Anda di halaman 1dari 20

RNGKASAN BAB V FAKTA ANALISIS RZWP3K KABUPATEN LUMAJANG

Untuk Potensi, Masalah dan Prospek Wilayah dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel Potensi, Masalah dan Prospek Wilayah Pesisir Lumajang

Indikator Potensi Masalah Prospek


diarahkan pada budidaya air tawar, Kurangnya ketrampilan masyarakat Prospek pengembangan
tambak, perikanan umum, kolam, dalam melakukan budidaya ikan air perikanan darat lebih terbuka
Kawasan
ranu dan penangkapan di laut tawar, dan nelayan lokal memiliki daripada penangkapan ikan di
Peruntukan
karena memeiliki banyak danau atau keterbatasan dalam spesifikasi kapal dan laut yang masih memiliki
Perikanan
ranu alat tangkap yang masih tradisional, harga banyak kendala
bahan bakar solar yang naik
Potensi adanyan industry : supit Kelemahan industri kecil adalah masih Pengembangan industri
bamboo, kayu olahan, kerajinan tergantung kepada modal sehingga rentan berbasis bahan baku lokal
Kawasan
perak, keripik pisangm gula kelapa, untuk meredup apabila kekurangan khususnya dari hasil pertanian
Peruntukan
pande besi, batik, anyaman bambu modal yang melimpah dan sumber
Industri
dan konveksi daya manusia dalam jumlah
yang banyak.
Adanya beragam jenis pariwisata Kegiatan pariwisata di Kabupaten Adanya pembangunan Jalur
Kawasan antara lain : wisata gunung, wisata Lumajang masih kurang menarik Lintas Selatan (JLS) dapat
Peruntukan telaga, wisata goa, wisata air terjun, wisatawan, pengelolaan beberapa obyek mengembangkan sektor
Pariwisata wisata pemandian dan renang, terkesan apa adanya, pariwisata di kawasan selatan
wisata desa adat dan wisata religious khususnya wisata panta
Terdapat bahan tambang berupa Pengembangan pertambangan banyak Sektor pertambangan bukan
Kawasan pasir besi, pasir ayak dan pasir urug yang dilakukan secara tradisional, dikembangkan untuk kawasan
Peruntukan yang tersebar di wilayah lumajang banyaknya potensi potensi pertambangan namun untuk
Pertambangan pertambangan yang belum diketahui pengembangan budidaya
nilai ekonomisnya pertambangan
ISU DAN PERMASALAHAN

Berikut adapun isu dan permasalahan dipesisir kabupaten lumajang :

1. Konflik pemanfaatan ruang pesisir yang telah terjadi adalah antara kepentingan
perikanan dan pariwisata dan berpeluang terjadi dengan kepentingan industri,
perdagangan dan tradisi.
2. rendahnya tingkat pendidikan baik formal maupun non-formal. Penyebab dari
masalah ini adalah kemiskinan dan kurangnya sarana prasarana pendidikan dan
tenaga guru baik kuantitas maupun penyebarannya
3. Keberadaan PPI Sangat belum dapat menarik para nelayan untuk mendaratkan
ikannya disana karena Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada belum beroperasi secara
maksimal. Armada penangkapan ikan di Kabupaten Lumajang masih didominasi
armada yang bersifat tradisional seperti jukung tanpa motor atau perahu dengan
motor tempel dengan bobot yang berkisar antara 0 – 5 GT
4. lemahnya peranan kelembagaan ekonomi dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir
dan terbatasnya akses masyarakat pesisir terhadap faktor – faktor produksi, sehingga
aktifitas yang berhubungan dengan ekonomi kerakyatan tidak berjalan seperti yang
diharapkan
5. kurang tersedianya sarana dan prasarana baik untuk peningkatan produksi maupun
untuk pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Hasil – hasil perikanan sebagian
besar masih dipasarkan dalam keadaan segar sehingga kurang memberikan nilai tambah
secara ekonomi
6. Potensi wisata bahari di Kabupaten Lumajang sebenarnya dapat dikembangkan
secara lebih optimal terutama untuk keindahan terumbu karang dan ikan hias laut
7. Sebagian besar hasil – hasil pertanian langsung masuk ke pasar tanpa melalui proses
pengolahan sehingga belum memberikan nilai tambah dan membuka lapangan
pekerjaan. Selain itu, lahan pertanian juga mengalami tekanan alih fungsi lahan
menjadi pemanfaatan lahan non pertanian
8. Kondisi geografis wilayah pesisir yang berelevasi rendah menjadikan kawasan pesisir
sebagai tempat terakumulasinya segala macam limbah yang dibawa aliran air, baik
limbah cair maupun limpah padat. Khusus untuk sampah rumah tangga, di kawasan
dekat permukiman akumulasi sampah sangat terlihat. Penyebab utama terjadinya
pencemaran di wilayah pesisir adalah kurangnya kesadaran masyarakat baik itu
pelaku industri, masyarakat awam dan pengelola kegiatan di pesisir untuk mengolah
limbahnya terlebih dahulu sebelum di buang di perairan pesisir
Konsep Pengembangan Pariwisata

