Anda di halaman 1dari 5

ADAB SHALAT DAN ZIKIR

Pengantar: Perbuatan yang bernilai Ibadah


Agar perbuatan bernilai ibadah harus memenuhi ketentuan-ketentuan yaitu yang disebut dengan
fillah, lillah, billah, dan ilallah ( ‫) ال ا – بلا – لا – ف ا‬, yang maksudnya sebagai berikut:
1. Fillah (orang yang mulakukan suatu perbuatan itu beriman secara murni kepada Allah, tidak
ada unsur kufur dan syiriknya, QS. Al-Maidah:5, Al-An`am: 88).
2. Lillah (niat orang yang melakukan suatu perbuatan itu murni/tulus/ikhlas semata-mata hanya
karena Allah S.w.t, QS. Lam Yakunil/Al-Bayyinah: 5).
3. Billah (cara orang yang melakukan suatu perbuatan itu sesuai dengan ajaran Allah dan
tuntunan Rasulullah s.a.w. Kalau bentuknya adalah ibadah khusus (ibadah mahdhah/ritual)
maka harus semirip-miripnya dengan yang diajarkan oleh Allah dan dicontohkan Rasulullah
s.a.w (QS. Al-Hasyar: 7), dan jika bentuknya adalah ibadah umum (amal sosial/ muamalah),
maka dimulai dengan membaca Bismillah disertai doanya, diakhiri dengan membaca
Alhamdulillah dan doanya, serta mendahulukan anggota badan bagian kanan -- jika
perbuatan itu berbentuk kebaikan/bersih dan melibatkan kedua anggota badan (kanan dan
kiri).
4. Ilallah (perbuatan yang dilakukan itu tujuannya hanya untuk mencari ridha Allah S.w.t, QS.
Al-Lail: 20-21).
5. Selain empat syarat pokok tersebut, ada dua tambahan syarat pelengkap agar perbuatan
bernilai ibadah: 1) Perbuatan yang dilakukan bernilai baik/bermanfaat (amal shalih, QS. Al-
A`raf: 56), dan 2) Dilakukan dengan sepenuh hati dan kesungguhan (khusyuk).

Perintah untuk menyempurnakan tata cara ibadah khusus (dalam kajian ini adalah Shalat):
1. Peringatan Allah dalam al-Quran sebagai berikut:
‫فذلحذيححذذرر ال ل رلحيذن ف ذياَخُرلففحوذن ذعحن أأحمررره أأحن تفرصحي ذبفحم رفحتنذةة أأحو يفرصحي ذبفحم عذذذاةب أأرل ح ةي‬
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah atau
ditimpa azab yang sangat pedih.” (An-Nur: 63)

2. Pesan Rasulullah s.a.w:


‫ذصل لوا ذ ذك ذرأأيحـْفتفمحورن أأذصرلل‬
“Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu sekalian melihat aku shalat”

Menghadap Kiblat (Ka`bah):


 Rasulullah s.a.w memerintahkan shalat menghadap ke arah kiblat (HR. Bukhari, Muslim, dan
as-Siraj), yaitu ke masjidil-haram (QS. Al-Baqarah: 144).
 Ketika akan shalat di atas kendaraan, kadang-kadang beliau menghadapkan dulu kendaraan
(unta) yang ditungganginya kearah kiblat, lalu bertakbir, kemudian membiarkan dan
mengikuti untanya bergerak mengarah ke mana saja (HR. Abud Daud dan Ibnu Hibban).
Kadang-kadang beliau shalat dengan mengikuti ke arah mana saja kendaraan/untanya
menghadap (HR. Bukhari, Muslim dan as-Siraj) sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran,
surah Al-Baqarah: 115 (yang artinya: “Maka kemana pun kamu menghadap, di situlah arah
Allah”).
 Sedangkan dalam keadaan darurat dan menakutkan (khauf), beliau memerintahkan shalat
boleh sambil berjalan atau naik kendaraan (QS. Surah Al-Baqarah: 239), baik menghadap
kiblat maupun tidak (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan jika sedang berbaur dengan musuh
(sedang berperang) shalatnya cukup dengan takbir dan isyarat kepala saja (HR. Baihaqi).
 Khusus bagi yang shalat dan telah merasa benar arah kiblatnya, namun ternyata salah, tetapi
baru tahu arah kiblat yang sebenarnya setelah shalat maka tidak perlu mengulangi shalatnya
(HR. Daru Quthni, Hakim, Baihaqi, Turmuzi, Ibnu Majah, dan Thabrani). Tapi kalau dia tahu
ketika sedang dalam mengerjakan shalat maka saat itu juga harus berputar ke arah kiblat
yang sebenarnya (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, as-Siraj, Thabrani, dan Ibnu Saad).

