Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH KELOMPOK

PROSPEK PENGELOLAAN POTENSI SUBER DAYA


MARITIM DI SULAWESI TENGGARA

OLEH KELOMPOK 7

WANDI PERDANA D1E121052


NUR AKSA FITRI D1E121070
PUTRI FIRSA AYU D1E121074
IRSAN JAIT D1E121064
AGUS SUWARDI D1E121054
ALIM D1E119008

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PENYULUHAN PERTANAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini. Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Prospek Pengelolaan Potensi Sumberdaya
Maritim di Sulawesi Tenggara”. Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penyusun
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penyusun memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kendari, Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan...............................................................................................3
1.4 Manfaat penulisan.............................................................................................3
1.5 Metode penulisan..............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Sumberdaya Maritim......................................................................4
2.2 Potensi Sumberdaya Maritim............................................................................6
1. Sumber Daya Perikanan dan Kelautan....................................................6
2. Sumberdaya Migas Mineral...................................................................19
3. Sumberdaya Mineral..............................................................................21
4. Pariwisata Bahari...................................................................................27
5. Transportasi Laut...................................................................................28
6. Garam Industri.......................................................................................29
7. Energi terbarukan...................................................................................33
8. Biofarmasi Laut.....................................................................................35
9. Industri dan jasa maritim.......................................................................35
BAB III............................................................................................................................40
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................40
3.2 Saran...............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................42
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang terletak di


Pulau Sulawei tepatnya di bagian tenggara. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu
propinsi di Pulau Sulawesi yang terletak di bagian tenggara. Secara geogafis Sulawesi
Tenggara terletak di bagian Selatan khatulistiwa diantara 02°45' - 06°15' Lintang
Selatan dan 120°45' - 124°30' Bujur Timur. Propinsi Sulawesi Tenggara mempunyai
wilayah daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan perairan (laut) seluas 110.000
km² (11.000.000 ha).
Posisi Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan Australia serta diapit oleh
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadikan wilayah perairan laut Indonesia
sebagai perairan berproduktivitas tinggi dengan daya dukung alam (natural carrying
capacity) yang kuat. Selain itu, letak Indonesia di wilayah tropis dengan tingkat perubahan
suhu lingkungan yang relatif rendah memungkinkan perkembangan berbagai hayati
laut sehingga Indonesia dipandang dunia sebagai daerah “megabiodiversity”. Posisi
geografis yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang berpotensi
besar baik dalam hal ekonomi maupun geo-politik. Sekitar 40% lalu lintas perdagangan
barang dan jasa yang diangkut kapal melintasi perairan Indonesia. Dengan 75%
wilayah Indonesia berupa laut dan wilayah pesisir (coastal zone) dengan kandungan
sumberdaya alam yang kaya dan beragam, maka sektor kelautan merupakan sektor
strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Sekitar 70% produksi
minyak dan gas nasional berasal dari wilayah pesisir dan lautan (offshore). Sumberdaya
hidrokarbon, khususnya minyak dan gas yang tersedia di 60 titik cekungan masih
sangat besar sedangkan yang sudah dieksploitasi relatif masih sedikit. Minyak, tersedia
86,9 miliar barel, dan baru dicadangkan untuk dieksploitasi 9,1 miliar barel, sedangkan
yang sudah diproduksi baru mencapai 0,387 miliar barel. Gas, tersedia 384,7 Trillion
Standard Cubic Feet (TSCF), dan dicadangkan 185,8 TSCF, sedangkan yang sudah
diproduksi hanya 2,95 TSCF (Firmanzah, 2012).
Posisi geografis Indonesia yang memungkinkan Indonesia untuk mendapatkan
manfaat ekonomi politik yang lebih besar tersebut hanya dapat diraih bila Indonesia
memiliki geo-politik, geo-ekonomi dan geo-strategis yang jelas dan terarah. Agar peran
ekonomi kelautan dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan kemakmuran bangsa
dan selanjutnya memanfaatkan posisi geografis yang strategis maka diperlukan sebuah
pergeseran paradigma pembangunan yang lebih memahami jati diri bangsa Indonesia
sebagai bangsa bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia serta memadukan
kekuatan ekonomi berbasis darat dan laut sebagai sinergi kekuatan ekonomi nasional.
Perubahan pemikiran tersebut harus segera dilakukan mengingat perubahan lingkungan
strategis antar bangsa yang sangat cepat sehingga posisi bangsa Indonesia di percaturan
regional maupun global harus didasarkan kepada endowment yang memiliki daya saing
dinamik di masa sekarang dan mendatang.
Dalam rangka menuju kemajuan perekonomian Indonesia, maka diperlukan suatu
formulasi kebijakan pembangunan kelautan nasional (National Ocean Development
Policy) yang integral dan komprehensif yang nantinya menjadi payung politik bagi
semua institusi negara, swasta dan masyarakat yang mendukung terwujudnya Indonesia
menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
nasional. Guna menjadikan kelautan sebagai leading sector dalam pembangunan
ekonomi, maka pendekatan kebijakan yang dilakukan harus mempertimbangkan
keterkaitan antar sektor ekonomi dalam lingkup bidang kelautan maupun ekonomi
berbasis daratan. Karena karakteristik daratan yang berbeda dengan laut, maka perlu
dicari konsep yang dapat mengintegrasikan visi pembangunan yang sesuai dengan
kondisi Indonesia sebagai Negara Kepulauan dengan luas laut yang dominan.
Pembangunan kelautan nasional juga diarahkan untuk mendukung pengembangan
ekonomi rakyat secara komprehensif serta harus sinergi dengan grand strategi
pembangunan nasional yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
2005-2025, yakni: pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-
job (penyerapan tenaga kerja) dan pro-environment (melestarikan lingkungan). Selain
itu, sinergi antara eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam memberikan guideline dalam
pembangunan kelautan menjadi sangat menentukan. Dukungan legislatif terhadap
eksekutif dalam menyusun rencana anggaran pembangunan yang terkait dengan bidang
kelautan sangat penting untuk meningkatkan kapasitas pembangunan kelautan
nasional secara berkelanjutan demi kemakmuran rakyat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu sumberdaya maritim?
2. Apa sajakah potensi sumberdaya maritim tersebut?
2.1 Apa itu Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
- Bagaimanakah potensi perikanan tangkap?
- Bagaimanakah potensi perikanan budaya?
- Bagaimanakah potensi pengolahan hasil?
2.2 Apa itu Sumberdaya Migas Mineral?
2.3 Apa itu Sumberdaya Mineral?
3. Bagaimanakah posisi Indonesia diantara negara yang Berjaya di industri
tangkap dunia ?

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah wawasan kemaritiman.


1.3.2 Memberikan informasi kepada pembaca tentang paradigma kemaritiman
dan jejak maritim yang terhapus.

1.4 Manfaat penulisan

1.4.1 Agar pelajar mengetahui tentang paradigma kemaritiman dan jejak sejarah
maritim yang terhapus.
1.4.2 Menambah wawasan pelajar tentang kemaritiman .
BAB II
PEMBAHASAN
POTENSI KEMARITIMAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA
KELAUTAN INDONESIA

2.1 Pengertian Sumberdaya Maritim

Sejarah telah mencatat bahwa jatuh dan bangunnya peradaban bangsa yang tinggal
di kepulauan nusantara sangat dipengaruhi oleh penguasaan lautan. Kerajaan-kerajaan
besar seperti Sriwijaya dan Majapahit berhasil menguasai dan memakmurkan
kerajaannya melalui kekuatan armada lautnya. Bahkan serikat dagang Belanda (VOC)
mampu menjajah nusantara selama 3,5 abad dengan kemampuannya menguasai lautan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa laut merupakan suatu aset untuk kedaulatan dan
kemakmuran bangsa Indonesia.Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia terbentang
dari 6°08' LU hingga 11°15' LS, dan dari 94°45' BT hingga 141°05' BT terletak di posisi
geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua,
Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia.
Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil dan memiliki garis
pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2.Wilayah laut
Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki
wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil
dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai.
Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut Internasional 1982,
wilayah laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai 7.9 juta km2
terdiri dari 1.8 juta km2 daratan, 3.2 juta km2 laut teritorial dan 2.9 juta km2 perairan
ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km2 tersebut adalah 77% dari seluruh luas Indonesia,
dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga kali luas daratannya.
Wilayah laut sangat penting dengan dicantumkannya pada GBHN tahun 1993, dan
didirikannya Departemen Kelautan dan Perikanan. Undang-undang no. 22 dan 25 tahun
1999 juga mencantumkan kelautan sebagai bagian dari otonomi daerah. Sangat penting
bahwa kawasan laut perlu diintegrasikan dalam perencanaan tata ruang wilayah
nasional, provinsi dan tingkat kabupaten.
Beberapa alasan pentingnya pembangunan laut antara lain :
1. Indonesia memiliki sumberdaya alam laut yang besar baik ditinjau dari
kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya.
2. Sumberdaya laut merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan (sebagian
besarnya), artinya bahwa ikan ataupun sumberdaya laut lainnya dapat
dimanfaatkan, namun harus memperhatikan kelestariannya
3. Pusat pertumbuhan ekonomi, dengan proses globalisasi perdagangan
4. Sumber protein hewani, sumberdaya ikan mengandung protein yang tinggi
khususnya untuk asam amino tak jenuh.
5. Penghasil devisa Negara.
6. Memperluas lapangan kerja.
7. Wilayah pesisir sebagai pusat pengembangan IPTEK dan industri kelautan,
serta sebagai zona strategis untuk pusat pengembangan jalur transportasi utama
antar pulau maupun menuju daerah-daerah di pedalaman.

