Anda di halaman 1dari 6

DOKUMEN KERANGKA ACUAN

2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia yang mempunyai wilayah garis pantai sepanjang 80.000 km,
selain mengandung sumber daya alam yang melimpah, wilayah pesisir Indonesia
memiliki berbagai fungsi seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri
dan agroindustri, jasa lingkungan, rekreasi dan pariwisata serta kawasan
pemukiman. Kota-kota besar di Indonesia merupakan kota-kota pantai dengan
jumlah penduduk yang besar dan kegiatan perekonomian yang pesat, tetapi
seringkali lahan yang tersedia tidak mendukung pertumbuhan dan
perkembangan wilayah kota tersebut. Lahan menjadi terasa sangat sempit untuk
memenuhi kebutuhan kota untuk perkantoran, pemukiman, lokasi perindustrian,
pelabuhan dan fasilitas sosial lainnya seperti pusat perdagangan, hiburan dan
wisata.
Sebagian besar daerah kabupaten/kota di Indonesia terletak di kawasan
pesisir.Wilayah pesisir yang berada di bawah kewenangan pengelolaan daerah
seringkali mendorong Pemerintah Daerah untuk mewujudkan ruang baru sebagai
tempat untuk berbagai aktifitas.Sejak diundangkannya Undang-undang No.32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menegaskan kewenangan daerah dalam
mengelola wilayah lautnya. Hal ini disebutkan dalam pasal 18 yang menyatakan:
1) Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola
sumber daya di wilayah laut; 2) Daerah mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan
sumber daya alam di bawah dasar dan/atau di dasar laut sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; 3) Kewenangan daerah untuk mengelola
sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a.
ekplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut; b. pengaturan
administratif; c. pengaturan tata ruang; d. penegakan hukum terhadap peraturan
yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh
pemerintah; e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan f. ikut serta dalam
pertahanan kedaulatan negara. 4) Kewenangan untuk mengelola sumber daya di
wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling jauh 12 (dua belas) mil
laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan

PT. GASING SULAWESI I- 1


kepulauan untuk provinsi 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk
kabupaten/kota.
Otonomi daerah sebagaimana yang tertuang dalam ketentuan undang-
undang di atas merupakan landasan yang kuat bagi Pemerintah Daerah untuk
mengimplementasikan pembangunan wilayah laut mulai dari aspek perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian.Implikasi langsung dari ketentuan
undang-undang adalah beralihnya kewenangan dalam penentuan kebijakan
pengelolaan dan pengembangan di daerah.Dengan demikian, luas wilayah
kewenangan Pemerintah Daerah menjadi bertambah sehingga memberikan
harapan yang prospektif dan merupakan peluang bagi daerah untuk mengatur
urusannya sendiri-sendiri.Agar otonomi daerah memberikan dampak positif
terhadap pengelolaan wlayah pantai, maka perlu adanya komitmen pemerintah
daerah bersama masyarakat untuk mengelola kelautan yang berada dalam
wilayah kewenangan secara berkelanjutan.
Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya guna meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.Tersedianya sumber daya yang sifatnya terbatas baik dalam jumlah
dan kualitasnya, sedangkan kebutuhan sumber daya semakin meningkat sebagai
akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhannya. Untuk
mengantisipasi keterbatasan tersebut, maka dalam kegiatan pembangunan perlu
dimasukkan pertimbangan lingkungan. Pengelolaan sumber daya berkelanjutan
adalah pembanguan yang menjamin kesinambungan pemanfaatna sumber daya
baik pada masa kini maupun masa depan. Untuk mencapai tujuan ini, bangunan
harus direncanakan secara bijaksana, dengan keterlibatan seluruh stakeholder.
Kota Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, dalam kurung
waktu lima tahun terakhir tengah giat-giatnya memacu kegiatan pembangunan
disemua sektor termasuk pembangunan infrastruktur perkotaan dengan
melakukan pengembangan pembangunan pada wilayah pantai / laut yang
disertai kegiatan reklamasi pantai. Pengembangan kawasan ini dilengkapi dengan
segala fasilitas perkotaan yang diharapkan mampu mendukung perkembangan
Kota Makassar. Rencana kegiatan reklamasi pantai ini akan dilakukan oleh ± 16
investor untuk pengembangan kawasan pantai Makassar sepanjang ± 35 km dari
Selatan ke Utara perairan pantai Makassar.
Reklamasi pantai ini memerlukan material bangunan dan urugan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan persyaratan konstruksi yang ada.
Persyaratan utama adalah tidak termasuk tanah organik ataupun lempung
dengan plastisitas tinggi di mana indeks plastisitas, PI < 15% atau tidak masuk
dalam klasifikasi sebagai a-7-x dari persyaratan klasifikasi AASHTO atau sebagai
CH dalam sistem klasifikasi unfied, hal ini disebabkan karena penempatan
material di bawah muka air. Untuk menghindari tanah dengan sifat kembang
susut maka nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai pedoman yaitu Batas cair,
LL tidak lebih dari 35% tidak mengandung material organik, persyaratan lain
yang perlu diperhatikan adalah gradasi butiran yaitu di mana kandungan kerikil
maksimum 30%, pasir minimum 50% dan lanau-lempung maksimum 20% hal ini
penting untuk mencapai tingkat kepadatan yang optimal.
Material urugan yang dibutuhkan untuk reklamasi terdiri dari pasir, batu
dan sirtu. Salah satu sumber material urugan tersebut diperoleh dari laut, yang
dapat dijelaskan sebagi berikut:
a) Pengambilan pasir/tanah laut di laut direkomendasikan dilakukan pada
kedalaman tertentu yaitu15 - 20m dari permukaan laut;
b) Pengambilan pasir/tanah laut boleh dilakukan di daerah muara, dengan
maksud untuk mengatasi pendangkalan yang terjadi di muara dan
memperlancar alur pelayaran yang ada di muara sungai.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka salah satu investor yang akan
berperan dalam memenuhi kebutuhan material urugan untuk kegiatan
reklamasidiwilayah Kota Makassar adalah PT. Gasing Sulawesi dengan
merencanakan Kegiatan Pertambangan Pasir Laut di wilayah perairan laut
Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Berdasarkan hasil eksplorasi
yang telah dilakukan pada Tahun 2015 / 2016 menunjukkan bahwa diperairan
laut Takalar, khususnya perairan laut Galesong utara memiliki potensi pasir laut
yang cukup besar ( kurang lebih 10 juta m³ ) yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan penimbunan areal reklamasi yang ada di Kota Makassar.

Sesuai dengan peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 Tahun


2012 tentang Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL,
maka rencana kegiatan tersebut wajib memiliki AMDAL karena volume
kerukannya≥ 500.000m³. Rencana kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap sistem hidrologi dan ekologis yang lebih luas dari batas
tapak kegiatan itu sendiri, perubahan batimetri, ekosistem dan mengganggu
proses-proses alamiah di daerah perairan (sungai dan laut) termasuk
menurunnya produktifitas kawasan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap
lalu lintas pelayaran perairan.

Pendekatan studi dalam penyusunan AMDAL ini menggunakan


pendekatan studi tunggal. Hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 2012 Pasal 8 Ayat (2) yang menjelaskan bahwa pendekatan studi tunggal
dilakukan apabila pemrakarsa merencanakan untuk melakukan 1 (satu) jenis
usaha dan/atau kegiatan yang kewenangan pembinaan dan/atau
pengawasannya berada di bawah 1 (satu) kementerian, lembaga pemrintah non
kementerian, satuan kerja pemerintah provinsi, atau satuan kerja pemerintah
kabupaten/kota.

Penilaian dokumen AMDAL ini kewenangan Komisi Penilai AMDAL (KPA)


Kabupaten/Kota, dalam hal ini Kabupaten Takalar sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 Lampiran V Tentang
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Merupakan Kewenangan Komisi Penilai
Kabupaten/Kota Bidang Perhubungan No.3a Pengerukan Perairan dengan Capital
dredging, tetapi dengan keluarnya Surat edaran Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No 5.734/PKTL-PDLUK/2015 tanggal 24 Juli 2015, hal: kewenangan
penilaian dokumen AMDAL atau UKL-UPL untuk rencana usaha dan/atau kegiatan
yang berlokasi di wilayah laut dari garis pantai sampai dengan 12 mil ke arah
laut lepas dan/atau perairan kepulauan adalah kewenangan provinsi, maka
kewenangan untuk pembahasan dokumen AMDAL rencana Pertambangan Pasir
Laut diwilayah Perairan Laut Kecamatan Galesong Utara menjadi kewenangan
Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sulawesi Selatan.

