Perintah untuk menyempurnakan tata cara ibadah khusus (dalam kajian ini adalah Shalat):
1. Peringatan Allah dalam al-Quran sebagai berikut:
فذلحذيححذذرر ال ل رلحيذن ف ذياَخُرلففحوذن ذعحن أأحمررره أأحن تفرصحي ذبفحم رفحتنذةة أأحو يفرصحي ذبفحم عذذذاةب أأرل ح ةي
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah atau
ditimpa azab yang sangat pedih.” (An-Nur: 63)
Berdiri:
Rasulullah s.a.w ketika dalam keadaan sehat dan situasi normal selalu shalat berdiri, baik
dalam shalat wajib maupun shalat sunnah (berdasarkan Al-Quran surah Al-Baqarah: 238).
Dalam shalat berjamaah, jika imam melaksanakan shalat dengan duduk (karena sakit) maka
makmum juga shalatnya dengan duduk (HR. Bukhari dan Muslim).
Shalat berdiri lebih utama, tapi bagi yang tidak bisa berdiri boleh dengan duduk dengan nilai
pahala separuh dari pahala shalat dengan berdiri, dan bagi yang tidak bisa dengan duduk
boleh dengan berbaring dengan nilai pahala shalat berbaring separuh dari pahala shalat
dengan duduk (HR. Bukhari, Abu Daud, dan Ahmad).
Niat:
Niat letaknya di dalam hati, dalam bentuk tekad menyengaja untuk melaksanakan shalat,
diikrarkan pada saat/bersamaan dengan takbiratul-ihram.
Takbir:
1. Rasulullah s.a.w mengangkat tangannya pada saat bertakbiratul-ihram, kadang-kadang
bersamaan dengan membaca Allahu Akbar (Hadis Riwayat/HR. Bukhari dan Nasai), kadang-
kadang lebih dulu (HR. Bukhari dan Nasai), dan kadangkala kemudian/menyusul setelah
mengucapkan takbir (HR. Bukhari dan Abu Daud).
2. Beliau mengangkat kedua tangannya dengan meluruskan jari-jarinya (tidak
merenggangkannya dan tidak pula menggenggamkannya, HR.Abu Daud, Ibnu Khuzaimah,
Tamam, dan Hakim).
3. Tinggi tangan beliau pada saat takbir terkadang setentang dengan kedua bahunya (HR.
Bukhari dan Nasai), kadang setentang dengan daun telinganya (HR. Bukhari dan Abu Daud).
4. Beliau mengeraskan suara takbirnya saat menjadi imam (HR. Ahmad dan Hakim), kecuali
ketika sakit dan suara beliau sangat lemah, dalam keadaan seperti ini maka makmun yang di
belakang beliau yaitu Abu Bakar mengeraskan suara takbir sebagai muballigh:
ا عذلذحيره ذوذس ل ذل
ذكذن راذذا ذمررذض ذرفذذع أأب فحو بذحكرر ذصحوتذفه يفذب رل لفغ النلاَخُذس تذحكرب ح فيفه ذصلل ف
“Apabila beliau sakit maka Abu Bakar mengeraskan suaranya untuk menyampaikan
(memperdengarkan) takbir Nabi s.a.w bagi manusia/jamaaah” (HR. Muslim dan Nasai)
Membaca Iftitah:
Bacaan Iftitah yang diamalkan Rasulullah s.a.w banyak macamnya; ada yang pendek, sedang
dan panjang. Ada yang berisi zikir saja, doa saja, dan gabungan zikir dan doa.
1. Bacaan Iftitah yang pendek:
A. Dalam bentuk zikir saja:
( ل ل راذل رالل فх3) ( ذافلا اذحكـْذب ذكربـْ ح يياх3)
ا
Tidak ada tuhan selain Allah (3x) Allah Maha Besar
lagi sempurna kebesaran-Nya (3x) (HR. Abu Daud dan Thahawi)
( ذافلا اذحكـْ ذ فبх3) فذوا حال ذـْلذفكحورت ذوحال ذ ذ فبحورت ذوحالركـْ ح ربذيرء ذوحالذعذظذمرة
Allah Maha Besar (3x) yang mempunyai kerajaan yang sangat besar,
kekuasaan, kebesaran, dan keagungan. (HR. Abu Daud dan Thayalisi)
Membaca Al-Fatihah:
Rasulullah s.a.w mula-mula membaca ta`awwudz dengan pelan (sesuai perintah Allah dalam
Quran surah An-Nahl: 98): A`ûdzubillâhi minasy-syaithânir-rajîm min hamzihi wa nafkhihi
wa naftsihi (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, yaitu dari kegilaannya,
kesombongannya, dan dari bisikannya, HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Daru Quthni dan
Hakim), atau A`ûdzubillâhis-samî`il-alîm minasy-syaithânir-rajîm (Aku berlindung kepada
Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, HR. Abu
Daud dan Turmuzi).
Kemudian membaca basmalah dengan pelan (kadang-kadang tak terdengar sama sekali - HR,
kadang-kadang sangat pelan – HR), dan kadang-kadang bersuara (HR. ).
Rasulullah s.a.w membaca Fatihah berwakaf di setiap ayat (HR. Abu Daud dan As-Sahmi).
Apabila imam telah nyaring membaca Fatihah dalam shalat berjamaah maka beliau melarang
makmum untuk membaca Fatihah sendiri-sendiri, melainkan cukup mengikuti bacaan imam
di dalam hati saja (HR. Malik, Al-Hamidi, Bukhari, Abu Daud, dan Al-Mahamili).
