Anda di halaman 1dari 12

PERUBAHAN LINGKUNGAN HIDUP

A. Pengertian Lingkungan Hidup


Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakuknya, yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (UU. No.
23/1997). Lingkungan hidup dalam pengertian ekologi tidaklah mengenal batas wilayah baik
wilayah negara maupun wilayah administratif, akan tetapi jika lingkungan hidup dikaitkan
dengan pengelolaannya maka harus jelas batas wilayah wewenang pengelolaan tersebut.
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu sistem yang terdiri dari lingkungan sosial
(sociosystem), lingkungan buatan (technosystem) dan lingkungan alam (ecosystem) dimana
ke-tiga sub sistem ini saling berinteraksi (saling mempengaruhi). Ketahanan masing-masing
subsistem ini akan meningkatkan kondisi seimbang dan ketahanan lingkungan hidup, dimana
kondisi ini akan memberikan jaminan suatu yang berkelanjutan yang tentunya akan
memberikan peningkatan kualitas hidup setiap makhluk hidup di dalamnya.

B. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Kebijakan pemerintah merupakan suatu hal yang akan di lakukan maupun tidak di
lakukan pemerintah dengan tujuan tertentu, demi kpentingan bersama dan merupakan bagian
dari keputusan pemerintah itu sndiri. Dalam kepustakaan internasional biasa di sebut publik
policy. Kebijakan publik ini akan tetap terus berlangsung, selagi pemerintah suatu negara
masih ada untuk mengatur suatu keidupan bersama. Berdasarkan yang tertuang dalam konsep
demokarasi modern, kebijakan dari pemerintah atau negara, bukan hanya berisi tentang
argumentasi maupun suatu pendapat para aparatur wakil rakyat belaka, namun opini dari
publik atau biasa di sebut publik opinion.
Hal itu tidak kalah penting dalam mempertimbangkan pengambilan kebijakan
pemerrintah. Dalam setiap pengabilan kebijakan harus senantiasa berorientasi pada publik.
(Islami. 2003). Berdasarkan jenisnya kebijakan pemerintah atau publik policy, di bedakan
menjadi dua jenis yaitu, kebijakan yang berbentuk peraturan pemerintah yang tertulis seperti
halnya peraturan perundangan, dan peraturan pemerintah yang tidak tertulis yang di sepakati
bersama, ialah berbentuk konvensi. (Nugroho, 2002) Kebijakan pemerintah
meliputi suatu program kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah di rencanakan
(pleaning) sebelumnya. Sehingga perumusan suatu kebijakan mempunyai nilai (value)
perbedaan serta persmaan dalam pengambilan keputusan. Dengan demkian pembentukan
kebijakan dapat dilakukan melalui pemilihan alternatif yang sifatnya berlangsung secara
terus-menerus, (Tjokroamidjojo, 1981).

Meskipun di Indonesia telah banyak kebijakan yang telah di cetuskan, namun


program dan rencana serta, peran dari berbagai pihak ternyata masih saja muncul
permaslahan terkait dengan sumber daya alam, dan lingkungan hidup belum juga berakhir
atau bisa di katakan tetap terjadi. Sehubungan dengan hal demikian, kementrian Lingkungan
Hidup telah mendorong untuk menyempurnakan kebijakan, progran serta rencana yang ada.
Dalam menyusun kebijakan ini digunakan perangkat Kajian Lingkungan Strategis (KLS)
terhadap kebijakan, rencana dan program yang telah ada dan terkait dengan pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Secara substansial, KLS merupakan suatu upaya
sistematis dan logis dalam memberikan landasan bagi terwujudnya pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan melalui proses pengambilan keputusan yang
berwawasan lingkungan. Dari beberapa kebijakan pemerintah di bidang sumber daya alam
dan lingkungan hidup, terdapat kebijakan di bidang air dan energi, yang dapat dipedomani
dan disinergikan dengan kebijakan-kebijakan pembangunan lingkungan hidup di daerah.

