- Indonesia yang maju, sejahtera, dan berdaulat berbasis pada ekonomi kelautan,
hankam, dan budaya maritim
- Indonesia kelak diharapkan menjadi rujukan bagi bangsa-bangsa lain di dunia dalam
berbagai bidang kelautan, mulai dari ekonomi, iptek, hankam sampai cara menata
pembangunan kelautan (ocean governance)
2. Perikanan
- Melebihi hasil tangkapan maksimum lestari/overfishing terus berlangsung terutama
di Selat Malaka
- Pengoperasian alat tangkap bersifat destruktif yang merusak habitat sumberdaya
perikanan (bahan peledak, racun sianida, alat tangkap pukat harimau/jaring
batu/sejenis trawl) yang sering berada pada jalur penangkapan nelayan tradisional
sehingga terjadi konflik antar kelompok
- Konflik penggunaan jalur penangkapan terutama dengan jalur pelayaran
- Kurang akuratnya data dasar perikanan sehingga menyulitkan perencanaan
pemanfaatan dan pengelolaan potensi perikanan
- Pengelolaan dan pengawasan perikanan lemah
- Kurangnya upaya meningkatkan fasilitas penangkapan ikan nelayan tradisional untuk
beroperasi lebih jauh dari pantai sekaligus berperan dalam pengawasan perairan
dari tindakan pencurian ikan oleh nelayan asing
- Kurang terkontrolnya peningkatan jumlah dan jenis alat tangkap yang beroperasi
- Lambatnya pembudidayaan perikanan laut bernilai ekonomi penting (misal kerapu)
karena kualitas perairan yang buruk dan ketersediaan benih
- Kurang tersedianya bibit ikan/udang untuk budidaya tambak/budidaya di laut
- Kegagalan banyak budidaya tambak karena kondisi lahannya (gambut) yang kurang
cocok
- Belum memadai sarana penampungan dan pengolahan serta pemasaran hasil
perikanan
- Konflik perikanan dengan sektor lain seperti pertambangan di- dan lepas pantai,
penebangan hutan mangrove (bahan pembuatan arang, chip, pancang, dll)
4. Perhubungan Laut
- Tumpang tindih jalur perikanan dan jalur pelayaran interinsuler yang merugikan
terhadap hasil tangkapan nelayan tradisional
- Tumpahan minyak dan buangan air pendingin mesin kapal-kapal interinsuler sangat
berpotensi mencemari ekosistem perairan pantai dan belum pernah diteliti
- Jalur pelayaran internasional di Selat Melaka yang relatif sempit kerap menimbulkan
pencemaran akibat tumpahan minyak mentah dari kecelakaan/tabrakan tanker dan
air ballast, sehingga merusak ekosistem dan sumberdaya mangrove, padang lamun
dan terumbu karang
- Kemampuan daerah untuk menangani kasus tumpahan minyak tida memadai
- Kegiatan pelabuhan sangat berpotensi mencemari perairan laut yang berasal dari
buangan sampah dan limbah kegiatan pelabuhan khususnya minyak pelumas
6. Kelembagaan
- Rendahnya penghargaan terhadap nilai-nilai kearifan lokal menyebabkan tidak
terakomodasinya kepentingan masyarakat pesisir dan nelayan dalam berbagai
kebijakan pemerintah, khususnya pada sektor kelautan (maritim)
- Tidak konsistennya antara perencanaan dan pelaksanaan dalam kegiatan
pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir dikarenakan pendekatan egosektoral
dan atau ketidak perdulian pada dokumen kebijakan dan perencanaan
- Belum berkembangnya lembaga koperasi sebagai wadah melepaskan diri dari
jeratan pemberi utang (tauke)
- Rendahnya penataan dan penegakan hukum terkait dengan pemanfaatan dan
pengelolaan lingkungan hidup dan konservasi sumberdaya karena kurangnya
sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait
1). Penyadaran nilai-nilai ekologi, sosiologi dan ekonomi sumberdaya pesisir dan
manfaat pengelolaannya secara lestari
2). Penyadaran masyarakat pesisir/nelayan sebagai salah satu ujung tombak
bangsa dalam penyumbang utama perkonomian berupa produksi hasil
laut/perikanan
3). Penyadaran masyarakat pesisir/nelayan sebagai garda terdepan dalam
menjaga kedaulatan bangsa (hankam) dan pelestarian sumberdaya maritim
4). Penyadaran tentang perlunya konservasi sumberdaya alam pesisir dilakukan
khususnya dengan kearifan lokal
5). Penyadaran tentang potensi sumberdaya alam pesisir dan kelautan yang luar
biasa besar sebagai mata pencaharian utama dan mata pencaharian
