Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan
pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada semua pihak yang turut membimbing sehingga  bisa  menyelesaikan makalah
ini sesuai waktu yang telah di tentukan.

Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada suri tauladan kita Nabi 
Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti.
Makalah ini penulis buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mengenai Analisis Sosiologi Hukum terhadap Kasus pertambangan Pasir laut di Kabupaten
Kepulauan Aru dengan harapan agar  para mahasiswa bisa lebih memperdalam pengetahuan
tentang Analisis Sosiologi Hukum terhadap Kasus pertambangan Pasir laut di Kabupaten
Kepulauan Aru. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi
Hukum.

Dengan segala keterbatasan  yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya dan
upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh
dari  kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik  dan  saran yang 
membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan  makalah ini. Atas kritik dan
sarannya di ucapkan terimakasih yang  sebanyak-banyaknya.

Dobo, 02 Mei 2019

Frangga Wijaya
 
DAFTAR ISI

Halaman Judul    .....................................................................................................................    i


Kata Pengantar    .................................................................................................................    ii
Daftar Isi    ..........................................................................................................................     iii

PENDAHULUAN
⦁   Latar Belakang    ...........................................................................................................     1
⦁   Rumusan Masalah   .......................................................................................................     2
⦁   Tujuan Penulisan     …....…............……..………………………...………………....     2
 
PEMBAHASAN
⦁  Analisis Sosiologi Hukum terhadap kasus Pertambangan pasir………………….…….     3
⦁  Tindakan lembaga Penegak Hukum terhadap pelaku kegiatan Pertambangan pasir laut... 4

PENUTUP
⦁   Kesimpulan ............................................................................................................          5

DAFTAR PUSTAKA   ...................................................................................................        6


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Kepulaan Aru yang sangat melimpah
merupakan modal dasar pembangunan yang harus dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan
sebesar-besarnya dengan baik. Potensi sumber daya alam tersebut di harapkan dapat
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan secara berkelanjutan bagi rakyat melalui pola
pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan yang mengacu pada upaya-upaya
konservasi sebagai landasan dari proses tercapainya keseimbangan antara perlindungan,
pengawetan, dan pemanfaatan dari sumber daya alam yang ada di Kabupaten Kepualauan
Aru. Dalam memanfaatkan sumber daya alam, sering kali pihak-pihak yang berperan dalam
hal ini tidak memperhatikan keseimbangan alam, sehingga lingkungan hidup menjadi rusak.
Ini terjadi pada daerah yang seharusnya menjadi kawasan konservasi malah dijadikan lahan
untuk mencari keuntungan semata tanpa memperdulikan keseimbangan lingkungan.

Salah satu daerah konservasi Wisata Pantai yang memiliki potensi sumber daya alam
yang melimpah adalah kawasan Pantai Desa Durjela dan Pantai Desa Wangel yang berada di
kabupaten Kepulauan Aru. Dari sisi ekonomis, penduduk di sekitar Pantai Desa Durjela dan
Pantai Desa Wangel tersebut sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan
memanfaatkan hasil kekayaan alam pantai dan laut tersebut. Sebagian juga masyarakat Desa
Dujela dan Desa Wangel yang mempunya hak Petuanan Tanah atas Pantai tersebut menjual
pasir untuk dijual dan dijadikan untuk bahan bangunan. pasir dan batu oleh masyarakat
setempat, bahan tersebut dikeruk, diangkut, dan dijual sebagai bahan bangunan. kegiatan
penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena pengrusakan
lingkungan, apalagi penambangan tanpa izin yang selain merusak lingkungan karena tidak
adanya pengawasan dari dinas instansi terkait.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan,


pengrusakan lingkungan adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik, Salah satu indikator kerusakan lingkungan adalah Abrasi
Pantai. Abrasi adalah Proses pengikisan pantai karena gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Jadi apabila dihitung keseluruhan biaya kerugian lingkungan yang terjadi
dengan adanya kegiatan penambangan pasir laut akan menghasilkan nilai yang sangat kecil
dan tidak berarti sama sekali. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan penambangan pasir tidak
akan ada artinya bila dibandingkan dengan nilai kerugian lingkungan yang terjadi secara
keseluruhan. Kegiatan pertambangan diatur dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Untuk lebih merinci pelaksanaan dari
Undang-undang ini diturunkan kembali dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) yang salah
satunya adalah PP No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.
a) Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
b) Setiap orang atau pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan,
melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang
bukan dari pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda
paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
c) Setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan usaha pertambangan dari
pemegang IUP yang telah memenuhi syarat-syarat dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
d) Setiap orang yang rnengeluarkan IUP yang bertentangan dengan UndangUndang

