yang
begitu kompleks. Dengan adanya undang-undang lingkungan hidup tentulah belum cukup untuk
mencegah pencemaran dan kerusakan-kerusakan lingkungan, akan tetapi perlu adanya aparatur
yang cakap dan mengerti dengan masalah lingkungan dan ditopang dengan lembaga penegak
hukum yaitu lembaga peradilan.

III. AZAS-AZAS HUKUM LINGKUNGAN


A. Azas Pencemar Membayar (the polluter-pays).
Azas ini ditujukan kepada salah satu pangkal tolak berpikir kebijaksanaaan lingkungan yang juga
tercermin dari ketentuan UULH yaitu Siapa Yang mebayar Pencemaran?
Pada prinsipnya pencemar membayar mengandung makna bahwa pencemar harus memikul biaya
pencegahan dan penanggulangan pencemaran. Oleh sebab itu kebijakan prinsip lingkungahn ini
ditujukan untuk pencegahan pencemaran, dan sarana yang digunakan pemerintah adalah sarana
peraturan/pengaturan berupa izin dan sarana ekonomi yang terdiri dari pungutan (charges) dan
uang jaminan yang tujuan dari pungutan dan uang jaminan adalah membiayai upaya pencegahan
dan penanggulangan pencemaran. Disamping itu pungutan pencemaran menjadi insentif bagi
pencemar untuk menghilangkan atau mengurangi pencemaran.

B. Azas the Best practicable means


Prinsip ini mengandung pengertian pengaturan yang bersifat pembatasan dan pengendalian
pencemaran diadakan seoptimal mungkin dengan melihat sarana dari segi teknik-teknik
pencegahan dan mengendalikan pencemaran lingkungan dengan menggunakan sarana-sarana
teknik pencegahan dan pengendalian pencemaran yang optimal, dan biaya yang juga optimal
(prinsip ekonomis).

C. Azas penanggulangan pada sumbernya (abatement at the source)


Penanggulangan pencemaran lingkungan yang langsung pada sumber-sumber yang
mengakibatakan pencemaran lingkungan disekitarnya, dengan menanggulangi pada sumbernya
maka pencemaran akan dapat dihentikan dan menghentikan pencemaran terhadap lingkungan
yang potensial tercemar.
Prinsip ini dapat disebut upaya penanggulangan dan pencegahan pencemaran sekaligus, karena
dengan penanggulangan pada sumbernya maka pencemaran dapat dihentikan dan mencegah
pencemaran lanjutan yang mungkin akan terjadi.

 
0
2.2 Instrumen Peme$aan Masala L"ngkungan H"%u& D" In%'nes"a
Ses*ai den)an !asal "9 770?@ men1eb*tkan bahwa 1an) termas*k instr*men'instr*men !
ence)ahan !encemaran dan ker*sakan lin)k*n)an hid*! ata* masalah lin)k*n)an hid*! 1an) !ada
dasarn1a adalah +*)a seba)ai instr*men !en)elolaan lin)k*n)an hid*!, karena !en)elolaan
lin)k*n)an hid*! dimaks*dkan +*)a *nt*k mence)ah dan men)atasi masalah !encemaran dan
ker*sakan lin)k*n)an hid*!.nstr*men !emecahan masalah lin)k*n)an hid*! da!at di bedakan
atas instr*men kebi+akan 1an) bersiat makro se!erti K?@S 3Ka+ian lin)k*n)an hid*!
strate)is4, !erat*ran !er*ndan)'*ndan)an dan an))aran berbasis lin)k*n)an dan
instr*men'instr*men *nt*k indi5id*al ke)iatan se!erti !eriinan, M8?, 7K? 3*!a1a !
en)elolaan lin)k*n)an4 dan 70? 3*!a1a !emanta*an lin)k*n)an4. Sedan)kan instr*men kebi+akan
1an) bersiat mikro sekali)*s da!at bersiat makro ialah Bak* M*t*.". Ka+ian ?in)k*n)an
@id*! Strate)is0en)ertian ka+ian lin)k*n)an hid*! strate)is 3K@?S4 seba)ai mana di r*m*skan
dalam !asal " b*tir "= 7700?@ adalah ran)kaian analisis sistematis, men1el*r*h, dan !artisi!ati
*nt*k memastikan bahwa !rinsi! !emban)*nan  berkelan+*tan telah men+adi dasar dan
terinte)rasi dalam !emban)*nan s*at* wila1ah dan>ata* kebi+akan, rencana dan>ata* !ro)ram.
K?@S mer*!akan dok*men kebi+akan 1an) antara lain mem*at:a.Ka!asitas da1a d*k*n) dan
da1a tam!in) lin)k*n)an hid*! *nt*k  !emban)*nan b.0erkiraan men)enai dam!ak dan risiko
lin)k*n)an hid*!c . K i n e r + a l a 1 a n a n > + a s a e k o s i s t e m d . E  e s i e n s i !
e m a n  a a t a n S * m b e r 8 a 1 a  l a m e.Tin)kat kerentanan dan ka!asitas ada!tasi
terhada! !er*bahan iklim  . T i n ) k a t k e t a h a n a n d a n ! o t e n s i k e a n e k a r a ) a m a n
h a 1 a t i . @asil K?@S men+adi dasar ba)i kebi+akan, rencana ata* !ro)ram s*at* wila1ah. Jika
hasil K?@S men1atakan bahwa da1a d*k*n) dan da1a tam!*n) s*dah terlam!a*i, lan)kah'lan)kah
1an) di lak*kan adalah:a.Kebi+akan, rencana, ata* !ro)ram !emban)*nan terseb*t wa+ib
di!erbaiki ses*ai den)an rekomendasi K?@S b.Se)ala *saha ata* ke)iatan 1an) telah melam!a*i
da1a d*k*n) dan da1a tam!in) lin)k*n)an hid*! tidak dio!erbolehkan la)i.-. M8? 3nalisis
Men)enai 8am!ak ?in)k*n)a4
 
