OLEH KELOMPOK 7
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini. Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Prospek Pengelolaan Potensi Sumberdaya
Maritim di Sulawesi Tenggara”. Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penyusun
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penyusun memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan...............................................................................................3
1.4 Manfaat penulisan.............................................................................................3
1.5 Metode penulisan..............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Sumberdaya Maritim......................................................................4
2.2 Potensi Sumberdaya Maritim............................................................................6
1. Sumber Daya Perikanan dan Kelautan....................................................6
2. Sumberdaya Migas Mineral...................................................................19
3. Sumberdaya Mineral..............................................................................21
4. Pariwisata Bahari...................................................................................27
5. Transportasi Laut...................................................................................28
6. Garam Industri.......................................................................................29
7. Energi terbarukan...................................................................................33
8. Biofarmasi Laut.....................................................................................35
9. Industri dan jasa maritim.......................................................................35
BAB III............................................................................................................................40
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................40
3.2 Saran...............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
1.4.1 Agar pelajar mengetahui tentang paradigma kemaritiman dan jejak sejarah
maritim yang terhapus.
1.4.2 Menambah wawasan pelajar tentang kemaritiman .
BAB II
PEMBAHASAN
POTENSI KEMARITIMAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA
KELAUTAN INDONESIA
Sejarah telah mencatat bahwa jatuh dan bangunnya peradaban bangsa yang tinggal
di kepulauan nusantara sangat dipengaruhi oleh penguasaan lautan. Kerajaan-kerajaan
besar seperti Sriwijaya dan Majapahit berhasil menguasai dan memakmurkan
kerajaannya melalui kekuatan armada lautnya. Bahkan serikat dagang Belanda (VOC)
mampu menjajah nusantara selama 3,5 abad dengan kemampuannya menguasai lautan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa laut merupakan suatu aset untuk kedaulatan dan
kemakmuran bangsa Indonesia.Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia terbentang
dari 6°08' LU hingga 11°15' LS, dan dari 94°45' BT hingga 141°05' BT terletak di posisi
geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua,
Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia.
Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil dan memiliki garis
pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2.Wilayah laut
Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki
wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil
dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai.
Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut Internasional 1982,
wilayah laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai 7.9 juta km2
terdiri dari 1.8 juta km2 daratan, 3.2 juta km2 laut teritorial dan 2.9 juta km2 perairan
ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km2 tersebut adalah 77% dari seluruh luas Indonesia,
dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga kali luas daratannya.
Wilayah laut sangat penting dengan dicantumkannya pada GBHN tahun 1993, dan
didirikannya Departemen Kelautan dan Perikanan. Undang-undang no. 22 dan 25 tahun
1999 juga mencantumkan kelautan sebagai bagian dari otonomi daerah. Sangat penting
bahwa kawasan laut perlu diintegrasikan dalam perencanaan tata ruang wilayah
nasional, provinsi dan tingkat kabupaten.
Beberapa alasan pentingnya pembangunan laut antara lain :
1. Indonesia memiliki sumberdaya alam laut yang besar baik ditinjau dari
kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya.
2. Sumberdaya laut merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan (sebagian
besarnya), artinya bahwa ikan ataupun sumberdaya laut lainnya dapat
dimanfaatkan, namun harus memperhatikan kelestariannya
3. Pusat pertumbuhan ekonomi, dengan proses globalisasi perdagangan
4. Sumber protein hewani, sumberdaya ikan mengandung protein yang tinggi
khususnya untuk asam amino tak jenuh.
5. Penghasil devisa Negara.
6. Memperluas lapangan kerja.
7. Wilayah pesisir sebagai pusat pengembangan IPTEK dan industri kelautan,
serta sebagai zona strategis untuk pusat pengembangan jalur transportasi utama
antar pulau maupun menuju daerah-daerah di pedalaman.
Pemahaman terhadap makna dan fungsi laut ini secara selaras dan seimbang,
diharapkan dapat memberikan pemanfaatan sumberdaya laut yang komperhensif,
sekaligus mendukung prinsip pemanfaatan sumberdaya secara lestari. Laut Indonesia
telahdimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, sebagai area pertambangan, jalur
transportasi, jalur kabel komunikasi dan pipa bawah air, perikanan tangkap dan budi
daya, wisata bahari, area konservasi dan sebagainya. Kesadaran akan pentingnya
pengelolaan sumberdaya laut secara multisektoral telah memicu terbentuknya Dewan
Maritim Indonesia yang kemudian dirubah menjadi Dewan Kelautan Indonesia
berdasarkan Keppres No. 21 tahun 2007. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen
pemerintahan dan kelompok masyarakat, serta bertugas untuk menyusun dan memberi
pertimbangan pada presiden mengenai kebijakan umum mengenai pengelolaan laut.
2.2 Potensi Sumberdaya Maritim
Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai sumber daya
ikan di dalamnya. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena
memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia
mencapai 95.181 km (World Resources Institute, 1998) dengan luas wilayah
laut 5,4 juta km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta
km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai
sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati
dan non hayati kelautan terbesar.
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi, perikanan tangkap di
perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta
ton/tahun. Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu,
dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang), dan
budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan
pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar terdiri
dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan
mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri
bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri
bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan pangan. Besaran
potensi hasil laut dan perikanan Indonesia mencapai 3000 triliun per tahun,
akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya sekitar 225 triliun atau sekitar
7,5% saja.
Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih
memiliki prospek yang baik. Pengembangan usaha kelautan dan perikanan
dapat digunakan untuk mendorong pemulihan ekonomi diperkirakan sebesar
US$82 miliar per-tahun.Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi
penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena kontribusi perikanan pada
2004-2009 terus mengalami kenaikan. Disamping itu potensi-potensi lainnya
mulai perlu dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, agar dapat
memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan. Untuk mengoptimalkan
pemanfaatan potensi sumber daya kelautan dan perikanan dan menjadikan
sektor ini sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional, diperlukan
upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan kelautan dan perikanan
yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim sosial yang
kondusif1
b. Potensi Perikanan Budaya
Dunia telah mengakui, bahwa indonesia adalah negara kepulauan terbesar di
dunia, dimana terdiri dari 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km.
Indonesia memiliki luas wilayah lautan sekitar 5,8 juta km2 atau sekitar 70%
dari luas total teritorial Indonesia. Dengan potensi fisik ini, tentunya kita harus
berbangga atas potensi ini, serta mampu mengelolanya dengan baik.
Sayangnya, dengan potensi yang cukup besar ini, kita (bangsa indonesia)
belum mampu menunjukan kerdiriannya sebagai bangsa bahari. Indikasinya
sangat jelas, sampai hari ini masyarakat kita yang berprofesi sebagai nelayan
masih hidup di bawah garis kemiskinan. Harusnya dengan potensi kekayaan
bahari tersebut, sudah mampu membuat bangsa ini sejahtera. Ini merupakan
bukti kegagalan pemerintah kita dalam penegelolaan sektor kelautan dan
perikanan. Sekaligus mengindikasikan perhatian pemerintah terhadap sektor ini
masih dipandang sebelah mata.
Apa pasal yang membuat bangsa ini belum mapan dalam sektor bahari?
Indikasi kecilnya adalah belum adanya kesadaran kolektif bangsa ini akan arti
pentingnya sektor kelautan kita. Dari segi pengambil kebijakan misalnya,
departemen yang secara khusus menangani masalah kebaharian yakni
kementerian Kelautan dan Perikanan kita baru ada pasca tumbangnya orde
baru. Itu baru pada persoalan penentu kebijakan. Tentunya potensi fisik
tersebut bukanlah hanya menjadi kebanggaan saja. Akan tetapi potensi itu
harus dikelola untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat. Sayangnya, sampai
sekarang potensi sumberdaya perikanan kita masih belum dikelola secara
efektif. Layaknya raksasa yang masih tidur, demikianlah potensi sumber daya
perikanan kita. Dalam terminologi saya, potensi tersebut hanya akan menjadi
(potensi) kekayaan yang merana jika tidak dikelola dengan baik
Sumberdaya dapat pulih terdiri dari ikan dan vegetasi lainnya. Namun yang
menjadi primadona kita selama ini adalah pada sebatas ikan konsumsi seperti
ikan pelagis, ikan demersal, ikan karang, udang dan cumi-cumi. Sedangkan
untuk vegetasinya adalah terumbu karang, padang lamun, rumput laut, dan
hutan mangrove. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat
pulih sering kita salah tafsirkan sebagai sumber daya yang dapat eksploitasi
secara terus menerus tanpa batas. Dalam data Ditjen Perikanan, (1995), Potensi
sumber daya perikanan laut di indonesia terdiri dari sumber daya perikanan
pelagis besar dengan potensi produksi sebesar 451.830 ton/tahun dan pelagis
kecil sebesar 2.423.000 ton/tahun sedangkan sumberdaya perikanan demersal
memiliki potensi produksi sebesar 3.163.630 ton/tahun, udang sebesar 100.728
ton/tahun, ikan karangdengan potensi produksi sebesar 80.082 ton/tahun dan
cumi-cumi sebesar 328.968 ton/tahun. Dengan demikian potensi lestari sumber
daya perikanan laut dengan tingkat pemanfaatan baru sekitar 48%.
Sementara itu, potensi vegetasi biota laut juga sangat besar. Salah satunya
adalah terumbu karang. Dimana terumbu karang ini memilki fungsi yang
sangat startegis bagi kelangsungan hidup ekosistem laut yakni fungsi ekologis
yaitu sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat
pemijahan, tempat bermain dan asuhan berbagai biota. Terumbu karang juga
menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis penting seperti berbagai
jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang dan kerang mutiara Data Ditjen
Perikanan tahun 1991 menunjukan, potensi lestari sumber daya ikan pada
terumbu karang di perairan indonesia diperkirakan sebesar 80.802
ton/km2/tahun, dengan luas total terumbu karang 50.000 km2. Vegetasi lainnya
adalah rumput laut. Rumput laut memiliki potensi lahan untuk budidaya sekitar
26.700 ha dengan kemampuan potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun
(Ditjen Perikanan, 1991).
Potensi lain yang juga belum tergarap adalah pemanfaatan wilayah pesisir
dan laut sebagai penghasil daya energi, belum dimanfaatkan secara optimal.
Padahal wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu sumber energi
Gambaran potensi wilayah laut dan pesisir kita tersebut hanyalah sebahagian
kecil yang dimanfaat secara optimal. Tentunya masih banyak potensi lain yang
dapat dikembangkan guna kemakmuran rakyat. Namun sangat disayangkan
potensi sumber daya pesisir dan lautan belum bisa mewujudkan kesejahteraan
bagi masyarakat khususnya nelayan. Hal yang terjadi justru sebaliknya,
ditengah kebanggaan kita sebagai bangsa bahari, justru nelayan kitalah yang
paling termarjinalkan. Suatu fenomena yang kontras. Rohmin Dahuri pernah
mengatakan, seandainya saja potensi wilayah pesisir dan laut dikelola secara
baik maka hasilnya akan mampu membayar utang luar negeri kita yang sampai
hari ini belum bisa terbayarkan. Namun apa boleh buat, model pengelolaan
wilayah pesisir dan laut selama ini sangat berorientasi pada aspek eksploitasi.
