I. LATAR BELAKANG
Ekosistem di bumi terdiri atas ekosistem darat dan ekosistem laut. Ekosistem laut memiliki potensi
yang dapat bermanfaat bagi manusia. Laut juga adalah habitat bagi banyak ekosistem yang juga
berperan dalam keseimbangan ekosistem. Ekosistem yang tidak seimbang, berdampak pada
kelangsungan hidup makhluk yang tinggal di bumi. Untuk itu, diperlukan menjaga keseimbangan
ekosistem, mulai dari daratan hingga lautan. Menjaga keseimbangan ekosistem di daratan dapat
dimulai dari daerah sempadan pantai, karena pantai merupakan batas atau pertemuan antara
daratan dan perairan laut. Kondisi umum sempadan pantai, khususnya di Indonesia mengalami
penurunan (degradasi) kualitas, baik ekosistem maupun kawasan daratan pantai baik akibat
fenomena alam, seperti abrasi, maupun akibat ulah manusia, misalnya aktifitas pembangunan
pada kawasan sempadan pantai yang tidak sesuai dengan aturan maupun kaidah pembangunan
ramah lingkungan. Kondisi tersebut berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan/ekosistem
pantai dan menurunkan minat masyarakat terhadap daya tarik wisata pantai sebagai destinasi
wisata.
Oleh karena itu pemanfaatan kawasan sempadan pantai perlu dilakukan secara berhati-hati karena
akan berpengaruh pada kualitas ekosistem laut dan ekosistem daratan. Sempadan pantai adalah
daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi pengamanan dan pelestarian pantai. Aspek
pengamanan kawasan sempadan pantai berfungsi untuk mencegah terjadinya bahaya bencana
alam, misal erosi atau abrasi pantai, perlindungan sumber daya buatan di pesisir pantai dari
potens/resiko bencana alam dll. Aspek pelestarian pantai merupakan upaya melindungi pantai dari
kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak lungsi dan ekosistem pantai.
Aturan mengenai pemanfaatan sempadan pantai saat ini sudah cukup banyak. Menurut Perpres RI
No.5 Tahun 2016 Ps.1 (2) Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai, yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dan titik
pasang tertinggi kearah darat. Penentuan sempadan pantai perlu mempertimbangkan karakteristik
kondisi geografis setempat, antara lain karakterisitk topografi, biofisik, hidro – oseanografi pesisir,
kebutuhan ekonomi dan budaya serta ketentuan – ketentuan yang berlaku di wilayah
pesisir/sempadan pantai.
Penetapan batas sempadan pantai sebagaimana dijelaskan dalam Perpres No 51 Tahun 2016
Tetang Batas Sempadan Pantaidalam Pasal 2 dan Pasal 3 dilakukan dengan tujuan untuk
melindungi dan menjaga:
Aturan lain menyatakan bahwa sempadan pantai merupakan bagian dari kawasan lindung,
sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung pada Ps. 1 ayat 6, yaitu sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan
yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Fungsi utama kawasan semapadan pantai itu sendiri
adalah sebagai wadah/ruang plasma nutfah dan merupakan “benteng” wilayah daratan dari
pengaruh negatif dinamika laut. Selain fungsi perlindungan dan pelestarian, sempadan pantai
merupakan ruang publik yang dapat diakses oleh masyarakat yang diperuntukkan sebagai
ruang/wadah interaksi dan aktifitas berwisata (menikmati objek alam dan/atau atraksi berbasis
wilayah pantai setempat). Wilayah yang merupakan bagian dari daratan pantai diluar wilayah
sempadan pantai(pesisir pantai) dapat dimafaatkan untuk tempat berlangsungnya berbagai macam
kegiatan perekonomian, misal sarana penunjang pariwisata seperti hotel, restoran, dsb. atau
aktifitas ekonomi berbasis perikanan (minapolitan).
Gambar I-1 Ilustrasi Wilayah Sempadan dan Daratan Pantai Serta Arahan Acuan
Pemanfaatannya
Pantai Santolo yang terdapat di area zona wisata Garut Selatan, tepatnya SKW (Satuan Kawasan
Wisata) Pameungpeuk berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Garut
tahun 2001-2010, memiliki daerah pesisir yang membentuk ekosistem (coastal landscape) yang
sangat indah dan berpotensi untuk kegiatan wisata. Walaupun gelombang laut yang cukup besar
dan tersebarnya terumbu karang, wisatawan masih tetap dapat menikmati berbagai kegiatan
diantaranya adalah berperahu, memancing, bermain di pasir, melihat aktivitas nelayan, serta
menikmati proses pelelangan dan pengolahan ikan. Beberapa daya tarik sosial yang dimiliki oleh
pantai ini adalah bagaimana kegiatan penduduk saat mengambil rumput laut dan bagaimana
penduduk lokal memproduksi kertas secara tradisional. Selain itu, terdapat daya tarik wisata
buatan yang telah berkembang di Pantai Santolo, yaitu adanya perlombaan motor cross dan wisata
ilmiah LAPAN.
Salah satu upaya untuk melindungi wilayah pantai adalah dengan pengaturan sempadan pantai.
Ruang lingkup pengaturan sempadan pantai yang dikelola oleh pemerintah daerah meliputi
Kegiatan pemanfaatan wilayah pantai wajib mengacu pada aturan maupun kebijakan yang berlaku.
