Anda di halaman 1dari 8

PENTINGNYA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Pengelolaan Sumberdaya Alam (SDA) saat ini memerlukan perhatian khusus. Perhatian ini tentunya
diarahkan pada perubahan paradigma pengelolaan yang lebih menyeluruh dengan memperhatikan
semua aspek di dalamnya karena tidak dapat dipungkiri pengelolaan sumber daya alam selama ini telah
mengabaikan kaidah-kaidah konservasi dan memarginalkan masyarakat yang berada disekitarnya.
Berbagai permasalahan pun muncul sebagai akibat kerusakan sumber daya alam tersebut.

Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumber daya alam adalah menciptakan untuk selanjutnya
mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan keberlanjutan
pemanfaatan dan keberadaan sumber daya alam. Jadi hal ini tidak terlepas dari keberlanjutan
keberadaan dan layanan bagi kehidupan manusia. Keberlanjutan pemanfaatan dan pencagaran sumber
daya alam didefenisikan sebagai suatu proses perubahan di mana kesinambungan pemanfaatan dan
pencagaran sumber daya alam, arah investasi pemanfaatan sumber daya alam dan perubahan
kelembagaan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam tersebut
konsisten dengan sasaran saat ini dan di masa datang (Asdak dalam WCEO, 2004). Pengelolaan Daerah
aliran Sungai (DAS) diharapkan dapat memberikan kerangka kerja kearah tercapainya pembangunan
yang berkelanjutan.

Pengelolaan DAS sendiri merupakan merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui yaitu tumbuhan,
tanah dan air agar dapat memberikan manfaat maksimal dan berkesinambungan. Pengelolaan DAS
merupakan upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbale balik antara sumber daya alam dan
manusia dengan segala aktifitasnya di dalam DAS. Tujuan pengelolaan DAS adalah untuk membina
kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam bagi manusia
secara berkelanjutan.

Untuk tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan kegiatan pembangunan ekonomi dan
perlindungan lingkungan harus diselaraskan. Dalam hal ini diperlukan penyatuan kedua sisi pandang
tersebut secara realistis melalui penyesuaian kegiatan pengelolaan DAS dan konservasi daerah hulu ke
dalam kenyataan-kenyataan ekonomi dan social. Inilah tantangan formulasi kebijakan yang harus
dituntaskan apabila tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ingin di
wujudkan.

Agar suatu kebijakan bisa diformulasikan dengan baik diperlukan suatu lembaga yang kuat sebagai
leader dan fasilitator bagi lembaga lain yang dianggap berkepentingan. Hal ini penting mengingat
wilayah DAS sebagaian besar tidak dibatasi oleh batas-batas administrasi ( antar kabupaten,antar
propinsi), sehingga diperlukan keterpaduan antar instansi yang dibatasi wilayah administrasi tersebut.
Dengan demikian kehadiran lembaga seperti BP DAS sebagai perwkilan pusat di daearah diharapkan
bisa menjembatani kepentingan – kepentingan tersebut dengan menyusun rencana pengelolaan DAS
dan dapat menyajikannya dalam bentuk informasi DAS.

Ruang Lingkup, Prinsip Dasar dan Sasaran Pengelolaan DAS

Untuk mencapai tujuan pengelolaan DAS, maka ruang lingkup DAS harus meliputi:

a. Pengelolaan lahan melalui usaha konservasi tanah dalam arti luas


b. Pengelolaan air melalui pengembangan sumber daya air
c. Pengelolaan vegetasi khususnya pengelolaan hutan yang memiliki fungsi perlindungan
terhadap tanah dan air
d. Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam penggunaan sumber daya alam
secara bijaksana, sehingga berperan serta pada upaya pengelolaan DAS

Dengan pengelolaan DAS yang benar diharapkan tercapainya kondisi hidrologi yang optimal,
meningkatkan produktifitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat, terbentuknya
kelembagaan masyarakat yang tangguh dan muncul dari bawah sesuai dengan kondisi social budaya
setempat serta terwujudnya pembangunan yang berkelnajutan, berwawasan lingkungan dan
berkeadilan.