Hal ini terlihat jelas selama pemerintahan orde baru. Kegiatan pengelolaan
wilayah pesisir dan laut hanya sebatas untuk pemenuhan pundi uang bagi
negara. Sementara pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan belum
sepenuhnya dilakukan. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan bisa jadi suatu saat nanti akan menjadi penyedia primer
bahan pangan. Tidak berlebihan kiranya, mengingat jumlah penduduk yang
meningkat tiap tahunnya serta semakin kurangnya lahan pertanian akibat
adanya aktivitas pembangunan perumahan dan jalan. Dengan demikian mau
tidak mau, suka tidak suka potensi sumberdaya wilayah pesisir dan lautan akan
menjadi kiblat ekonomi indonesia masa depan. Jika potensi kekayaan ini
dibiarkan merana tidak dikelola dengan baik, maka indonesia sebagai negara
bahari bisa jadi hanya tinggal nama
Minapolitan, berasal dari kata MINA dan POLITAN. Mina adalah ikan dan
Politan adalah kawasan. Kawasan Minapolitan adalah kawasan yang terdiri
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem
produksi perikanan dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem minabisnis. Minabisnis merupakan suatu
kegiatan penanganan komoditas secara komprehensif mulai dari hulu sampai
hilir (pengadaan dan penyaluran minainput, proses produksi, pengolahan, dan
pemasaran).
Berdasarkan issue dan permasalahan perdesaan yang terjadi di Indonesia,
pengembangan Kawasan Minapolitan merupakan alternatif solusi untuk
pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Konsepm
pembangunan tersebut sejalan dengan Arah Umum Pembangunan Nasional
dan Arah Kebijakan Pembangunan Kewilayahan dan Pengembangan Kawasan
sebagaimana tertuang di dalam Buku I RPJM Tahun 2010-2014. Sejalan
dengan arah kebijakan nasional tersebut, pembangunan sektor kelautan dan
perikanan perlu dilakukan dengan pengembangan kawasan-kawasan ekonomi
unggulan menjadi lebih produktif dengan konsep Kawasan Minapolitan.
Pengembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia diindikasikan oleh
ketersediaan lahan perikanan dan tenaga kerja yang murah, telah terbentuknya
kemampuan (skill) dan pengetahuan (knowledge) di sebagian besar
pembudidayaan, jaringan (network) terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah
terjadi. Kondisi seperti ini merupakan sebuah keuntungan kompetitif untuk
Indonesia dalam pengembangan Kawasan Minapolitan daripada negara lain.
Pengembangan Kawasan Minapolitan ini menggunakan potensi lokal,
sehingga konsep ini sangat mendukung perlindungan dan pengembangan
budaya sosial lokal Indonesia.
Konsep Minapolitan adalah pengembangan kawasan ekonomi yang
terintegrasi dengan perikanan budidaya sebagai basis usaha. Konsep ini
bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemanfaatan sumber
daya alam serta sekaligus memberdayakan masyarakat di suatu kawasan,
pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi. Secara konseptual,
Minapolitan mempunyai dua unsur utama yaitu :
1. Minapolitan sebagai konsep pembangunan sektor kelautan dan
perikanan berbasis wilayah.
2. Minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan komoditas
utama produk kelautan dan perikanan
Masterplan pengembangan Kawasan Minapolitan. adapun
muatan yang terkandung didalamnya adalah :
1. Penetapan pusatminapolitan.
2. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan.
3. Penetapan sektor unggulan.
4. Dukungan sistem infrastruktur
5. Dukungan sistem kelembagaan
Konsep Minapolitan didasarkan pada 3 azas, diantaranya yaitu:
1. Demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat
2. Pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi Negara
secara terbatas (limited state intervention)
3. Penguatan daerah dengan prinsip, daerah kuat maka bangsa dan Negara
kuat.
Industri minyak bumi nasional sudah tua, lebih dari 100 tahun, dan produksinya
semakin menurun. Sepanjang sejarah Republik Indonesia merdeka, puncak produksi
minyak terjadi sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 1977 dan 1995 dimana produksi
minyak bumi masing-masing sebesar 1,68 juta bpd dan 1,62 juta bpd. Setelah 1995
produksi minyak Indonesia rata-rata menurun dengan natural decline rate sekitar 12%
per tahun. Namun sejak tahun 2004 penurunan produksi minyak dapat ditahan dengan
decline rate sekitar 3% per tahun.
Pada tahun 2014, produksi minyak bumi hanya sekitar 789 ribu bpd atau menurun
menjadi 96% dibandingkan tahun 2013 sebesar 824 ribu bpd. Sejak tahun 2010 s.d.
2014 terjadi penurunan produksi rata-rata sekitar 4,41% per tahun. Penurunan produksi
tersebut lebih disebabkan selain usia lapangan minyak Indonesia yang sudah tua, dan
adanya kendala teknis seperti unplanned shutdown, kebocoran pipa, kerusakan
peralatan, kendala subsurface dan gangguan alam. Selain itu, terdapat kendala non
teknis masih terjadi seperti perizinan daerah, lahan, sosial dan keamanan. Selain itu,
terlambatnya peak production dari the giant field-Blok Cepu, akibat pembebasan lahan
yang berlarut-larut menyebabkan onstream proyek mundur menjadi tahun 2015.
Meskipun produksi minyak bumi tahun 2014 hanya sekitar 789 ribu bpd, namun
jika dilihat minyak dan gas bumi as a single comodity, produksinya mencapai 2,01 juta
barrel oil equivalen per day (boepd). Bahkan jika dilihat energi fosil sebagai satu
kesatuan mencakup migas dan batubara, maka produksi energi fosil Indonesia tahun
2014 mencapai 7,25 juta boepd, hampir mendekati produksi minyak negara di Timur
Tengah, dimana mereka lebih dominan memiliki migas tetapi tidak batubara
sebagaimana Indonesia.