Tabel Lokasi Pariwisata Pantai Kabupaten Lumajang

Lokasi Jarak dari Ibukota Kabupaten


Pantai Bambang 20 KM
Pantai Watu Kecak 18 KM
Pantai Dampar 25 KM
Pantai Bulurejo (PPI Bulurejo) 80 KM
Pantai Watu Godheg 75 KM
Pantai Meleman 28 KM

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan konsep ekowisata yakni :

1. Penyusunan zonasi lahan pengembangan kawasan pantai


2. Penyediaan sarana prasarana yang lebih memadai yang didukung dengan rencana:
3. Penyediaan lahan khusus bagi area perparkiran yang berada di luar kawasan pantai
berpasirnya.
4. Penyediaan sarana MCK di kawasan yang lebih memadai dan jaringannya disediakan
secara memadai.
5. Penyediaan sarana SAR yang lebih memadai. Sarana yang perlu ditekankan dalam hal ini
6. yakni dengan memberikan titik-titik daerah yang terlarang untuk dikunjungi oleh
wisatawan.
7. Penyediaan sarana akomodasi yang tertata di kawasan tertentu yang tidak
menganggu fungsi ekologis kawasan.
8. Penyediaan sarana wisata gardu pandang di atas pantai berbatu.
9. Penataan kawasan Pantai berdasarkan potensi ekosistem. Penataan ini juga perlu
dilakukan untuk memperbaiki kondisi kawasan pantai yang ada saat ini.
10. Pelibatan aktif masyarakat lokal dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata.
11. Perlunya kerjasama antara berbagai pihak dalam manajemen kawasan pantai.
Denganpoint value change berada pada peran serta masyarakat lokal
12. Dalam melakukan pengembangan ekowisata pantai juga harus memperhatikan
aspekmitigasi kawasan pantai ini karena adanya sifat rentan bencana pada kawasan
pantai ini.

Konsep Pengembangan Pertambangan

Konsep Penataan Sekitar Lokasi Tambang Dengan Penggunaan Konsep Green Belt Di
Sekitar Lokasi Tambang. Pelaksanaan program green belt tersebut didasarkan pada
memberdayakan masyarakat sekitar dengan meningkatkan aspek sosial, ekonomi, teknis dan
sumber daya manusia. Lokasi green belt berada di sekitar lokasi pabrik dan lokasi
penambangan membentuk lingkaran sabuk hujau dengan tanaman penghijauan dan pertanian.

Konsep Mitigasi Bencana

Mitigasi Bencana Erosi Pantai

Upaya mitigasi struktural bencana erosi pantai yaitu :

• Secara alami, seperti penanaman green belt (hutan pantai atau mangrove), penguatan
gumuk pasir dengan vegetasi dan lain-lain.
• Secara buatan, seperti pembangunan dinding penahan gelombang, pembangunan groin
dan lain-lain.