Beberapa prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah:

a. Pengelolaan DAS meliputi pemanfaatan, pemberdayaan, pengembangan, perlindungan


dan pengendalian sumber daya DAS.
b. Pengelolaan DAS berlandaskan pada aasa keterpaduan, kelestarian pemanfaatan,
keadilan, kemandirian serta akuntabilitas
c. Pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
d. Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekatan ekosistem berdasarkan prinsip satu
sungai, satu perencanaan, satu pengelolaan dengan memperhatikan system pemerintahan yang
desentralistik sesuai dengan jiwa otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Prinsip dasar pengelolaan DAS tersebut di atas diimplementasikan dalam pengelolaan yang:

a. Dilaksanakan secara holistic, terencana dan berkelanjutan


b. Dilaksanakan secara desentralisasi dengan pendekatan DAS sebagai unit pengelolaan
c. Dilaksanakan berdasarkan prinsip partisipasi dan konsultasi masyarakat untuk
memperoleh komitmen bersama
d. Mendorong partisipasi masyarakat guna secara bertahap mengurangi beban pemerintah
dalam pengelolaan DAS.

Berdasarkan ruang lingkup dan prinsip dasar diatas, maka secara umum ada tiga sasaran yang ingin
dicapai dalam pengelolaan DAS. Pertama, adalah rehabilitasi lahan terlantar atau lahan yang masih
produktif tetapi di digarap dengan cara yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip konservasi tanah dan
air. Sasaran kedua adalah perlindungan terhadap lahan-lahan yang umumnya sensitive terhadap
terjadinya erosi dan atau tanah longsor atau lahan-lahan yang diperkirakan memerlukan tindakan
rehabilitasi dikemudian hari. Sasaran ketiga adalah peningkatan atau pengembangan sumber daya air.
Hal yang terakhir ini dicapai dengan cara pengaturan satu atau lebih komponen penyususn ekosistem
DAS yang diharapkan mempunyai pengaruh terhadap proses- proses hidrolgi atau kualitas air.

Ketiga sasaran tersebut hanyalah alat yang digunakan untuk tujuan pengelolaan DAS yaitu:

1. meningkatkan stabilitas tata air

2. meningkatkan stabilitas tanah

3. meningkatkan pendapatan petani

4. meningkatkan perilaku masyarakat kearah kegiatan konservasi.

Perencanaan Pengelolaan DAS

Perencanaan Pengelolaan DAS yang baik dilakukan dengan cara pendekatan secara menyeluruh.
Pendekatan ini dilakukan sebagai bahan pertimbangan terhadap terganggunya salah satu komponen
pada sistem alam yang dapat berpengaruh pada komponen lain dari sistem tersebut. Pendekatan
menyeluruh ini pada hakekatnya suatu kajian terpadu terhadap semua aspek sumber daya dalam suatu
DAS dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, social, politik dan ekonomi. Ekosistem
DAS dapat dimanfaatkan dalam melakukan suatu perencanaan dan pengendalian pengelolaan
DAS sebagai suatu unit perencanaan dan evaluasi yang sistematis, logis dan rasional, sehingga para
stakeholder bisa memanfaatkannya secara multiguna.

Prinsip yang berlaku umum mensyaratkan bahwa perencanaan yang disiapkan secara sistematis, logis
dan rasional seharusnya mengarah pada bentuk pengelolaan yang bijaksana dan implementasi yang
efektif. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa proses perencanaan dan implementasi program akan
berlangsung dengan efektif apabila disertai pedoman kerja yang berisi prinsip-prinsip perencanaan
sebagai berikut:

1. Tujuan atau sasaran utama pengelolaan DAS secara menyeluruh harus dirumuskan
secara jelas dengan disertai mekanisme system monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara
periodic. Dengan demikian, apabila ditemukan adanya dampak lingkungan yang cukup serius
dapat segera ditangani. Seluruh usulan kegiatan dan hasil yang diperoleh harus berorientasi
pada kepentingan jangka panjang dan capaian kesejahteraan yang berkelanjutan.
2. Perlu disiapkan mekanisme administrasi yang efisien dengan focus perhatian pada
aspek-aspek social-ekonomi-politik dan kerjasama yang harmonis di antara lembaga-lembaga
(pemerintah dan non pemerintah) yang terlibat dalam pengelolaan DAS
3. Pengelolaan menyeluruh DAS diarahkan pada penyelesaian konflik yang muncul di
antara stakeholders dalam melaksanakan pembangunan. Pada kasus ketika terjadi konflik harus
dihormati dan dilaksnakan dengan konsisten. Selain masalah penyelesaian konflik, pendekatan
menyeluruh pengelolaan DAS juga mempertimbangkan prinsip-prinsip upaya pengendalian
dan proses umpan balik yang mengarah pada proses pengambilan keputusan optimal.