Sebaliknya, produksi gas bumi Indonesia relatif meningkat sejak tahun 1970-an,
meskipun akhir-akhir ini produksinya cederung stagnan pada level kisaran 8.000
mmscfd. Pada tahun 2014 produksi gas bumi sebesar 8.177 mmscfd. Angka produksi
gas tersebut berbeda dengan angka lifting gas bumi yang pada tahun 2014 sekitar 6.838
mmscfd atau
1.221 ribu boepd. Produksi, merupakan volume gas yang tercatat di wellhead dikurangi
pemakaian sendiri (own use) yaitu untuk gas reinjeksi dan gas lift.
Indonesia memiliki potensi hidrokarbon di 60 cekungan sedimen. Bahkan hasil
penelitian Badan Geologi terakhir diidentifikasi cekungan migas sebanyak 128
cekungan. Cadangan terbukti minyak bumi tahun 2014 sebesar 3,6 miliar barel dan
dengan tingkat produksi saat ini maka usianya sekitar 13 tahun. Sedangkan cadangan
terbukti gas bumi tahun 2014 sebesar 100,3 TCF dan akan bertahan selama 34 tahun.
Usia cadangan migas, diasumsikan apabila tidak ada penemuan cadangan migas baru
Adapun dengan produksi gas bumi Indonesia tahun 2013 sebesar 8.130 mmscfd,
dengan asumsi tidak penemuan cadangan gas baru maka usia gas bumi Indonesia sekitar
34 tahun (based on cadangan terbukti).
Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman energi juga dianugerahi
Coalbed Methane (CBM) sebagai salah satu unconventional gas. Unconventional gas
merupakan sumber daya yang relatif masih sulit dan mahal untuk dikembangkan,
namun potensinya biasanya lebih besar daripada conventional gas. Berdasarkan
penelitian Ditjen Migas dan Advance Resources International, Inc. pada tahun 2003,
sumber daya CBM Indonesia disinyalir sekitar 453 TCF.
Penyebab rendahnya penemuan cadangan dan produksi minyak dan gas bumi antara
lain karena:
1. Sebagian Kontraktror Kontrak Kerja Sama (KKKS) eksplorasi, belum
berpengalaman, dimana dari sekitar 147 KKKS eksplorasi, 50 KKKS
diantaranya merupakan pemain baru, dan banyak KKKS yang tidak dapat
merealisasikan komitmen eksplorasinya. Selain itu, terdapat perusahaan yang
mengelola lebih dari 30 Wilayah Kerja sehingga secara teknis dan finansial
menjadi kurang sehat dan produktif.
2. Permasalahan sosial, birokrasi dan teknis, seperti perizinan daerah, lahan, sosial
dan keamanan juga menjadi penyebab kendala produksi minyak, selain
permasalahan teknis seperti unplanned shutdown, kebocoran pipa, kerusakan
peralatan, kendala subsurface dan gangguan alam serta keterlambatan on-stream
proyek. Kendala yang menjadi penghambat jadwal produksi yang paling
menonjol adalah pembebasan lahan yang berlarutlarut di Blok Cepu
menyebabkan keterlambatan onstream POD lapangan Banyu Urip yang
seharusnya rencana pertama kali onstream tahun 2008 kemudian mundur
menjadi tahun 2014 dan tahun 2015.
3. Mekanisme pengenaan PBB. Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No 79
Tahun 2010 seluruh pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Migas
ditanggung oleh pemerintah melalui mekanisme “Assume and Discharge”, di
mana pengenaan PBB Migas dibayarkan oleh pemerintah. Namun, sejak
pemberlakuan PP Nomor 79 Tahun 2010 seluruh pengenaan PBB Migas
dimasukkan sebagai komponen biaya bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama
(KKKS) Migas pada Masa Eksplorasi dan akan dikembalikan melalui
mekanisme Cost Recovery pada saat masa produksi, sehingga Kontrak Kerja
Sama (KKS) yang ditandatangani setelah tahun 2010, diwajibkan untuk
membayar lebih dahulu PBB Migas dan baru dapat dibebankan sebagai biaya
ketika berproduksi.
Pengenaan PBB pada masa eksplorasi dirasa masih memberatkan kontraktor
mengingat masa eksplorasi belum terdapat kepastian penemuan cadangan migas
dan masih terdapat kemungkinan kegagalan eksplorasi sehingga terdapat biaya
yang tidak dapat dikembalikan. Dampaknya, terjadi penurunan minat
keikutsertaan penawaran langsung wilayah kerja (WK). Pada tahun 2013
penawaran langsung sebanyak 16 WK dan hanya 5 WK yang berlanjut ke
penandatanganan kontrak (31%). Sedangkan 5 tahun sebelum tahun 2013,
penawaran langsung yang berlanjut ke penandatanganan kontrak rata-rata
sebesar 81%.
3. Sumberdaya Mineral
Sumber daya mineral atau bahan galian adalah sumber daya yang telah disediakan
oleh kulit bumi sebagai bagian dari mineral batuan dalam jumlah tertentu. Sumber daya
ini jika diolah akan menghasilkan logam dan berbagai bahan keperluan proses industri
untuk menunjang kehidupan manusia.
Sumber daya mineral yang tergolong tidak dapat diperbarui di antaranya logam
mulia (emas, perak, platina), bukan logam mulia (tembaga, timbal, seng, timah, besi,
mangaan, nikel), dan bahan galian industri (fosfat, asbes, belerang, gamping, pasir
kuarsa, oker, lempung, mangaan, diatomae, gips, dan anhidrid).
1) Tahap Pertama
Penyelidikan umum, yaitu penyelidikan secara geologi atau geofisika di
daratan, perairan, dan udara, dengan maksud untuk membuat peta geologi
umum atau menetapkan tanda-tanda ditemukannya bahan galian.
