Untuk Potensi, Masalah dan Prospek Wilayah dapat dilihat pada tabel dibawah :
1. Konflik pemanfaatan ruang pesisir yang telah terjadi adalah antara kepentingan
perikanan dan pariwisata dan berpeluang terjadi dengan kepentingan industri,
perdagangan dan tradisi.
2. rendahnya tingkat pendidikan baik formal maupun non-formal. Penyebab dari
masalah ini adalah kemiskinan dan kurangnya sarana prasarana pendidikan dan
tenaga guru baik kuantitas maupun penyebarannya
3. Keberadaan PPI Sangat belum dapat menarik para nelayan untuk mendaratkan
ikannya disana karena Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada belum beroperasi secara
maksimal. Armada penangkapan ikan di Kabupaten Lumajang masih didominasi
armada yang bersifat tradisional seperti jukung tanpa motor atau perahu dengan
motor tempel dengan bobot yang berkisar antara 0 – 5 GT
4. lemahnya peranan kelembagaan ekonomi dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir
dan terbatasnya akses masyarakat pesisir terhadap faktor – faktor produksi, sehingga
aktifitas yang berhubungan dengan ekonomi kerakyatan tidak berjalan seperti yang
diharapkan
5. kurang tersedianya sarana dan prasarana baik untuk peningkatan produksi maupun
untuk pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Hasil – hasil perikanan sebagian
besar masih dipasarkan dalam keadaan segar sehingga kurang memberikan nilai tambah
secara ekonomi
6. Potensi wisata bahari di Kabupaten Lumajang sebenarnya dapat dikembangkan
secara lebih optimal terutama untuk keindahan terumbu karang dan ikan hias laut
7. Sebagian besar hasil – hasil pertanian langsung masuk ke pasar tanpa melalui proses
pengolahan sehingga belum memberikan nilai tambah dan membuka lapangan
pekerjaan. Selain itu, lahan pertanian juga mengalami tekanan alih fungsi lahan
menjadi pemanfaatan lahan non pertanian
8. Kondisi geografis wilayah pesisir yang berelevasi rendah menjadikan kawasan pesisir
sebagai tempat terakumulasinya segala macam limbah yang dibawa aliran air, baik
limbah cair maupun limpah padat. Khusus untuk sampah rumah tangga, di kawasan
dekat permukiman akumulasi sampah sangat terlihat. Penyebab utama terjadinya
pencemaran di wilayah pesisir adalah kurangnya kesadaran masyarakat baik itu
pelaku industri, masyarakat awam dan pengelola kegiatan di pesisir untuk mengolah
limbahnya terlebih dahulu sebelum di buang di perairan pesisir
Konsep Pengembangan Pariwisata
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan konsep ekowisata yakni :
Konsep Penataan Sekitar Lokasi Tambang Dengan Penggunaan Konsep Green Belt Di
Sekitar Lokasi Tambang. Pelaksanaan program green belt tersebut didasarkan pada
memberdayakan masyarakat sekitar dengan meningkatkan aspek sosial, ekonomi, teknis dan
sumber daya manusia. Lokasi green belt berada di sekitar lokasi pabrik dan lokasi
penambangan membentuk lingkaran sabuk hujau dengan tanaman penghijauan dan pertanian.
• Secara alami, seperti penanaman green belt (hutan pantai atau mangrove), penguatan
gumuk pasir dengan vegetasi dan lain-lain.
• Secara buatan, seperti pembangunan dinding penahan gelombang, pembangunan groin
dan lain-lain.
• Pembuatan peta potensi bencana banjir, peta tingkat kerentanan dan peta
tingkat ketahanan ,
• Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala lokal serta mikrozonasi sistem
drainaseperkotaan dan sistem pengelolaan sampah.
• Kebijakan tentang penerapan batas sempadan sungai,
• Membuat pedoman konstruksi bangunan baru yang tahan gempa khusus untuk
nonengineered buildings yang sesuai untuk wilayah pesisir pantai dengan
penyajian yang sederhana, praktis, informatif dan mudah diikuti,
• Membuat pedoman cara pengkuatan dan retrofitting bangunan yang sudah ada agar
tahan gempa khusus untuk non-engineered buildings yang sesuai untuk wilayah pesisir
pantai,
• Menyelenggarakan penyuluhan pada masyarakat dan petugas terkait secara intensif
dapat berkesinambungan mengenai butir 2 dan 3 serta mengakrabkan masyarakat
Kelebihan
1. Pada sub Bab Potensi kawasan sudah baik dalam menjelaskan hasil olah dari gambaran
umum yang dikonversi kedalam potensi WP3K. Potensi dalam WP3K Lumajang sudah
dibagi menjadi potensi sumber daya hayati dan non hayati. Hal yang perlu diperbaiki ialah
belum adanya bukti dan terkesan hanya deskripsi saja, maka perlu di tambahkan bukti
dapat berupa visualisasi ataupun peta
2. Pada sub Bab Isu dan Permasalahan WP3K Lumajang juga sudah dijelaskan dengan baik.
Karena sudah dijelaskan secara detail dan disertakan bukti bukti seperti tidak optimalnya
PPI yanga ada. Yang perlu diperbaiki ialah penyebab masalah WP3K Lumajang itu terjadi
akan lebih baik jika diidentifikasi juga
Kelemahan
1. Pada Sub Bab Konsep Pengembangan banyak yang perlu di perbaiki karena konsep
pengembangan setiap zona di WP3K Lumajang ini masih terkesan generatif dan belum
ada yang langsung fokus pada WP3K Lumajang.
Rencana Strategis
Perikanan Tangkap
1 Pengembangan TPI Tempursari, - APBN, APBD BAPPEDA, 3 tahun
yang diawali dengan Pasirian & Swasta Diskanla Prov.
studi kelayakan dan Kalsel, Dislutkan
DED Tanbu
2 Perampungan sarana Tempursari, - APBN, APBD Dinas Kelautan 2 tahun
prasarana pendukung Pasirian & Swasta dan Perikanan
TPI
3 Program Semua desa Kapal APBN, APBD Dinas Kelautan 5 tahun
Pengembangan pesisir Penangka & Swasta dan Perikanan
Perikanan Tangkap pan >10
yang diawali studi GT
kelayakan
5 Program Pengaturan Perairan laut - APBN, APBD Dinas Kelautan 1 tahun
aktivitas perikanan Lumajang & Swasta dan Perikanan
tangkap
5 Program Semua desa - APBN & APBD Dinas Kelautan 4 tahun
pemberdayaan pesisir dan Perikanan
masyarakat dalam
pengawasan dan
pengendalian
sumberdaya kelautan
6 Pembangunan SPBU - APBN, APBD BAPPEDA, Dinas 5 tahun
dan penambahan SPBK & Swasta Kelautan dan
Nelayan Perikanan
Permukiman
1 Penataan dan - APBN, APBD Dinas Kelautan 5 tahun
pengembangan & Swasta dan Perikanan
kawasan pemukiman & PU
nelayan yang diawali
studi kelayakan
2 Pengembangan jalan Seluruh kawasan - APBN, APBD BAPPEDA, Dinas 5 tahun
dan infrastruktur dasar pesisir sesuai & Swasta PU & Dishub
lainnya di kawasan dengan struktur
pesisir yang diawali ruang
studi kelayakan dan
DED
3 Pembangunan Dermaga Semua desa - APBN, APBD BAPPEDA, Dinas 4 tahun
Tambatan Kapal pesisir & Swasta PU &, Dinas
Nelayan Kelautan dan
Perikanan
Industri
1 Kajian Kelayakan - APBN, APBD Disperindagkop 5 tahun
Pengembangan Industri & Swasta & UKM, Dinas
Bengkel/Docking Kapal PU, Dinas
Kelautan dan
Perikanan
2 Pengembangan sentra - APBN, APBD Dinas Kelautan 5 tahun
industri pengolahan & Swasta dan Perikanan
hasil perikanan &
Disperindagkop
& UKM
3 Program Peningkatan - APBN, APBD Dinas Kelautan 4 tahun
Kapasitas Masyarakat & Swasta dan Perikanan,
untuk Optimalisasi Disperindagkop
Pengolahan dan & UKM, Badan
Pemasaran Produksi Pelaksana
Perikanan Penyuluhan
4 Program Peningkatan - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Daya Saing Produk & Swasta dan Perikanan ,
Perikanan Disperindagkop
& UKM
5 Program - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Pengembangan Industri & Swasta dan Perikanan,
Kecil dan Menengah Disperindagkop
& UKM
6 Program - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Pengembangan & Swasta dan Perikanan ,
Kewirausahaan dan Disperindagkop
Keunggulan Kompetitif & UKM
Usaha Kecil Menengah
7 Program Peningkatan - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Kualitas Kelembagaan & Swasta dan Perikanan,
Koperasi Disperindagkop
& UKM
8 Program - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Pengembangan Sentra- & Swasta dan Perikanan ,
sentra Industri Disperindagkop
Potensial & UKM
10 Program Penataan - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Struktur Industri & Swasta dan Perikanan,
Disperindagkop
& UKM
11 Program Peningkatan - APBN, APBD Dislutkan, 3 tahun
Kemampuan Teknologi & Swasta Disperindagkop
Industri & UKM, Badan
Pelaksana
Penyuluhan
12 Program Semua desa - APBN, APBD Dinas Kelautan 5 tahun
Pemberdayaan pesisir & Swasta dan Perikanan ,
Ekonomi Masyarakat Disperindagkop
Pesisir & UKM
13 Program Peningkatan Semua desa - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Peran Perempuan di pesisir & Swasta dan Perikanan,
Pesisir Disperindagkop
& UKM
Pariwisata
16 Pengembangan Seluruh - APBN, APBD Dinas Kelautan 10 tahun
pariwisata pesisir yang Pariwisata Pantai & Swasta dan perikanan,
diawali studi kelayakan Dinas Pariwisata
17 Program Seluruh - APBN, APBD Dinas Kelautan 10 tahun
Pengembangan Pariwisata Pantai & Swasta dan perikanan,
Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata
Pesisir
18 Program Seluruh - APBN, APBD Dinas Kelautan 10 tahun
Pengembangan Pariwisata Pantai & Swasta dan perikanan,
Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata
Pesisir
Kelemahan
1. Pada Sub Bab Rencana Pola Ruang Konservasi sudah baik dalam menampilkan visualisasi berupa
peta. Akan tetapi belum ada narasi yang mendekripsikan informasi didalamnya. Maka hal yang
perlu ditambahkan ialah peta rencana konservasi tersebut perlu ditambakan narasi penjelasan.
2. Pada Sub Bab Indikasi Program perlu banyak diperbaiki karena indikasi yang dipaparkan dalam
tabulasi terkesan masih verbal, belum mampu fokus pada setiap bidangnya. Contohnya pada zona
pariwisata indikasi programnya ialah pengembangan pariwisata pesisir yang diawali studi
kelayakan. Seharunsya program tersebut perlu didasarkan studi kelayakan seperti apa yang harus
di kembangkan.
Kriteria Peruntukan Kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil
Perikanan perikanan dan tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
Kegiatan yang diperbolehkan Pengembangan infrastruktur budidaya perikanan
Permukiman perdesaan
Rekreasi yang berkaitan dengan perikanan
Kegiatan yang tidak Kegiatan industri polutif
diperbolehkan
Kegiatan pertambangan
Permukiman perkotaan
Zona Permukiman
Kawasan permukiman yang Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi,
ditetapkan dalam RTRW dan abrasi).
Kabupaten/Kota
Khusus untuk daerah rawan bencana gempa, maka struktur
bangunannya perlu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
Tidak berada pada wilayah sempadan pantai
Kelerengan 0 -25 %
Orientasi horizontal garis pantai : > 60 °
Kemiringan dasar perairan pantai : terjal – sedang
Kemiringan dataran pantai : bergelombang – berbukit.
Tekstur dasar perairan pantai : kerikil – pasir
Kekuatan tanah dataran pantai : tinggi
Tinggi ombak signifikan : kecil
Fluktuasi pasang surut dan arus laut : lemah
Prasarana air bersih : Pengambilan air baku diutamakan dari air permukaan;
Kebutuhan air rata-rata 100 lt/org/hari;
Kapasitas minimum sambungan rumah 60 liter/orang/hari, dan
sambungan kran umum 30 liter/orang/hari.
Drainase Koefisien pengaliran air permukaan tidak lebih dari 25%;
Pada lereng/tanah yang peka terhadap erosi harus ada rekayasa
teknis sehingga kekeruhan drainase tidak mencapai 50 ppm Si.O2;
Pengolahan sampah Secara umum mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI)
03- 3241-1994 & SNI 19-2454-2002
Persyaratan bangunan Kepadatan bangunan maksimal 50 rumah/Ha
Ketinggian bangunan maksimum 2 lantai.
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maks 40 % dan Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) 0,8.
Tinggi lantai dasar suatu bangunan diperkenankan mencapai 1,20
m di atas tinggi rata-rata tanah pekarangan atau tinggi rata-rata
jalan, dengan memperhatikan keserasian lingkungan
Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya 3 m
Zona Industri
Jenis Industri industri kimia dasar (ammonia, semen, clinker, kaca, pulp dan
kertas, industri organik dan anorganik), industri mesin dan logam
dasar (besi baja, aluminimum, tembaga, timah, kereta api, pesawat
terbang, kapal, alat-alat berat lainnya).
industri aneka pangan, industri aneka tekstil dan kimia, industri
aneka alat listrik dan logam, industri aneka bahan bangunan dan
umum
Kriteria ruang Memiliki akses yang tinggi dengan jaringan jalan regional atau
sekitar jalan regional untuk menampung angkutan berat (klasifikasi
Jalan Kelas A • 10.000 ton);
Di luar wilayah permukiman penduduk/permukiman perkotaan
dan hutan lindung minimal jarak 3 – 20 km dengan batas yang jelas,
dapat dipisahkan oleh hutan dan atau perkebunan
Kriteria Menurut RTRW Kelerengan 0 – 8 %;
Bebas genangan dan dekat dengan sumber air;
Tidak berada pada daerah rawan bencana longsor;
Area cukup luas minimal 10 Ha;
Karakter tanah bertekstur sedang sampai kasar;
Penggunaan lahan Lahan untuk industri 70 %
Lahan untuk jaringan jalan 10 %
Lahan untuk jaringan utilitas 5 %
Lahan untuk fasilitas umum 5 %
Lahan untuk ruang terbuka hijau 10 %
Zona Pariwisata
Kriteria RTRW Mempunyai kemiringan tanah yang
memungkinkan dibangun tanpa membe-rikan
dampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan
Mempunyai struktur tanah yang stabil
Kawasan Budidaya
Kegiatan Budidaya/Produksi
KEB PLK PLB KSP
1. a. Perkebunan Besar FU TB TB TB
b. Perkebunan Rakyat FU BL BL BLB
2. Pertanian Lahan Kering BL FU BLB BLB
3. Pertanian Lahan Basah BL BL FU BLB
4. Permukiman Semi Perkotaan TB BL BLB FU
5. Permukiman Perdesaan BL BL FU
6. Pariwisata BL BL BL BL
7. Peternakan BL BL BL BLB
8. a. Pertanian Perairan Darat BL BL BL BL
b. Perikanan Budidaya BL BL BL BL
9. Perindustrian BLB BL BL BL
Proses Pelengkapan T
Pemeriksaan Perubahan
terhadap RZWP-3-K
dan RZRKP-3-K
Pemeriksaan Terhadap
Visi & Misi REZONING
Pembangunan Kota
SPOTZONING
Penilaian Teknis
PELAKSANAAN DENGAR
Planologi dan Sosial
PENDAPAT (Public Hearing)
Ekonomi Penambahan
Intensitas >10%
DIIJINKAN T Penambahan
Perumusan Rekomendasi Pengambilan Keputusan BERUBAH DITOLAK Intensitas >10%
(?) Perubahan Teknis
Lainnya
Y
SETUJU Perumusan
Evaluasi Bersyarat Penambahan Rekomendasi
DENGAN SYARAT Tidak Bersyarat
Syarat Sarana&Prsarana
(?)
SETUJU Y Y DIIJINKAN
SYARAT BARU Penentuan Besarnya BERUBAH
(?) Retribusi (?)
T T
Penengaan Retribusi
DITOLAK
SETUJU
SETUJU T T
Evaluasi DENGAN
DITOLAK TARIF BARU
Tarif BESARNYA TARIF
(?)
(?)
Y
Pembayaran Retribusi
Pengesahan Permohonan
Penerbitan IMB
Ketentuan pemberian disinsentif disusun Rencana struktur ruang dan rencana pola
berdasarkan ruang WP3K kabupaten;
Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan
kawasan/zona/subzone kabupaten;
Kriteria pemberian akreditasi dan
Peraturan perundang-undangan sektor
terkait lainnya
diberikan dalam bentuk (untuk pemerintah Pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau
daerah lain)
Pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana.
diberikan dalam bentuk (untuk masyrakat umum) pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;
pemberian persyaratan khusus dalam proses
perizinan; dan/atau
pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana infrastruktur.
Kelemahan
1. Pada sub bab Ketentuan Kawasan Pemanfaatan Umum sudah bagus dalam menjelaskan
hasil sintesa ketentuan pada setiap rencana sektoral ataupun spasial yang ada baik itu
RDTRK ataupun RTRW Lumajang. Akan tetapi ketentuan yang berasal dari kajian RZWP3K
belum terlalu terlihat sehingga terkesan ke daratanya
2. Pada Sub Bab Perizinan Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan
Kawasan/Zona/Subzona Lingkup Wilayah belum mampu menjelaskan alur pengendalian
dengan alat pengendalian yang ada. Terkesan bahwa mekanisme perizinan, insetif
disinsentif dan pemberian sanksi belum fokus pada perairannya masih terkesan
mengarah pada pemanfaatan daratannya.