Upaya mitigasi non struktural bencana erosi pantai yaitu :

• Peraturan perundangan yang mengatur tentang bencana alam,


• Pembuatan standarisasi dan metoda perlindungan pantai,
• Penyusunan sempadan garis pantai,
• Pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Erosi Pantai

Mitigasi Bencana Tsunami

Upaya mitigasi struktural bencana tsunami yaitu :

• penanaman green belt (huran pantai atau mangrove),


• Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai
• memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah tekni
bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana

Upaya mitigasi non struktural bencana tsunami yaitu :

• Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala lokal,


• Pembuatan peta potensi bencana tsunami
• Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
• Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami, dan
• Pengembangan sistem peringatan dini adanya bahaya tsunami.

Mitigasi Bencana Banjir

Upaya mitigasi struktural bencana banjir yaitu :


• Pembangunan kanal-kanal untuk menurunkan ketinggian air di daerah aliran sungai
dengan menambah dan mengalihkan arah aliran sungai sekaligus untuk irigasi,
• Membangun river side conservation area di daerah tengah dan hulu, bertujuan
untuk menahan air tidak segera menuju muara,
• Pembangunan poulder, bertujuan untuk mengumpulkan dan memindahkan air dari
tempat yang mempunyai elevasi lebih tinggi dengan menggunakan pompa

Upaya mitigasi non struktural bencana banjir yaitu :

• Pembuatan peta potensi bencana banjir, peta tingkat kerentanan dan peta
tingkat ketahanan ,
• Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala lokal serta mikrozonasi sistem
drainaseperkotaan dan sistem pengelolaan sampah.
• Kebijakan tentang penerapan batas sempadan sungai,

Mitigasi Bencana Gempa

Upaya mitigasi struktural bencana gempa yaitu :

• Pembangun bangunan baru tahan gempa bumi (engineered building)


• Meningkatkan kualitas bangunan non-engineered di suatu wilayah sehingga
memenuhi persyaratan tahan gempa, baik terhadap bangunan baru maupun
bangunan lama

Upaya mitigasi non struktural bencana gempa yaitu :

• Membuat pedoman konstruksi bangunan baru yang tahan gempa khusus untuk
nonengineered buildings yang sesuai untuk wilayah pesisir pantai dengan
penyajian yang sederhana, praktis, informatif dan mudah diikuti,
• Membuat pedoman cara pengkuatan dan retrofitting bangunan yang sudah ada agar
tahan gempa khusus untuk non-engineered buildings yang sesuai untuk wilayah pesisir
pantai,
• Menyelenggarakan penyuluhan pada masyarakat dan petugas terkait secara intensif
dapat berkesinambungan mengenai butir 2 dan 3 serta mengakrabkan masyarakat

Kelebihan

1. Pada sub Bab Potensi kawasan sudah baik dalam menjelaskan hasil olah dari gambaran
umum yang dikonversi kedalam potensi WP3K. Potensi dalam WP3K Lumajang sudah
dibagi menjadi potensi sumber daya hayati dan non hayati. Hal yang perlu diperbaiki ialah
belum adanya bukti dan terkesan hanya deskripsi saja, maka perlu di tambahkan bukti
dapat berupa visualisasi ataupun peta
2. Pada sub Bab Isu dan Permasalahan WP3K Lumajang juga sudah dijelaskan dengan baik.
Karena sudah dijelaskan secara detail dan disertakan bukti bukti seperti tidak optimalnya
PPI yanga ada. Yang perlu diperbaiki ialah penyebab masalah WP3K Lumajang itu terjadi
akan lebih baik jika diidentifikasi juga

Kelemahan

1. Pada Sub Bab Konsep Pengembangan banyak yang perlu di perbaiki karena konsep
pengembangan setiap zona di WP3K Lumajang ini masih terkesan generatif dan belum
ada yang langsung fokus pada WP3K Lumajang.

