Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENELITIAN

Analisis Kelayakan Kapal Ikan di Pelabuhan PPI. Beba Kab.


Takalar

Oleh:

KELOMPOK 4 KELAS A

 ABD. HISYAM (D031201057)


 RIA MELANI (D031201041)
 YOSIA DANIEL PERMATA
(D031201061)
 MUHAMMAD REZA
RENALDY (D031191017)
 VINNY VIONITA (D031201055)

DEPARTEMEN PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisis Kelayakan Kapal
Ikan di Pelabuhan PPI. Beba Kab. Takalar” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kulia Ekonomi Teknik. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang analisis kelayakan investasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abd. Haris Djalante, S.T., M.T.
selaku dosen Mata Kuliah Ekonomi Teknik. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 7 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................2
B. Tujuan Penelitian.................................................................................................................2
C. Manfaat Penelitian...............................................................................................................2
Bab II Teori Kelayakan Invetasi..................................................................................................3
A. Biaya dan Pendapatan Kapal..................................................................................................3
B. NPV........................................................................................................................................9
C. IRR.......................................................................................................................................10
Bab III Metodologi.......................................................................................................................12
A. Lokasi Penelitian..............................................................................................................12
B. Waktu Penelitian...............................................................................................................12
C. Data dan Analisis Data.....................................................................................................12
Bab IV Pembahasan....................................................................................................................14
A. Pangkalan Pendaratan Ikan Beba.......................................................................................14
B. Potensi Perikanan Kab. Takalar.........................................................................................14
D. Potensi Armada Perikanan di Kab. Takalar.......................................................................16
E. Dimensi Kapal Ikan...........................................................................................................16
F. Biaya Operasional Kapal Ikan...........................................................................................17
G. Pendapatan Operasional Kapal Ikan..................................................................................17
H. Kelayakan Operasional Kapal Ikan....................................................................................17
Bab V Penutup.............................................................................................................................20
A. Kesimpulan...........................................................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia mempunyai potensi kelautan yang luar biasa besar secara ekonomi,
strategis dan politik. Salah satunya di Sulawesi Selatan yaitu kabupaten Takalar.
Kabupaten Takalar merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang
menjadikan sektor perikanan sebagai sektor andalan bagi pertumbuhan ekonominya
dimana terdapat enam kecamatan dari Sembilan kecamatan yang merupakan kawasan
pesisir pantai, yakni Kecamatan Galesong Utara, Galesong, Galesong Selatan,
Sanrobone, Mappakasunggu, dan Mangarabombang. Tiga kecamatan di antaranya
merupakan wilayah perikanan tangkap yakni Kecamatan Galesong Utara, Galesong, dan
Galesong Selatan; satu kecamatan merupakan perpaduan antara wilayah perikanan
tangkap dan sentra rumput laut yakni Kecamatan Mangarabombang, sedangkan dua
lainnya merupakan sentra budidaya rumput laut yakni Kecamatan Sanrobone dan
Kecamatan Mappakasunggu.
Pembangunan pelabuhan perikanan merupakan salah satu unsur penting dalam
peningkatan infrastruktur perikanan dan bagian dari sistem perikanan tangkap. Adanya
pelabuhan perikanan akan mendorong aktivitas perikanan tangkap lebih teratur dan
terarah. Pelabuhan perikanan bukan hanya sebatas menyediakan fasilitas untuk aktivitas
pendaratan, pengolahan dan pendistribusian hasil tangkapan tetapi juga memberikan
pelayanan yang optimal terhadap nelayan sebagai pengguna fasilitas yang tersedia sesuai
dengan fungsinya (Atharis 2008).
Salah Satu PPI yang ada di Suawesi Selatan adalah PPI Beba merupakan
pangkalan pendaratan ikan tipe D yang terletak di Galesong Utara yang memiliki posisi
yang strategis karna dekat dengan kabupaten Gowa dan Kota Makassar sehingga dalam
RTWRW Kabupaten Takalar sebagai penunjang kota Makassar, memiliki potensi
ekonomi yang besar untuk dikembangkan khususnya sumberdaya pesisir dan laut.
Kabupaten Takalar memiliki potensi sumberdaya perairan yang cukup besar dan
dapat dikelola dengan cara pengembangan potensi sektor perikanan yakni potensi
perikanan budidaya dan potensi perikanan tangkap. Adapun jumlah produksi perikanan
khususnya perikanan tangkap pada tahun 2009 sebanyak 32.711 ton, pada tahun 2010
1
sebanyak 35.931 ton, pada tahun 2011 sebanyak 25.589 ton dan pada tahun 2012 sebanyak
16.300 ton (DKP, Kabupaten Takalar, 2013).
Potensi perikanan tangkap dapat dimanfaatkan melalui eksploitasi yang
bertanggung jawab dengan menggunakan sarana kapal perikanan dan alat
penangkapan. Kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung yang
digunakan untuk penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, dan
penelitian/eksplorasi perikanan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan tahun
2011 Kabupaten Takalar menempati urutan keempat jumlah kapal perikanan
setelah Kabupaten Selayar, Kabupaten Bone, dan Kabupaten Pinrang. Data kapal
perikanan di Kabupaten Takalar sebanyak 2.734 unit kapal penangkapan yang
terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 730 unit yang terbagi atas 325 perahu
jukung dan 405 perahu papan, perahu motor tempel (outboard) sebanyak 1.379
unit dan kapal motor (inboard) sebanyak 625 unit yang terdiri dari 190 unit
berukuran 0 - 5 GT, 382 unit berukuran 5 - 10 GT dan 53 unit berukuran 10 - 20
GT. Berdasarkan data tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kelayakan dari kapal ikan.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kelayakan kapal ikan yang berada di Pangkalan Pendaratan Ikan Beba?

C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui kelayakan dari kapal ikan yang berada di Pangkalan
Pendaratan Ikan Beba.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan sumbangan ilmiah dalam dunia perikanan dan perkapalan
2. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang
berhubung dengan perikanan dan perkapalan

3. Dapat menambah wawasan dan pengalam langsung tentang kelayakan kapal,


potensi perikanan, dan potensi armada di PPI Beba

4. Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang kondisi


2
sektor perikanan dan kelayakan kapal di PPI Beba.

BAB II LANDASAN TEORI

A. BIAYA DAN PENDAPATAN KAPAL


1. Pengertian Biaya
Ongkos/biaya adalah pengorbanan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Biaya dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak teap (variabel cost)
Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh tingkat kegiatan
pengoperasian kapasitas atau kemampuan yang tersedia. Biaya-baiaya tetap
yang khas termasuk asuransi dan pajak terhadap fasilitas, gaji manajemen
umum dan administratif, biaya lisensi dan biaya bunga terhadap pinjaman
modal. Sedang Biaya variabel adalah biaya-biaya yang dihubungkan terhadap
pengoperasian yang secara total berubah-ubah sesuai dengan banyaknya
keluaran (output). Sebagai contoh, biaya material dan biaya buruh yang
digunakan dalam suatu produk atau jasa.
b) Biaya bersama (joint cost)
Biaya bersama adalah biaya yang terjadi akibat diproduksinya suatu produk
dengan suatu teknologi yang secara simultan menghasilkan produk lain.
Contoh: truk melayani daerah A dengan daerah B, muatan dari A>B, jadi
kemungkinan truk dari A beroperasi penuh ke B dan dari B ke A kosong. Hal
ini berarti biaya yang terjadi adalah biaya dari A ke B lalu ke A lagi, dan
biaya tersebut dibebankan pada pendapatan yang hanya diperoleh pada saat
beroperasi dari A ke B

c) Biaya tak terbagi (Capacity cost)


Biaya ini akan menjadi tetap pada waktu tertentu, setelah ditambah akan menjadi
variabl. Contoh; jika kebutuhan pergerakan sebanyak 15 penumpang/trip,
sedang kapasitas mobil pertrip 11 penumpang, maka dibutuhkan 2 mobil,
bukan 1,5 mobil
d) Biaya kesempatan (opportunity cost)
Biaya kesempatan (opportunity cost) terjadi akibat penggunaan sumber-sumber
3
daya yang terbatas, seperti hilangnya kesempatan untuk mempergunakan
sumber-sumber itu untuk mendapatkan keuntungan keuangan dengan cara lain.
e) Biaya hangus (Sunk cost)
Biaya hangus adalah biaya yang terjadi dimasa lalu dan tidak relevan untuk
memperkirakan macam-macam biaya dan pendapatan dimasa depan
sehubungan dengan alternatif arah tindakan. Biaya ini bukan bagian dari arus
kas dimasa depan dan dapat diabaikan dalam analisis ekonomi teknik.
Misalkan, Joe College mendapatkan sebuah sepeda motor yang disukainya dan
membayar $40 sebagai uang muka, yang akan diperhitungkan terhadap harga
pembelian sebesar $1.300, tetapi akan hilang jika ia memutuskan untuk tidak
mengambil kendaraan tersebut. Setelah satu minggu, Joe mendapatkan sebuah
sepeda motor lain yang sama dengan keinginannya dengan harga pembelian
$1.250.
2. Komponen biaya kapal

Biaya kapal terdiri atas biaya kapal di laut (BKL) dan biaya kapal di pelabuhan
(BKP).
a) Biaya Kapal di laut terdiri atas: biaya operasi kapal per hari (DOC) yaitu: i)
depresiasi kapal termasuk biaya modal, ii) biaya anak buah kapal termasuk
upah, perbekalan, dan kebutuhan air tawar di kapal), iii) repair, maintenance,
supply (RMS), iv) asuransi, v) minyak pelumas, vi) manajemen DOC adalah
hari operasi kapal dihitung dengan memperhitungkan hari docking kapal,
harganya dan biaya bahan bakar, besar biaya bahan bakar di laut adalah
sama dengan konsumsi bahan bakar mesin propulsi dan generator dikalikan
dengan harga bahan bakar.
b) Biaya kapal di pelabuhan terdiri atas: biaya kapal periode olah gerak keluar
masuk pelabuhan yaitu: i) DOC selama periode olah gerak kapal (t) dalam
jam, waktu (t) adalah waktu yang diperlukan kapal untuk keluar masuk
pelabuhan. Besar biaya ini diperhitungkan perhari dengan t/24 dikali DOC, ii)
biaya bahan bakar selama waktu (t) yang diperlukan kapal keluar masuk
pelabuhan diperhitungkan t/24 dikali dengan konsumsi bahan bakar periode
pemanduan.dan biaya waktu kapal berada di dermaga meliputi: i) DOC

4
selama periode waktu kapal di dermaga, ii) Uang labuh dan uang tambat
perhari, iii) biaya konsumsi pemakaian bahan bakar.

2. KELAYAKAN INVESTASI
1. NET PRESENT VALUE
Kaidah pokok yang digunakan dalam perhitungan biaya dan analisis
keuangan mengacu pada konsep ekuivalen, yang pada dasarnya memberikan
bobot parameter waktu terhadap nilai uang yang diinvestasikan, seperti suku
bunga (interest) dan laju pengembalian (rate of return). Pemahaman konsep
ekuivalen ini diperlukan pemahaman sebelum lebih lanjut melakukan
penyusunan kriteria penilaian finansial.

Kriteria penilaian finansial merupakan alat bantu bagi manajemen untuk


membandingkan dan memilih alternatif investasi yang akan dilakukan. Ada
beberapa macam kriteria penilaian finansial yang dianggap baku, yang mana
diantaranya memperhitungkan konsep ekuivalen seperti Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR).
Kriteria nilai sekarang bersih (net present value) didasarkan pada konsep
mendiskonto seluruh aliran kas (cash flow) ke nilai sekarang (present value).
Dengan mendiskontokan semua aliran kas masuk (cah inflow) dan aliran kas
keluar (cash outflow) selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang,
kemudian menghitung nilai sekarang bersih dengan memakai dasar yang sama,
yaitu harga saat ini. Dengan demikian dalam kriteria penilai NPV memperhatikan
dua hal sekaligus, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan selisih besarnya aliran
kas masuk dan kas keluar. Dengan kata lain NPV dapat menunjukan jumlah
(lumpsum) dengan arus diskonto tertentu dan memberikan berapa besar uang
pada saat ini.
Metode Net Present Value (NPV) merupakan metode yang dilakukan
dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih
(proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays).
Rumus yang digunakan untuk menghitung Net Present Value (NPV) adalah
sebagai berikut:
𝑛
𝐴𝑡
5
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
𝑡=1 (1 − 𝑘)

Keterangan:

k = Suku bunga (discount rate)

At = Aliran kas pada periode t

n = Periode yang terakhir di mana aliran kas

diharapkan Kriteria penilaian:

 Jika NPV > 0, maka usulan proyek dilaksanakan


 Jika NPV < 0, maka usulan proyek tidak dilaksanakan
 Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek dilaksanakan
ataupun tidak dilaksanakan

2. INTERNAL RATE OF RETURN

internal rate of return adalah metode yang digunkaan untuk menghitung


tingkat bunga yang dapat menyamakan antara nilai sekarang dari semua aliran
kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek menurut
Suliyanto (2010:211). Rumus yang digunakan untuk menghitungRumus IRR
untuk interpolasi adalah:

6
7
8
9
10
11
BAB III

METODOLOGI

A. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Pangkalan Penangkap Ikan Beba Desa Tamasaju yang
berada pada Kecematan Galesong Utara yang merupakan wilayah dari Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.

B. WAKTU PENELETIAN
Penelitian ini dilakukan pa hari kamis, 20 Oktober 2021 dan berlangsung selama
satu bulan.

C. DATA DAN ANALISIS DATA


Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran
secara langsung terhadap kapal sampel serta melakukan wawancara kepada awak kapal
mengenai data teknis lainnya yang berhubungan dengan kapal sampel. Data terdiri atas
data primer dan data sekunder. Data primer yaitu ukuran utama kapal, Sedangkan Data
sekunder yaitu biaya pemeliharaan, biaya operasional kapal, dan pendapatan kapal
Variabel yang diukur pada kapal sampel:
 LOA (length over all) yakni panjang keseluruhan dari kapal yang diukur
dari ujung buritan sampai ke ujung haluan.
 BOA (breadth over all ) atau B, yakni lebar terbesar dari kapal yang
diukur dari kulit lambung kapal di samping kiri sampai kulit lambung
kapal sebelah kanan.
 D (depth), yakni jarak tegak dari garis dasar sampai garis geladak yang
terendah pada bagian tegah kapal.
 d (draft), yakni jarak vertikal antara garis air (load water line) atas pada
garis air muat dengan garis dasar (base line).

12
Selain melakukan pengukuran juga dilakukan wawancara dengan awak kapal
mengenai hal-hal berikut ini:
 Merk mesin dan daya mesin
 Biaya bodi dan mesin kapal
 Biaya pemeliharaan kapal dan mesin
 Biaya operasional kapal
 Pendapatan kapal
 Persuratan/Perizinan

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PANGKALAN PENDARATAN IKAN BEBA


Dermaga merupakan tempat bersandarnya kapal untuk melakukan aktivitas di
pelabuhan. Berdasarkan data yang didapatkan pada saat survey lapangan lebar kapal rata
– rata yaitu 5 m, sedangkan jarak antar kapal yaitu 1 m, kemudian jumlah kapal yang
menggunakan dermaga PPI Beba hanya 3-5 kapal perharinya. Sedangkan berat rata – rata
kapal untuk dibawah 30 GT menurut Pujo et al. (2012) yaitu 15 ton, lalu kapal kapal
tersebut menggunakan dermaga dengan waktu 4 jam. Produksi rata – rata yaitu 10 ton
dan rentan waktu melakukan proses penangkapan yaitu 10 jam. Berdasarkan Hasil
analisis maka dapat diketahui bahwa panjang dermaga yang dibutuhkan adalah 10.8
meter. Jika dibandingkan dermaga yang tersedia maka masih terdapat 51,7 m yang belum
dimanfaatkan oleh nelayan. Panjang dermaga PPI Beba telah memenuhi kriteria teknis
PPI Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 8 Tahun 2012 yaitu
panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m sehingga standar Dermaga PPI Beba
disimpaikan sudah sesuai dengan standar yang di tetapkan namun dermaga belum di
lengkapi karet pengaman dan tempat mengikat kapal pada saat kapal bersandar di
dermaga sehingga badan kapal mudah rusak.
Dari Analisis Pemanfaatan disampaikan Panjang dermaga yang dimanfaatkan
adalah 10.8 meter dan analisis pemanfaatanya sebesar 17,28%. Jika dibandingkan dengan
panjang dermaga sebesar 68.3 yang tersedia maka masih terdapat 57,7 m yang belum
termanfaatkan, Lahan seluas 12.200 m2 atau setara dengan 1,22 Ha dan analisis
pemanfaatannya PPI Beba seluas 2.670 m2 dan tingkat optimalisasi lahan hanya 21.88 %,
tingkat pemanfaatan areal tempat parkir memiliki persentase sebesar 27,8 %, luas TPI
yang telah ada yaitu 210 m2 pemanfaatan tempat pelelangan ikan di PPI Beba sebesar
0%. Gedung pelelangan merupakan suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat para
nelayan melakukan proses jual beli ikan. PPI Beba memiliki TPI dengan Jumlah produksi
rata – rata per hari yaitu 10 ton sedangkan daya tampung ruang terhadap produksi yaitu
20 ton . Berdasarkan hasil analisis luas TPI menunjukkan bahwa luas yang dibutuhkan
untuk tempat pelelangan ikan ialah 200 m2. Hal ini menunjukkan bahwa luas yang
dibutuhkan hampir sama dengan luas TPI yang telah ada yaitu 210 m2 . TPI Beba telah
14
memenuhi standar kriteria luas tempat pelelangan ikan, hal ini didukung oleh pernyataan
Lubis (2012) yang menyatakan bahwa standar kriteria untuk luas TPI untuk pelabuhan
perikanan kelas D yaitu seluas 150 m2. Berdasarkan hasil analisis perhitungan total luas
lahan dari seluruh fasilitas maka didapatkan yaitu 1.22 Ha. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 8 Tahun 2012 luas lahan untuk memanfaatkan dan
mengelola PPI sekurang-kurangnya 1 ha. Sehingga Luas Lahan PPI Beba sudah
memenuhi kriteria teknis.

B. POTENSI PERIKANAN KABUPATEN TAKALAR


Kabupaten Takalar merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang menjadikan
sektor perikanan sebagai sektor yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonominya dimana
terdapat enam kecamatan dari sembilan kecamatan yang merupakan wilayah pesisir yaitu
Galesong Utara, Galesong, Galesong Selatan, Sanrobone. Kecamatan Mappakasunggu dan
Mangaraombang yang kecamatannya merupakan daerah penangkapan ikan yaitu kecamatan
Galesong Utara, Galesong dan Galesong Selatan; Satu kecamatan merupakan gabungan
daerah penangkapan ikan dan sentra alga yaitu kabupaten Mangaraombang, sedangkan dua
lainnya merupakan sentra budidaya rumput laut yaitu kecamatan Sanrobone dan kecamatan
oleh Mappakasunggu.

Zonasi wilayah penangkapan ikan di Kabupaten Takalar terdiri dari dua wilayah yaitu
wilayah pantai utara yang terdapat satu kecamatan, kecamatan Galesong Utara dan terdiri
dari tiga desa, antara lain desa Aeng Batubatu, desa Tamalate dan desa Tamasaju dan
sebelah selatan wilayah pesisir yang terdapat tiga kecamatan yaitu Galesong, kecamatan
Galesong Selatan dan kabupaten Mangarabombang dan terdiri dari enam desa yaitu desa
Boddia, desa Bontomarannu, desa Kaluku Bodo, desa Mangindara dan desa Tope Jawa.

Kabupaten Takalar memiliki potensi sumber daya kelautan yang cukup besar dan dapat
dikelola dengan mengembangkan potensi sektor perikanan yaitu potensi perikanan budidaya
dan perikanan tangkap. tahun 2011 sebanyak 25.589 ton dan tahun 2012 sebanyak

16.300 ton (DKP, Kabupaten Takalar, 2013).

Potensi perikanan tangkap dapat dimanfaatkan melalui pemanfaatan yang bertanggung


jawab dengan menggunakan perahu dan alat tangkap. Kapal penangkap ikan adalah kapal

15
terapung, perahu atau peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan, mendukung operasi
penangkapan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) Sulawesi Selatan tahun 2011, Kabupaten Takalar menduduki peringkat keempat
jumlah kapal setelah Kabupaten Selayar, Kabupaten Bone dan Kabupaten Pinrang.

Produksi pukat cincin di kabupaten Galesong Utara dihitung berdasarkan keranjang menurut
jenis ikan per tahun.Sekeranjang ikan memiliki berat sekitar

-15 kilogram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total produksi unit pukat cincin
di Kecamatan Galesong Utara dalam satu tahun adalah 435,79 ton. Total produksi terbesar
terdapat pada musim timur dan desa Tamalate, masing-masing sebesar 311,46 ton dan 150,94
ton. 140,49 ton dalam satu tahun (Tabel 1).Saluran pemasaran yang terbentuk terdiri dari 2
(dua) saluran pemasaran. Saluran pemasaran dipasarkan langsung ke pengepul, kemudian
dipasarkan kembali ke

pengecer dan didistribusikan ke konsumen akhir. Dua saluran pemasaran dipasarkan


langsung ke pengecer dan didistribusikan ke konsumen akhir. .

C. POTENSI ARMADA PERIKANAN KABUPATEN TAKALAR

Data kapal penangkap ikan di Kabupaten Takalar sebanyak 2.734 unit kapal yang terdiri dari
730 unit kapal tidak bermotor, yang terbagi atas 325 unit kapal jukung dan 405 unit unit kapal,
1.379 unit kapal motor tempel, dan 625 unit unit kapal motor di dalam. Terdiri dari 190 unit 0.5
GT, 382 unit 5 10 GT dan 53 unit 10 20 GT.
Di Kabupaten Takalar terdapat berbagai jenis kapal, salah satunya adalah kapal multiguna.
Ikan digunakan. Dari hasil penyelidikan, diperoleh sembilan (sembilan) jenis kapal di Kabupaten
Takalar, empat di antaranya merupakan kapal multiguna. Selain kapal multiguna, juga terdapat
kapal dompet, kapal Cantrang, kapal Bubu, kapal ulur dan kapal gillnet. Jenis kapal ini berbeda di
setiap tempat/desa karena berbagai faktor termasuk kondisi perairan. , faktor sosial budaya dan
tingkat ekonomi nelayan di suatu desa.

16
D. DIMENSI KAPAL IKAN

Nama Kapal : SINAR BAHAGIA


Ukuran Kapal
a. GT : 14-18
b. Panjang : 11 m
c. Lebar : 3,4 m
d. Sarat : 50 cm
e. Tinggi : 1m
Mesin Kapal
a. Merk Mesin : MITSUBISI
b. Daya Mesin : 6D16

A. BIAYA OPERASIONAL KAPAL IKAN


1 Bahan Bakar : Rp, 1.000.000/hari
2 Minyak Pelumas : Rp. 4.000.000/tahun
3 Umpan : - (Purse Seine)
4 Es Batu : Rp. 2.500.000
Biaya Konsumsi awak
5 kapal : Rp. 1.800.000
6 Retribusi/Pajak : 1 juta/setahun
7 Gaji awak kapal : 150 Ribu/hari/1 orang

B. PENDAPATAN OPERASIONAL KAPAL IKAN

1 Wilayah Tangkapan : 16 Mil dari pelabuhan


2 Waktu berlayar
a. Setiap Hari : Setiap hari
b. Berapa Kali dalam seminggu : 7 kali
c. Berapa Kali dalam sebulan : 28 kali
3 Bulan apa saja tidak beroperasi : April dan Desember
4 Rata - rata jumlah tangkapan ikan : 5 kerangjang
5 Jenis Ikan yang ditangkap : Ikan merah
17
6 Harga ikan yang ditangkap : Rp. 1.250.000/basket

18
C. KELAYAKAN OPERASIONAL KAPAL IKAN
a. Net Present Value
Investasi = Rp. 150.000.000
Rp. 1 50.000.000
Biaya Depresiasi =
2 Tahun

= Rp.75.000.000/tahun
Biaya operasional = Rp. 279.175.000/tahun
Biaya pemeliharaan = Rp. 7.100.000/tahun
Pendapatan = Rp. 700.000.000/tahun
Total biaya = Biaya operasional + biaya pemeliharaan + biaya
depresiasi
= Rp. 279.175.000 + Rp. 7.100.000 + Rp. 75.000.000
= Rp. 361.275.000

Nilai NPV
i1=2% i2=10
%
NPV
F Nilai
Thn Biaya Pendapatan Hasil (3-2) (Fns*Hasil
sekarang
(3-2))
0 150.000.000 150.000.000 1 150.000.000
1 361.275.000 700.000.000 338.725.000 0,71 241.946.429
2 361.275.000 700.000.000 338.725.000 0,51 172.818.878
NPV1 564.765.306
NPV ≥ 0 (NPV Positif)
Jika NPV ≥ 0 (NPV Positif), maka investasi akan menguntungkan / feasible

19
b. IRR (Internal Rate of Return)

Nilai NPV
i1=2% i2=10%
NPV NPV
F Nilai F
Thn Biaya Pendapatan Hasil (3-2) (Fns*Hasi (Fns*Hasil(3-
sekarang nilai
l (3-2)) 2))
sekara
ng

0 150.000.00 150.000.000 1 150.000.0 1 150.000.000


0 00
1 361.275.00 700.000.000 338.725.000 0,71 241.946.429 0,91 220.171.250
0
2 361.275.00 700.000.000 338.725.000 0,51 172.818.878 0,83 143.439.668
0
NPV1 564.765.306 NPV2 513.610.918

NPV1 = 564.765.306
NPV2 = 513.610.918
i1 = 2%
i2 = 10%
𝐍𝐏𝐕 𝟏
iRR = 𝐢𝟏 +
(𝐍𝐏𝐕𝟏−𝐍𝐏𝐕𝟐) (𝒊𝟐 − 𝒊𝟏)

564.765.306
= 2% + ( 564.765.306 − 513.610.918) (10%-2%)

564.765.306
= 2% + 51.154.388 (8%)

= 2% + (11,040)(8%)

= 2% + 88%

= 90%

Investasi layak jika IRR > tingkat suku bunga yang berlaku (di bank)

Maka investasi tersebut layak karena IRR (90%) > tingkat suku bank (untuk saat ini)

20
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:

1. Kapal Sunggumanai layak karena memenuhi kriteria NPV dan IRR dimana
nilai IRR-nya lebih besar dari suku bank.
2. Modal, jam kerja dan teknologi berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
nelayan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
Karena ketiga variable tersebut mempengaruhi secara positif terhadap
pendapatan nelayan, artinya penigkatan yang di alami pada ketiga variabel
akan berdampak pada peningkatan pendapatan nelayan. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap upaya nelayan untuk menambah modal, meningkatkan jam kerja
dan menambah penggunaan teknologi akan berdampak secara umum pada
nelayan tersebut.
3. Produktifitas penangkapan ditentukan oleh bulan. Nelayan menangkap ikan
berdasarkan bulan qamariyah dimana terdapat dua musim yaitu musim barat
(November-Maret) dan musim timur (April-Oktober). Nelayan akan berlayar
ketika musim timur tiba.
4. Pengalaman tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan nelayan di
Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Namun
variabel tersebut mempengaruhi secara positif terhadap pendapatan nelayan,
artinya setiap upaya nelayan untuk meningkatkan ataupun menurunkan
pengalaman akan berpengaruh terhadap pada peningkatan pendapatan nelayan
namun tidak secara signifikan.

B. SARAN
1. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan sebaiknya para pihak yang terkait
memberikan bantuan berupa tambahan modal kerja kepada nelayan karena di
antara variabel lain dalam penelitian ini, variabel modal memberikan
penambahan yang lebih besar dari pada variabel jam kerja dan teknologi
terhadap peningkatan pendapatan nelayan .
2. Sebaiknya pemerintah atau pihak terkait memberikan bantuan dalam hal
pembinaan penggunaan teknologi alat tangkap misalnya, pendeteksi
gerombolan ikan di dasar laut.
3. Perlunya program khusus dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pendidikan yang berkualitas agar kualitas hidup juga dapat lebih baik

21
22

Anda mungkin juga menyukai