Walaupun kegiatan penambangan sudah diatur secara jelas dalam Undang-Undang, akan
tetapi permasalahan lingkungan tetap saja terjadi hal ini dikarenakan penambangan pasir
tidak terkendali dan tidak terawasi serta Lemahnya tindakan, dan penegakan aturan Seperti
yang terjadi di kawasan Pantai Desa Durjela dan Pantai Desa Wangel Kabupaten Kepulauan
Aru.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka perlu kiranya penulis untuk membahas
lebih lanjut mengenai kasus penambangan Pasir laut tanpa ijin usaha Pertambangan dipantai
desa Durjela dan Pantai desa Wangel dengan analisis dan pendekatan sosiologi Hukum.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana analisis sosiologi hukum terhadap kasus Pertambangan pasir laut tanpa ijin
usaha Pertambangan dipantai desa Durjela dan Pantai desa Wangel?
2. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan Pertambangan
pasir laut tanpa ijin usaha Pertambangan dipantai desa Durjela dan Pantai desa Wangel?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui analisis sosiologi hukum terhadap kasus Pertambangan pasir laut tanpa
ijin usaha Pertambangan dipantai desa Durjela dan Pantai desa Wangel.
2. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan
Pertambangan pasir laut tanpa ijin usaha Pertambangan dipantai desa Durjela dan Pantai
desa Wangel.

BAB II
PEMBAHASAN

a. Analisis Sosiologi Hukum terhadap kasus Pertambangan pasir laut tanpa ijin
usaha Pertambangan dipantai desa Durjela dan Pantai desa Wangel.

Pertambangan Pasir laut dipantai desa Durjela dan pantai Desa Wangel ini terjadi
karana kurangnya kesadaran masyarakat yang tidak tahu akibat dari kegiatan pertambangan
Pasir pantai terebut, dan kurang kerjasamanya antar instansi terkait dalam pengendalian
kawasan lingkungan, karena pada umumnya mereka mempunyai rencana kerja sendiri-sendiri
yang sulit disatukan, seperti memaksimalkan sosialisasi tujuan dan program yang dibuat oleh
pemda kab. Kepulauan Aru dalam pengendalian kawasan lingkungan sehingga tingkat
kesadaran masyarakat dari penambang pasir melakukan perbaikan kerusakan lingkungan.

kekurangan ekonomi juga memicu masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai
Desa Durjela dan desa Wangel mencari jalan pintas untuk memperoleh uang secara cepat
dengan menjual pasir laut dan batu laut/ karang karena dengan menjual pasir laut tersebut
kepada pengusaha pencari pasir yang dugunakan untuk bahan bangunan. Pasir-pasir tersebut
dijual oleh masyarakat sekitar dengan harga Rp. 300.000’-/ satu bak mobil kecil dan harga
Rp. 700.000’- / satu bak mobil truck kepada pengusaha penjualan pasir kemudian pengusaha
tersebut menjualnya kembali kepada masyarakat maupun pengusaha proyek yang
membutuhkan pasir tersebut dengan harga sekitar Rp. 400.000’-/ satu bak mobil kecil dan
harga Rp. 800.000’- / satu bak mobil truck.

kebutuhan akan bahan bangunan terutama pembangunan proyek berupa pasir sulit
dicari di daerah Kab. Kepualauan Aru, pasir-pasir tersebut hanya bisa diperoleh dari pantai,
jika tidak ada stock maka tidak akan berjalannya pembangunan maupun proyek
pembangunan yang ada di Kab. Kepulauan Aru. Ada jalan lain yaitu dengan cara
mendatangkan/ membeli bahan bangunan berupa pasir dari daerah lain akan tetapi untuk
harganya pasti sangat mahal belum juga untuk biaya transportasi pemuatan bahan pasir
tersebut pasti sangat mahal, jika masyarakat biasa yang akan melakukan pembangunan
tersebut diarasa akan sangat terbebani sehingga kebanyakan masyarakat yang akan
melakukan pembangun berupa rumah lebih memilih membeli pasir laut yang di tambang dari
Pantai Desa Durjela dan Pantai Desa Wangel, hal yang demikian itu dimanfaatkan oleh
pengusaha pertambangan untuk memperoleh keuntungan dengan membeli pasir laut tersebut
dari masyarakat desa Durjela maupun Desa Wangel dan kemudian dijualnya kembali ke
msayarakat maupun pemborong proyek pembangunan kabupaten.