Ringkasan BAB VI Rencana Pola Ruang RZWP3K Lumajang

Rencana Strategis

Kawasan Strategis Lokasi


Termasuk ke dalam kawasan agropolitan regional Bromo
Kawasan strategis dari sudut kepentingan
Tengger Semeru meliputi Kecamatan Senduro dan
ekonomi
Kecamatan Pasrujambe
Kawasan strategis provinsi dari sudut sosial budaya
Kabupaten Lumajang yaitu Bromo – Tengger – Semeru
beserta permukiman adat suku tengger. Bromo – Tengger
Kawasan strategi dari sudut sosial dan
– Semeru beserta permukiman adat suku tengger
budaya
meliputi Kecamatan Senduro, Kecamatan Sukapura
berada di Kabupaten Probolinggo dan Kecamatan Tosari
berada di Kabupaten Pasuruan
Kawasan pengembangan potensi panas bumi untuk
pembangkit listrik tenaga geothermal Tiris - Gunung
Kawasan strategis yang memiliki nilai Lamongan Kabupaten Probolinggo – Lumajang meliputi
strategis pendayagunaan sumber daya Desa Sumberpetung, Ranubedali, Alun-alun Kecamatan
alam dan atau teknologi tinggi Ranuyoso, Desa Papringan, Sumberweringin Kecamatan
Klakah; Desa Salak, Kalipenggung Kecamatan
Randuagung.
Kawasan Strategi Kabupaten
 Desa Tegalrejo, Bulurejo, dan Tempurejo di
Kecamatan Tempursari;
 Desa Jugosari di Kecamatan Candipuro;
 Desa Gondoruso, Bades, Bago, Selok Awar-awar dan
Kawasan strategis dari sudut
Selokanyar di Kecamatan Pasirian;
kepentingan ekonomi (Kawasan
 Desa Pandanarum dan Pandanwangi di Kecamatan
Strategis Jalan Lintas Selatan)
Tempeh;
 Desa Jatimulyo di Kecamatan Kunir;
 Desa Darungan dan Wotgalih di Kecamatan
Yosowilangun
Kawasan strategis dari sudut Kecamatan Tempursari, Kecamatan Pasirian, Kecamatan
kepentingan ekonomi (Kawasan Tempeh, Kecamatan Kunir, Kecamatan Yosowilangun dan
Startegis Minapolitan) Kecamatan Rowokangkung.

Rencana Pola Ruang Konservasi


Zona Konservasi Perairan Lumajang Timur
Zona Konservasi Perairan Lumajang Tengah

Zona Konservasi Perairan Lumajang Barat


Indikasi Program

N Usulan Program Utama Lokasi Besaran Sumber Instansi Waktu


o Pendanaan Pelaksana Pelaksanaan
Sarana dan Prasarana Infrastruktur Kawasan
1 Program pembangunan Semua desa - APBN & APBD Dinas PU 5 tahun
dan peningkatan kelas pesisir
jalan dan jembatan
2 Pembangunan sarana Semua desa - APBN & APBD Dinas PU, 3 tahun
dan prasarana air pesisir Dinkes
bersih desa pesisir
3 Program pembangunan Semua kecamatan - APBN, APBD Bappeda, 3 tahun
pasar untuk pesisir & Swasta Disperindagkop
peningkatan ekonomi dan UKM
masyarakat pesisir
4 Peningkatan fasilitas Semua desa - APBN, APBD Dishubkominfo 5 tahun
perhubungan dan pesisir & Swasta
angkutan desa pesisir
5 Pengembangan Semua desa - APBN, APBD Dishubkominfo 5 tahun
jaringan listrik dan pesisir & Swasta
telekomunikasi di desa
pesisir
6 Pembangunan dan Semua kecamatan - APBN, APBD Dinkes 3 tahun
peningkatan fasilitas pesisir & Swasta
kesehatan dan sanitasi
7 Peningkatan sarana dan Semua kecamatan - APBN, APBD Din. Pendidikan, 3 tahun
dukungan terhadap pesisir & Swasta Pemuda dan
pendidikan di wilayah Olahrag
pesisir
Perikanan Budidaya
1 Program - APBN & APBD Diskanla Prov 3 tahun
Pengembangan
Kawasan Minapolitan
yang diawali studi
kelayakan dan
penyusunan
Masterplan
2 Program Semua kecamatan - APBN, APBD Bappeda dan 3 tahun
Pengembangan pesisir & Swasta instansi terkait
Budidaya Perikanan
3 Program Semua desa - APBN & APBD Badan 3 tahun
Pengembangan Sistem pesisir Pelaksana
Penyuluhan Perikanan Penyuluhan
4 Program - APBN & APBD Dislutkan, dan 3 tahun
Pengembangan Rumput Badan
Laut Pelaksana
Penyuluhan