Berdiri:
 Rasulullah s.a.w ketika dalam keadaan sehat dan situasi normal selalu shalat berdiri, baik
dalam shalat wajib maupun shalat sunnah (berdasarkan Al-Quran surah Al-Baqarah: 238).
 Dalam shalat berjamaah, jika imam melaksanakan shalat dengan duduk (karena sakit) maka
makmum juga shalatnya dengan duduk (HR. Bukhari dan Muslim).
 Shalat berdiri lebih utama, tapi bagi yang tidak bisa berdiri boleh dengan duduk dengan nilai
pahala separuh dari pahala shalat dengan berdiri, dan bagi yang tidak bisa dengan duduk
boleh dengan berbaring dengan nilai pahala shalat berbaring separuh dari pahala shalat
dengan duduk (HR. Bukhari, Abu Daud, dan Ahmad).

Memandang ke tempat sujud:


Selama melaksanakan shalat pandangan mata Rasulullah s.a.w tertuju ke tempat sujud (HR.
Baihaqi dan Hakim). Beliau melarang melihat ke atas (HR. Bukhari dan Abu Daud) dan
melarang menoleh (HR. Turmuzi dan Hakim), kecuali pada saat tahiyyat beliau melihat ke jari
telunjuk kanannya yang sedang menunjuk.

Niat:
Niat letaknya di dalam hati, dalam bentuk tekad menyengaja untuk melaksanakan shalat,
diikrarkan pada saat/bersamaan dengan takbiratul-ihram.

Takbir:
1. Rasulullah s.a.w mengangkat tangannya pada saat bertakbiratul-ihram, kadang-kadang
bersamaan dengan membaca Allahu Akbar (Hadis Riwayat/HR. Bukhari dan Nasai), kadang-
kadang lebih dulu (HR. Bukhari dan Nasai), dan kadangkala kemudian/menyusul setelah
mengucapkan takbir (HR. Bukhari dan Abu Daud).
2. Beliau mengangkat kedua tangannya dengan meluruskan jari-jarinya (tidak
merenggangkannya dan tidak pula menggenggamkannya, HR.Abu Daud, Ibnu Khuzaimah,
Tamam, dan Hakim).
3. Tinggi tangan beliau pada saat takbir terkadang setentang dengan kedua bahunya (HR.
Bukhari dan Nasai), kadang setentang dengan daun telinganya (HR. Bukhari dan Abu Daud).
4. Beliau mengeraskan suara takbirnya saat menjadi imam (HR. Ahmad dan Hakim), kecuali
ketika sakit dan suara beliau sangat lemah, dalam keadaan seperti ini maka makmun yang di
belakang beliau yaitu Abu Bakar mengeraskan suara takbir sebagai muballigh:
‫ا عذلذحيره ذوذس ل ذل‬
‫ذكذن راذذا ذمررذض ذرفذذع أأب فحو بذحكرر ذصحوتذفه يفذب رل لفغ النلاَخُذس تذحكرب ح فيفه ذصلل ف‬
“Apabila beliau sakit maka Abu Bakar mengeraskan suaranya untuk menyampaikan
(memperdengarkan) takbir Nabi s.a.w bagi manusia/jamaaah” (HR. Muslim dan Nasai)