Sedangkan pada bacaan imam yang pelan, makmum membaca sendiri-sendiri dengan pelan
dan tidak terdengar oleh orang yang di sampingnya (HR. Malik dan Bukhari). Para sahabat
mengetahui bacaan pelan Rasulullah s.a.w dari gerakan dagu/janggut beliau (HR. Bukhari
dan Abu Daud), dan sebagai imam sesekali beliau sedikit memperdengarkannya (HR.
Bukhari dan Muslim).
Selesai membaca Fatihah, Rasulullah s.a.w membaca “amin” dengan nyaring pada shalat
yang bacaannya nyaring diikuti oleh makmumnya (HR. Bukhari, Muslim, dan Nasa`i).
Ruku`:
1. Rasulullah s.a.w ruku` dengan mengangkat kedua tangan dan mengucapkan takbir, dengan
meletakkan kedua tangannya ke lutut (HR. Abu Daud dan Nasa`i) yaitu dengan
menggenggam erat lututnya (HR. Bukhari dan Abu Daud) serta merenggangkan jari
jemarinya (HR. Hakim dan Abu Daud). Sedikit membengkokkan kedua siku dari samping
badan (HR. Turmuzi) serta melapangkan punggung/belakangnya dan meratakannya (HR.
Baihaqi dan Bukhari) dengan kepala rata lurus/tidak menunduk dan tidak pula mengangkat
(HR. Muslim dan Abu Uwanah).
2. Beliau memerintahkan ruku` dengan sempurna; tenang dan khusyu` (tuma`ninah), dan
memperlamanya (HR. Bukhari dan Muslim). Bagi yang tidak tuma`ninah dihukumkan tidak
sah shalatnya karena sama dengan “pencuri” (HR. Ibnu Abi Syaibah, Thabrani, dan Hakim).
Beliau juga melarang membaca ayat Quran dalam ruku` (HR. Muslim dan Abu Uwanah).
3. Bacaan ruku` Rasulullah s.a.w ada yang berbentuk zikir/tasbih saja, ada juga zikir dan doa.
Bacaan ruku` hanya berbentuk Zikir, misalnya: Subhâna robbiyal-`azhîm (3x atau lebih, HR.
Ahmad, Daud, Ibnu Majah), Subhâna robbiyal-`azhîm wa bihamdih (3x, HR. Abu Daud,
Daru Quthni, Ahmad, Thabrani, dan Baihaqi), atau Subbûhun quddûs rabbul malâikati war-
rûh (HR. Muslim Abu Uwanah).
Bacaan ruku` dalam bentuk zikir dan doa (ini diamalkan Rasulullah s.a.w setelah turun surah
an-Nashr/Idzâ Jâ`a Nashrullâhi):
ذالل لـّفهلم احغرفحررل,فسسحبذحاَخُن ذذك الل لـّفهلم ذو ر ذبـْحمردذك
Maha Suci Engkau ya Allah, dan aku memuji-Mu.
Ya Allah ampunilah aku (HR. Bukhari dan Muslim)
Sujud:
Ketika akan sujud; Rasulullah s.a.w membaca takbir, merenggangkan kedua tangan dari
tubuhnya (HR. Abu Ya`la dan Ibnu Khuzaimah), dan kadang-kadang mengangkat kedua
tangannya (HR. Nasa`i, Daru Quthni, dan al-Mukhlish).
Ketika bersujud; beliau meletakkan telapak tangannya lebih dulu ke tanah sebelum kedua
lututnya (HR. Ibnu Khuzaimah, Daru Quthni, dan Hakim), terkadang lutut lebih dulu
daripada tangannya (HR. Abu Daud, Turmuzi, Nasa`i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan
Hakim).
Beliau meletakkan telapak tangannya kadang-kadang sejajar dengan bahu (HR. Abu Daud
dan Turmuzi), dan terkadang sejajar dengan telinga (HR. Abu Daud dan Nasa`i),
menempelkan kening dan hidung ke tanah (HR. Abu Daud dan Turmuzi), merenggangkan
siku dari rusuk dan merapatkan jari tangan sehingga semuanya mengarah ke kiblat (HR.
Bukhari) serta menekan kedua ujung kaki sehingga jari-jarinya juga mengarah ke kiblat.
Bacaan sujud Rasulullah s.a.w ada yang zikir/tasbih saja, ada juga yang zikir dan doa.
Bacaan sujud hanya berbentuk Zikir, misalnya: Subhâna robbiyal-a`lâ (3x, HR. Ahmad,
Daud, Ibnu Majah), Subhâna robbiyal-a`lâ wa bihamdih (3x, HR. Abu Daud, Daru Quthni,
Ahmad, Thabrani, dan Baihaqi), atau Subbûhun quddûs rabbul malâikati war-rûh (HR.
Muslim Abu Daud).
Bacaan sujud dalam bentuk doa contohnya adalah:
سحرفت ذوذماَخُ ذاحعـْلذحنفت
ذالل لـّفهلم احغرفحررل ذماَخُ ذا ح ذ
Ya Allah; ampuni aku dari apa-apa yang aku sembunyikan dan
apa-apa yang aku tampakkan (HR. Ibnu Abu Syaibah dan Nasa`i)
Bacaan sujud dalam bentuk zikir dan doa contohnya adalah:
ذالل لـّفهلم احغرفحررل,فسسحبذحاَخُن ذذك الل لـّفهلم ذرب لـْنذاَخُ ذو ر ذبـْحمردذك
Maha Suci Engkau ya Allah, wahai Tuhan kami, dan aku
memuji-Mu. Ya Allah ampunilah aku (HR. Bukhari - Muslim)