Dalam penyusunan kerangka pembangunan kelautan haruslah didasarkan pada


suatu pemahaman fungsi laut, diantaranya :

1. Laut sebagai wilayah kedaulatan bangsa.


2. Laut sebagai lingkungan dan sumberdaya.
3. Laut sebagai media kontak sosial dan budaya
4. Laut sebagai sumber dan media penyebar bencana alam.

Pemahaman terhadap makna dan fungsi laut ini secara selaras dan seimbang,
diharapkan dapat memberikan pemanfaatan sumberdaya laut yang komperhensif,
sekaligus mendukung prinsip pemanfaatan sumberdaya secara lestari. Laut Indonesia
telahdimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, sebagai area pertambangan, jalur
transportasi, jalur kabel komunikasi dan pipa bawah air, perikanan tangkap dan budi
daya, wisata bahari, area konservasi dan sebagainya. Kesadaran akan pentingnya
pengelolaan sumberdaya laut secara multisektoral telah memicu terbentuknya Dewan
Maritim Indonesia yang kemudian dirubah menjadi Dewan Kelautan Indonesia
berdasarkan Keppres No. 21 tahun 2007. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen
pemerintahan dan kelompok masyarakat, serta bertugas untuk menyusun dan memberi
pertimbangan pada presiden mengenai kebijakan umum mengenai pengelolaan laut.
2.2 Potensi Sumberdaya Maritim

1. Sumber Daya Perikanan dan Kelautan

a. Potensi Perikanan Tangkap

Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai sumber daya
ikan di dalamnya. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena
memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia
mencapai 95.181 km (World Resources Institute, 1998) dengan luas wilayah
laut 5,4 juta km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta
km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai
sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati
dan non hayati kelautan terbesar.
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi, perikanan tangkap di
perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta
ton/tahun. Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu,
dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang), dan
budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan
pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar terdiri
dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan
mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri
bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri
bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan pangan. Besaran
potensi hasil laut dan perikanan Indonesia mencapai 3000 triliun per tahun,
akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya sekitar 225 triliun atau sekitar
7,5% saja.
Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih
memiliki prospek yang baik. Pengembangan usaha kelautan dan perikanan
dapat digunakan untuk mendorong pemulihan ekonomi diperkirakan sebesar
US$82 miliar per-tahun.Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi
penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena kontribusi perikanan pada
2004-2009 terus mengalami kenaikan. Disamping itu potensi-potensi lainnya
mulai perlu dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, agar dapat
memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan. Untuk mengoptimalkan
pemanfaatan potensi sumber daya kelautan dan perikanan dan menjadikan
sektor ini sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional, diperlukan
upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan kelautan dan perikanan
yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim sosial yang
kondusif1
b. Potensi Perikanan Budaya
Dunia telah mengakui, bahwa indonesia adalah negara kepulauan terbesar di
dunia, dimana terdiri dari 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km.
Indonesia memiliki luas wilayah lautan sekitar 5,8 juta km2 atau sekitar 70%
dari luas total teritorial Indonesia. Dengan potensi fisik ini, tentunya kita harus
berbangga atas potensi ini, serta mampu mengelolanya dengan baik.
Sayangnya, dengan potensi yang cukup besar ini, kita (bangsa indonesia)
belum mampu menunjukan kerdiriannya sebagai bangsa bahari. Indikasinya
sangat jelas, sampai hari ini masyarakat kita yang berprofesi sebagai nelayan
masih hidup di bawah garis kemiskinan. Harusnya dengan potensi kekayaan
bahari tersebut, sudah mampu membuat bangsa ini sejahtera. Ini merupakan
bukti kegagalan pemerintah kita dalam penegelolaan sektor kelautan dan
perikanan. Sekaligus mengindikasikan perhatian pemerintah terhadap sektor ini
masih dipandang sebelah mata.
Apa pasal yang membuat bangsa ini belum mapan dalam sektor bahari?
Indikasi kecilnya adalah belum adanya kesadaran kolektif bangsa ini akan arti
pentingnya sektor kelautan kita. Dari segi pengambil kebijakan misalnya,
departemen yang secara khusus menangani masalah kebaharian yakni
kementerian Kelautan dan Perikanan kita baru ada pasca tumbangnya orde
baru. Itu baru pada persoalan penentu kebijakan. Tentunya potensi fisik
tersebut bukanlah hanya menjadi kebanggaan saja. Akan tetapi potensi itu
harus dikelola untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat. Sayangnya, sampai
sekarang potensi sumberdaya perikanan kita masih belum dikelola secara
efektif. Layaknya raksasa yang masih tidur, demikianlah potensi sumber daya
perikanan kita. Dalam terminologi saya, potensi tersebut hanya akan menjadi
(potensi) kekayaan yang merana jika tidak dikelola dengan baik

Laut kita memiliki karakteristik yang sangat spesifik Dikatakan spesifik,


karena memiliki keaneragaman biota laut (ikan dan vegetasi laut) dan potensi
lainnya seperti kandungan bahan mineral. Dalam definisi undang-undang no 31
tahun 2004 tentang perikanan, dikatakan bahwa ikan adalah segala jenis
organisme yang seluruh atau sebahagian hidupnya berada dalam lingkungan
perairan. Sumber daya perikanan, merupakan hasil kekayaan laut yang
memiliki potensi besar untuk menambah devisa negara. Menurut Rohmin
Dahuri, bahwa potensi pembangunan pesisir dan lautan kita terbagi dalam tiga
kelompok yaitu:
(1) sumber daya dapat pulih (renewable recorces), (2) sumber daya tak dapat
pulih (non-renewable recorces) dalam hal ini mineral dan bahan tambang, (3)
jasa-jasa lingkungan (Environmental service). Sayangnya ketiga potensi ini
belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, akan menarik kiranya bila
kita membeberkan ketiga kelompok potensi kelautan kita.

Sumberdaya dapat pulih terdiri dari ikan dan vegetasi lainnya. Namun yang
menjadi primadona kita selama ini adalah pada sebatas ikan konsumsi seperti
ikan pelagis, ikan demersal, ikan karang, udang dan cumi-cumi. Sedangkan
untuk vegetasinya adalah terumbu karang, padang lamun, rumput laut, dan
hutan mangrove. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat
pulih sering kita salah tafsirkan sebagai sumber daya yang dapat eksploitasi
secara terus menerus tanpa batas. Dalam data Ditjen Perikanan, (1995), Potensi
sumber daya perikanan laut di indonesia terdiri dari sumber daya perikanan
pelagis besar dengan potensi produksi sebesar 451.830 ton/tahun dan pelagis
kecil sebesar 2.423.000 ton/tahun sedangkan sumberdaya perikanan demersal
memiliki potensi produksi sebesar 3.163.630 ton/tahun, udang sebesar 100.728
ton/tahun, ikan karangdengan potensi produksi sebesar 80.082 ton/tahun dan
cumi-cumi sebesar 328.968 ton/tahun. Dengan demikian potensi lestari sumber
daya perikanan laut dengan tingkat pemanfaatan baru sekitar 48%.

Sementara itu, potensi vegetasi biota laut juga sangat besar. Salah satunya
adalah terumbu karang. Dimana terumbu karang ini memilki fungsi yang
sangat startegis bagi kelangsungan hidup ekosistem laut yakni fungsi ekologis
yaitu sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat
pemijahan, tempat bermain dan asuhan berbagai biota. Terumbu karang juga
menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis penting seperti berbagai
jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang dan kerang mutiara Data Ditjen
Perikanan tahun 1991 menunjukan, potensi lestari sumber daya ikan pada
terumbu karang di perairan indonesia diperkirakan sebesar 80.802
ton/km2/tahun, dengan luas total terumbu karang 50.000 km2. Vegetasi lainnya
adalah rumput laut. Rumput laut memiliki potensi lahan untuk budidaya sekitar
26.700 ha dengan kemampuan potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun
(Ditjen Perikanan, 1991).