alternative serta sumber devisa negara (hasil tangkapan ikan, perikanan
budidaya, bioteknologi kelautan, garam, pariwisata bahari, energi terbarukan
dari laut, industri jasa maritim, dan sumberdaya hayati akuatik dan abiotik)
6) Keberadaan dan keberlanjutan fungsi ekosistem pesisir dan sumberdayanya
merupakan kekuatan tangguh untuk menghadapi ancaman dari luar maupun
ancaman secara alami (hankam)
2. Melakukan inventarisasi jenis-jenis dan kondisi sumberdaya alam pesisir di setiap
daerah sebagai dasar untuk penyusunan rencana pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya alam berbasis masyarakat secara terpadu
3. Mengidentifikasi berbagai masalah yang memerlukan tindak lanjut, termasuk
identifikasi pemanfaatan dan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan pada masa
depan
4. Mengidentifikasi berbagai kendala yang dapat menghalangi implementasi yang
efektif dari rencana-rencana yang telah disusun, dan identifikasi strategi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan program
Keterpaduan para ahli tersebut sesuai dengan bidang keahlian dan kegiatan yang
dilakukan mutlak dilakukan, khususnya di kawasan yang dibatasi laut langsung dengan
negara tetangga. Setiap pakar harus memahami berbagai ketentuan kelautan
(kemaritiman), baik aturan internasional (Hukum Laut Internasional, United Nations
Convention on Law of The Sea, UNCLOS-1982) maupun peraturan perundang-undangan
yang berlaku nasional (Indonesia) dan regional (ASEAN). Informasi dan data yang
dihasilkan oleh para pakar bidang fisik akan menjadi landasan yang kuat untuk
melakukan Perjuangan Diplomasi dalam menegakkan kedaulatan bangsa dan negara.
Penyusun
Adnan Kasry
ACUAN KEPUSTAKAAN
Bappeda Provinsi Riau, 2006. Petunjuk Teknis Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Terpadu (Pendekatan Berbasis Masyarakat). Pekanbaru
Bengen, D.G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan. IPB, Bogor
Burbridge, P., Koesoebiono and R. Dahuri. 1998. Problems and Issues in Coastal Resources
Management and Planning in Eastern Sumatera and The Strait of Malacca, pp 8-117. In
P.Burbridge, Koesoebiono, H. Dirschl and B. Paton (eds) Coastal Zone Management in the
Strait of Malacca. School for Resource and Environmental Studies. Dalhousie University,
Halifax
Chia, T.E. 1991. Managing Coastal for Sustainable Development: Role of Policymakers, p. 21-35.
In T.E. Chua and L.F. Scura (eds) Integrative Framework and Methods for Coastal Area
Management. ICLARM Conf. Proc., Manila
Cicin-Sain, B. and R.W. Knecht, 1998. Integrated Coastal and Ocean Management: Concept and
Practices. Island Press, Washington D.C
Dahuri, R., J. Rais, S.P.Ginting dan M.J. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir
dan Lautan secara Terpadu. Paradnya Paramita, Jakarta
Day, T.E. 1994. The Information Requirements for Strategic Environmental Assessment of
Marine Sand dand Gravel Extraction, p. 263-270. In P.G. Wells and P.J. Rickets (eds)
Coastal Canada 94, Cooperation Zone: Conference Proceedings. Coastal Zone Canada
Association, Halifax
Kasry, A. 1996. Kebijakan Terpadu Manajemen Wilayah Pesisir. Universitas Riau, Pekanbaru
----------. 1997. Pendekatan S.E.A dalam Kerangka ICZM bagi Kawasan Timur Sumatera. Unri
Press, Pekanbaru
Rickets, P.J. and D.G. Fenton. 1994. The Role of Strategic Environmental Assessment in Coastal
and Ocean Management. p. 826-846. In P.G. Wells and P.J. Rickets (eds) Coastal Canada
94, Cooperation Zone: Conference Proceedings. Coastal Zone Canada Association, Halifax
Sugandhy, A. 1993.Pengelolaan Lingkungan Wilayah Pesisir dan Lautan, hal. 1-25. Dalam
Prosiding Lokakarya Pemantapan Strategi Pengelolaan Lingkungan Wilayah Pesisir dan
Lautan dalam Pengembangan Jangka Panjang Tahap Kedua. Kapal Kerinci, 11-13
September 1993. Kantor MENLH dan EMDI, Jakarta
Therivel, R., E. Wilson, S. Thomson, D. Heaney and D. Pritchard, 1992. Strategic Environmental
Assessment. Earschan Publ. Ltd. London