Meletakkan Tangan Setelah Takbir:


Setelah Takbir, Rasulullah s.a.w menimpakan tangan kanan di atas tangan kiri (HR. Muslim dan
Abu Daud) dengan mensejajarkan pergelangan tangannya, kadang-kadang dengan tidak
menggenggam (HR. Malik, Bukhari, dan Abu `Uwanah), dan kadang-kadang menggenggam
tangan kirinya (HR. Nasa`i dan Daru Quthni), kemudian meletakkannya di atas dada (HR. Abu
Daud dan Ibnu Khuzaimah) yaitu di sebelah atas payudara atau di bawahnya/di atas pusar
(Riwayat Al-Marwazi dan Abdullah bin Ahmad). Beliau melarang meletakkan tangan di atas
lambung/rusuk (HR. Bukhari dan Muslim).

Membaca Iftitah:
Bacaan Iftitah yang diamalkan Rasulullah s.a.w banyak macamnya; ada yang pendek, sedang
dan panjang. Ada yang berisi zikir saja, doa saja, dan gabungan zikir dan doa.
1. Bacaan Iftitah yang pendek:
A. Dalam bentuk zikir saja:
‫( ل ل راذل رالل ف‬х3) ‫( ذافلا اذحكـْذب ذكربـْ ح ييا‬х3)
‫ا‬
Tidak ada tuhan selain Allah (3x) Allah Maha Besar
lagi sempurna kebesaran-Nya (3x) (HR. Abu Daud dan Thahawi)

‫( ذافلا اذحكـْ ذ فب‬х3) ‫فذوا حال ذـْلذفكحورت ذوحال ذ ذ فبحورت ذوحالركـْ ح ربذيرء ذوحالذعذظذمرة‬
Allah Maha Besar (3x) yang mempunyai kerajaan yang sangat besar,
kekuasaan, kebesaran, dan keagungan. (HR. Abu Daud dan Thayalisi)

‫ ذ فوسسحبذحاَخُذن ر‬,‫ ذوحال ذحمفدرلا ذكرث ح ييا‬,‫ذافلا اذحك ذ فبذكرب ح ييا‬


‫ا بفحكذرية ذوذارصحييل‬
Allah Maha Besar lagi sempurna Kebesaran-Nya. Segala puji
bagi Allah sebanyak-banyaknya, dan Maha Suci Allah waktu
pagi dan petang. (HR. Muslim, Abu Uwanah, dan Abu Naim)

‫ذالحذححمفدرلا حذحيدا ذكثر ح ييا ذطرلييباَخُ فمذباَخُذريك رفحيره‬


Segala puji bagi Allah dengan pujian yang sebanyak-banyaknya, penuh
dengan kebaikan dan keberkahan di dalamnya. (HR. Muslim dan Abu Uwanah)

B. Dalam bentuk Doa pendek:


‫ىِ ذالل لـّفهلم رارلن ذافعحوفذ ربذك رمذن الرلضحيرق ي ذحوذم حارلذساَخُرب‬.‫ذالل لـّفهلم احغرفحررل ذواحهردرن ذواحرفزحقـْرن ذو عذاَخُرفرن‬
Ya Allah; ampunilah aku, tunjuki aku, beri aku rezki dan kesehatan.
Ya Allah; sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan pada hari
perhitungan/Yaumil-Hisab. (HR. Ahmad, Ibnu Syaibah, Abu Daud, dan Thabrani)