2) Tahap Kedua
Eksplorasi, yaitu segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan
lebih teliti adanya suatu bahan galian dan sifat dari bahan galian.
3) Tahap Ketiga
Eksploitasi, yaitu usaha pertambangan dengan maksud menghasilkan bahan
galian dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
4) Tahap Keempat
Pengolahan dan pemurnian, yaitu pengerjaan untuk mem pertinggi mutu bahan
galian dan upaya memanfaatkan dan mendapatkan unsurunsur yang terdapat
pada bahan galian tersebut.
5) Tahap Kelima
Pengangkutan, yaitu segala usaha pemindahan bahan galian dari hasil
pengolahan serta pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat
pemurnian.
6) Tahap Keenam
Penjualan, yaitu segala penjualan bahan galian dari hasil pengolahan atau
pemurnian bahan galian.
a. Golongan bahan galian stategis juga dikenal dengan sebutan bahan galian
golongan A, jenisnya antara lain batubara, minyak bumi, gas alam, uranium,
nikel, dan timah.
b. Golongan bahan galian vital juga dikenal dengan sebutan bahan galian golongan
B, jenisnya antara lain besi, mangaan, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas,
perak, intan, platina, yodium, dan belerang.
c. Golongan bahan galian lainnya dikenal dengan sebutan bahan galian golongan
C, jenisnya antara lain fosfat, asbes, mika, tawas, okek, batu permata, pasir
kuarsa, kaolin, feldspar, gips, batu apung, marmer, batu tulis, batu kapur, granit,
tanah liat, dan pasir.
Van Bemmelen (1949) membagi bahan galian ke dalam tiga golongan, yaitu
sebagai berikut.
1) Golongan pertama, yaitu mineral organik yang terdiri atas minyak bumi, gas
alam, batubara, dan aspal.
2) Golongan kedua, yaitu bijih logam yang terdiri atas timah, emas, perak, bauksit,
nikel, mangaan, tembaga, seng, dan platina.
3) Golongan ketiga, yaitu mineral anorganik bukan bijih logam, seperti fospat,
belerang (sulfur), yodium, gamping, dan air raksa.
Berikut akan dijelaskan beberapa bahan galian yang cukup penting dan sudah
diusahakan, di antaranya sebagai berikut.
1) Bijih Timah
Daerah penghasil timah terdapat di daerah Riau (Pulau Lingga, Singkep, Karimun,
Kundur, dan Bangkinang), Pulau Bangka, dan Pulau Belitung. Pengeksploitasian
timah di Indonesia seluruhnya dilakukan oleh PT Timah Tbk. yang berpusat di
Pangkal Pinang (Pulau Bangka). PT Timah Tbk dalam kegiatan operasionalnya
dibantu oleh PT Tambang Timah dan PT Koba Tin (keduanya anak perusahaan PT
Timah Tbk.).
Hasil eksploitasi timah berupa bijih timah, kemudian diolah oleh pabrik peleburan
timah sehingga menjadi timah batangan atau logam timah. Pusat peleburan timah di
Indonesia terdapat di Muntok (Pulau Bangka).
Pemanfaatan timah di dalam negeri antara lain digunakan untuk pembuatan
kaleng, pipa saluran, pembungkus rokok, mata peluru, dan solder.
Cadangan timah terdapat dalam urat-urat kuarsa dalam batuan granit dan skis,
juga dalam endapan atau lapisan aluvial dan eluvial. Cadangan timah di Indonesia
diperkirakan terdapat sekitar satu juta ton, jumlah ini mungkin bertambah jika telah
dilakukan inventarisasi sumber daya yang lebih saksama.
2) Nikel
Nikel kali pertama ditemukan di daerah Pomala (Sulawesi Tenggara) yaitu sekitar
1909. Deposit tersebut mulai dieksplorasi pada 1934 dan mulai berproduksi pada
1938. Cadangan nikel di Pomala sangat kecil sehingga hanya dapat memenuhi
kebutuhan sampai 1962.
Hasil penambangan nikel adalah bijih nikel, nikel matte, (bijih nikel yang sudah
dipisahkan dengan bahan buangannya), dan ferronikel (campuran yang mengandung
nikel 78% dan besi 0,7%).
Emas dan perak banyak dipergunakan untuk membuat barangperhiasan dan obat-
obatan. Pada umumnya, emas digunakan sebagai alat pembayaran. Pada abad ke-16
dan-17 manusia banyak yang berlomba mencari emas ke berbagai daerah atau
negara yang dianggap sebagai negara emas, terutama orang-orang Spanyol.
Negara yang banyak kandungan emasnya di antaranya Afrika Selatan (merupakan
daerah terpenting penggalian emas di seluruh dunia, yang berpusat di kota
Johannesburg), Rusia, Amerika Serikat (bagian barat Amerika Serikat, Alaska,
Kanada), dan Australia.
Cadangan perak jumlahnya jauh lebih banyak daripada emas sehingga harganya
jauh lebih murah. Negara yang paling banyak kandungan peraknya adalah Meksiko.
Logam emas dan perak sering terdapat bersamaan dan berasosiasi dengan logam-
logam tembaga, besi, seng, dan logam platina. Logam emas paling mudah dikenali
karena warnanya kuning, lunak, dapat ditempa, tahan terhadap asam, dan tidak
mudah teroksidasi.
Emas banyak ditemukan di urat-urat batuan atau gang di dalam batuan. Proses
pengikisan pada saat erosi dapat menyebabkan kikisan emas yang akan terakumulasi
di daerah endapan sekitar muara sungai. Oleh karena itu, terdapat beberapa pasir
endapan yang bercampur emas. Dapat juga batuan yang bercampur emas kemudian
mengendap ke tempat lain sehingga terjadi lapisan emas baru.