1.2 Tujuan Rencana Kegiatan

Tujuan dari rencana Kegiatan Pertambangan Pasir Laut di wilayah


perairan laut Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar adalah untuk
menyiapkan material reklamasi berupa pasir laut bagi para investor yang akan
berinvestasi untuk pengembangan kawasan pantai Makassar.
Sementara manfaat dari rencana Pertambangan eksplorasi Pasir Laut
antara lain:

1. Membantu para investor dalam penyediaan materialreklamasi berupa pasir


laut dalam melakukan reklamasi untuk pengembangan kawasan pantai
Makassar.
2. Meningkatkan pelayanan masayakat melalui program pemberdayaan masyakat
melalui dana CSR dan Community Development (CD) khusunya bagi penduduk
nelayan di Desa Aeng Towa, Desa Aeng Batu-Batu, Desa Sampulungan dan
Desa Tamalate.
3. Membantu pemerintah daerah Kabupaten Takalar dalam meningkatkan PAD
dari sektor pajak atau retribusi dari pengambilan pasir laut diwilayah perairan
laut Takalar.

1.3 Pelaksanaan Studi


1.3.1 Pemrakarsa
a. Nama perusahaan : PT. Gasing Sulawesi
b. Alamat perusahaan : Jalan Timah V No. 9 Makassar
c. Telepon : 0411 – 442145
d. Fax : 0411 - 442145
e. Penanggung Jawab : Ir. Yunan Yunus Kadir
f. Jabatan : Direktur Utama
g. Alamat : Jalan Timah V No. 9 Makassar

1.3.2 Pelaksana Studi AMDAL


Penyusunan dokumen AMDAL dilakukan oleh penyusun perorangan
dan telah memiliki sertifikasi penyusun AMDAL yang ditugaskan oleh
pemrakarsa (Keputusan Pembentukan Tim terlampir). Adapun susunan
pelaksana stdudi AMDAL Kegiatan Pertambangan Pasir Laut di Wilayah
Perairan Laut Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar:

Ketua Tim Penyusun AMDAL : Prof. DR. Hazairin Zubair, M.Si (Lisensi
KTPA, Ahli Lingkungan / Kursus AMDAL
Penyusun dan Penilai)
Anggota Tim Penyusun : Dr. Agus Bintara Birawida, M.Kes (Lisiensi
AMDAL ATPA, Ahli Kesehatan Masyarakat dan
Kesehatan Lingkungan)
: Ir. Muhammad Nuhung ((Lisiensi ATPA, Ahli
Sosial Ekonomi dan Budaya / Kursus
AMDAL Penyusun dan Penilai)
: M. Reski Bages, ST (Lisensi ATPA, Ahli
Transportasi / Kursus AMDAL Penyusun)
Tenaga Ahli : Ir. FX. Djoehartono, MS (Ahli Geologi &
Fisiografi dan Kursus AMDAL Penyusun)
: Dr. Maming, M.Si (Ahli Kualitas Air dan
Udara / Kursus AMDAL Penyusun dan
Penilai)
: I wayan Sudiyanto, SP, M.Si (Ahli GIS dan
Tataruang / Kursus AMDAL Penyusun)
: Ir. Daud Thana, M.Si (Ahli Perikanan dan
Kelautan / Kursus AMDAL Penyusun dan
Penilai)
: Andi Galsan Mahie, S.Si,M.Si (Ahli
Oceonografi)
Asisten Ahli : Aswin Renaldy, S.KM. (Asisten Ahli / Kursus
AMDAL Penyusun)
: Hamzah, S.Pi,M.Si (Asisten Ahli / Kursus
AMDAL Penyusun )

Anda mungkin juga menyukai