2. Bacaan Iftitah yang sedang:


A. Dalam bentuk zikir:
‫ ذوللراذل غذ ح فيذك‬,‫ ذوتذذعاَخُذل ذجلدذك‬,‫ ذوتذذباَخُذرذك ا ح فسذك‬,‫فسسحبذحاَخُن ذذك الل لـّفهلم ذو ر ذبحمردذك‬
Ya Allah; aku mensucikan-Mu dan memuji-Mu, berkahlah Nama-Mu, Maha Tinggi
keagungan-Mu, dan tidak ada tuhan selain Engkau. (HR. Abu Daud dan Hakim)

B. Dalam bentuk Doa (Rasulullah s.a.w baca hanya di shalat wajib):


‫ذالل لـّفهلم ذبرعحد ب ذيحرن ذوب ذ ح ذي ذخذطاَخُذيذي ذ ذك ذبعذحدذت ب ذ ح ذي حال ذ ح ر‬
‫ىِ ذالل لـّفهلم ن ذ رقلـْرن رمحن ذخذطاَخُذيذي‬.‫شرق ذوحال ذحغرررب‬
‫ىِ ذالل لـّفهلم احغرسلحرن رمحن ذخذطاَخُذيذي حربل ذاَخُرء ذوالث لـْلحرج ذوحال ذ ذبرد‬.‫ ذ ذك ي فنذـّلق الث لـّحوفب حاألبحذيفض رمذن اللن ذرس‬.
Ya Allah; jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau
menjauhkan antara timur dengan barat. Ya Allah; sucikanlah aku dari kesalahan-
kesalahanku sebagaimana kain putih dibersihkan dari noda. Ya Allah; bersihkanlah
aku dari semua kesalahanku dengan air, salju, dan embun. (HR. Bukhari - Muslim)

C. Dalam bentuk Zikir dan Doa:


‫ىِ رالن ذصذلرت ذون ففسرك‬.‫شرك ح ذي‬ ‫ذوحلجفت ذورحجيذي لر ل رلىِذَّ فذذطذر اللسذماَخُذوارت ذوحاألحرذض ذحرنحييفاَخُ فمحسرليماَخُ ذوذماَخُ أأ ذن رمذن حال ف ح ر‬
‫ىِ ذالل لـّفهلم احهردرن‬.‫شيحذك ذ فل ذوربذذا ر ذل أأرمحرفت ذوذا ذن أألوفل حال فحسرلرم ح ذي‬ ‫ىِ ذل ذ ر‬.‫ذوذمححذياَخُذي ذوذمذماَخُرت رلا ذررلب حالذعاَخُلذرم ح ذي‬
ِ‫ىِ ذورقرن ذسس ر ل ذي حاألحخذلرق ذوحاأل ح ذعاَخُرل ذلي ذرقى‬.‫حسسرنذاَخُ راللأأنحذت‬ ‫ر ألححذسرن حاألحخذلرق ذوأأححذسرن حاأل ح ذعاَخُرل ذل حذيردىِذَّ ر أل ح ذ‬
‫ذسسرليئذـّذهاَخُ رالل أأىحذت‬
Aku hadapkan wajahku kepada Allah Dzat Pencipta langit dan bumi dengan lurus dan
berserah diri, dan tidaklah aku termasuk orang-orang yang menyukutakan-Nya.
Sungguh shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan semesta
alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; demikianlah yang diperintahkan kepadaku, dan aku
adalah orang yang pertama-tama berserah diri. Ya Allah, bimbinglah aku kepada akhlak
yang terbaik, amal perbuatan yang terbaik, karena tidak ada yang dapat membimbing
kepada yang terbaiknya kecuali hanya Engkau. Dan peliharalah aku daripada perilaku
dan perbuatan-perbuatan yang buruk, karena tidak ada yang dapat memeliharaku
darinya kecuali hanya Engkau. (HR. Nasai dan Daru Quthni).