Potensi tambang emas di Indonesia terdapat di wilayah Sumatra Utara, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara, dan Maluku (Pulau Halmahera dan Pulau Obi). Pengusahaan tambang
emas di Indonesia sudah dilakukan sejak lama, seperti yang dilakukan di Rejang
Lebong (Bengkulu), Cikotok (Jawa Barat), Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara),
dan Sambas (Kalimantan Barat). Eksploitasi tambang emas di Indonesia dilakukan
oleh PT Antam, di antaranya di Jawa Barat dan Kalimantan Selatan. Adapun di
Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah dilakukan
oleh pihak perusahaan swasta.
Produksi emas Indonesia pada 1995/1996 sebesar 65.864,5 kg dan perak sebesar
163.119,6 kg. Penjualan emas dalam negeri sebesar 3.747,2 kg dan perak sebesar
57.258,7 kg, sedangkan nilai ekspor emas sebesar 60.022,8 kg.
5) Tembaga
Tembaga merupakan kelompok logam bukan besi yang telah dipergunakan sejak
3.500 SM oleh orang-orang Mesir. Tembaga dipadu dengan besi menjadi perunggu,
sedangkan jika tembaga dipadu dengan seng menjadi kuningan.
Tambang tembaga di Indonesia terdapat di Kalimantan, Pulau Sram, Papua, dan
Maluku. Jumlah cadangan diperkirakan ada 170 juta ton dengan kadar tembaga 1%.
Di Papua terdapat cadangan tembaga sebanyak 33 juta ton dengan kadar tembaga
2,5% dan besi 40,6%. Potensi tembaga terbesar di Indonesia berada di Tembagapura
(Papua), yang pengelolaannya bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia
Company (Amerika Serikat) sejak 3 Maret 1973.
6) Intan
Pengertian wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan
rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan
ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan kasil
karya
/ buatan manusia. Manusia sudah mulai jenuh dengan kehidupan perkotaan yang
sibuk oleh berbagai kegiatan industri dan bisingnya kota. Akibatnya tempat- tempat
rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan
kenyamanan semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan). Meningkatnya
kegiatan wisata alam, termasuk wisata bahari, ini ada kaitannya dengan perubahan
pola hidup masyarakat, meningkatnya taraf kehidupan, adanya pertambahan waktu
luang dan semakin meningkatnya fasilitas, sarana dan prasarana sehingga dapat
menjangkau tempat-tempat dimanapun lokasi wisata berada. Untuk mengimbangi
peningkatan kebutuhan di bidang rekreasi diperlukan usaha penggalian terhadap
obyek-obyek wisata alam baru, yang belum dikelola dan punya potensi layak untuk
dikembangkan, agar permintaan terhadap wisata alam dapat dapat terpenuhi.
Hal yang mendasar bagi kepariwisataan yaitu daya tarik wisata. Adanya daya
tarik wisata disuatu daerah bisa menunjang kepariwisataan didaerah tersebut. Daya
tarik wisata yang tidak atau beum dikembangkan semata-mata hanya merupakan
sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata apabila
belum dikembangkan dengan optimal.
Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan, jika
disuatu daerah tersebut memiliki lebih dari suatu jenis daya tari wisata sehingga
dapat dikembangkan potensi yang ada. Hal ini perlu diperhatikan dalam
pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial dengan dilakukan penelitian
dan evaluasi sebelum fasilitas sarana dan prasarana wisata dikembangkan suatu
daerah tertentu.
Menurut (Yoeti, 1990) bahwa ada tiga faktor yang dapat menentukan
berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai suatu industri, ketiga faktor tersebut
diantaranya : tersedianya objek dan daya tarik wisata (attraction), kemudahan
dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara geografis atau kecepatan teknis,
serta tersedinya sarana transportasi ke tujuan tersebut (accessibility) dan
tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, restoran, hiburan serta
komunikasi (amenities).
Terkait teori diatas bahwa perkembangan kepariwisataan disuatu daerah wisata
sangat ditunjang oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang ada, karena
kebutuhan wisatawan tidak hanya untuk menikmati keindahan alam atau keunikan
daya tarik wisata saja, melainkan memerlukan sarana dan prasarana wisata seperti
akomodasi, restoran. Telekomunikasi, listrik, air bersih, kesehatan, olahraga, pusat
informasi pariwisata sebagai penunjang pariwisata. Selain itu kemudahan untuk
mencapai lokasi daya tarik wisata sangat penting karena aksesibilitas dalam hal ini
menyangkut kondis jalan, tarif angkutan, jenis kendaraan, jaringan transportasi
jarak tempuh dan waktu tempuh. Semakin baik aksesibilitas suatu daya tarik
wisata, maka akan semakin banyak jumlah wisatawan yang berkunjung.
Sedangkan untuk pariwisata bahari, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
dalam upaya pengembangannya, seperti:
1. Tentukan dulu analisa pasar atau permintaan (demand) terhadap produk
pariwisata sebelum menyiapkan penawaran (supply) produk wisata.
2. Tentukan lokasi wisata bahari yang paling prioritas untuk dikembangkan.
3. Melakukan pembangunan destinasi wisata dengan syarat lihat 4 aspek utama
yang membuat destinasi unggul yaitu ketersediaan atraksi wisata dilokasi yg
akan dikembangkan, aksesibilitas (kemudahan menuju ke lokasi tersebut)
yang paling mudah, sarana prasarana pendukung pariwisata (akomodasi,
warung, rumah makan dll) yang paling lengkap dan faktor pengelolaan paling
baik.
4. Melakukan promosi dan penjualan produk pariwisata dengan biaya sekecil
mungkin dan dampak seluas mungkin (low budget high impact).