Disamping potensi sumber daya dapat pulih (renewable recources), wilayah


pesisir dan laut kita juga memiliki potensi sumber daya tak terbaharukan (non-
renewable recources). Potensi ini meliputi mineral dan bahan tambang
diantaranya berupa minyak, gas, batu bara, emas, timah, nikel, bauksit dan juga
granit, kapur dan pasir. Potensi lain yang tidak kalah pentingnya lagi adalah
kawasan pesisir dan laut kita sangat potensial untuk pengelolaan jasa
lingkungan (environmental service).yang dimaksud dengan jasa lingkungan
adalah pemanfaatan kawasan pesisir dan lautan sebagai sarana rekreasi dan
pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sarana pendidikan dan
penelitian, pertahanan keamanan, kawasan perlindungan dan sistem penunjang
kehidupan serta fungsi ekologis lainnya.

Potensi lain yang juga belum tergarap adalah pemanfaatan wilayah pesisir
dan laut sebagai penghasil daya energi, belum dimanfaatkan secara optimal.
Padahal wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu sumber energi

9 Potensi Kemaritiman dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Indonesia


alternatif yang sangat ramah lingkungan. Sumber energi yang dapat
dimanfaatkan antara lain berupa; arus pasang surut,, gelombang, perbedaan
salinitas, angin, dan pemanfaatan perbedaan suhu air laut di lapisan permukaan
dan lapisan dalam perairan atau yang kita kenal dengan OTEC (Ocean Thermal
Energy Convertion).

Gambaran potensi wilayah laut dan pesisir kita tersebut hanyalah sebahagian
kecil yang dimanfaat secara optimal. Tentunya masih banyak potensi lain yang
dapat dikembangkan guna kemakmuran rakyat. Namun sangat disayangkan
potensi sumber daya pesisir dan lautan belum bisa mewujudkan kesejahteraan
bagi masyarakat khususnya nelayan. Hal yang terjadi justru sebaliknya,
ditengah kebanggaan kita sebagai bangsa bahari, justru nelayan kitalah yang
paling termarjinalkan. Suatu fenomena yang kontras. Rohmin Dahuri pernah
mengatakan, seandainya saja potensi wilayah pesisir dan laut dikelola secara
baik maka hasilnya akan mampu membayar utang luar negeri kita yang sampai
hari ini belum bisa terbayarkan. Namun apa boleh buat, model pengelolaan
wilayah pesisir dan laut selama ini sangat berorientasi pada aspek eksploitasi.
Hal ini terlihat jelas selama pemerintahan orde baru. Kegiatan pengelolaan
wilayah pesisir dan laut hanya sebatas untuk pemenuhan pundi uang bagi
negara. Sementara pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan belum
sepenuhnya dilakukan. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan bisa jadi suatu saat nanti akan menjadi penyedia primer
bahan pangan. Tidak berlebihan kiranya, mengingat jumlah penduduk yang
meningkat tiap tahunnya serta semakin kurangnya lahan pertanian akibat
adanya aktivitas pembangunan perumahan dan jalan. Dengan demikian mau
tidak mau, suka tidak suka potensi sumberdaya wilayah pesisir dan lautan akan
menjadi kiblat ekonomi indonesia masa depan. Jika potensi kekayaan ini
dibiarkan merana tidak dikelola dengan baik, maka indonesia sebagai negara
bahari bisa jadi hanya tinggal nama

c. Potensi penggolahan hasil


Dalam hal ini kami disini mengambil contoh pada Potensi nelayan pengolah
hasil perikanan Kabupaten Kepulauan Aru sebanyak 822 orang yang terdiri
dari pengolah ikan dan udang kering sebanyak 524 orang dan lebihnya
melakukan usaha penggaraman ikan dan terasi udang. Pengembangan
Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru selama ini belum
terlaksana sesuai yang diharapkan dikarenakan produksi perikanan Kepulauan
Aru yang lebih memiliki daya saing adalah ikan segar dan ikan beku sehingga
masyarakat pesisir umumnya terfokus pada kegiatan pengolahan hasil
perikanan dengan cara tradisional yang meliputi pengeringan (ikan dan
udang/ebi), penggaraman ikan dan pengolahan terasi udang. Selain itu
pengolahan hasil perikanan dengan menggunakan teknologi mekanisasi yaitu
pembekuan (ikan dalam bentuk utuh, filliet ikan kerapu dan udang). Produksi
perikanan yang bersumber dari pengolahan hasi perikanan tahun 2009
sebesar4,26%, terdiri ikan kering sebesar 1.282,89 ton, ikan garam sebesar
654,10 ton, udang ebi 458, 76 ton dan terasi udang sebesar 233,46 ton.
Grafik perbandingan produksi perikanan Kabupaten Kepulauan Aru 2008 –
2009 di bawah ini menunjukan telah terjadi speningkatan produksi perikanan di
tahun 2009 dengan selisih nilai sebesar 10.919,09 ton. Jumlah ini diperkirakan
akan terus mengalami peningkatan di tahun 2010 seiring dengan bertambahnya
jumlah nelayan serta iklim investasi dibidang Kelautan dan Perikanan yang
semakin kondusif.
d. 26 Kawasan ekonomi unggulan berbasis kelautan dan perikanan

Minapolitan, berasal dari kata MINA dan POLITAN. Mina adalah ikan dan
Politan adalah kawasan. Kawasan Minapolitan adalah kawasan yang terdiri
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem
produksi perikanan dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem minabisnis. Minabisnis merupakan suatu
kegiatan penanganan komoditas secara komprehensif mulai dari hulu sampai
hilir (pengadaan dan penyaluran minainput, proses produksi, pengolahan, dan
pemasaran).
Berdasarkan issue dan permasalahan perdesaan yang terjadi di Indonesia,
pengembangan Kawasan Minapolitan merupakan alternatif solusi untuk
pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Konsepm
pembangunan tersebut sejalan dengan Arah Umum Pembangunan Nasional
dan Arah Kebijakan Pembangunan Kewilayahan dan Pengembangan Kawasan
sebagaimana tertuang di dalam Buku I RPJM Tahun 2010-2014. Sejalan
dengan arah kebijakan nasional tersebut, pembangunan sektor kelautan dan
perikanan perlu dilakukan dengan pengembangan kawasan-kawasan ekonomi
unggulan menjadi lebih produktif dengan konsep Kawasan Minapolitan.
Pengembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia diindikasikan oleh
ketersediaan lahan perikanan dan tenaga kerja yang murah, telah terbentuknya
kemampuan (skill) dan pengetahuan (knowledge) di sebagian besar
pembudidayaan, jaringan (network) terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah
terjadi. Kondisi seperti ini merupakan sebuah keuntungan kompetitif untuk
Indonesia dalam pengembangan Kawasan Minapolitan daripada negara lain.
Pengembangan Kawasan Minapolitan ini menggunakan potensi lokal,
sehingga konsep ini sangat mendukung perlindungan dan pengembangan
budaya sosial lokal Indonesia.
Konsep Minapolitan adalah pengembangan kawasan ekonomi yang
terintegrasi dengan perikanan budidaya sebagai basis usaha. Konsep ini
bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemanfaatan sumber
daya alam serta sekaligus memberdayakan masyarakat di suatu kawasan,
pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi. Secara konseptual,
Minapolitan mempunyai dua unsur utama yaitu :
1. Minapolitan sebagai konsep pembangunan sektor kelautan dan
perikanan berbasis wilayah.
2. Minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan komoditas
utama produk kelautan dan perikanan
Masterplan pengembangan Kawasan Minapolitan. adapun
muatan yang terkandung didalamnya adalah :
1. Penetapan pusatminapolitan.
2. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan.
3. Penetapan sektor unggulan.
4. Dukungan sistem infrastruktur
5. Dukungan sistem kelembagaan
Konsep Minapolitan didasarkan pada 3 azas, diantaranya yaitu:
1. Demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat
2. Pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi Negara
secara terbatas (limited state intervention)
3. Penguatan daerah dengan prinsip, daerah kuat maka bangsa dan Negara
kuat.

Ketiga prinsip diatas menjadikan landasan perumusan kebijakan dan


kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan benar-benar untuk kesejahteraan rakyat
dan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan.

Untuk mencapai tujuan kebijakan pembangunan sektor kelautan dan


perikanan dengan konsep Minapolitan dapat dilaksanakan melalui Program
Nasional Minapolitan dan Peningkatan Produksi Kelautan dan Perikanan.
Dengan program nasional tersebut, diharapkan tujuan dan target-target
keberhasilan dapat dilaksanakan dengan percepatan tinggi dengan langkah-
langkah strategis sebagai berikut:

1. Sosialisasi Nasional melalui media massa dan komunikasi antar


lembaga.
2. Menggerakkan produksi di sentra-sentra produksi unggulan pro
usaha kecil di bidang perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan.
3. Mengembangkan Kawasan Minapolitan dengan cara
mengintegrasikan sentra-sentra produksimenjadi kawasan ekonomi
unggulan daerah.
4. Pendampingan usaha dan bantuan teknis di sentra-sentra produksi
unggulan.
5. Dukungan Kebijakan Internal: Kelautan, Pengawasan, Riset dan
SDM.
6. Dukungan Kebijakan Makro: Integrasi Kebijakan Nasional.
Konsep Kawasan Minapolitan telah diatur dalam Kepmen Kelaautan dan
Perikanan RI nomor KEP.32/MEN/2010 tentang penetapan Kawasan
Minapolitan sebanyak 197 Kabupaten/Kota pada 33 Provinsi sebagai daerah
pengembangan Kawasan Minapolitan. Dan pengembangan Kawasan
Minapolitan sebagaimana dimaksudkan pada dictum pertama dilaksanakan
secara bertahap dari tahun 2010 sampai 2014. Seiring berjalannya waktu, ada
perubahan keputusan menteri kealutan dan perikanan terkait tentang penetapan
Kawasan Minapolitan. Pada aturan Kepmen Kelautan dan Perikanan RI Nomor
KEP.39/MEN/2011 menjelaskan tentang perubahan jumlah penetapan
Kawasan Minapolitan sebanyak 223 Kabupaten/Kota pada 33 Provinsi.terdapat
peta lokasi rencana minapolitan perikanan tangkap tahun 2011-2014. Dengan
semakin berkembangnya Kawasan Minapolitan, pada tahun 2013 ada
perubahan peraturan Kepmen Kelautan dan Perikanan pada nomor
35/KEPMEN-KP/2013 tentang penetapan Kawasan.
Kedepan, strategi pengembangan Kawasan Minapolitan dapat dilakukan
dengan konsep Industrialisasi kelautan dan perikanan dengan menerapkan
prinsip blue economy. Dimana, strategi tersebut dapat diwujudkan melalui
peningkatan skala ekonomi, integrasi hulu-hilir, branding produk kelautan dan
perikanan, pengolahan nir limbah, market driven, dan sebagainya. Serta
diperlukan pelaksanaan konsep Kawasan Minapolitan ini secara terpadu.
Sehingga konsep ini benar-benar tercapai dan dapat dirasakan oleh masyarakat
Kawasan Minapolitan. Diharapkan, nantinya Minapolitan ini dapat tersu
dilaksanakan sebagai model pembangunan kelautan dan perikanan berbasis
wilayah dan lintas sektor.

e. Negara-negara yang Berjaya di industri budidaya dan kelautan


Industri perikanan adalah industri yang berkaitan dengan pengambilan,
pembudidayaan, pengolahan, pengawetan, penyimpanan, pengangkutan,
pemasaran atau penjualan ikan. Kegiatan komersial ini ditujukan untuk
pengiriman ikan dan produk laut lainnya sebagai konsumsi manusia. Lebih
dari 500 juta masyarakat di negara-negara berkembang memiliki mata
pencaharian yang bergantung pada perikanan dan pembudidayaan laut. Begitu
juga yang terjadi di Spanyol dimana perikanan di Spanyol telah disubsidi
sebesar 5.8 miliar euro sejak tahun 2000 untuk membangun segala sesuatu dari
membuat kapal baru, memperbaiki kapal tua, uang pensiun nelayan dan
pelatihan bagi nelayan-nelayan generasi baru agar industri perikanan dan
kelautan semakin maju.
Spanyol dikenal sebagai negara perikanan yang terkemuka di Eropa Barat.
Pada pertengahan tahun 1980-an, Spanyol menangkap rata-rata sekitar 1,3 juta
ton ikan per tahun, dan industri perikanan menyumbang sekitar 1 persen dari
PDB (Protein Data Bank). Sarden, kerang, cumi, cod, mackerel, dan tuna yang
sebagian besar berasal dari Samudera Atlantik, dan merupakan komponen
utama dari industri perikanan.
Perikanan adalah kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi di
Galicia. Industri perikanan juga terdapat di Huelva, Cádiz, Algeciras di
selatan, dan Las Palmas de Gran Canaria serta Santa Cruz de Tenerife di
Kepulauan Canary. Pada pertengahan tahun 1980-an, armada penangkapan
ikan berjumlah sekitar 13.800 sampai 17.500 kapal.Walaupun sebagian besar
segmen ekonomi Spanyol merosot tajam karena turunnya bursa saham
Spanyol, perusahaan perikanan di Spanyol tetap meningkatkan pendapatan
mereka hingga mencapai
€805 juta pada tahun 2012 atau 3,8% lebih besar dibandingkan tahun 2009.
Selama lima tahun terakhir, sektor ini terus berkembang lebih dari apa yang
diperkirakan sebelumnya. Nilai ekonomi dari industri bisnis perikanan
meningkat sebesar 2,3% sejak tahun 2009 sampai di atas €4,5 Miliar,
meskipun produksi turun sebesar 2,8%. Selain itu, karena hasil tangkapan dari
nelayan telah menurun, produsen Spanyol semakin mengembangkan
pembudidayaan ikan pesisir sebagai alternative penangkapan ikan di laut.Di
Spanyol, perikanan merupakan sektor penting di sepanjang pantai utara.
Armada penangkapan ikan Spanyol adalah yang terbesar dalam Uni Eropa
(UE) melampaui negara besar yang lain seperti Inggris, Perancis dan Italia.
Pada pertengahan tahun 1996, armada penangkapan sumber daya laut
mencapai 18.323 kapal dimana 17.300 kapal ikan berada di perairan Uni
Eropa, dan 979 di perairan negara internasional (terutama di wilayah perairan
Maroko). Pada tahun 2001, jumlah ikan yang ditangkap oleh kapal-kapal
Spanyol dan yang mendarat di pelabuhan Spanyol sebesar 932.000 ton.
Spesies yang paling umum di tangkap dan di cari oleh masyarakat Spanyol
adalah: tuna, kerang, sarden, makarel, cumi dan ikan cod. Pada tahun 2000,
Spanyol mengekspor 99 juta ton ikan kaleng, senilai $293 juta. Ekspor hewan
laut crustasea (seperti udang, lobster, kepiting) dan molusca (siput) adalah 149
juta ton, atau senilai dengan $392 juta. Komoditas akuakultur (budidaya
kelautan) yang terutama adalah kerang, ikan air laut, tiram, dan ikan air tawar
yang berkualitas tinggi. Pada tahun 2001, produksi perikanan semakin
melambung tinggi yaitu sebanyak 250.000 ton kerang dan 34.000 ton ikan.
Spanyol adalah produsen kedua kerang terkemuka di dunia setelah China.
Spanyol juga dikelilingi oleh hampir semua sisi laut seperti Laut Mediterania,
Samudera Atlantik, Teluk Biscay, dan Laut Balearic yang semuanya itu
menyediakan sumber daya laut yang dapat di eksplor lebih dalam kekayaan
lautnya.
Orang-orang dari Spanyol bergantung pada perairan untuk makanan dan
industri selama ribuan tahun. Pekerjaan seperti menangkap ikan,
membudidayakannya hingga menjualnya memerlukan keterampilan dan
keahlian. Para nelayan Spanyol terkenal dengan pengetahuan dan keahlian
mereka dalam bidang penangkapan ikan, kerang, dan udang-udangan yang
berkembang di sepanjang pantai maupun laut lepas. Mereka diberikan
pelatihan untuk mempelajari teknologi modern, pengolahan, dan teknik
pemasaran. Keahlian yang saling bersinergi tersebutlah yang membuat
penangkapan ikan dan pembudidayaan sumber laut menjadi mudah dan
meningkatkan reputasi Spanyol sebagai armada penangkapan ikan yang
terbesar di Eropa. Industri perikanan dari Spanyol menyediakan berbagai
produk yang beragam. Pasar lokal Eropa menikmati hasil tangkapan ikan
segar, sementara negara-negara di seluruh dunia menerima barang beku yang
berkualitas tinggi.
Dengan sekitar 5.000 mil dari garis pantai, Spanyol telah lama memiliki
industri perikanan yang penting, dan bergantung pada daerah penangkapan
ikan di lepas pantai dan di sepanjang Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Pelabuhan perikanan utama di barat laut terletak di Vigo dan A
Coruna.Kegiatan armada penangkapan ikan menyebabkan konflik antara
Spanyol dan sejumlah negara lain, terutama Maroko dan Kanada. Konflik
antara Spanyol dan Kanada di sebut dengan perang Turbot (The Turbot War).
Perang Turbot adalah sengketa internasional penangkapan ikan antara Kanada,
(yang didukung oleh Inggris dan Irlandia) dengan Spanyol (yang didukung
oleh Uni Eropa dan Islandia) di mana Kanada menghentikan para nelayan
Galician (Spanyol) yang sedang menyebarkan pukat ikan di perairan
internasional. Kanada mengklaim bahwa kapal tersebut secara ilegal telah
berlebihan dalam menangkap ikan di Greenland. Kasus ini juga terjadi di
negara Maroko. Negara tersebut bersengketa dengan negara Spanyol karena di
beberapa kesempatan nelayan Spanyol telah ditangkap karena melakukan
penangkapan ikan ilegal di perairan Maroko. Tidak hanya itu, banyaknya
kapal-kapal ilegal dari Spanyol yang beroperasi di beberapa negara turut
menjadikan Spanyol sebagai “musuh” mereka di dalam perindustrian
perikanan.
Berbeda dengan Indonesia, jumlah kapal ikan di Indonesia yang beroperasi
di laut lepas, laut dalam dan wilayah perbatasan seperti Laut China, Laut
Arafura, Laut Natuna, Laut Seram hanya beberapa saja dan bahkan bisa
dihitung dengan jari. Disinilah kapal-kapal ikan asing merajalela dan
merugikan negara minimal Rp 30 Triliun per tahun,Hal inilah yang menjadi
pokok permasalahan dalam perindustrian perikanan dan kelautan. Untuk itulah
diperlukan orang- orang yang ahli dan profesional di bidang kelautan untuk
menemukan solusi yang tepat dengan hukum yang ada. Terlebih sektor
perikanan dan kelautan dapat menjadi salah satu sumber utama pertumbuhan
ekonomi.
Industri perikanan terus berkembang, banyak bisnis yang telah muncul
dengan upaya fokus pada ekspor internasional untuk meningkatkan
keuntungan. Spanyol dikelilingi oleh banyak laut baik di utara maupun di
selatan sehingga banyak memberikan kontribusi terhadap ketergantungan
sejarah di laut untuk makanan dan industri. Anda memiliki kesempatan untuk
mengeksplorasi sumber daya laut dan budaya di Spanyol. Tidak hanya itu,
Anda juga dapat mempelajari hubungan internasional melalui sektor perikanan
dan kelautan yang ada di Spanyol dan juga di Eropa.
2. Sumberdaya Migas Mineral

Industri minyak bumi nasional sudah tua, lebih dari 100 tahun, dan produksinya
semakin menurun. Sepanjang sejarah Republik Indonesia merdeka, puncak produksi
minyak terjadi sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 1977 dan 1995 dimana produksi
minyak bumi masing-masing sebesar 1,68 juta bpd dan 1,62 juta bpd. Setelah 1995
produksi minyak Indonesia rata-rata menurun dengan natural decline rate sekitar 12%
per tahun. Namun sejak tahun 2004 penurunan produksi minyak dapat ditahan dengan
decline rate sekitar 3% per tahun.
Pada tahun 2014, produksi minyak bumi hanya sekitar 789 ribu bpd atau menurun
menjadi 96% dibandingkan tahun 2013 sebesar 824 ribu bpd. Sejak tahun 2010 s.d.
2014 terjadi penurunan produksi rata-rata sekitar 4,41% per tahun. Penurunan produksi
tersebut lebih disebabkan selain usia lapangan minyak Indonesia yang sudah tua, dan
adanya kendala teknis seperti unplanned shutdown, kebocoran pipa, kerusakan
peralatan, kendala subsurface dan gangguan alam. Selain itu, terdapat kendala non
teknis masih terjadi seperti perizinan daerah, lahan, sosial dan keamanan. Selain itu,
terlambatnya peak production dari the giant field-Blok Cepu, akibat pembebasan lahan
yang berlarut-larut menyebabkan onstream proyek mundur menjadi tahun 2015.
Meskipun produksi minyak bumi tahun 2014 hanya sekitar 789 ribu bpd, namun
jika dilihat minyak dan gas bumi as a single comodity, produksinya mencapai 2,01 juta
barrel oil equivalen per day (boepd). Bahkan jika dilihat energi fosil sebagai satu
kesatuan mencakup migas dan batubara, maka produksi energi fosil Indonesia tahun
2014 mencapai 7,25 juta boepd, hampir mendekati produksi minyak negara di Timur
Tengah, dimana mereka lebih dominan memiliki migas tetapi tidak batubara
sebagaimana Indonesia.
Sebaliknya, produksi gas bumi Indonesia relatif meningkat sejak tahun 1970-an,
meskipun akhir-akhir ini produksinya cederung stagnan pada level kisaran 8.000
mmscfd. Pada tahun 2014 produksi gas bumi sebesar 8.177 mmscfd. Angka produksi
gas tersebut berbeda dengan angka lifting gas bumi yang pada tahun 2014 sekitar 6.838
mmscfd atau
1.221 ribu boepd. Produksi, merupakan volume gas yang tercatat di wellhead dikurangi
pemakaian sendiri (own use) yaitu untuk gas reinjeksi dan gas lift.
Indonesia memiliki potensi hidrokarbon di 60 cekungan sedimen. Bahkan hasil
penelitian Badan Geologi terakhir diidentifikasi cekungan migas sebanyak 128
cekungan. Cadangan terbukti minyak bumi tahun 2014 sebesar 3,6 miliar barel dan
dengan tingkat produksi saat ini maka usianya sekitar 13 tahun. Sedangkan cadangan
terbukti gas bumi tahun 2014 sebesar 100,3 TCF dan akan bertahan selama 34 tahun.
Usia cadangan migas, diasumsikan apabila tidak ada penemuan cadangan migas baru
Adapun dengan produksi gas bumi Indonesia tahun 2013 sebesar 8.130 mmscfd,
dengan asumsi tidak penemuan cadangan gas baru maka usia gas bumi Indonesia sekitar
34 tahun (based on cadangan terbukti).
Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman energi juga dianugerahi
Coalbed Methane (CBM) sebagai salah satu unconventional gas. Unconventional gas
merupakan sumber daya yang relatif masih sulit dan mahal untuk dikembangkan,
namun potensinya biasanya lebih besar daripada conventional gas. Berdasarkan
penelitian Ditjen Migas dan Advance Resources International, Inc. pada tahun 2003,
sumber daya CBM Indonesia disinyalir sekitar 453 TCF.
Penyebab rendahnya penemuan cadangan dan produksi minyak dan gas bumi antara
lain karena:
1. Sebagian Kontraktror Kontrak Kerja Sama (KKKS) eksplorasi, belum
berpengalaman, dimana dari sekitar 147 KKKS eksplorasi, 50 KKKS
diantaranya merupakan pemain baru, dan banyak KKKS yang tidak dapat
merealisasikan komitmen eksplorasinya. Selain itu, terdapat perusahaan yang
mengelola lebih dari 30 Wilayah Kerja sehingga secara teknis dan finansial
menjadi kurang sehat dan produktif.
2. Permasalahan sosial, birokrasi dan teknis, seperti perizinan daerah, lahan, sosial
dan keamanan juga menjadi penyebab kendala produksi minyak, selain
permasalahan teknis seperti unplanned shutdown, kebocoran pipa, kerusakan
peralatan, kendala subsurface dan gangguan alam serta keterlambatan on-stream
proyek. Kendala yang menjadi penghambat jadwal produksi yang paling
menonjol adalah pembebasan lahan yang berlarutlarut di Blok Cepu
menyebabkan keterlambatan onstream POD lapangan Banyu Urip yang
seharusnya rencana pertama kali onstream tahun 2008 kemudian mundur
menjadi tahun 2014 dan tahun 2015.
3. Mekanisme pengenaan PBB. Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No 79
Tahun 2010 seluruh pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Migas
ditanggung oleh pemerintah melalui mekanisme “Assume and Discharge”, di
mana pengenaan PBB Migas dibayarkan oleh pemerintah. Namun, sejak
pemberlakuan PP Nomor 79 Tahun 2010 seluruh pengenaan PBB Migas
dimasukkan sebagai komponen biaya bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama
(KKKS) Migas pada Masa Eksplorasi dan akan dikembalikan melalui
mekanisme Cost Recovery pada saat masa produksi, sehingga Kontrak Kerja
Sama (KKS) yang ditandatangani setelah tahun 2010, diwajibkan untuk
membayar lebih dahulu PBB Migas dan baru dapat dibebankan sebagai biaya
ketika berproduksi.
Pengenaan PBB pada masa eksplorasi dirasa masih memberatkan kontraktor
mengingat masa eksplorasi belum terdapat kepastian penemuan cadangan migas
dan masih terdapat kemungkinan kegagalan eksplorasi sehingga terdapat biaya
yang tidak dapat dikembalikan. Dampaknya, terjadi penurunan minat
keikutsertaan penawaran langsung wilayah kerja (WK). Pada tahun 2013
penawaran langsung sebanyak 16 WK dan hanya 5 WK yang berlanjut ke
penandatanganan kontrak (31%). Sedangkan 5 tahun sebelum tahun 2013,
penawaran langsung yang berlanjut ke penandatanganan kontrak rata-rata
sebesar 81%.

3. Sumberdaya Mineral

Sumber daya mineral atau bahan galian adalah sumber daya yang telah disediakan
oleh kulit bumi sebagai bagian dari mineral batuan dalam jumlah tertentu. Sumber daya
ini jika diolah akan menghasilkan logam dan berbagai bahan keperluan proses industri
untuk menunjang kehidupan manusia.

Sumber daya mineral yang tergolong tidak dapat diperbarui di antaranya logam
mulia (emas, perak, platina), bukan logam mulia (tembaga, timbal, seng, timah, besi,
mangaan, nikel), dan bahan galian industri (fosfat, asbes, belerang, gamping, pasir
kuarsa, oker, lempung, mangaan, diatomae, gips, dan anhidrid).

Menurut UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan yang


dikenal dengan Undang-Undang Pokok Pertambangan (UUPP), disebutkan bahwa
bahan galian adalah unsur kimia, mineral, bijih, dan segala macam batuan, termasuk
batuan mulia dan endapan alam.

Berdasarkan ketentuan pasal 14 UUPP, usaha pertambangan bahan galian terdiri


atas beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :

1) Tahap Pertama
Penyelidikan umum, yaitu penyelidikan secara geologi atau geofisika di
daratan, perairan, dan udara, dengan maksud untuk membuat peta geologi
umum atau menetapkan tanda-tanda ditemukannya bahan galian.
2) Tahap Kedua
Eksplorasi, yaitu segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan
lebih teliti adanya suatu bahan galian dan sifat dari bahan galian.
3) Tahap Ketiga
Eksploitasi, yaitu usaha pertambangan dengan maksud menghasilkan bahan
galian dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
4) Tahap Keempat
Pengolahan dan pemurnian, yaitu pengerjaan untuk mem pertinggi mutu bahan
galian dan upaya memanfaatkan dan mendapatkan unsurunsur yang terdapat
pada bahan galian tersebut.
5) Tahap Kelima
Pengangkutan, yaitu segala usaha pemindahan bahan galian dari hasil
pengolahan serta pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat
pemurnian.
6) Tahap Keenam
Penjualan, yaitu segala penjualan bahan galian dari hasil pengolahan atau
pemurnian bahan galian.

Berdasarkan Peraturan Pemerintahan (PP) No. 27 Tahun 1980 tentang


Penggolongan Bahan-Bahan Galian, disebutkan bahwa bahan-bahan galian terbagi atas
tiga golongan, yaitu golongan bahan galian strategis, golongan bahan galian vital, dan
golongan bahan galian lainnya.

a. Golongan bahan galian stategis juga dikenal dengan sebutan bahan galian
golongan A, jenisnya antara lain batubara, minyak bumi, gas alam, uranium,
nikel, dan timah.
b. Golongan bahan galian vital juga dikenal dengan sebutan bahan galian golongan
B, jenisnya antara lain besi, mangaan, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas,
perak, intan, platina, yodium, dan belerang.
c. Golongan bahan galian lainnya dikenal dengan sebutan bahan galian golongan
C, jenisnya antara lain fosfat, asbes, mika, tawas, okek, batu permata, pasir
kuarsa, kaolin, feldspar, gips, batu apung, marmer, batu tulis, batu kapur, granit,
tanah liat, dan pasir.
Van Bemmelen (1949) membagi bahan galian ke dalam tiga golongan, yaitu
sebagai berikut.

1) Golongan pertama, yaitu mineral organik yang terdiri atas minyak bumi, gas
alam, batubara, dan aspal.

2) Golongan kedua, yaitu bijih logam yang terdiri atas timah, emas, perak, bauksit,
nikel, mangaan, tembaga, seng, dan platina.

3) Golongan ketiga, yaitu mineral anorganik bukan bijih logam, seperti fospat,
belerang (sulfur), yodium, gamping, dan air raksa.

Berikut akan dijelaskan beberapa bahan galian yang cukup penting dan sudah
diusahakan, di antaranya sebagai berikut.

1) Bijih Timah

Daerah penghasil timah terdapat di daerah Riau (Pulau Lingga, Singkep, Karimun,
Kundur, dan Bangkinang), Pulau Bangka, dan Pulau Belitung. Pengeksploitasian
timah di Indonesia seluruhnya dilakukan oleh PT Timah Tbk. yang berpusat di
Pangkal Pinang (Pulau Bangka). PT Timah Tbk dalam kegiatan operasionalnya
dibantu oleh PT Tambang Timah dan PT Koba Tin (keduanya anak perusahaan PT
Timah Tbk.).
Hasil eksploitasi timah berupa bijih timah, kemudian diolah oleh pabrik peleburan
timah sehingga menjadi timah batangan atau logam timah. Pusat peleburan timah di
Indonesia terdapat di Muntok (Pulau Bangka).
Pemanfaatan timah di dalam negeri antara lain digunakan untuk pembuatan
kaleng, pipa saluran, pembungkus rokok, mata peluru, dan solder.
Cadangan timah terdapat dalam urat-urat kuarsa dalam batuan granit dan skis,
juga dalam endapan atau lapisan aluvial dan eluvial. Cadangan timah di Indonesia
diperkirakan terdapat sekitar satu juta ton, jumlah ini mungkin bertambah jika telah
dilakukan inventarisasi sumber daya yang lebih saksama.

2) Nikel

Nikel kali pertama ditemukan di daerah Pomala (Sulawesi Tenggara) yaitu sekitar
1909. Deposit tersebut mulai dieksplorasi pada 1934 dan mulai berproduksi pada
1938. Cadangan nikel di Pomala sangat kecil sehingga hanya dapat memenuhi
kebutuhan sampai 1962.

Bekas kegiatan penambangan nikel di daerah Pomala sekarang dijadikan pusat


pengolahan bijih nikel oleh PT Aneka Tambang (PT Antam). Pada 1979 PT Antam
melakukan penambangan nikel di Pulau Gebe (Maluku Utara). Daerah lain yang
sedang dikembangkan untuk proyek penambangan nikel, yaitu Pulau Gee, Pulau
Pakal, Tanjung Buli, Pulau Obi (Maluku Utara), serta Pulau Gag dan Pegunungan
Cyclops (Papua).

Hasil penambangan nikel adalah bijih nikel, nikel matte, (bijih nikel yang sudah
dipisahkan dengan bahan buangannya), dan ferronikel (campuran yang mengandung
nikel 78% dan besi 0,7%).

Daerah deposit nikel di Indonesia adalah Sulawesi Selatan (Soroako), Sulawesi


Tenggara (Kolaka), wilayah perbatasan Sulawesi (Selatan, Tengah, dan Tenggara),
dan Papua. Deposit nikel terdapat pada silikat nikel dalam tanah laterit, pada batuan
basa yang memiliki ciri berat jenis tinggi, berwarna gelap atau hijau-hijau gelap,
serta kaya kandungan besi dan magnesium.

3) Bauksit (Bijih Aluminium)

Bauksit merupakan kelompok mineral aluminium hidroksida. Memiliki warna


putih atau kekuningan (keadaan murni), dan merah atau cokelat jika tercampur
(terkontaminasi) oleh besioksida atau bitumen. Bauksit relative sangat lunak
(kekerasan 1–3), mudah larut dalam air, mudah patah, dan tidak mudah terbakar.
Bauksit terjadi dari proses pelapukan (laterisasi) batuan induk yang erat kaitannya
dengan persebaran batuan granit.
Bauksit dapat dijumpai di daerah-daerah aliran sungai, seperti di kepulauan Riau
(pulau Bintan-Indonesia). Aluminium banyak diperguna kan untuk membuat
perkakas dapur, industri mesin, dan industry pesawat terbang. Proses peleburan
bauksit biasanya memerlukan tenaga listrik yang besar sehingga pada umumnya
industri aluminium ditempatkan di daerah penghasil listrik, di antaranya di sekitar
air terjun.
Pengelolaan tambang bauksit dilakukan oleh PT Antam dengan pusat
pengolahannya di Kijang (Pulau Bintan, Riau) dengan luas area 8.002,4 ha. Pada
1997 mulai diproduksi bauksit dari dua area, yaitu dari Pulau Pari dan Galang
(Kepulauan Riau) sebesar 808.749 metrik ton. Produksi bauksit pada 1998 mencapai
850.000 metrik ton.

4) Emas dan perak

Emas dan perak banyak dipergunakan untuk membuat barangperhiasan dan obat-
obatan. Pada umumnya, emas digunakan sebagai alat pembayaran. Pada abad ke-16
dan-17 manusia banyak yang berlomba mencari emas ke berbagai daerah atau
negara yang dianggap sebagai negara emas, terutama orang-orang Spanyol.
Negara yang banyak kandungan emasnya di antaranya Afrika Selatan (merupakan
daerah terpenting penggalian emas di seluruh dunia, yang berpusat di kota
Johannesburg), Rusia, Amerika Serikat (bagian barat Amerika Serikat, Alaska,
Kanada), dan Australia.
Cadangan perak jumlahnya jauh lebih banyak daripada emas sehingga harganya
jauh lebih murah. Negara yang paling banyak kandungan peraknya adalah Meksiko.
Logam emas dan perak sering terdapat bersamaan dan berasosiasi dengan logam-
logam tembaga, besi, seng, dan logam platina. Logam emas paling mudah dikenali
karena warnanya kuning, lunak, dapat ditempa, tahan terhadap asam, dan tidak
mudah teroksidasi.
Emas banyak ditemukan di urat-urat batuan atau gang di dalam batuan. Proses
pengikisan pada saat erosi dapat menyebabkan kikisan emas yang akan terakumulasi
di daerah endapan sekitar muara sungai. Oleh karena itu, terdapat beberapa pasir
endapan yang bercampur emas. Dapat juga batuan yang bercampur emas kemudian
mengendap ke tempat lain sehingga terjadi lapisan emas baru.
Potensi tambang emas di Indonesia terdapat di wilayah Sumatra Utara, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara, dan Maluku (Pulau Halmahera dan Pulau Obi). Pengusahaan tambang
emas di Indonesia sudah dilakukan sejak lama, seperti yang dilakukan di Rejang
Lebong (Bengkulu), Cikotok (Jawa Barat), Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara),
dan Sambas (Kalimantan Barat). Eksploitasi tambang emas di Indonesia dilakukan
oleh PT Antam, di antaranya di Jawa Barat dan Kalimantan Selatan. Adapun di
Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah dilakukan
oleh pihak perusahaan swasta.
Produksi emas Indonesia pada 1995/1996 sebesar 65.864,5 kg dan perak sebesar
163.119,6 kg. Penjualan emas dalam negeri sebesar 3.747,2 kg dan perak sebesar
57.258,7 kg, sedangkan nilai ekspor emas sebesar 60.022,8 kg.

5) Tembaga

Tembaga merupakan kelompok logam bukan besi yang telah dipergunakan sejak
3.500 SM oleh orang-orang Mesir. Tembaga dipadu dengan besi menjadi perunggu,
sedangkan jika tembaga dipadu dengan seng menjadi kuningan.
Tambang tembaga di Indonesia terdapat di Kalimantan, Pulau Sram, Papua, dan
Maluku. Jumlah cadangan diperkirakan ada 170 juta ton dengan kadar tembaga 1%.
Di Papua terdapat cadangan tembaga sebanyak 33 juta ton dengan kadar tembaga
2,5% dan besi 40,6%. Potensi tembaga terbesar di Indonesia berada di Tembagapura
(Papua), yang pengelolaannya bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia
Company (Amerika Serikat) sejak 3 Maret 1973.

6) Intan

Intan sering dijumpai di dalam batuan vulkanik karena terbentuk bersamaan


dengan pembentukan batuan ultrabasik, misalnya dunite, peridotite, dan Piroxenite.
Kristalisasi intan terbentuk akibat pembekuan magma di bagian dalam (batu-batu
intrusif ), yaitu batu magma yang terbentuk selama proses pembekuan magma jauh
di dalam lapisan kerak bumi.
Intan merupakan batuan yang memiliki kekerasan paling tinggi, sehingga sekeras
apapun benda jika digores dengan intan akan tergores. Intan merupakan satu-
satunya batu permata yang memiliki formula satu unsur, yaitu karbon (C).
Intan akan muncul ke permukaan bumi karena adanya gerakan kulit bumi
sehingga muncul ke permukaan atau akibat erosi yang terus menerus sehingga
tersingkap ke permukaan. Penambangan intan dapat dilakukan dengan cara
memisahkan batuan dengan unsur intan, atau dilakukan di antara batu dan pasir yang
mengendap di sungai, seperti di Martapura. Tempat penemuan intan di Indonesia
antara lain di Sumatra Barat dan Riau (Sungai Siabu, Kampar, dan Bangkinang),
Kalimantan Barat (Muara Mengkiang dan Ngabang), Kalimantan Tengah (Sungai
Gula, Pucukcau, Murungraya, Sei Pinang), Kalimantan Selatan (Martapura dan
Simpang Empat), dan Kalimantan Timur (Sekatak Bunyi, Kabupaten Kutai, dan
Longiran).
4. Pariwisata Bahari

Pengertian wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan
rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan
ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan kasil
karya
/ buatan manusia. Manusia sudah mulai jenuh dengan kehidupan perkotaan yang
sibuk oleh berbagai kegiatan industri dan bisingnya kota. Akibatnya tempat- tempat
rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan
kenyamanan semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan). Meningkatnya
kegiatan wisata alam, termasuk wisata bahari, ini ada kaitannya dengan perubahan
pola hidup masyarakat, meningkatnya taraf kehidupan, adanya pertambahan waktu
luang dan semakin meningkatnya fasilitas, sarana dan prasarana sehingga dapat
menjangkau tempat-tempat dimanapun lokasi wisata berada. Untuk mengimbangi
peningkatan kebutuhan di bidang rekreasi diperlukan usaha penggalian terhadap
obyek-obyek wisata alam baru, yang belum dikelola dan punya potensi layak untuk
dikembangkan, agar permintaan terhadap wisata alam dapat dapat terpenuhi.
Hal yang mendasar bagi kepariwisataan yaitu daya tarik wisata. Adanya daya
tarik wisata disuatu daerah bisa menunjang kepariwisataan didaerah tersebut. Daya
tarik wisata yang tidak atau beum dikembangkan semata-mata hanya merupakan
sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata apabila
belum dikembangkan dengan optimal.
Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan, jika
disuatu daerah tersebut memiliki lebih dari suatu jenis daya tari wisata sehingga
dapat dikembangkan potensi yang ada. Hal ini perlu diperhatikan dalam
pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial dengan dilakukan penelitian
dan evaluasi sebelum fasilitas sarana dan prasarana wisata dikembangkan suatu
daerah tertentu.
Menurut (Yoeti, 1990) bahwa ada tiga faktor yang dapat menentukan
berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai suatu industri, ketiga faktor tersebut
diantaranya : tersedianya objek dan daya tarik wisata (attraction), kemudahan
dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara geografis atau kecepatan teknis,
serta tersedinya sarana transportasi ke tujuan tersebut (accessibility) dan
tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, restoran, hiburan serta
komunikasi (amenities).
Terkait teori diatas bahwa perkembangan kepariwisataan disuatu daerah wisata
sangat ditunjang oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang ada, karena
kebutuhan wisatawan tidak hanya untuk menikmati keindahan alam atau keunikan
daya tarik wisata saja, melainkan memerlukan sarana dan prasarana wisata seperti
akomodasi, restoran. Telekomunikasi, listrik, air bersih, kesehatan, olahraga, pusat
informasi pariwisata sebagai penunjang pariwisata. Selain itu kemudahan untuk
mencapai lokasi daya tarik wisata sangat penting karena aksesibilitas dalam hal ini
menyangkut kondis jalan, tarif angkutan, jenis kendaraan, jaringan transportasi
jarak tempuh dan waktu tempuh. Semakin baik aksesibilitas suatu daya tarik
wisata, maka akan semakin banyak jumlah wisatawan yang berkunjung.
Sedangkan untuk pariwisata bahari, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
dalam upaya pengembangannya, seperti:
1. Tentukan dulu analisa pasar atau permintaan (demand) terhadap produk
pariwisata sebelum menyiapkan penawaran (supply) produk wisata.
2. Tentukan lokasi wisata bahari yang paling prioritas untuk dikembangkan.
3. Melakukan pembangunan destinasi wisata dengan syarat lihat 4 aspek utama
yang membuat destinasi unggul yaitu ketersediaan atraksi wisata dilokasi yg
akan dikembangkan, aksesibilitas (kemudahan menuju ke lokasi tersebut)
yang paling mudah, sarana prasarana pendukung pariwisata (akomodasi,
warung, rumah makan dll) yang paling lengkap dan faktor pengelolaan paling
baik.
4. Melakukan promosi dan penjualan produk pariwisata dengan biaya sekecil
mungkin dan dampak seluas mungkin (low budget high impact).

5. Transportasi Laut

Transportasi laut adalah sebagai mobilitas manusia, barang dan jasa baik lokal,
regional, nasional mauoun international. Jasa industri angkutan menggunakan kapal
laut merupakan jasa angkutan yang bergerak dalam pengakutan penumpang dan
barang (cargo).
Dalam melakukan perdagangan intrnational dan domestik banyak pemilik
barang (shipper) menggunakan jasa transportasi laut, hal ini di karenakan jumlah
barang yang akan diangkut relatif dalam jumlah yang besar serta ongkos
pengangkutannya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan moda lainnya.
Di tahun ini telah berlaku AFTZ (Asean Free Trade Zone ) dimana Indonesia
dituntut untuk bersaing dengan negara asia pada khususnya dan negara di luar asia
pada umumnya dalam hal perdagangan internasional.
Kegiatan bongkar muat merupakan salah satu kegiatan operasioanal di
pelabuhan yang secara langsung berhubungan dengan kepentingan perekonomian.
Kelancaran arus barang merupakan hal yang sangat penting di perhatikan
dalam kegiatan tersebut, bila karena alasan diatas terjadi pembengkakan biaya yang
tinggi dalam penanganan bongkar muat suatu barang secara tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap peningkatan harga barang tersebut di pasaranDengan melihat
kondisi yang demikian maka sangat perlu dilakukan perencanaan – perencanaan
yang matang bagi barang yang akan diangkut, dibongkar maupun dimuat agar hasil
yang diperoleh dapat maksimal serta menguntungkan bagi kedua belah pihak baik
bagi pengguna jasa maupun si pemberi jasa itu sendiri, karena perencanaan yang
matang merupakan awal dari kesuksesan suatu kegiatan.