Namun demikian, dalam merencanakan suatu pengelolaan DAS harus tetap memperhatikan
karakteristik dari DAS bersangkutan. Hal ini disebabkan setiap DAS mempunyai karakteristik masing-
masing yang mempengaruhi proses pengaliran air didalamnya sampai keluar di muara dan masuk ke
laut atau danau. Karakteristik DAS ini ditentukan oleh factor lahan
(topografi,tanah,geologi,geomorphologi) dan factor vegetasi, tata guna lahan dan factor social
masyarakat sekitarnya . Tiap daerah memiliki karakteristik DAS yang berbeda sehingga suatu
kebijakan dalam suatu wilayah pengelolaan DAS bisa berbeda dengan wilayah pengelolaan DAS
lainnya. Dan tidak kalah pentingnya masukan dan informasi masyarakat pada tingkat local dalam proses
penyusunan rencana sangat diharapkan bagi lahirnya kebijakan pengelolaan DAS

Kebijakan-kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan manusia yang dibuat dan dilaksanakan dalam
skala DAS seringkali mengalami kemacetan atau terlaksana dengan hasil yang tidak optimal serta tidak
sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal ini seringkali berkaitan dengan kurangnya pemahaman
pada perencana pengelola DAS terhadap mekanisme dan proses-proses yang berlangsung dalam
ekosistem termasuk elemen manusia dengan segala kecenderungannya.

Ada kekeliruan anggapan bahwa pengelolaan DAS hanya didasarkan pada keterkaitan fisik semata.
Pada kenyataannya, rencana pengelolaan DAS yang benar mengharuskan adanya keterkaitan antar
unsur social/ekonomi/budaya dengan unsur-unsur yang berkaitan dengan ekosistem dan teknologi
lainnya yang telibat dalam pengelolaan. Oleh karenanya, perencanaan pengelolaan DAS seharusnya
dikerjakan oleh suatu tim yang terdiri atas berbagai bidang ilmu yang ada kaitannya dengan aspek
sumber daya termasuk sumber daya manusia.

Pada dasarnya pengelolaan DAS adalah rasionalisasi alokasi sumber daya alam dan manusia termasuk
pencagaran sumber daya yang dikelola sehingga selain dapat diperoleh manfaat yang optimal juga dapat
dijamin keberlanjutannya. Oleh karena itu, para perencana pengelolaan DAS diharapkan mempunyai
pemahaman yang cukup tentang mekanisme dan proses-proses keterkaitan bio fisik dan kelembagaan
yang berlangsung di daerah-daerah hulu, tengah dan hilir suatu DAS. Dengan kata lain, pengelolaan
DAS perlu mempertimbangkan aspek-aspek social,ekonomi,kelembagaan dan sumber daya yang
beroperasi di dalam dan diluar daerah aliran sungai bersangkutan. Keberhasilan pengelolaan DAS erat
kaitannya dengan terpenuhinya persyaratan-persyaratan yang diperlukan dalam perencanaan
pengelolaan DAS.

Permasalahan Insitusi dalam Pengelolaan DAS

Menurut hariadi dkk dalam Asdak (2004), bahwa upaya otptimasi atau penataan insitusi formal maupun
insitusi informal masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS merupakan hal yang krusial dan
harus memperoleh perhatian khusus. Diperlukan upaya penataan insitusi dalam pengelolaan DAS
terutama disebabkan oleh munculnya beragam permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan.
Adapun masalah-masalah tersebut adalah:

1. Pengelolaan DAS dan konservasi tanah merupakan satu kesatuan, dimana di dalamnya
terlibat berbagai unsure insitusi formal, baik insitusi pemerintah maupun non pemerintah.
Kemampuan aparat masih sangat terbatas, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
2. Perencanaan Pengelolaan DAS dan konservasi tanah dikembangkan masih belum
sepenuhnya diintegrasikan ke dalam perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah dan
belum banyak melibatkan peran serta masyarakat melalui pendekatan partisipatif dalam
mengelola lahan yang sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya.
3. Adanya keterbatasan sarana dan prasarana social ekonomi pemerintah maupun non
pemerintah, mengakibatkan terjadinya pembatasan akses masyarakat terhadap penguasaan
teknologi, informasi, komunikasi, permodalan, bahan baku maupun pasar produksi.
4. Adanya keterbatasan peran organisasi dan insitusi social ekonomi pemerintah dan non
pemerintah mengakibatkan situasi kurang kondusif bagi peningkatan produktifitas yang
diperlukan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus melestarikan
lingkungan
5. Kehidupan ekonomi yang bersifat subsistem sehingga masyarakat kurang responsive
6. Infrastruktur fisik dan social di wilayah hulu relative lebih buruk bila dibandingkankan
daerah hilir
7. Keterbatasan pemilikan lahan pertanian menyebabkan lahan yang digarap masyarakat
tidak dapat dijadikan tumpuan atau penopang hidup masyarakat

