OLEH :
MUHAMMAD SALMAN
E1G120038
KENDARI
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perkembangan ekonimi di wilayah
maritim, ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
wawasan kemaritiman pada program studi teknik kelautan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang ekonomi maritim bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Muhammad salman
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Potensi Sektor Perikanan Dan Kelautan.......................................................................2
2.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia.....................................................................................................5
2.3 Ekonomi Masyarakat Pesisir........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan wilayah yang berbukit-bukit dan pegunungan, dan
berada pada ketinggian antara 500 - 2.800 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini
memiliki beberapa sungai yang relatif besar yang merupakan sumber peng airan,
antara lain Sungai Konaweha, Lambandia, Matarombeo, Lasolo, dan Watana kole.
Iklim daerah Sulawesi Tenggara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin
laut sehingga curah hujan cukup tinggi dan merata setiap tahunnya beragam
antara 1.000 - 2.500 milimeter. Suhu udara beragam antara 20° Celcius - 34°
Celcius. Dengan kondisi fisik seperti tersebut di atas, beberapa kawasan di propinsi
ini mempunyai ciri sebagai kawasan yang rawan terhadap bencana, antara lain erosi tanah,
banjir, dan kebakaran hutan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Masyarakat Sulawesi Tanggara adalah masyarakat Maritim, yang secara historis telah
mengambangkan hubungan ekonomi dan sosial kebudayaan dengan bangsa-bangsa lain
didunia melalui jalur dan armada laut.
Secara Geografis wilayah Sulawesi Tanggara 75% wilayah laut, panjang garis pantai
1.740 km, dengan 651 pulau dan 361 pulau diantaranya sudah mempunyai nama.
Mata pencaharian sebagai nelayan adalah salah satu sumber kehidupan masyarakat Sulawesi
Tanggara sesuai dengan keadaan geografisnya yang terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi
oleh laut. Penduduk Sulawesi Tanggara sebagian besar berdomisili di kepulauan,
termaksud pulau pulau kecil yang terpencil dan minim terhadap pelayanan dasar seperti
pendidikan dan kesehatan serta pelayanan pemerintah lainnya. Masyarakat tidak dapat
dipisahkan dengan sistem kehidupan maritim atau kelautan, karena memang sebagian besar
bermukim di wilayah pesisir yang berprofesi sebagai nelayan dan pelayar, sebagai penunjang
mata pencaharian pokok.
Salah satu persoalan mendasar dalam pembangunan perikanan adalah lemahnya akurasi data
statistik perikanan. Data perikanan di berbagai wilayah di Indonesia biasanya berdasarkan
perkiraan kasar dari laporan dinas perikanan setempat. Belum ada metode baku yang handal
untuk dijadikan panduan dinas-dinas di daerah setempat dalam pengumpulan data perikanan
ini.
Bagi daerah-daerah yang memiliki tempat atau pelabuhan pendaratan ikan biasanya
mempunyai data produksi perikanan tangkap yang lebih akurat karena berdasarkan pada
catatan jumlah ikan yang didaratkan. Namun demikian akurasi data produksi ikan
tersebut pun masih dipertanyakan berkaitan dengan adanya fenomena transaksi penjualan
ikan tanpa melalui pendaratan atau transaksi ditengah laut. Pola transaksi penjualan semacam
ini menyulitkan aparat dalam menaksir jumlah/nilai ikan yang ditangkap di peraiaran laut di
daerahnya.
Wilayah perairan laut Sulawesi Tenggara dengan luas areal ± 114.879 km² merupakan laut
yang sangat potensial dan mengandung berbagai jenis kekayaan laut berupa : berbagai jenis
ikan, udang, mutiara, rumput laut, teripang dan hasil laut lainnya.
2
Budidaya Kakap dan Ikan Putih : 59.000 Ha
Budidaya Kerapu : 33.800 Ha
Budi Daya Tiram & Kerang Dara : 500 Ha
Budidaya Teripang : 5.800 Ha
Budidaya Kerang Mutiara & Abalone : 6.600 Ha
Budidaya Rumput Laut : 83.000 Ha
Telah Dimanfaatkan : 24, 25 %
Budidaya Mutiara 18.668 Ha
Budidaya Teripang, Kerapu dan lobster 954 Ha
Budidaya ikan kue dan ikan lainnya : 452 Ha
Pembudidaya laut : 83.166 Ha
Potensi prikanan air payau : 84. 746 Ha
Sudah terolah jadi tambak : 20.006 Ha
Pemanfaatan : 36.39 %
Pembudidaya : 20.984 orang
Potensi prikanan air tawar : 20.885 Ha
Dimanfaatkan : 1.682 Ha
Pemanfaatan : 4.82 %
Pembudidaya : 5.708 orang
Komoditas ikan mas, nila, lele dan gabus
Potensi perairan umum : 60.000 Ha
Di manfaatkan sebesar : 4.727, 1 Ha
Pemanfaatan : 7, 88 %
Budidaya rumput laut seluas 27.385 Ha
3
1. Rendahnya prakarsamasyarakat dan dunia usaha untuk berperan serta dalam
pembangunan
2. Penyelenggaraan pemerintahan belum mengarah pada terwujudnya pemerintahan yang
efektif dan esensial, atau belum ke arah truly government (pemerintah yang benar-
benar pemerintah) (Ali Mazi, 2003).Oleh karena hal ini terjadi maka upaya untuk
mewujudkan daerah ini mempunyaimasyarakat sejahtera, adil dan merata, aman dan
demokratis, maju danberkembang yang ditunjang dengan potensi sumberdaya alam
berkelanjutantidak bisa dicapai hanya dalam 1 - 5 tahun saja.
Pembangunan jika kita mempunyai indikator penilaiaan yang tidak jelasatau diluar variabel-
variabel pembangunan itu sendiri.Dalam upaya pembangunan sektor kelautan
dan perikanan yang saat ini telahdipersiapkan maka telah diidentifikasi beberapa
kawasan potensial dan strategipengembangannya. Terdapat 33 kawasan industri perikanan
(KIP) yang siapdikembangkan. KIP tersebut dikelompokan dalam 5 hub, yaitu
2. Bau-Bau.
Hub Bau-Bau meliputi kawasan Kasipute, Boepinang,Kabaena Timur/Sikeli, Kabaena
Barat/Dongkala.
4
Woltermonginsidi International Airport, Betoambari Airport,Pelabuhan Murhum Bau-Bau
maka aliran barang hasil-hasil perikanan untuk tujuan ekspor dapat ditempuh
dengan beberapa jalur alternatif dari masing-masing hub.Pengembangan budidaya laut akan
dikembangkan secara luas dengan berbagai komoditas.
Oleh karena itu Percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan tersebut harus
diwujudkan untuk mendinamisasi pembangunan daerah ini. Bersamaan dengan itu, pada
akhirnya diperhadapkan dengan berbagai masalah kesiapansumberdaya manusia yang akan
terlibat dalam mata rantai usaha ekonomi produktif tersebut. Permasalahan dimaksud berupa
kualitas sumber daya manusia. Pengalaman yang saya alami selama ini menunjukkan bahwa
kita tidak terlalu siap memasuki dunia usaha yang membutuhkan tantangan, seperti terik
matahari, hujan, gelombang dan ombak serta lumpur yang melumuri kaki danbadan.
Umumnya kita menyenangi pekerjaan yang sudah jadi dan bertempat didarat pada ruang yang
tertata rapih dan ber-AC, walaupun pendapatan yang diterima sangat rendah jika
dibandingkan dengan melibatkan diri pada usahaekonomi yang diuraikan di atas. Fenomena
ni dapat mengindikasikan bahwasumberdaya manusia kita kemungkinan mempunyai
keterbatasan segi penguasanilmu dan teknologinya. Jika hal ini terus terjadi maka akan sangat
sulitditemukan sumberdaya manusia pioneer
Sementara itu, semua jenis usaha membutuhkan kualifikasi atau standar tenagakerja
agar usaha tersebut berjalan dengan baik. Jika sumberdaya manusia lokalini tidak dapat
memenuhi kualifikasi atau standar yang diperlukan maka merekadengan sendirinya akan
termarjinalkan, karena semua industri yang dibangun tersebut harus berjalan dengan dapat
mendatangkan sumberdaya manusia dariluar. Apabila proporsi sumberdaya manusia dari luar
5
lebih besar dan menempatiposisi lebih baik dalam setiap industri tersebut maka kecemburuan,
iri hati, fitnahdan dengki terhadap sumberdaya manusia lainnya sulit dielakan. Konflik
sosialyang terjadi pada beberapa daerah di Indonesia saat ini umumnya diawalidengan sifat-
sifat alamiah manusia tersebut di atas.
Perubahan dan kebutuhan pembangunan padamasa datang. Saat ini Pemerintah Daerah
Sulawesi Tenggara telah menyusuntujuan dan wawasan pembangunan Sulawesi Tenggara
yang terurai secara jelasdan sistematis yang dibingkai dalam beberapa pendekatan dan
strategi untuk mewujudkan Sultra Raya 2020
Di Sulawesi Tenggara, pola eksploitasi pada wilayah pesisir dan pulau pulau kecil sangat
sering terjadi terutama pada ekosistim mangrove. Hal ini ditandai dengan semakin
berkurangnya luasan mangrove yang ada didaerah ini dimana pada tahun 1992, luas
mangrove di Sulawesi tenggara sesuai interprestasi foto udara oleh tim yang tergabung dalam
Cheicoins International Consulting Divison bekerjasama dengan Pusat studi Lingkungan
Universitas Hasanuddin adalah 96.200 Ha (Soesilo, 1996) dan pada tahun 1996 berkurang
menjadi 70.840 Ha (Siswanto, 1997). Berdasarkan hasil interprestasi Citra Landast, luas
mangrove pada tahun 1998 sekitar 26.524,4 Ha dan pada tahun 2000 mnjadi 15.326,9 Ha
(Halili, 2001). Selanjutnya dikatakan bahwa didaerah Muna tingkat kerusakan mangrove
telah mencapai sekitar 40 – 50 %. Banyak darah pantai dimana sebelumnya ditumbuhi
mangrove tetapi kini telkah berubah menjadi lokasi tambak, pemukiman penduduk, industri
dan jalan raya.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat Sulawesi Tanggara adalah masyarakat Maritim, yang secara historis telah
mengambangkan hubungan ekonomi dan sosial kebudayaan dengan bangsa-bangsa lain
didunia melalui jalur dan armada laut
Masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan sistem kehidupan maritim atau kelautan,
karena memang sebagian besar bermukim di wilayah pesisir yang berprofesi sebagai nelayan
dan pelayar, sebagai penunjang mata pencaharian pokok
Sebagian besar masyarakat pesisir di daerah ini khususnya dan Indonesiaumumnya
memanfaatkan laut sebagai sumber penghidupan keluarga merekadalam bentuk
penangkapan, budidaya dan jasa transportasi. sumberdaya sektor kelautan dan perikanan jika
dikelola merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources ) sehingga
dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang. sektor kelautan dan perikanan
mempunyai daya saing tinggi (competetive advantage) seperti ditunjukkan oleh bahan baku
yang tersedia dan produksiyang dihasilkannya. Industri sektor kelautan dan perikanan dapat
melahirkan industri-industri lainyang saling mendukung antara satu dengan lainnya. Sektor
perikanan mempunyai keunggulan karena memanfaatkan sumber daya lokal dan
menghasilkan komoditi yang dibutuhkan masyarakat internasional.
3.2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/3826031/Pembangunan_Berbasis_Sektor_Kelautan_dan_Perikana
n _Terpadu_Mewujudkan_Masyarakat_Sejahtera_dan_Tangguh