Perikanan Tangkap
1 Pengembangan TPI Tempursari, - APBN, APBD BAPPEDA, 3 tahun
yang diawali dengan Pasirian & Swasta Diskanla Prov.
studi kelayakan dan Kalsel, Dislutkan
DED Tanbu
2 Perampungan sarana Tempursari, - APBN, APBD Dinas Kelautan 2 tahun
prasarana pendukung Pasirian & Swasta dan Perikanan
TPI
3 Program Semua desa Kapal APBN, APBD Dinas Kelautan 5 tahun
Pengembangan pesisir Penangka & Swasta dan Perikanan
Perikanan Tangkap pan >10
yang diawali studi GT
kelayakan
5 Program Pengaturan Perairan laut - APBN, APBD Dinas Kelautan 1 tahun
aktivitas perikanan Lumajang & Swasta dan Perikanan
tangkap
5 Program Semua desa - APBN & APBD Dinas Kelautan 4 tahun
pemberdayaan pesisir dan Perikanan
masyarakat dalam
pengawasan dan
pengendalian
sumberdaya kelautan
6 Pembangunan SPBU - APBN, APBD BAPPEDA, Dinas 5 tahun
dan penambahan SPBK & Swasta Kelautan dan
Nelayan Perikanan
Permukiman
1 Penataan dan - APBN, APBD Dinas Kelautan 5 tahun
pengembangan & Swasta dan Perikanan
kawasan pemukiman & PU
nelayan yang diawali
studi kelayakan
2 Pengembangan jalan Seluruh kawasan - APBN, APBD BAPPEDA, Dinas 5 tahun
dan infrastruktur dasar pesisir sesuai & Swasta PU & Dishub
lainnya di kawasan dengan struktur
pesisir yang diawali ruang
studi kelayakan dan
DED
3 Pembangunan Dermaga Semua desa - APBN, APBD BAPPEDA, Dinas 4 tahun
Tambatan Kapal pesisir & Swasta PU &, Dinas
Nelayan Kelautan dan
Perikanan
Industri
1 Kajian Kelayakan - APBN, APBD Disperindagkop 5 tahun
Pengembangan Industri & Swasta & UKM, Dinas
Bengkel/Docking Kapal PU, Dinas
Kelautan dan
Perikanan
2 Pengembangan sentra - APBN, APBD Dinas Kelautan 5 tahun
industri pengolahan & Swasta dan Perikanan
hasil perikanan &
Disperindagkop
& UKM
3 Program Peningkatan - APBN, APBD Dinas Kelautan 4 tahun
Kapasitas Masyarakat & Swasta dan Perikanan,
untuk Optimalisasi Disperindagkop
Pengolahan dan & UKM, Badan
Pemasaran Produksi Pelaksana
Perikanan Penyuluhan
4 Program Peningkatan - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Daya Saing Produk & Swasta dan Perikanan ,
Perikanan Disperindagkop
& UKM
5 Program - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Pengembangan Industri & Swasta dan Perikanan,
Kecil dan Menengah Disperindagkop
& UKM
6 Program - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Pengembangan & Swasta dan Perikanan ,
Kewirausahaan dan Disperindagkop
Keunggulan Kompetitif & UKM
Usaha Kecil Menengah
7 Program Peningkatan - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Kualitas Kelembagaan & Swasta dan Perikanan,
Koperasi Disperindagkop
& UKM
8 Program - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Pengembangan Sentra- & Swasta dan Perikanan ,
sentra Industri Disperindagkop
Potensial & UKM
10 Program Penataan - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Struktur Industri & Swasta dan Perikanan,
Disperindagkop
& UKM
11 Program Peningkatan - APBN, APBD Dislutkan, 3 tahun
Kemampuan Teknologi & Swasta Disperindagkop
Industri & UKM, Badan
Pelaksana
Penyuluhan
12 Program Semua desa - APBN, APBD Dinas Kelautan 5 tahun
Pemberdayaan pesisir & Swasta dan Perikanan ,
Ekonomi Masyarakat Disperindagkop
Pesisir & UKM
13 Program Peningkatan Semua desa - APBN, APBD Dinas Kelautan 3 tahun
Peran Perempuan di pesisir & Swasta dan Perikanan,
Pesisir Disperindagkop
& UKM
Pariwisata
16 Pengembangan Seluruh - APBN, APBD Dinas Kelautan 10 tahun
pariwisata pesisir yang Pariwisata Pantai & Swasta dan perikanan,
diawali studi kelayakan Dinas Pariwisata
17 Program Seluruh - APBN, APBD Dinas Kelautan 10 tahun
Pengembangan Pariwisata Pantai & Swasta dan perikanan,
Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata
Pesisir
18 Program Seluruh - APBN, APBD Dinas Kelautan 10 tahun
Pengembangan Pariwisata Pantai & Swasta dan perikanan,
Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata
Pesisir

Kelemahan

1. Pada Sub Bab Rencana Pola Ruang Konservasi sudah baik dalam menampilkan visualisasi berupa
peta. Akan tetapi belum ada narasi yang mendekripsikan informasi didalamnya. Maka hal yang
perlu ditambahkan ialah peta rencana konservasi tersebut perlu ditambakan narasi penjelasan.
2. Pada Sub Bab Indikasi Program perlu banyak diperbaiki karena indikasi yang dipaparkan dalam
tabulasi terkesan masih verbal, belum mampu fokus pada setiap bidangnya. Contohnya pada zona
pariwisata indikasi programnya ialah pengembangan pariwisata pesisir yang diawali studi
kelayakan. Seharunsya program tersebut perlu didasarkan studi kelayakan seperti apa yang harus
di kembangkan.

Ringkasan BAB VII Pengendalian Ruang RZWP3K Lumajang

Ketentuan Kawasan Pemanfaatan Umum

Zona Perikanan Budidaya

Kriteria Peruntukan Kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil
Perikanan perikanan dan tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
Kegiatan yang diperbolehkan  Pengembangan infrastruktur budidaya perikanan
 Permukiman perdesaan
 Rekreasi yang berkaitan dengan perikanan
Kegiatan yang tidak  Kegiatan industri polutif
diperbolehkan
 Kegiatan pertambangan
 Permukiman perkotaan
Zona Permukiman

Kawasan permukiman yang  Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi,
ditetapkan dalam RTRW dan abrasi).
Kabupaten/Kota
 Khusus untuk daerah rawan bencana gempa, maka struktur
bangunannya perlu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
 Tidak berada pada wilayah sempadan pantai
 Kelerengan 0 -25 %
 Orientasi horizontal garis pantai : > 60 °
 Kemiringan dasar perairan pantai : terjal – sedang
 Kemiringan dataran pantai : bergelombang – berbukit.
 Tekstur dasar perairan pantai : kerikil – pasir
 Kekuatan tanah dataran pantai : tinggi
 Tinggi ombak signifikan : kecil
 Fluktuasi pasang surut dan arus laut : lemah
Prasarana air bersih :  Pengambilan air baku diutamakan dari air permukaan;
 Kebutuhan air rata-rata 100 lt/org/hari;
 Kapasitas minimum sambungan rumah 60 liter/orang/hari, dan
sambungan kran umum 30 liter/orang/hari.
Drainase  Koefisien pengaliran air permukaan tidak lebih dari 25%;
 Pada lereng/tanah yang peka terhadap erosi harus ada rekayasa
teknis sehingga kekeruhan drainase tidak mencapai 50 ppm Si.O2;
Pengolahan sampah  Secara umum mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI)
03- 3241-1994 & SNI 19-2454-2002
Persyaratan bangunan  Kepadatan bangunan maksimal 50 rumah/Ha
 Ketinggian bangunan maksimum 2 lantai.
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maks 40 % dan Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) 0,8.
 Tinggi lantai dasar suatu bangunan diperkenankan mencapai 1,20
m di atas tinggi rata-rata tanah pekarangan atau tinggi rata-rata
jalan, dengan memperhatikan keserasian lingkungan
 Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya 3 m

Zona Industri

Jenis Industri  industri kimia dasar (ammonia, semen, clinker, kaca, pulp dan
kertas, industri organik dan anorganik), industri mesin dan logam
dasar (besi baja, aluminimum, tembaga, timah, kereta api, pesawat
terbang, kapal, alat-alat berat lainnya).
 industri aneka pangan, industri aneka tekstil dan kimia, industri
aneka alat listrik dan logam, industri aneka bahan bangunan dan
umum
Kriteria ruang  Memiliki akses yang tinggi dengan jaringan jalan regional atau
sekitar jalan regional untuk menampung angkutan berat (klasifikasi
Jalan Kelas A • 10.000 ton);
 Di luar wilayah permukiman penduduk/permukiman perkotaan
dan hutan lindung minimal jarak 3 – 20 km dengan batas yang jelas,
dapat dipisahkan oleh hutan dan atau perkebunan
Kriteria Menurut RTRW  Kelerengan 0 – 8 %;
 Bebas genangan dan dekat dengan sumber air;
 Tidak berada pada daerah rawan bencana longsor;
 Area cukup luas minimal 10 Ha;
 Karakter tanah bertekstur sedang sampai kasar;
Penggunaan lahan  Lahan untuk industri 70 %
 Lahan untuk jaringan jalan 10 %
 Lahan untuk jaringan utilitas 5 %
 Lahan untuk fasilitas umum 5 %
 Lahan untuk ruang terbuka hijau 10 %

Zona Pariwisata
Kriteria RTRW  Mempunyai kemiringan tanah yang
memungkinkan dibangun tanpa membe-rikan
dampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan
 Mempunyai struktur tanah yang stabil

 Pengembangan obyek buatan dengan


memperhatikan aspek-aspek visual, kondisi
dan kesalarasan dengan lingkungan

Rekomendasi Rencana Pengelolaan Kegiatan Budidaya/Produksi Dalam Kawasan Budidaya yang


Ditetapkan di Kabupaten Lumajang

Kawasan Budidaya
Kegiatan Budidaya/Produksi
KEB PLK PLB KSP
1. a. Perkebunan Besar FU TB TB TB
b. Perkebunan Rakyat FU BL BL BLB
2. Pertanian Lahan Kering BL FU BLB BLB
3. Pertanian Lahan Basah BL BL FU BLB
4. Permukiman Semi Perkotaan TB BL BLB FU
5. Permukiman Perdesaan BL BL FU
6. Pariwisata BL BL BL BL
7. Peternakan BL BL BL BLB
8. a. Pertanian Perairan Darat BL BL BL BL
b. Perikanan Budidaya BL BL BL BL
9. Perindustrian BLB BL BL BL

Perizinan Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan Kawasan/Zona/Subzona Lingkup Wilayah


Ketentuan perizinan disusun berdasarkan  Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan
kawasan/zona/subzona yang sudah
ditetapkan; dan
 Ketentuan teknis berdasarkanperaturan
perundang-undangan sektor terkait lainnya.

Jenis-jenis perizinan terkait dengan pemanfaatan  Izin Prinsip;


ruang WP3K
 Izin Lokasi;
 Izin Lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Y SESUAI Y
Permohonan Ijin Pemeriksaan Kelengkapan LENGKAP
RZWP-3-K Prosedur Biasa
Pembangunan Persyaratan Administrasi (?)
(?)

Proses Pelengkapan T
Pemeriksaan Perubahan
terhadap RZWP-3-K
dan RZRKP-3-K

Pemeriksaan Terhadap
Visi & Misi REZONING
Pembangunan Kota

SPOTZONING
Penilaian Teknis
PELAKSANAAN DENGAR
Planologi dan Sosial
PENDAPAT (Public Hearing)
Ekonomi Penambahan
Intensitas >10%

DIIJINKAN T Penambahan
Perumusan Rekomendasi Pengambilan Keputusan BERUBAH DITOLAK Intensitas >10%
(?) Perubahan Teknis
Lainnya
Y

SETUJU Perumusan
Evaluasi Bersyarat Penambahan Rekomendasi
DENGAN SYARAT Tidak Bersyarat
Syarat Sarana&Prsarana
(?)

SETUJU Y Y DIIJINKAN
SYARAT BARU Penentuan Besarnya BERUBAH
(?) Retribusi (?)

T T
Penengaan Retribusi

DITOLAK
SETUJU
SETUJU T T
Evaluasi DENGAN
DITOLAK TARIF BARU
Tarif BESARNYA TARIF
(?)
(?)

Y
Pembayaran Retribusi

Pengesahan Permohonan

Penerbitan Ijin Perubahan Pemanfaatan

Penerbitan IMB

Contoh Proses teknis Perubahan Pemanfaatan lahan

Ketentuan Pemberian Insentif


Ketentuan pemberian insentif disusun  Rencana struktur ruang dan rencana pola
berdasarkan ruang WP3K kabupaten dan/atau RZR
kabupaten;
 Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan
kawasan/zona/subzone kabupaten;
 Kriteria pemberian akreditasi; dan
 Peraturan perundang-undangan sektor
terkait lainnya.
diberikan dalam bentuk (untuk pemerintah desa)  Pemberian kompensasi;
 Subsidi silang;
 Penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
 Publisitas atau promosi daerah;
diberikan dalam bentuk (untuk masyarakat  Pemberian kompensasi;
umum)  Pengurangan retribusi;
 Imbalan;
 Sewa ruang dan urun saham;
 Penyediaan prasarana dan sarana;
 Penghargaan; dan/atau
 Kemudahan perizinan

Ketentuan Pemberian Disinsentif

Ketentuan pemberian disinsentif disusun  Rencana struktur ruang dan rencana pola
berdasarkan ruang WP3K kabupaten;
 Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan
kawasan/zona/subzone kabupaten;
 Kriteria pemberian akreditasi dan
 Peraturan perundang-undangan sektor
terkait lainnya
diberikan dalam bentuk (untuk pemerintah  Pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau
daerah lain)
 Pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana.

diberikan dalam bentuk (untuk masyrakat umum)  pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;
 pemberian persyaratan khusus dalam proses
perizinan; dan/atau
 pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana infrastruktur.

Arahan Pengenaan Sanksi

ditetapkan berdasarkan  Hasil pengawasan penataan ruang;


 Tingkat simpangan implementasi RZWP-3-K;
 Kesepakatan antar instansi yang berwenang;
dan
 Peraturan perundang-undangan sektor
terkait lainnya.
sanksi administratif dilakukan secara berjenjang  Peringatan tertulis;
dalam bentuk
 Penghentian sementara kegiatan;
 Penghentian sementara pelayanan umum;
 Penutupan Lokasi;
 Pencabutan Izin;
 Pembatalan Izin;
 Pembongkaran Bangunan;
 Pemulihan Fungsi Ruang

Kelemahan

1. Pada sub bab Ketentuan Kawasan Pemanfaatan Umum sudah bagus dalam menjelaskan
hasil sintesa ketentuan pada setiap rencana sektoral ataupun spasial yang ada baik itu
RDTRK ataupun RTRW Lumajang. Akan tetapi ketentuan yang berasal dari kajian RZWP3K
belum terlalu terlihat sehingga terkesan ke daratanya
2. Pada Sub Bab Perizinan Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan
Kawasan/Zona/Subzona Lingkup Wilayah belum mampu menjelaskan alur pengendalian
dengan alat pengendalian yang ada. Terkesan bahwa mekanisme perizinan, insetif
disinsentif dan pemberian sanksi belum fokus pada perairannya masih terkesan
mengarah pada pemanfaatan daratannya.

Anda mungkin juga menyukai