Perubahan lingkungan fisik DAS yang cenderung semakin buruk dipahami sevagai gejala dan bukan
sebagai masalah. Masalah yang sebenarnya adalah terjadinya perubahan system kemasyarakatn
(berdasarkan insitusi bukan fisik DAS-nya) sehingga DAS sebagai system pendukung kehidupan tidak
lagi dapat lagi mendukung tatanan kemasyarakatan tersebut. Dengan demikian penyelesaian masalah
DAS sebenarnya dapat dicapai demgan menata kembali system kemasyarakatan melalui penataan
insitusi (aturan main dan organisasi)di dalam DAS

Peran Insitusi BP DAS dalam Pengelolaan DAS

Kompleksitas masalah di dalam pengelolaan DAS sangat banyak dan memerlukan kajian multidisplin
untuk menyelesaikannya. Peran insitusi dalam pengelolaan DAS yang merupakan cermin dari perilaku
stakeholders sangat berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan DAS. Insitusi merupakan suatu system
yang kompleks, rumit dan abstrak yang mencakup ideologi, hokum, adapt istiadat, aturan dan kebiasaan
yang tidak terlepas dari lingkungan.

BP DAS sebagai salah satu insitusi yang menangani masalah DAS memiliki tugas Pokok dan Fungsi
(Tupoksi) sebagai berikut:

Tugas Pokok BP DAS

1. Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS


2. Penyusunan dan Penyajian Informasi DAS
3. Evaluasi DAS

Adapun fungsinya adalah:

1. Penyusunan Rencana pengelolaan DAS


2. Penyusunan dan penyajian informasi DAS
3. Pengembangan Model Pengelolaan DAS
4. Pengembangan Kelembagaandan Kemitraan Pengelolaan DAS
5. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan DAS
6. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai
Sebagai instansi pemerintah BP DAS harus menjadi regulator, fasilitator dan supervisor pengelolaan
DAS yang handal dalam satu wilayah pengelolaan DAS. Hal ini dapat tercapai apabila BP DAS mampu
mendorong dan mengembangkan manajemen DAS yang efesien dan efektif, Meningkatkan kesadaran
dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan DAS serta mengembangkan kerjasama dalam jaringan
informasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan DAS.

Penutup

Dalam mewujudkan pengelolaan DAS yang bersinergi dan berkelanjutan maka perlu dilakukan
beberapa pendekatan analisis pengelolaan DAS dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Pengelolaan DAS sebagai proses yang melibatkan langkah-langkah perencanaan dan


pelaksanaan yang terpisah tetapi erat berkaitan

2. Pengelolaan DAS sebagai system perencanaan pengelolaan dan sebagai alat implementasi
program pengelolaan DAS melalui kelembagaan relevan dan terkait.

3. Pengelolaan DAS sebagai serial aktivitas yang masing-masing berkaitan dan memerlukan
perangkat pengelolaan yang spesifik

4. Mengingat banyak insitusi yang berkepentingan dalam pengelolaan DAS, maka perlu dilakukan
pengelolaan DAS secara terpadu melalui suatu Forum DAS.

5. Pelibatan masyarakat secara partisispatif dalam proses perencanaan pengelolaan DAS harus
dijadikan bagian tidak terpisahkan dalam melahirkan kebijakan pengelolaan DAS

BAHAN BACAAN

Asdak, Chay.,2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Yogyakarta.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 52 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pengyelenggaraan Pengeloaan
Daerah Aliran Sungai (DAS). Departemen Kehutanan, Jakarta

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kehutanan. Departemen Kehutanan, Jakarta.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan DAS Terpadu. Departemen Kehutanan, Jakarta.

Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air . Pemerintah Republik Indonesia,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai