Anda di halaman 1dari 13

SERANG,(PR).

- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia


akan menambah 20 hektare tambak garam di wilayah Desa Domas, Kecamatan
Pontang Kab. Serang. Hal itu dikarenakan tambak garam di wilayah tersebut cukup
menjanjikan dan berpotensi memberi sumbangsih terhadap produksi garam nasional.

Sekretaris Desa Domas Kecamatan Pontang Syahroni mengatakan, tambak di


wilayahnya terdiri dari tambak garam dan udang. Bahkan yang terbaru mulai
mengembangkan udang Vaname. "Belum tahu berapa (luasnya), karena di Domas
juga belum ada data baru mulai. Menjanjikan katanya," ujarnya kepada wartawan
Kabar Banten, Dindin Hasanudin Sabtu 13 Aoril 2019.

Ia mengatakan, selain udang dan bandeng, di wilayahnya juga ada tambak garam yang
mulai dikembangkan. Bahkan garam dari wilayah Domas termasuk berkualitas baik.
"Kementerian Kelautan (KKP) juga menjanjikan tambak garam 20 hektare untuk
Domas saja. Tapi harus jauh dari laut. Katanya sudah ada yang produksi dan bagus
tambak garam itu bahkan sudah mulai dijual," tuturnya.

Diungkapkan, pihak kementerian saat ini sudah melakukan pengecekan terhadap 20


hektare lokasi yang akan dijadikan tambak garam tersebut. "Sudah cek lokasi, nanti di
cek lagi katanya infonya garam disini bagus," ucapnya.

Sementara Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Serang
Suhardjo membenarkan adanya rencana pengembangan garam tersebut. "Rencana gitu
ada pengembangan. 20 hektare rencananya," ujarnya.

Menurut dia, untuk saat ini lokasi untuk tambak pun sudah dicek bahkan sudah
dilakukan beberapa kali kajian. Selain itu pemilik lahan juga sudah dikumpulkan dan
telah dilakukan sosialisasi. "Itu untuk percontohan supaya garam berkembang di kita.
Kebutuhan garam kita masih jauh dan impor, mudah-mudahan kita bisa kontribusi
untuk garam nasional," tuturnya.

Disinggung soal potensi, Harjo mengatakan sangat baik. Sebab air baku garam di
wilayah tersebut BE nya sudah 7. Dengan demikian tidak butuh waktu lama untuk
menjadi garam. "Itu hasil kajian. Rencananya lokasinya di satu tanah terintegrasi
enggak bisa dipecah-pecah. Pembiayaan dari kementerian. Petani hanya lahan dan
tenaga," katanya.***
PEMILIHAN LOKASI TAMBAK
GARAM RAKYAT BERDASARKAN
ASPEK SOSIAL EKONOMI
Lokasi tambak garam rakyat yang berada pada sepanjang pesisir adalah suatu gambaran yang sangat
nyata betapa begitu melimpahnya kekayaan alam kita sehingga siapa mampu mengelola dialah yang
akan sukses.
Laut adalah salah satu sumber kekayaan kita yang belum digarap secara penuh disebabkan berbagai
alasan yang sangat mendasar , karena itu bagaimana kita akan mengelola potensi laut tersebut sebagai
penghasilan masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraanya. Salah satu yang mampu untuk
dikelola oleh masyarakat pesisir saat ini adalah laut, yaitu dengan cara menguapkan air laut tersebut
pada suatu hamparan agar menjadi garam. Tetapi tidak semua sepanjang wilayah pesisir dapat
dimanfaatkan untuk lokasi tambak garam, mungkin karena faktor tanah ataupun kondisi perairanya.
Namun terlepas dari hal tersebut lokasi tambak garampun tidak terlepas dari aspek social ekonomi yang
perlu dipehatikan, antara lain :
A. Lokasi Peruntukan dan Status lahan
Peruntukan lahan lokasi calon tambak garam harus jelas dan pasti sesuai dengan rencana induk
pembangunan daerah setempat. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan
dengan instansi – instansi lain dalam penggunaan lahan misalnya untuk pemukiman, rekreasi , daerah
industri , lahan pertanian maupun hutan lindung.
B. Transportasi
Lokasi tambak sebaiknya mudah dijangkau dari berbagai arah agar pengadaan peralatan, bahan
makanan, tenaga kerja dan pemasaran hasil produksi dapat berlangsung dengan lancar. Kelancaran
transportasi di, ke dan dari lokasi tambak garam akan membuat kehidupan sosial tenaga kerja menjadi
lebih nyaman. Lokasi tambak garam yang strategis dan dapat dijangkau dengan mudah dari berbagai
arah mempunyai nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan lokasi tambak yang terletak di daerah
terpencil, meskipun dekat dengan sumber air laut dan tanahnya murah.
C. Tenaga Kerja
Usaha budidaya di tambak garam sangat memerlukan tenaga kerja baik tenaga terampil (ahli) maupun
tenaga kerja kasar (kuli). Satu hal perlu diperhatikan apabila hendak menggunakan tenaga kerja atau
tenaga ahli lokal adalah adat istiadat yang berlaku di daerah tersebut. Hal ini sangat penting karena akan
menyangkut masalah biaya dan manajemen tenaga kerja. Melalui adat istiadat di daerah setempat dapat
diketahui pada bulan – bulan apa saja aktivitas di bidang pertanian yang sangat tinggi, karena pada bulan
– bulan tersebut sulit untuk mendapatkan tenaga kerja lokal karena aktivitas mereka terpusat pada usaha
di bidang pertanian. Dengan demikian petani garam perlu melakukan perencanaan matang dalam
melakukan aktivitas seperti perbaikan pematang dan pintu air, produksi garam dan pemanenan.
D. Ketersediaan Alat dan Bahan
Dalam perencanaan pembuatan tambak garam sebaiknya diketahui apakah alat dan bahan yang
diperlukan dapat disediakan secara lokal atau harus mendatangkan dari daerah lain. Penyediaan alat
dan bahan ini tidak hanya menyangkut keperluan usaha tambak saja, tetapi juga menyangkut kebutuhan
tenaga kerja yang ada di daerah tersebut.
Selain itu harga maupun kontinuitas penyediaan alat dan bahan yang diperlukan juga sangat
mempengaruhi manajemen dan produktivitas tambak garam. Bila penyediaan tidak kontinyu dianjurkan
untuk membuat fasilitas penyimpanan/gudang.
E. Ketersediaan Pasar dan Harga yang Stabil
Dalam merencanakan pemasaran, petani garam harus sudah mampu menentukan kemana dan
bagaimana kelak akan memasarkan garam hasil produksi. Apakah akan dipasarkan ketempat lain atau
untuk memenuhi kebutuhan lokal saja. Apabila pasar dan konsumen lokal sudah mampu menyerap
garam hasil produksi dengan harga yang pantas sebaiknya menjual garamnya ke pasar atau konsumen
setempat. Cara ini lebih menguntungkan sebab biaya lebih murah dan sarana pengangkutnya tidak sulit.
Jika dipasarkan ke tempat lain maka transportasinya akan lebih mahal.
F. Perijinan
Perijinan meliputi perijinan penggunaan lahan dan perijinan usaha. Perijinan penggunaan lahan dapat
ditangani olehDinas Agraris. Sedangkan perijinan usaha dapat ditangani oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Dalam memberikan perijinan, pemerintah disamping memperhatikan hukum adat yang
berlaku di daerah tersebut, agar pembangunan tambak tidak menjadi sia – sia.
G. Dukungan Pemerintah
Program pemerintah yang telah disalurkan kepada petani garam untuk mendukung usahanya antara lain
berupa :
- Kemudahan dalam masalah perijinan
- Penyediaan sarana dan prasarana produksi
- Membantu usaha pemasaran hasil produksi garam
- Penyuluhan intensif
- Penyediaan tenaga ahli
DAFTAR PUSTAKA
1. Aris, Kabul. 2011. Pedoman Garam. Dirjen KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia. Jakarta.
2. Ensiklopedia Indonesia. 2011. Penguapan. Jakarta
3. Sarjani. 2011. Cuaca dan Penguapan. Kumba. Jember.
(Drajat, S.Pi, Widyaiswara BPPP Tegal)
MEMILIH LOKASI TAMBAK GARAM
RAKYAT
A. LATAR BELAKANG
Kawasan pesisir dan laut mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan oleh masyarakat
pasisir, namun sumberdaya kelautan dan perikanan di kawasan pesisir dan laut sementara ini masih
banyak yang belum dikelola sesuai dengan karakteristik wilayahnya. sehingga masih belum bisa
meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir secara maksimal.
Mengingat hal tersebut pada pembangunan yang akan datang pemanfaatan sumber daya kelautan harus
dijadikan prioritas, mengingat sumber daya alam kelautan dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi domestik dan penghasil devisa negara.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan
pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati dan non-hayati yang sangat besar.
Dengan lautan yang merupakan 70% dari luasan total wilayah nusantara, maka laut menyimpan banyak
potensi untuk dimanfaatkan, antara lain adalah garam. Tetapi tidak seluruh luasan garis pantai ini bisa
dikelola untuk tambak garam , karena lokasi tambak garam harus memenuhi persyaratan agar didapat
garam yang berkwalitas dan kwantitas yang maksimal . Saat ini di beberapa daerah cukup berpotensi
sebagai penghasil garam. Diantaranya Pati, Rembang, Pamekasan, Sumenep, Sampang, Indramayu,
Cirebon, Nagekeo, NTT, NTB serta daerah-daerah lainnya.
B. MEMILIH DAERAH LOKASI TAMBAK GARAM
Apabila diwilayah pesisir akan dikembangkan menjadi lokasi tambak garam maka ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan didalam menentukan tingkat kesesuaian lokasi yaitu berdasarkan aspek Ekologis
dan aspek Tanah.
1. Aspek Ekologis meliputi :
a. Sumber daya air laut
b. Pasang surut air laut
c. Iklim dan cuaca
d. Angin
c. Kelembaban udara
d. Curah hujan
e. Evaporasi

a. Sumber daya air laut.


Air laut merupakan bahan utama yang digunakan untuk membuat garam. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan kaitannya dengan sumber daya air laut yaitu :
1. Kadar Garam
Perairan Laut Indonesia secara umum memiliki kadar garam rata-rata 3 – 3,5 Be dengan spesifik Gravity
1,0258. Untuk mengetahui kepekatan kadar garam pada air laut dapat dilakukan dengan cara mengukur
dengan alat ukur Baumemeter/Hydrometer
2. Bersih
Untuk menjamin keberhasilan tambak perairan harus bersih, tidak terdapat sampah, jernih dan tidak
terlalu banyak mengandung suspresi zat padat. Perairan pantai di sekitar muara sungai umumnya sangat
keruh dan bersalinitas rendah. Oleh karena itu areal pegaraman yang terletak didekat muara sangat
pasok air asin harus diabaikan. Beberapa kriteria lokasi kaitannya dengan sumber air laut yaitu :
- Berdekatan muara sungai : Mutu air laut rendah
- Pada teluk tertutup : Mutu baik
- Pengaruh pasang surut : Bila tajam beda pasang surut berpengaruh kurang baik
- Pengaruh polusi yang lain : Zat kimia atau lumpur
3. Derajat Keasaman (pH)
Agar proses pembentukan garam mineral yang terjadi di dalam tambak garam dapat berjalan dengan
cepat dan lancar, air yang digunakan sebaiknya bersifat alkalis (basa) dan mantap (goncangan PH tidak
terlalu besar). pH yang ideal berkisar antara 7 – 8.
4. Polusi Air.
Untuk menghindari pencemaran air, lahan pegaraman sebaiknya terletak cukup jauh dari daerah industri,
pelabuhan, pemukiman, pertanian maupun kota – kota besar.
b. Pasang surut air laut.
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya
tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut
pada lokasi tambak garam jangan melebihi dari 1 meter karena akan sulit mendapatkan stok air laut yang
akan ditampung pada bak penampungan air muda.
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya
tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut
pada lokasi tambak garam jangan melebihi dari 1 meter karena akan sulit mendapatkan stok air laut yang
akan ditampung pada bak penampungan air muda.
c. Iklim dan cuaca
Apakah yang dimaksud dengan cuaca dan iklim? Yang dimaksud dengan cuaca adalah keadaan udara
pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca
itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja.
Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat
serta setiap jamnya. Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang kejadianya
dalam waktu yang lama dan meliputi wilayah yang luas.
Proses terbentuknya kristal garam adalah proses penguapan pada tambak garam yang disebabkan oleh
sinar panas matahari, sehinga untuk mendapatkan produksi garam yang bagus sebaiknya lokasi tambak
garam pada satu wilayah dipilih dengan musim kemarau yang panjang atau lebih dari 5 bulan dalam satu
tahunnya. Karena bila satu wilayah tambak garam curah hujannya terlalu tinggi atau musim
penghujannya panjang akan didapat produksi garam yang rendah atau bisa dikatakan wilayah tersebut
tidak cocok untuk lokasi tambak garam.
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu daerah atau wilayah, yaitu:
suhu atau temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, dan curah hujan.
Penentuan awal musim pembuatan garam adalah dengan cara mengamati perilaku iklim sebagai berikut
:
a. Curah hujan tahunan mendekati atau melebihi curah hujan tahunan rata-rata pada masing-masing
lahan pegaraman.
b. Curah hujan dalam 2 (dua) dekade berturut-turut dibawah 50 mm/dekade.
c. Kecepatan angin minimal 5 mm/detik.
d. Arah angin dari arah timur.
e. Kelembaban udara dibawah 70 %.
f. Konsentrasi air laut > 2 °Be.
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Udara timbul
karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi. Panas bumi ini sangat berpengaruh sekali
terhadap pertumbuhan kristal garam, sehingga pelepasan air tua diharapkan pada siang hari.
Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

- Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya
sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi
dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus.
- Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang diterima
bumi.
- Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula
melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
- Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin banyak atau
makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi.
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah tekanan udara. Tekanan
udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di
setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah. Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin
rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang menekan.
d. Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim. Angin adalah udara yang bergerak dari daerah
bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Di area tambak garam angin sangat
berpengaruh sekali terhadap proses terbentuknya Kristal garam disamping penyinaran panas matahari,
karena angin mampu membawa uap air baik pada siang hari maupun malam hari. Ada beberapa hal
penting yang perlu diketahui tentang angin, yaitu meliputi:
1) Kecepatan Angin
Kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap kecepatan penguapan air laut pada meja garam baik
pada waktu malam maupun siang hari. Kecepatan angin dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara
lain:
a) Relief Permukaan Bumi
Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada rintangan. Sebaliknya bila bertiup
pada daerah yang reliefnya besar dan rintangannya banyak, maka angin akan berkurang kecepatannya.
b) Ada Tidaknya Tumbuh-tumbuhan
Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan sebaliknya, bila pohon-pohonannya
jarang maka sedikit sekali memberi hambatan pada kecepatan angin.
c) Tinggi dari Permukaan Tanah
Angin yang bertiup dekat dengan permukaan bumi akan mendapatkan hambatan karena bergesekan
dengan muka bumi, sedangkan angin yang bertiup jauh di atas permukaan bumi bebas dari hambatan-
hambatan.
e. Kelembaban udara
Unsur keempat yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu tempat adalah kelembaban
udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan
tempat tertentu, sehingga bila satu daerah tinggkat kelembabanya terlalu tinggi maka proses kristalisasi
akan terhambat atau lebih lama.
f. Curah hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Curah hujan ini
sangat berpengaruh sekali terhadap proses penguapan air laut yang berada dtambak garam, karena bila
curah hujan tinggi disuatu wilayah berarti wilayah ini tidak cocok untuk area tambak garam.
Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Bentuk medan atau topografi;
2) Arah lereng medan;
3) Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan
4) Jarak perjalanan angin di atas medan datar.
Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke permukaan bumi.
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum
hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut: :
a. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai
sebelah timur.
b. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh,
deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah
hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
c. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya
berada pada ketinggian antara 600 - 900 m di atas permukaan laut.
d. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup
banyak, yaitu rata-rata 2000 - 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat yang satu dengan tempat yang
lain rata-rata curah hujannya tidak sama. Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat
rendah dan ada pula daerah yang mendapat curah hujan tinggi:
a. Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi 0,6% dari luas
wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk),
Madura.
b. Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 - 2000 mm per tahun di antaranya sebagian Nusa
Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.
c. Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 - 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera Timur,
Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya,
Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi.
d. Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi dataran tinggi di
Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa,
Bali, Lombok, dan Sumba.
Hujan terbanyak di Indonesia terdapat di Baturaden Jawa Tengah, yaitu curah hujan mencapai 7,069
mm/tahun. Hujan paling sedikit di Palu Sulawesi Tengah, merupakan daerah yang paling kering dengan
curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
j. Evaporasi
Proses pembentukan garam dari air laut merupakan salah satu proses dari evaporasi yang dibantu oleh
penyinaran matahari. Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan
cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Sisa penguapan pada larutan yang
mengandung mineral tertentu ini akan menjadi Kristal-kristal garam mineral. Proses ini adalah kebalikan
dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur
ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan
berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar
energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi
ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus
titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas
dan "menguap" Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber
air lainnya.
2. Aspek Tanah meliputi :
a. Topografi
b. Tekstur tanah
Tanah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tambak garam sebab tanah
mempunyai kemampuan untuk menyerap atau melepaskan zat hara. Beberapa aspek tanah yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Topografi
Topografi sebaiknya landai, memiliki pasang surut <1 m untuk mempermudah memperoleh air
laut. Topografi sebaiknya juga dipilih di tempat yang mempunyai elevasi tertentu agar memudahkan
pengolahan air sehingga tambak cukup mendapatkan air pada saat terjadi pasang harian tanpa
menggunakan pompa.
b. Tekstur tanah
Tekstur tanah yang baik untuk lahan pegaraman adalah bertekstur liat berat dengan sedikit pasir halus,
hal ini penting untuk konstruksi dan menghindari adanya kebocoran karena perembesan atau porousitas
air. Bebas dari gangguan binatang/tumbuhan liar. Bebas dari bencana alam. Sifat fisis dengan
permeability rendah dan tanah tidak mudah retak.
Tekstur tanah berkaitan dengan kualitas tanah. Apabila tekstur tanah semakin kompak, lahan tersebut
makin baik untuk dijadikan tambak. Untuk memudahkan pengamatan di lapangan, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu ukuran mineral penyusun tanah tersebut yakni :
- Pasir (sand) : 0,05 – 2,00 mm
- Lumpur (silt) : 0,02 – 0,05 mm
- Liat (clay) : < dari 0,002 mm
Tanah dengan kandungan pasir lebih besar 41 % kurang baik untuk dijadikan tambak karena selain
porous juga tidak mampu menahan air dan sangat menyulitkan dalam pembuatan konstruksi tambak.
Hubungan antara tekstur tanah dengan kelayakannya sebagai lahan tambak.

Tekstur Tanah Permeabilitas Kelayakan


Clay Kedap air Sangat baik
Sandy clay Kedap air Baik
Loam Semi kedap air Sedang
Silty Semi kedap air Jelek
DAFTAR PUSTAKA
Aris, Kabul. 2011. Pedoman Garam. Dirjen KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia. Jakarta.
Ensiklopedia Indonesia. 2011. Penguapan. Jakarta
Nonny. 2004. Pembesaran Udang. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sarjani. 2011. Cuaca dan Penguapan. Kumba. Jember.
(Drajat, S.Pi, Widyaiswara BPPP Tegal)
PEMILIHAN LOKASI PEMBUATAN TAMBAK GARAM

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kawasan pesisir dan laut mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan,
oleh karena itu dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan kawasan pesisir dan
laut perlu direncanakan dengan cermat dan sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Pada
pembangunan yang akan datang pemanfaatan sumber daya kelautan harus dijadikan prioritas,
mengingat sumber daya alam kelautan dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
domestik dan penghasil devisa negara. Namun sebagian besar potensi tersebut mas ih belum
dimanfaatkan dan dikelola secara optimal, sehingga masih belum bisa meningkatkan
perekonomian masyarakat pesisir secara maksimal.
Garam merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang sangat potensial untuk
dimanfaatkan. Banyak wilayah di Indonesia yang potensial untuk dikembangkan menjadi tambak
garam. Pemilihan lokasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan tambak
garam.

ASPEK EKOLOGIS

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan menentukan tingkat kesesuaian lokasi
tambak garam bila dilihat dari aspek ekologis yaitu :

SUMBER DAYA AIR LAUT

Air laut merupakan bahan utama yang digunakan untuk membuat garam. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan kaitannya dengan sumber daya air laut yaitu :
1. Kadar Garam
Perairan Laut Indonesia secara umum memiliki kadar garam rata-rata 3 – 3,5 Be dengan spesifik
Gravity 1,0258. Pengukuran kadar garam alir laut dapat dilakukan dengan
Baumemeter/Hydrometer menunjukan persentase zat terlarut Derajat Beaume Makin besar zat
terlarut makin pendek yang terendam cairan.
2. Bersih
Untuk menjamin keberhasilan tambak perairan harus bersih, tidak terdapat sampah, jernih
dan tidak terlalu banyak mengandung suspresi zat padat. Perairan pantai di sekitar muara sungai
umumnya sangat keruh dan bersalinitas rendah. Oleh karena itu areal pegaraman yang terletak
didekat muara sangat pasok air ain harus diabaikan. Beberapa criteria lokasi kaitannya dengan
sumber air laut yaitu :
- Berdekatan muara sungai : Mutu air laut rendah
- Pada teluk tertutup : Mutu baik
- Pengaruh pasang surut : Bila tajam beda pasang surut berpengaruh kurang baik
- Pengaruh polusi yang lain : Zat kimia atau lumpur

3. Derajat Keasaman (pH)


Agar proses pembentukan garam mineral yang terjadi di dalam tambak garam dapat
berjalan dengan cepat dan lancar, air yang digunakan sebaiknya bersifat alkalis (basa) dan mantap
(goncangan PH tidak terlalu besar). pH yang ideal berkisar antara 7 – 8.

4. Polusi Air.
Untuk menghindari pencemaran air, lahan pegaraman sebaiknya terletak cukup jauh dari
daerah industri, pelabuhan, pemukiman, pertanian maupun kota – kota besar.

B. PASANG SURUT AIR LAUT

Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat
adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi
bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas
perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa
faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar
selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang
berlainan.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan
massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari,
gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan
pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik
gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge)
pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi,
yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang
besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan
memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena
walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya
ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu
yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka
air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di
wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama
namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua
kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam.
Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti
teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang
tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan
pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara
puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode
pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu
garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang
sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.

Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut
tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang
tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.

Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika
suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan
tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides).
Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe
campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran
dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.

Anda mungkin juga menyukai