Adapun pokok-pokok kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
bidang air adalah:
1. Kebijakan pelestarian air perlu menempatkan sub sistem produksi air, distribusi air, dan
konsumsi air dalam satu kesatuan yang meyeluruh dan terkait untuk menuju pada
pencapaian pola keseimbangan antar sub sistem tersebut.
2. Kebijakan sub sistem Produksi Air, meliputi (1) Konservasi ekosistem DAS dan sumber
air untuk menjamin pasokan air; (2) Mencegah dan memulihkan kerusakan lingkungan
terutama pada ekosistem DAS, (3) Mengendalikan pencemaran untuk menjaga dan
meningkatkan mutu air; (4) Optimalisasi pemanfaatan air hujan.
3. Kebijakan konsumsi air yang hemat dan efisien untuk mendukung pelestarian air.
4. Kebijakan sub sistem distribusi air, meliputi (1) merencanakan peruntukan air
permukaan dan air tanah (2) meningkatkan infrastruktur yang memadai.
5. Kebijakan penataan ruang, meliputi (1) Menetapkan rencana tata ruang sesuai daya
dukung dan daya tampung lingkungan (2) Konsistensi pemanfaatan ruang; (3)
pengawasan penataan ruang, (4) Meningkatkan akses informasi.
6. Kebijakan kelembagaan, meliputi (1) membentuk lembaga pengelola air, (2)
mekanisme penyelesaian sengketa air (3) Valuasi ekonomi, (4) insentif ekonomi.

Pokok-pokok kebijakan sumber daya alam dan lingkungan hidup di bidang energi
adalah:
1. Kebijakan pencegahan pencemaran; Baku Mutu Limbah Cair penambangan batu bara,
Baku Mutu kualitas udara ambient dan emisi gas buang kendaraan bermotor, dan
pelaksanaan AMDAL pada setiap kegiatan penambangan.
2. Kebijakan produksi dan penyediaan energi yang ramah lingkungan.
3. Kebijakan penguatan security of supply, dengan upaya penyediaan bahan bakar
campuran BBM seperti gahosol, biodisel, dll.
4. Kebijakan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.
5. Kebijakan pemanfaatan energi tak terbarukan dengan efisien dan hemat.
6. Kebijakan pemenfaatan energi terbarukan, dengan dorongan investasi dan inovasi
teknologi.
Dengan kondisi dan status lingkungan hidup di Indonesia, Pemerintah juga telah
menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, dengan sasaran
yang ingin dicapai adalah membaiknya sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup. Tujuannya untuk mencapai keseimbangan antara aspek pemanfaatan sumber daya
alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi (kontribusi sektor perikanan, kehutanan,
pertambangan dan mineral terhadap PBD) dengan aspek perlindungan terhadap kelestarian
fungsi lingkungan hidup sebagai penopang sistem kehidupan secara luas. Adanya
keseimbangan tersebut berarti menjamin keberlanjutan pembangunan. Untuk itu,
pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) di seluruh sektor, baik di pusat maupun di daerah, menjadi suatu keharusan.
Yang dimaksud dengan sustainable development adalah upaya memenuhi kebutuhan
generasi masa kini tanpa mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang. Seluruh
kegiatannya harus dilandasi tiga pilar pembangunan secara seimbang, yaitu menguntungkan
secara ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable) dan ramah
lingkungan (environmentally sound). Prinsip tersebut harus dijabarkan dalam bentuk
instrumen kebijakan maupun investasi pembangunan jangka menengah di seluruh sektor dan
bidang yang terkait dengan sasaran pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup,
seperti di bawah ini:
a. Bidang Pengairan

1. Meningkatnya kualitas air sungai khususnya di seluruh DAS kritis disertai pengendalian
dan pemantauan secara kontinyu;
2. Terjaganya danau dan situ, khususnya di Jabodetabek, dengan kualitas air yang
memenuhi syarat;
3. Berkurangnya pencemaran air dan tanah di kota kota besar disertai pengendalian dan
pemantauan terpadu antar sektor;
4. Terkendalinya kualitas air laut melalui pendekatan terpadu antara kebijakan konservasi
wilayah darat dan laut;
5. Membaiknya kualitas udara perkotaan khususnya di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan
Medan, didukung oleh perbaikan manajemen dan sistem transportasi kota yang ramah
lingkungan;
6. Berkurangnya penggunaan bahan perusak ozon (ODS/Ozone Depleting Substances)
secara bertahap dan sama sekali hapus pada tahun 2010; (7)
7. Berkembangnya kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim global;
8. Pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan sesuai pedoman IBSAP
2003-2020 (Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan);
9. Meningkatnya upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam manajemen persampahan
untuk mengurangi beban TPA;
10. Regionalisasi pengelolaan TPA secara profesional untuk mengantisipasi keterbatasan
lahan di Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya;
11. Mengupayakan berdirinya satu fasilitas pengelolaan limbah B3 yang baru di sekitar
pusat kegiatan induatri;
12. Tersusunya aturan pendanaan lingkungan yang inovatif sebagai terobosan untuk
mengatasi kecilnya pembiayaan sektor lingkungan hidup;
13. Sosialisasi berbagai perjanjian internasional kepada para pengambil keputusan di tingkat
pusat dan daerah;
14. Membaiknya sistem perwakilan Indonesia di berbagai konvensi internasional untuk
memperjuangkan kepentingan nasional; dan
15. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara sumber daya alam
dan lingkungan hidup.
b. Bidang Kehutanan

1. Tegaknya hukum, khususnya dalam pemberantasan illegal loging dan penyelundupan


kayu;
2. Pengukuhan kawasan hutan dalam tata ruang seluruh propinsi di Indonesia, setidaknya
30 persen dari luas hutan yang telah ditata batas;
3. Optimalisasi nilai tambah dan manfaat hasil hutan dan kayu;
4. Meningkatnya hasil hutan non kayu sebesar 30 persen dari produksi (2004);
5. Bertambahnya hutan tanaman industri (HTI), seluas 3 juta hektar, sebagai basis
pengembangan ekonomi hutan;
6. Konservasi hutan dan rehabilitasi lahan di 141 DAS prioritas untuk menjamin pasokan
air dari sistem penopang kehidupan lainnya;
7. Desentralisasi kehutanan melalui pembagian wewenang dan tangghung jawab yang
disepakati oleh Pusat dan Daerah;
8. Berkembangnya kemitraan antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat dalam
pengelolaan hutan lestari; dan
9. Penerapan iptek yang inovatif pada sektor kehutanan.

c. Bidang Kelautan

1. Berkurangnya pelanggaran dan perusakan sumber daya kelautan;


2. Membaiknya pengelolaan ekosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil secara terpadu;
3. Selesainya batas laut dengan negara tetangga; dan
4. Serasinya peraturan perundang di bidang kelautan.

d. Bidang Pertambangan dan Sumber Daya Mineral

1. Optimalisasi peran migas dalam penerimaan negara guna menunjang pertumbuhan


ekonomi;
2. Meningkatnya cadangan, produksi, dan ekspor migas;
3. Terjaminnya pasokan migas dan [produk-produknya untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri;
4. Terselesaikannya Undang undang Pertambangan sebagai pengganti Undang undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pokok Pokok Pertambangan;
5. Meningkatnya investasi pertambangan dengan perluasan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha;
6. Meningkatnya produksi dan nilai tambah produk pertambangan;
7. Terjadinya alih teknologi dan kompetensi tenaga kerja;
8. Meningkatnya kualitas industri hilir yang berbasis sumber daya mineral,
9. Meningkatnya keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan; dan
10. Berkurangnya kegiatan pertambangan tanpa ijin (PETI).

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, arah kebijakan yang akan ditempuh meliputi
perbaikan manajemen dan sistem pengelolaan sumber daya alam, optimalisasi manfaat
ekonomi dan sumber daya alam termasuk jasa lingkungannya, penegakan hukum, rehabilitasi
dan pemulihan cadangan sumber daya alam, dan pengendalian pencemaran lingkungan hidup.
Sasaran pembangunan di atas dibuat agar sumber daya alam dapat tetap mendukung
perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan
daya dukung dan fungsi lingkungan hidupnya, agar kelak tetap dapat dinikmati oleh generasi
mendatang.

C. Tujuan Pembangunan Lingkungan Hidup

1. Mengarus utamakan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke


seluruh bidang pembangunan;
2. Koordinasi pengelolaan lingkungan hidup di tingkat nasional dan daerah;
3. Meningkatkan upaya penegakan hukum secara konsisten kepada pencemar lingkungan;
4. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup baik di tingkat nasional
maupun daerah; dan
5. Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan hidup dan berperan
aktif sebagai kontrol sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup.

Untuk menterjemahkan sasaran pembangunan dan arah kebijakan di atas, maka


pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup jangka menengah 2004-2009 akan
mencakup program-program sebagai berikut:
1. Program Pemantapan dan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan;
2. Program Pengelolaan Sumber Daya Hutan;
3. Program Pembinaan Usaha Pertambangan Migas;
4. Program Pembinaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara;
5. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam;
6. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam;
7. Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup;
8. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup;
9. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup.