Akibat yang terjadi dengan adanya pertambangan pasir laut yang dilakukan di pantai
desa Durjela dan desa Wangel tersebut mengurangi volume pasir yang ada di pantai bahkan
mengurasnya sedikit demi sedikit, ini kemudian berpengaruh langsung terhadap arah dan
kecepatan air laut yang akan langsung menghantam pantai. Ketika tidak membawa pasir, air
pantai akan lebih ringan dari biasanya sehingga ia dapat lebih keras dan lebih cepat
menghantam pantai sehingga proses yang demikian turut memperbesar kemungkinan
terjadinya abrasi. Dan bukti nyata akibat abrasi tersebut mengakibatkan tanah-tanah bahkan
jalan yang ada di sekitar pantai desa Durjela dan Desa Wangel rusak karena terjengan ombak
pantai sehingga membuat penyusutan area pantai yang merugikan sector pariwisata dan juga
secara langsung mengancam keberlangsungan hidup penduduk disekitar pantai yang
memiliki rumah atau ruang usaha.

b. Tindakan lembaga Penegak Hukum terhadap pelaku kegiatan Pertambangan pasir


laut tanpa ijin usaha Pertambangan dipantai desa Durjela dan Pantai desa Wangel

Faktor lembaga hukum di Kab. Kepulauan Aru juga masih lemah dalam menyikapi
kasus Pertambangan pasir laut tanpa ijin usaha Pertambangan dipantai desa Durjela dan
Pantai desa Wangel ini. Kurangnya sosialisasi secara massif untuk menyebarluaskan
informasi tentang sanksi yang diberikan kepada pelaku Pertambangan pasir laut tanpa ijin
usaha Pertambangan serta undang-undang hukum pidana tersebut. Ketentuan mengenai
larangan larangan pertambangan pasir tanpa ijin usaha pertambangan pada dasarnya telah
diatur dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(UU Minerba). Untuk lebih merinci pelaksanaan dari Undang-undang ini diturunkan kembali
dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) yang salah satunya adalah PP No 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Sesuai dengan Pasal 72 Undang-undang No. 4 Tahun 2009 dijelaskan bahwa


ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IPR (Izin Pertambangan Rakyat) diatur
dengan peraturan daerah Kabupaten/kota. Dengan adanya hal tersebut maka belum adanya
Perda kabupaten Kepulauan Aru yang mengatur tentang pertambangan pasir di Kab.
Kepulauan Aru sehingga masih adanya kerancuan hukum tentang masalah tersebut.

BAB III
KESIMPULAN

Penanganan terhadap masalah pertambangan Pasir bersifat kompleks. Sehingga,


penanganan terhadap masalah memerlukan penataan ulang yang komprehensif tentang peta
permasalahan yang ada. Dari hal yang sangat mendasar yaitu tersedianya lapangan kerja
untuk masyarakat agar dapat menghidupi keluarganya secara layak. Disamping itu,
keseriusan pemerintah dan keterlibatan seluruh elemen bangsa dapat diharapkan dapat
berkontribusi secara partisipatif dalam upaya pemeliharaan ekosistem alam. Masyarakat juga
perlu banyak mendapatkan banyak pengetahuan dan sosialisasi perihal dampak pertambangan
Pasir laut terhadap ekosistem.

Tindakan lembaga hukum dalam menangani masalah pertambangan pasir laut ini ini
masih sangat lemah. Walaupun ketentuan mengenai kasus ini sudah diatur dalam Undang-
undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Tetapi
dalam pelaksanaan pembuatan peraturan terhadap pertambangan tersebut sepenuhnya
dilimpahkan kepada Pemerintah daerah. Dan sampai saat ini pemerintah daerah Kabupaten
Kepulauan Aru masih belum ada Perda yang jelas untuk mengatur masalah Pertambangan
Pasir laut tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Soerjono Soerkarno.2006.Sosiologi Suatau Pengantar : PT Raja Grafindo Persada
Ug U NO 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba)
Howard S. Becker : Sosiologi Penyimpangan/Soerjono Soekarno; Ratih Lestarini.
Pengarang Soekanto, Soerjono : Penerbitan : Jakarta Rajawali 1988

Anda mungkin juga menyukai