+
nalisis Men)enai 8am!ak ?in)k*n)an 3M8?4 m*la'm*la diat*r dalam 0asal "/ 77?@ "#%-
1an) selan+*tn1a diat*r lebih rinci den)an 00 No.-# Tah*n "#%/. M8? mer*!akan s*at* *!
a1a ata* !endekatan *nt*k men)ka+i a!akah ke)iatan !emanaatan ata* !en)olahan s*mber da1a
alam ata* kebi+akan  !emerintah dan da!at menimb*lkan dam!ak terhada! lin)k*n)an
hid*!.0ro.8r.6tto Soemarwoto men)atakan bahwa, M8? bersiat !ra'a*dit, 1ait*
M8? har*s dilak*kan sebel*m s*at* !ro1ek dilaksanakan.8an *nt*k teknisn1a, M8?
han1a da!at dilak*kan den)an memen*hi d*a s1arat:a .  d a s * a t * r e n c a n a
k e ) i a t a n  b.da )aris dasar .
(
8en)an demikian, 1an) dihara!kan dari M8? tentan) kelen)ka!an data inormasi, s*!a1a
diketah*i a!a 1an) men+adi akibat dari ke)iatan  !emban)*nan. @al 1an) menent*kan besar
keciln1a dam!ak ne)ati5e ialah )ambaran cita'cita men)enai k*alitas lin)k*n)an 1an) in)in dica!ai.
Sedan)kan  bobot !enilaian terhada! besar keciln1a dam!ak di!en)ar*hi oleh m*t* lin)k*n)an 1an)
akan dica!ai.&. Bak* M*t* ?in)k*n)an @id*!0en)ertian bak* m*t* lin)k*n)an hid*! adalah
*k*ran batas ata* kadar makhl*k hid*!, at ener)i, ata* kom!onen lain 1an) ada ata* har*s ada
dan>ata* *ns*r !encemar 1an) diten))an) keberadaann1a dalam s*at* s*mber da1a tertent*
seba)ai *ns*r lin)k*n)an hid*!. Bak* m*t* lin)k*n)an hid*! mer*!akaninstr*men *nt*k men)*k*r
ter+adin1a !encemaran lin)k*n)an. Bak* m*t* lin)k*n)an terdiri atas:a . B a k * m * t *
a i r    b.Bak* m*t* air limbahc . B a k * m * t * a i r l a * t d . B a k * m * t * * d a r a
a m b i e n t e . B a k * m * t * e m i s i  . B a k * m * t * ) a n ) ) * a n ).Bak* m*t*
lain ses*ai den)an !erkemban)an ilm* dan teknolo)i.
BAB III PENU(UP
0
 N.@.T.Siahan,
 Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan
: Jakarta, Erlan))a, hlm. -9"

 

).1 Kes"m&ulan
". @*b*n)an h*k*m dan kebi+aksanaan lin)k*n)anBahwa !erat*ran !er*ndan)'*ndan)an mer*!
akan ba)ian dari kebi+akan  !emerintah. Nam*n dalam hal ini kebi+akan diartikan dalam arti
sem!it, 1ait* kebi+akan 1an) masih har*s di+abarkan terlebih dah*l* di dalam berba)ai  !erat*ran
!er*ndan)'*ndan)an. Kebi+akan 1an) dimaks*d disini diantaran1a adalah 778 "#9(, Keteta!an
M0R, ata*!*n !ern1ataan !e+abat ne)ara.7ndan)'*ndan) 8asar "#9( lebih menekankan !ada !
emanaatan ba)i kese+ahteraan mas1arakat. 0erhatian terhada! *!a1a ;!erlind*n)an< bel*m
dikand*n) baik secara eks!lisit ma*!*n im!lisit. 778 "#9( men1eb*tkan bahwa B*mi, air dan
keka1aan alam 1an) terkand*n) di dalamn1a dik*asai oleh Ne)ara dan di!er)*nakan
sebesar'besarn1a *nt*k kemakm*ran rak1at.-. nstr*men !emecahan masalah lin)k*n)an hid*!
di ndonesia

nstr*men !emecahan masalah lin)k*n)an di ndonesia 1an) bersiat makro:a. Ka+ian ?
in)k*n)an @id*! Strate)is0en)ertian ka+ian lin)k*n)an hid*! strate)is 3K@?S4 seba)ai manadi
r*m*skan dalam !asal " b*tir "= 7700?@ adalah ran)kaian analisis sistematis, men1el*r*h, dan !
artisi!ati *nt*k memastikan  bahwa !rinsi! !emban)*nan berkelan+*tan telah men+adi dasar
danterinte)rasi dalam !emban)*nan s*at* wila1ah dan > ata* kebi+akan, rencana dan > ata* !
ro)ram. b. M8?M8? mer*!akan s*at* *!a1a ata* !endekatan *nt*k men)ka+i a!akah
ke)iatan !emanaatan ata* !en)olahan s*mber da1a alam ata* kebi+akan !emerintah dan da!at
menimb*lkan dam!ak terhada! lin)k*n)an hid*!.

nstr*men !emecahan masalah di ndonesia 1an) bersiat mikro sekali)*s makro :Bak* M*t*
?in)k*n)an @id*! 0en)ertian bak* m*t* lin)k*n)an hid*! adalah *k*ran batas ata* kadar
makhl*k hid*!, at ener)i, ata* kom!onen lain 1an) ada ata* har*s ada dan>ata* *ns*r !encemar
1an) diten))an) keberadaann1a dalam s*at* s*mber da1a tertent* seba)ai *ns*re lin)k*n)an hid*!.

Pendidikan hukum lingkungan di Indonesia, seperti halnya bidang pendidikan yang lain,
memerlukan beberapa perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana yang tercantum dalam Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 bukan semata untuk melindungi Indonesia dari kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup tetapi juga untuk menjaga keselamatan dan keberlangsungan
hidup manusia serta ekosistem bagi generasi masa kini dan masa mendatang.

Untuk memenuhi tuntutan perkembangan hukum baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang sedang membangun, secara proporsional diperlukan pula pembaharuan pendidikan hukum
dan penyesuaian substansi serta metode pengajarannya. Sejalan dengan keunikan hukum
lingkungan yang bersifat lintas disiplin ilmu, metode penelitian hukum lingkungan pun
mengalami perubahan dan perkembangan yang cepat, sehingga perlu ditunjang dengan program
penelitian yang tepat sesuai dengan perkembangannya.

Hukum lingkungan sebagai salah satu bidang hukum baru sejak Program Pembangunan
dilaksanakan mengalami perkembangan yang sangat cepat dari waktu ke waktu, dengan
memperhatikan pula perkembangan secara global dan regional. Perkembangan baru hukum
lingkungan di Indonesia disertai pula dengan gerakan Otonomi Daerah yang mempengaruhi
substansi dan struktur sistem hukum lingkungan serta pertimbangan budaya hukum, termasuk
kearifan lokal yang beragam dan lebih kompleks.

Buku ini di desain bagi para penstudi tidak hanya mereka yang memperdalam tentang hukum
lingkungan di Fakultas Hukum saja akan tetapi lebih dari pada itu.

Anda mungkin juga menyukai