Dari kesembilan program tersebut, dijabarkan menjadi kegiatan-kegiatan yang


merupakan rencana aksi, yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan dari pilihan kebijakan
pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

D. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya
mencegah perusakan atau pencemaran lingkungan hidup yang di darat, perairan tawar dan
laut, maupun udara sehingga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih
dan sehat. Adapun kegiatan pokok yang tercakup dalam program ini meliputi:

1. Pemantauan kualitas udara dan badan air secara kontinyu dan terkoordinasi antar daerah
dan antar sektor;
2. Peningkatan fasilitas laboratorium lingkungan di tingkat propinsi;
3. Penyelesaian kasus pencemaran lingkungan secara hukum;
4. Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan di sektor transportasi dan energi dalam
upaya megurangi polusi udara perkotaan;
5. Spsialisasi penggunaan teknologi bersih dan ekoefisiensi di berbagai kegiatan
manufaktur dan transportasi;
6. Perbaikan sistem perdagangan dan impor bahan perusak lapisan ozon (ODS) hingga
akhir tahu 2007 dan penghapusan ODS pada tahun 2010;
7. Pengkajian mendalam terhadap dampak perubahan iklim global pada sektor sektor
tertentu;
8. Adaptasi dampak perubahan iklim pada rencana strategis sektor maupun rencana
pembangunan daerah;
9. Peningkatan produksi dan penggunaan pupuk kompos yang berasal dari sampah
perkotaan;
10. Peningkatan peran sektor informal khsususnya pemulung dan lapak dalam upaya
pemisahan sampah dan 3 R;
11. Pengkajian pendirian perusahaan TPA regional di beberapa kota besar, khususnya
Jabodetabek dan Bandung;
12. Upaya pendirian satu fasilitas pengelola B3 baru;
13. Pengembangan sistem insentif dan disinsentif terhadap kegiatan-kegiatan yang
berpotensi mencemari lingkungan seperti industri dan pertambangan;
14. Penetapan dana alokasi khusus (DAK) sebagai kompensasi daerah yang memiliki dan
menjaga kawasan lindung;
15. Pengintegrasian biaya-biaya lingkungan ke dalam biaya produksi termasuk
pengembangan pajak progresif dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup;
16. Pengembangan teknologi yang berwawasan lingkungan, termasuk teknologi tradisional
dalam pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan limbah, dan teknlogi industri yang
ramah lingkungan, serta;
17. Perumusan aturan dan mekanisme pelaksanaan tentang alternatif pendanaan lingkungan
seperti DNS (Debt for nature swap), CDM (Clean Development Mechanism), retribusi
lingkungan, dan sebagainya.

E. Prinsip-Prinsip Pembangunan Berwawasan Lingkungan


Program lingkungan PBB (UNEP) mengidentifikasikan lima tujuan pokok
pembangunan berkelanjutan, yaitu :
1. Membantu kaum miskin karena konon, maka tak punya pilihan untuk bertahan selain
merusak lingkungan;
2. Pembangunan atas kekuatan sendiri yang dipagari oleh daya dukung lingkungan;
3. Pembangunan dengan biaya efektif dan menggunakan parameter ekonomi non
konvensional;
4. Perbaikan lingkungan kesehatan, penyediaan air bersih dan tempat tinggal untuk setiap
manusia;
5. Pembangunan yang bersifat pada inisiatif rakyat (people centered development).
Agenda 21, program aksi PBB yang dihasilkan KTT Bumi Rio De Janeiro 1992,
pernyataan tentang prinsio-prinsip kehutanan, konvensi tentang perubahan iklim dan
konvensi tentang kekanekaragaman hayati. Sustainable development dalam terminologi
ekonomi, diartikan sebagai suatu pembangunan yang tidak pernah punah development that
last, pearce and barbier(Adiningsih, 2002:5). Secara lebih spesifik dapat diartikan sebagai
suatu pembangunan ekonomi yang memakimumkan kualitas kehidupan generasi sekarang
yang tidak menyebabkan penurunan kualitas kehidupan generasi mendatang. Kualitas hidup
tidak hanya mencakup aspek kebutuhan ekonomi namun juga kebutuhan akan alam yang
bersih, sehat dan tingkat kehidupan sosial yang diinginkan.
Dapat dikatakan pembangunan yang berindikator pada keberhasilan eknomi, social,
budaya dan kesehatan saja adalah sebuah kegagalan sebab harus di ukur dari keberhasilan
pelestarian lingkungan hidup yang menjamin kelangsungan hidup generasi mendatang untuk
dapat disebut sebagai pembangunan yang berhasil. Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan
Lingkungan Hidup di Rio De Janeiro Brasil tahun 1992 menghasilkan sejumlah prinsip-
prinsip Pembangunan Berkelanjutan yang harus bisa dilaksanakan oleh setiap negara peserta
dan penandatanganan Deklarai Bumi terdapat 5 (lima) prinsip yang sangat penting dalam
melaksanakan pembangunan berkelanjutan, yaitu :
1. Prinsip keadilan inter dan antar generasi;
2. Prinsip kehati-hatian;
3. Prinsip internalisasi dampak lingkungan eksternal yang ditimbulkan;
4. Prinsip keberlanjutan pemanfaatan;
5. pencemar membayar.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, menunjukkan
kemajuan yang yang cukup signifikan. Perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan hidup meningkat, baik dari jumlah dan materi cakupan. Dengan demikian, akan
semakin lengkap kebijakan publik pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Namun
demikian kebijakan dan pengelolaan lingkungan hidup yang ada di Indonesia masih banyak
permasalahan dan kendala yang didapatkan. Sehingga pemerintahan kita saat ini masih
berusaha untuk memperbaiki kebijakan dan pengelolaan lingkungan hidup. Begitu juga
dengan masyarakat yang mulai memperhatikan lingkungan yang ada di sekitarnya. Dengan
kebijakan yang diambil oleh pemeritahan negara untuk lingkungan yang lebih baik lagi
sangat dibutuhkan bagi kita sebagai masyarakat untuk menjaga lingkungan hidup yang ada
disekitar kita. Karena kelestarian lingkungan hidup semua ada pada kita tinggal bagaimana
kita meliharanya. Dengan hambatan dalam pemerintah menjalankan kebijakan dan pengelola
lingkungan ini, pemerintah akan tetap berusaha.