Sinkronisasi aturan - aturan wilayah pantai dan sinergi terhadap potensi dan kearifan lokal wilayah
pesisir atau wilayah pantai perlu mendasari setiap kegiatan penataan sempadan pantai. Untuk itu,
tahun 2018, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat akan melaksanakan kegiatan pengaturan
sempadan pantai, dalam hal ini adalah penataan kawasan sempadan Pantai Santolo di Kabupaten
Garut. Kegiatan penataan sempadan pantai sangat diperlukan untuk menjamin fungsi pantai
secara umum, dan khususnya sempadan pantai agar tercapai kondisi yang ideal dari sisi
lingkungan, sosial dan ekonomi.
Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan pengaturan sempadan Pantai Santolo di Kabupaten
Garut melalui perencanaan penataan sempadan pantai. Tujuannya adalah tersedianya dokumen
perencanaan pelaksanaan penataan sempadan Pantai Santolo yang mengacu pada berbagai
rencana dan peraturan terkait, agar daerah sempadan Pantai Santolo dapat memberi manfaat dan
tetap terjaga serta terpelihara.
III. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Pengaturan Sempadan Pantai Santolo Kabupaten Garut adalah sebagai
berikut:
a. Teridentifikasinya dan tersinkronkannya berbagai produk hukum dan perencanaan baik dari
tingkat nasional dan kabupaten yang menjadi dasar hukum penataan sempadan Pantai
Santolo.
b. Terbentuknya kriteria perencanaan kawasan sempadan pantai yang didasarkan pada ulasan
peraturan-peraturan terkait kawasan sempadan pantai.
c. Tersedianya dokumen perencanaan penataan daerah sempadan Pantai Santolo sesuai kaidah
peraturan dan perundangan yang berlaku.
d. Tersusunnya perencanaan wisata yang memperhatikan fungsi ekologis sempadan pantai,
antara lain menyangkut:
- Penguatan daya tarik wisata pantai melalui penataan elemen alami dan elemen buatan
- Penguatan sistem ekologis pantai melalui tata tanaman dengan tanaman khas pantai yang
meningkatkan kestabilan lahan sempadan pantai
- Perancangan aksesibilitas, sirkulasi, dan parkir
IX. METODOLOGI
a. Persiapan
Tahapan perumusan tujuan, program, dan informasi tentang berbagai keinginan dan
harapan Pengguna Jasa dalam pekerjaan Pengaturan Sempadan Pantai Santolo.
b. Inventarisasi
Proses pengumpulan data sekunder terkait dengan peraturan-peraturan pemerintah
mengenai penataan kawasan sempadan pantai, serta keselarasannya dengan
perencanaan di bidang-bidang terkait, seperti sumber daya air, lingkungan hidup,
pariwisata, dan teknologi (karena ada LAPAN).
Proses pengumpulan segala data primer yang ada dan diperlukan mengenai tapak yang
yang akan didisain, baik berupa data fisik (dimensi, topografi, klimatologi, view, akses,
dan Iain-lain), sosial budaya dan fungsional (aktivitas dan fungsi).
a. Juru Ukur
Kualifikasi pendidikan minimal SMK/D1/D3, sebanyak 1 (satu) orang.
b. Juru Gambar Pengukuran
Kualifikasi pendidikan minimal SMK/D1/D3, sebanyak 1 (satu) orang.
a. Studi literatur dari berbagai peraturan perundangan, dokumen atau hasil studi terdahulu yang
berkaitan dengan penataan sempadan pantai, data dari instansi terkait, dan pengumpulan
data sekunder lainnya yang diperlukan.
b. Pengumpulan data dan informasi lapangan, membuat interpretasi secara garis besar terhadap
kerangka acuan kerja, program kerja perencanaan, konsep perencanaan, sketsa gagasan,
dan konsultasi dengan pemerintah daerah setempat mengenai peraturan daerah.
XIII. KELUARAN
Proses perencanaan ini akan menghasilkan produk yang meliputi Laporan RMK, Laporan
Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir, Gambar Desain Lanskap, Dokumen Gambar Kerja,
dan gambar 3D. Keluaran yang dihasilkan di dalam kegiatan Pengaturan Sempadan Pantai
Santolo Kabupaten Garut adalah sebagai berikut :
Laporan harus diterbitkan sebanyak 3 (tiga) buku laporan dalam bentuk HVS 80 gram A4
(softcover).
Laporan harus diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan dalam bentuk HVS 80 gram A4
(hardcover).
e. Rangkuman Eksekutif
Penjelasan ringkas tentang konsep-konsep, serta gambar-gambar dan teks yang menjelaskan
Penataan Pantai Santolo. Laporan harus diterbitkan sebanyak 3 (tiga) set laporan dalam
bentuk Art Paper A4 (softcover).
XIV. PENUTUP
Kerangka acuan kerja ini dipergunakan sebagai bagian dari Dokumen Pangadaan Jasa
Konsultansi untuk Pekerjaan Pengaturan Sempadan Pantai Santolo pada Kegiatan Pengaturan
Sempadan di Jawa Barat pada Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.
10 | P e n g a t u r a n S e m p a d a n P a n t a i S a n t o l o K a b u p a t e n G a r u t