3. Bacaan Zikir dan Doa iftitah yang panjang:


Biasa dibaca oleh Rasulullah s.a.w di dalam shalat fardhu dan shalat sunat:

Hanya dibaca oleh Rasulullah s.a.w di dalam shalat sunat:

Membaca Al-Fatihah:
 Rasulullah s.a.w mula-mula membaca ta`awwudz dengan pelan (sesuai perintah Allah dalam
Quran surah An-Nahl: 98): A`ûdzubillâhi minasy-syaithânir-rajîm min hamzihi wa nafkhihi
wa naftsihi (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, yaitu dari kegilaannya,
kesombongannya, dan dari bisikannya, HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Daru Quthni dan
Hakim), atau A`ûdzubillâhis-samî`il-alîm minasy-syaithânir-rajîm (Aku berlindung kepada
Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, HR. Abu
Daud dan Turmuzi).
 Kemudian membaca basmalah dengan pelan (kadang-kadang tak terdengar sama sekali - HR,
kadang-kadang sangat pelan – HR), dan kadang-kadang bersuara (HR. ).
 Rasulullah s.a.w membaca Fatihah berwakaf di setiap ayat (HR. Abu Daud dan As-Sahmi).
 Apabila imam telah nyaring membaca Fatihah dalam shalat berjamaah maka beliau melarang
makmum untuk membaca Fatihah sendiri-sendiri, melainkan cukup mengikuti bacaan imam
di dalam hati saja (HR. Malik, Al-Hamidi, Bukhari, Abu Daud, dan Al-Mahamili).
Sedangkan pada bacaan imam yang pelan, makmum membaca sendiri-sendiri dengan pelan
dan tidak terdengar oleh orang yang di sampingnya (HR. Malik dan Bukhari). Para sahabat
mengetahui bacaan pelan Rasulullah s.a.w dari gerakan dagu/janggut beliau (HR. Bukhari
dan Abu Daud), dan sebagai imam sesekali beliau sedikit memperdengarkannya (HR.
Bukhari dan Muslim).
 Selesai membaca Fatihah, Rasulullah s.a.w membaca “amin” dengan nyaring pada shalat
yang bacaannya nyaring diikuti oleh makmumnya (HR. Bukhari, Muslim, dan Nasa`i).

Ruku`:
1. Rasulullah s.a.w ruku` dengan mengangkat kedua tangan dan mengucapkan takbir, dengan
meletakkan kedua tangannya ke lutut (HR. Abu Daud dan Nasa`i) yaitu dengan
menggenggam erat lututnya (HR. Bukhari dan Abu Daud) serta merenggangkan jari
jemarinya (HR. Hakim dan Abu Daud). Sedikit membengkokkan kedua siku dari samping
badan (HR. Turmuzi) serta melapangkan punggung/belakangnya dan meratakannya (HR.
Baihaqi dan Bukhari) dengan kepala rata lurus/tidak menunduk dan tidak pula mengangkat
(HR. Muslim dan Abu Uwanah).
2. Beliau memerintahkan ruku` dengan sempurna; tenang dan khusyu` (tuma`ninah), dan
memperlamanya (HR. Bukhari dan Muslim). Bagi yang tidak tuma`ninah dihukumkan tidak
sah shalatnya karena sama dengan “pencuri” (HR. Ibnu Abi Syaibah, Thabrani, dan Hakim).
Beliau juga melarang membaca ayat Quran dalam ruku` (HR. Muslim dan Abu Uwanah).
3. Bacaan ruku` Rasulullah s.a.w ada yang berbentuk zikir/tasbih saja, ada juga zikir dan doa.
Bacaan ruku` hanya berbentuk Zikir, misalnya: Subhâna robbiyal-`azhîm (3x atau lebih, HR.
Ahmad, Daud, Ibnu Majah), Subhâna robbiyal-`azhîm wa bihamdih (3x, HR. Abu Daud,
Daru Quthni, Ahmad, Thabrani, dan Baihaqi), atau Subbûhun quddûs rabbul malâikati war-
rûh (HR. Muslim Abu Uwanah).
Bacaan ruku` dalam bentuk zikir dan doa (ini diamalkan Rasulullah s.a.w setelah turun surah
an-Nashr/Idzâ Jâ`a Nashrullâhi):
‫ ذالل لـّفهلم احغرفحررل‬,‫فسسحبذحاَخُن ذذك الل لـّفهلم ذو ر ذبـْحمردذك‬
Maha Suci Engkau ya Allah, dan aku memuji-Mu.
Ya Allah ampunilah aku (HR. Bukhari dan Muslim)