B. Saran

Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah sudah cukup tepat dalam


halmenjaga keseimbangan SDA yang berkelanjutan, tetapi sebaiknya peran pemerintah
tidakhanya sebagai pembuat kebijakan (legislatif) dan pengontrol saja, tetapi ada beberapa
hal yang seharusnya dilakukan pemerintah :
1. Melakukan pembaharuan teknologi yang ramah lingkungan, dengan mendukung
sertamemberikan dana bagi institusi atai individu yang melakukan pembaharuan
teknologitersebut. Misalnya teknologi Biogas, Biopori, dan minyak biji jarak.
2. Mengajak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan dan SDAuntuk
ikut serta menjaga SDA yang ada, dengan mendorong mereka melakukan corporate
sosial responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung jawab terhadapeksploitasi SDA
yang dilakukan, dengan membuat UU perihal kewajiban perusahaanmelakukan CSR.
3. Mengkampayekan Cinta Indonesia Cinta Lingkungan, seperti buang sampah
padatempatnya, tentunya dengan memberikan sanksi bagi para pelanggar (tanpa
pandanglevelitas).
4. Mensosialisasikan dengan tepat kebijakan-kebijakan kepada seluruh aspekmasyarakat,
agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut berperan sertamemelihara dan
meningkatkan kualitas lingkungan.
5. Meningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM)
seperti pengetahuan serta keteranpilan SDM dalam pengelolaan dan pengembagan progr
amserta kegiatan tanggung jawab perusahaan atau CSR.
DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, W. H. 1932. Institution. In E. R. A. Seligman and A. Johnson. (Eds.).Encyclopedia


of the Social Sciences. Vol.8Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Agenda 21
Indonesia, Strategi Nasionaluntuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Jakarta.Knight, J. 1992. Institution and Social Conflict. Cambridge
University Press.Marfai, M.A. 2005. Moralitas Ligkungan, Wahana Hijau, Yogyakarta
Pemerintah PropinsiDaerah Istimewa Yogyakarta, 2002. Rencana Strategis Pengelolaan
Lingkungan HidupDaerah Istimewa Yogyakarta. Pemda Propinsi DI Yogyakarta.Miller, G.T.
Jr. 1995. Environmental Science Sustaining the Earth. Wadsworth PublishingCo.
Belmont. North, D. C. 1990. Institutions, Institutional Change and Economics Performance.
CambridgeUniversity Press.Ostrom, E. (1990). Governing of the common. The Evolution of
Institutions for CollectiveAction. Cambridge University Press.Schmid, A. 1972. The
Economic Theory of Social Institution. American Journal ofAgricultural Economics. 54:893-
901Schotter, A. (1981). The Economic Theory of Social Institutions. Cambridge,
CambridgeUniversity Press.Williamson, O.E. 1996. The Mechanisms of Governance. Oxford
University Press. Oxford.

Anda mungkin juga menyukai