5. Transportasi Laut
Transportasi laut adalah sebagai mobilitas manusia, barang dan jasa baik lokal,
regional, nasional mauoun international. Jasa industri angkutan menggunakan kapal
laut merupakan jasa angkutan yang bergerak dalam pengakutan penumpang dan
barang (cargo).
Dalam melakukan perdagangan intrnational dan domestik banyak pemilik
barang (shipper) menggunakan jasa transportasi laut, hal ini di karenakan jumlah
barang yang akan diangkut relatif dalam jumlah yang besar serta ongkos
pengangkutannya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan moda lainnya.
Di tahun ini telah berlaku AFTZ (Asean Free Trade Zone ) dimana Indonesia
dituntut untuk bersaing dengan negara asia pada khususnya dan negara di luar asia
pada umumnya dalam hal perdagangan internasional.
Kegiatan bongkar muat merupakan salah satu kegiatan operasioanal di
pelabuhan yang secara langsung berhubungan dengan kepentingan perekonomian.
Kelancaran arus barang merupakan hal yang sangat penting di perhatikan
dalam kegiatan tersebut, bila karena alasan diatas terjadi pembengkakan biaya yang
tinggi dalam penanganan bongkar muat suatu barang secara tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap peningkatan harga barang tersebut di pasaranDengan melihat
kondisi yang demikian maka sangat perlu dilakukan perencanaan – perencanaan
yang matang bagi barang yang akan diangkut, dibongkar maupun dimuat agar hasil
yang diperoleh dapat maksimal serta menguntungkan bagi kedua belah pihak baik
bagi pengguna jasa maupun si pemberi jasa itu sendiri, karena perencanaan yang
matang merupakan awal dari kesuksesan suatu kegiatan.
6. Garam Industri
Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk Kristal yang merupakan
kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa
lainnya, seperti Magnesium Chlorida,Magnesium sulfat, dan Calsium Chlorida.
Sumber garam yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit
dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah (Burhanuddin S 2001).
Menurut Desrosier (1988) dalam Amalia (2007), ada tiga sumber utama garam,
yaitu :
1) Garam solar ialah garam yang diperoleh dengan cara penguapan dari
air garam baik yang dari laut maupun yang dari danau garam daratan.
2) Tambang garam atau garam sumber ialah garam yang biasanya
dinyatakan sebagai batu garam, diperoleh dari pertambangan yang
beroperasi sedalam seribu kaki atau lebih dibawah permukaan
bumi.
3) Garam yang diperoleh dari penguapan dengan sinar matahari
mengandung kotoran kimia dan mikrobia halofisilis yang
toleran terhadap garam.
Garam tambang atau garam sumber pada umumnya bebas dari kontaminasi
organisme ini.
1. Jenis dan manfaat garam
Menurut Zaelaniat (2013),garam terdiri dari beberapa jenis dan memiliki banyak
manfaat. Adapun jenis-jenis garam yaitu sebagai berikut:
a. Garam industri
Garam industri yaitu jenis garam dengan kadar NaCl sebesar 97%
dengan kandungan impurities (sulfat, magnesium, dan kalsium serta
ketoran lainnya) yang sangat kecil. Kegunaan garam industry antara lain
untuk industri perminyakan, pembuatan soda dan chlor, penyamakan kulit
dan pharmaceutical salt
b. Garam konsumsi
Garam konsumsi merupakan jenis garam dan kadar NaCl sebesar 97%
atas dasar bahan kering (dry basis), kandungan impurities (sulfat,
magnesium dan kalsium) sebesar 2% dan kotoran lainnya (lampu, pasir)
sebesar 1% serta kadar air maksimal sebesar 7%. Kelompok kebutuhan
garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industry
makanan, industry minyak goreng, industry pengasinan dan pengawetan
ikan.
c. Garam pengawetan
c. Tanah
- Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan
(kebocoran) air laut kedalam tanah yang di meja.
- Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan
penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan
garam, maka tidak akan dihasilkan garam.
- Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian
(impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan.
d. Pengaruh air
- Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke
berikutnya dalam kaitannya dengan factor
- faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan
gabungan penguapan air (koefisien pemindahan massa).
- Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi
akan mempengaruhi mutu hasil.
e. Cara pungutan garam
Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal
pengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan).
Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung
garam-garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk
mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat
menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi garam dimeja terjadi
antara 25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang.
7. Energi terbarukan
a. Definisi Energi
Energi panas bumi berasal dari peluruhan radioaktifdi pusat Bumi, yang
membuat Bumi panas dari dalam, serta dari panas matahari yang
membuat panaspermukaan bumi. Panas bumiadalah suatu bentuk energi
panasatau energi termal yang dihasilkan dan disimpan di dalam bumi.
Energi panas adalah energi yang menentukan temperatur suatu benda.
Energi panas bumi berasal dari energi hasil pembentukan planet (20%)
dan peluruhan radioaktif dari mineral (80%) Gradien panas bumi, yang
didefinisikan dengan perbedaan temperatur antara inti bumidan
permukaannya, mengendalikan konduksi yang terus menerus terjadi
dalam bentuk energi panas dari inti ke permukaan bumi
2.) Energi Surya
Energi air digunakan karena memiliki massa dan mampu mengalir. Air
memiliki massa jenis 800 kali dibandingkan udara. Bahkan gerakan air
yang lambat mampu diubah ke dalam bentuk energi lain. Turbin air
didesain untuk mendapatkan energi dari berbagai jenis reservoir, yang
diperhitungkan dari jumlah massa air, ketinggian, hingga kecepatan air.
8. Biofarmasi Laut
Maritim bukan hanya persoalan perikanan dan kelautan saja, akan tetapi
maritim adalah segala sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan
kemaritiman/kelautan baik yang langsung maupun tidak langsung. Sebagai
contoh misalnya dari industri maritim; galang kapal, teknologi perkapalan,
desain kapal, perbaikan kapal, manufaktur komponen kapal dan lainnya.
Kemudian jasa maritim dari aktifitas ekspor/impor; pemeliharaan, penyediaan,
perbaikan, bongkar muat, layanan broken kapal, asuransi untuk para pelaut,
jasa angkutan dan pelabuhan.
Pembangunan ekonomi indonesia sangat membutuhkan industri maritim
yang handal agar konektifitas antar pulau dapat terlaksana. Industri maritim
tersebut meliputi industri perkapalan, industri pelayaran dan jasa pelabuhan,
untuk mengelola dan mengolah sumber daya kelautan dan sumber daya alam
yang lain yang ada, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan
bangsa Indonesia, utamanya dalam ketersediaan pangan diwilayah-wilayah
terpencil yang sulit terjangkau oleh jalur transportasi darat dan udara.
Pemerintah telah mengembangkan upaya di bidang industri jasa maritim
dengan membangun 10 sektor ekonomi kelautan unggulan yaitu perikanan
tangkap, budi daya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi
kelautan, energi dan sumber daya mineral, serta pariwisata bahari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Posisi Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan Australia serta diapit oleh
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadikan wilayah perairan laut Indonesia
sebagai perairan berproduktivitas tinggi dengan daya dukung alam (natural carrying
capacity) yang kuat. Selain itu, letak Indonesia di wilayah tropis dengan tingkat perubahan
suhu lingkungan yang relatif rendah memungkinkan perkembangan berbagai hayati
laut sehingga Indonesia dipandang dunia sebagai daerah “megabiodiversity”. Posisi
geografis yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang berpotensi
besar baik dalam hal ekonomi maupun geo-politik. Sekitar 40% lalu lintas perdagangan
barang dan jasa yang diangkut kapal melintasi perairan Indonesia. Dengan 75%
wilayah Indonesia berupa laut dan wilayah pesisir (coastal zone) dengan kandungan
sumberdaya alam yang kaya dan beragam, maka sektor kelautan merupakan sektor
strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Sekitar 70% produksi
minyak dan gas nasional berasal dari wilayah pesisir dan lautan (offshore). Sumberdaya
hidrokarbon, khususnya minyak dan gas yang tersedia di 60 titik cekungan masih
sangat besar sedangkan yang sudah dieksploitasi relatif masih sedikit. Minyak, tersedia
86,9 miliar barel, dan baru dicadangkan untuk dieksploitasi 9,1 miliar barel, sedangkan
yang sudah diproduksi baru mencapai 0,387 miliar barel. Gas, tersedia 384,7 Trillion
Standard Cubic Feet (TSCF), dan dicadangkan 185,8 TSCF, sedangkan yang sudah
diproduksi hanya 2,95 TSCF (Firmanzah, 2012).
Pemahaman terhadap makna dan fungsi laut ini secara selaras dan seimbang,
diharapkan dapat memberikan pemanfaatan sumberdaya laut yang komperhensif,
sekaligus mendukung prinsip pemanfaatan sumberdaya secara lestari. Laut Indonesia
telahdimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, sebagai area pertambangan, jalur
transportasi, jalur kabel komunikasi dan pipa bawah air, perikanan tangkap dan budi
daya, wisata bahari, area konservasi dan sebagainya. Kesadaran akan pentingnya
pengelolaan sumberdaya laut secara multisektoral telah memicu terbentuknya Dewan
Maritim Indonesia yang kemudian dirubah menjadi Dewan Kelautan Indonesia
berdasarkan Keppres No. 21 tahun 2007. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen
pemerintahan dan kelompok masyarakat, serta bertugas untuk menyusun dan memberi
pertimbangan pada presiden mengenai kebijakan umum mengenai pengelolaan laut.
Di era globalisasi yang bercirikan liberalisasi perdagangan dan persaingan
antarbangsa yang makin sengit, segenap sektor ekonomi harus mampu menghasilkan
barang dan jasa (goods and services) berdaya saing tinggi. Sebagai negara bahari dan
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi pembangunan (ekonomi)
kelautan yang besar dan beragam. Bidang Kelautan terdiri dari berbagai sektor yang
dapat dikembangkan untuk memajukan dan memakmurkan bangsa Indonesia, yaitu: (1)
perikanan tangkap; (2) perikanan budidaya; (3) industri pengolahan hasil perikanan; (4)
industri bioteknologi kelautan; (5) pertambangan dan energi; (6) pariwisata bahari; (7)
angkutan laut; (8) jasa perdagangan; (9) industri maritim; (10) pulau-pulau kecil; dan
(11) sumberdaya non-konvensional; (12) bangunan kelautan (konstruksi dan rekayasa);
(13) benda berharga dan warisan budaya (cultural heritage); (14) jasa lingkungan,
konservasi dan biodiversitas.
3.2 Saran
Indonesia memiliki potensi sumberdaya maritim yang besar. Baik dari segi
sumberdaya mineral, sumberdaya migas, garam industri, energi terbarukan, dsb. Potensi
sebesar ini akan sangat berguna jika digunakan dengan semestinya; jika semua
hambatan diselesaikan. Hal ini akan sangat membantu Indonesia dalam mecapai
tujuannya sebagai negara bahari dan negara maritim.
DAFTAR PUSTAKA
Hani S.Handayawati, dkk. 2010. Potensi Wisata Alam Pantai-Bahari. PM PSLP PPSUB
Agustus 2010.
A. Firdaus, Darsiharjo, dan Nandi. 2015. Potensi Pengembangan Daya Tarik Wisata
Bahari Di Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Agung Prasteyo ,Kongres Maritim Indonesia di Balai Senat Universitas Gadjah Mada
Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan (24 September 2014)
www.kmip.faperta.ugm.ac.id/potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia/
https://www.academia.edu/7305992/Potensi_Kelautan_Indonesia