Bangkit dari ruku` (I`tidal):


Rasulullah bangkit dari ruku` mengangkat kedua tangannya (HR. Bukhari dan Muslim), sambil
mengucapkan sami`allâhu liman hamidah (HR. Bukhari dan Muslim). Setelah berdiri sempurna
mengucapkan robbanâ (wa) lakal-hamd (HR. Bukhari dan Muslim). Khusus untuk shalat
berjamaah; makmun tidak perlu mengucapkan sami`allâhu liman hamidah tapi cukup
mengucapkan robbanâ (wa) lakal-hamd (HR. Bukhari, Muslim, dan Turmuzi).
Setelah bacaan tersebut, kadang-kadang beliau menambah lagi dengan zikir dan doa sebagai
berikut:

Sujud:
 Ketika akan sujud; Rasulullah s.a.w membaca takbir, merenggangkan kedua tangan dari
tubuhnya (HR. Abu Ya`la dan Ibnu Khuzaimah), dan kadang-kadang mengangkat kedua
tangannya (HR. Nasa`i, Daru Quthni, dan al-Mukhlish).
 Ketika bersujud; beliau meletakkan telapak tangannya lebih dulu ke tanah sebelum kedua
lututnya (HR. Ibnu Khuzaimah, Daru Quthni, dan Hakim), terkadang lutut lebih dulu
daripada tangannya (HR. Abu Daud, Turmuzi, Nasa`i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan
Hakim).
 Beliau meletakkan telapak tangannya kadang-kadang sejajar dengan bahu (HR. Abu Daud
dan Turmuzi), dan terkadang sejajar dengan telinga (HR. Abu Daud dan Nasa`i),
menempelkan kening dan hidung ke tanah (HR. Abu Daud dan Turmuzi), merenggangkan
siku dari rusuk dan merapatkan jari tangan sehingga semuanya mengarah ke kiblat (HR.
Bukhari) serta menekan kedua ujung kaki sehingga jari-jarinya juga mengarah ke kiblat.
 Bacaan sujud Rasulullah s.a.w ada yang zikir/tasbih saja, ada juga yang zikir dan doa.
Bacaan sujud hanya berbentuk Zikir, misalnya: Subhâna robbiyal-a`lâ (3x, HR. Ahmad,
Daud, Ibnu Majah), Subhâna robbiyal-a`lâ wa bihamdih (3x, HR. Abu Daud, Daru Quthni,
Ahmad, Thabrani, dan Baihaqi), atau Subbûhun quddûs rabbul malâikati war-rûh (HR.
Muslim Abu Daud).
Bacaan sujud dalam bentuk doa contohnya adalah:
‫سحرفت ذوذماَخُ ذاحعـْلذحنفت‬
‫ذالل لـّفهلم احغرفحررل ذماَخُ ذا ح ذ‬
Ya Allah; ampuni aku dari apa-apa yang aku sembunyikan dan
apa-apa yang aku tampakkan (HR. Ibnu Abu Syaibah dan Nasa`i)
Bacaan sujud dalam bentuk zikir dan doa contohnya adalah:
‫ ذالل لـّفهلم احغرفحررل‬,‫فسسحبذحاَخُن ذذك الل لـّفهلم ذرب لـْنذاَخُ ذو ر ذبـْحمردذك‬
Maha Suci Engkau ya Allah, wahai Tuhan kami, dan aku
memuji-Mu. Ya Allah ampunilah aku (HR. Bukhari - Muslim)

Anda mungkin juga menyukai