6. Garam Industri

Garam merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan sehari-


hari. Pembuatan garam sebagian besar dilakukan secara tradisional olehpetani
rakyat disamping oleh perusahan garam industri. Dari segi kualitas produksi garam
dalam negeri masih belum memenuhi syarat kesehatan, terutama garam yang
dihasilkan dari petani garam, sebab mutu garam umumnya dibawah mutu II
menurut spsifikasi SNI/SII No.140-76.

Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk Kristal yang merupakan
kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa
lainnya, seperti Magnesium Chlorida,Magnesium sulfat, dan Calsium Chlorida.

Sumber garam yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit
dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah (Burhanuddin S 2001).

Menurut Desrosier (1988) dalam Amalia (2007), ada tiga sumber utama garam,
yaitu :
1) Garam solar ialah garam yang diperoleh dengan cara penguapan dari
air garam baik yang dari laut maupun yang dari danau garam daratan.
2) Tambang garam atau garam sumber ialah garam yang biasanya
dinyatakan sebagai batu garam, diperoleh dari pertambangan yang
beroperasi sedalam seribu kaki atau lebih dibawah permukaan
bumi.
3) Garam yang diperoleh dari penguapan dengan sinar matahari
mengandung kotoran kimia dan mikrobia halofisilis yang
toleran terhadap garam.

Garam tambang atau garam sumber pada umumnya bebas dari kontaminasi
organisme ini.
1. Jenis dan manfaat garam
Menurut Zaelaniat (2013),garam terdiri dari beberapa jenis dan memiliki banyak
manfaat. Adapun jenis-jenis garam yaitu sebagai berikut:
a. Garam industri

Garam industri yaitu jenis garam dengan kadar NaCl sebesar 97%
dengan kandungan impurities (sulfat, magnesium, dan kalsium serta
ketoran lainnya) yang sangat kecil. Kegunaan garam industry antara lain
untuk industri perminyakan, pembuatan soda dan chlor, penyamakan kulit
dan pharmaceutical salt
b. Garam konsumsi

Garam konsumsi merupakan jenis garam dan kadar NaCl sebesar 97%
atas dasar bahan kering (dry basis), kandungan impurities (sulfat,
magnesium dan kalsium) sebesar 2% dan kotoran lainnya (lampu, pasir)
sebesar 1% serta kadar air maksimal sebesar 7%. Kelompok kebutuhan
garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industry
makanan, industry minyak goreng, industry pengasinan dan pengawetan
ikan.
c. Garam pengawetan

Jenis garam ini biasanya ditambahkan pada proses pengolahan pangan


tertentu. Penambahan garam tersebut bertujuan untuk mendapatkan kondisi
tertentu yang memungkinkan enzim atau mikroorganisme yang tahan
garam (halotoleran) bereaksi menghasilkan produk makanan dengan
karateristik tertentu.Kadar garam yang tinggi menyebabkan
mikroorganisme yang tidak tahan terhadap garam akan mati. Kondisi
selektif ini memungkinkan mikroorganisme yang tahan garam dapat
tumbuh.
d. Garam dapur

Garam dapur/laut dibuat melalui penguapan air laut, dengan proses


sederhana, dan meninggalkan sejumlah mineral dan elemen
lainnya(tergantung sumber air). Jumlah mineral yang tidak signifikan
menambah cita rasa dan warna pada garam laut. Sehingga, tekstur garam
laut di pasaran lebih bervariai. Beberapa diantaranya lebih kasar, namun
ada juga yang lebih halus.Garam jenis ini mengandung ± 0,0016% yodium.
2. Faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produksi garam

Purbani (2003),faktor-faktorteknis yang mempengaruhi produksi garam sebagai


berikut :
a. Air laut
Mutu air laut terutama dari segi kadar garamnya
(termasukkontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhiwaktu
yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).
b. Keadaan cuaca
- Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang
diberikan. kepada kita untuk membuat garam dengan pertolongan
sinar matahari.
- Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun
rata
- rata merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang
kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air
laut.
- Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat
mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar
penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang
mengendap.

c. Tanah
- Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan
(kebocoran) air laut kedalam tanah yang di meja.
- Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan
penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan
garam, maka tidak akan dihasilkan garam.
- Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian
(impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan.
d. Pengaruh air
- Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke
berikutnya dalam kaitannya dengan factor
- faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan
gabungan penguapan air (koefisien pemindahan massa).
- Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja kristalisasi
akan mempengaruhi mutu hasil.
e. Cara pungutan garam

Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal
pengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan).

Pungutan garam ada 2 sistem :


1.) Sistem portugis

Pungutan garam di atas lantai garam, yang terbuat dari kristal


garam yang dibuat sebelumnya selama 30 hari, berikut tiap 10
hari dipungut.
2.) Sistem maduris

Pungutan garam yang dilakukan di atas lantai tanah, selama


antara 10–15 hari garam diambil di atas dasar tanah.
f. Air bittern

Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung
garam-garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk
mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat
menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi garam dimeja terjadi
antara 25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang.
7. Energi terbarukan

a. Definisi Energi

Energi adalah kemampuan melakukan kerja.Menurut KBBI energi


didefiniskan sebagai daya atau kekuatan yang diperlukan untuk
melakukan berbagai proses kegiatan. Energi merupakan bagian dari suatu
benda tetapi tidak terikat pada benda tersebut. Energi bersifat fleksibel
artinya dapat berpindah dan berubah.
b. Definisi Energi Terbarukan

Energi terbarukan adalah adalah energi yang berasal dari "proses


alam yang berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin, arus
airproses biologi, dan panas bumi.(wikipedia) Energi terbarukan mulai
dikenal pada tahun 1970-an,sebagai upaya untuk mengimbangi
pengembangan energi berbahan bakar nuklirdan fosil.

Definisi paling umum adalah sumber energi yang dapat dengan


cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan.
Dengan definisi ini,maka bahan bakar nuklir dan fosil tidak termasuk di
dalamnya.(wikipedia)
c. Sumber Energi terbarukan
1.) Energi panas bumi

Energi panas bumi berasal dari peluruhan radioaktifdi pusat Bumi, yang
membuat Bumi panas dari dalam, serta dari panas matahari yang
membuat panaspermukaan bumi. Panas bumiadalah suatu bentuk energi
panasatau energi termal yang dihasilkan dan disimpan di dalam bumi.
Energi panas adalah energi yang menentukan temperatur suatu benda.
Energi panas bumi berasal dari energi hasil pembentukan planet (20%)
dan peluruhan radioaktif dari mineral (80%) Gradien panas bumi, yang
didefinisikan dengan perbedaan temperatur antara inti bumidan
permukaannya, mengendalikan konduksi yang terus menerus terjadi
dalam bentuk energi panas dari inti ke permukaan bumi
2.) Energi Surya

Energi surya adalah energi yang dikumpulkan secara langsung dari


cahaya matahari.Tentu saja mataharitidak memberikan energi yang
konstan untuk setiap titik di bumi, sehingga penggunaannya terbatas. Sel
surya sering digunakan untuk mengisi daya baterai, di siang hari dan
daya dari baterai tersebut digunakan di malam hari ketika cahaya
matahari tidak tersedia 3.) Tenaga Angin

Perbedaan temperatur di dua tempat yang berbeda menghasilkan tekanan


udarayang berbeda, sehingga menghasilkan angin. Angin adalah gerakan
materi (udara) dan telah diketahui sejak lama mampu menggerakkan
turbin.
4.) Tenaga Air

Energi air digunakan karena memiliki massa dan mampu mengalir. Air
memiliki massa jenis 800 kali dibandingkan udara. Bahkan gerakan air
yang lambat mampu diubah ke dalam bentuk energi lain. Turbin air
didesain untuk mendapatkan energi dari berbagai jenis reservoir, yang
diperhitungkan dari jumlah massa air, ketinggian, hingga kecepatan air.
8. Biofarmasi Laut

Biofarmasi adalah ilmu yang mempelajari / menyelidiki pengaruh-


pengaruh pembuatan sediaan(obat) untuk membuat terapetik(bahan obat). Jadi
Biofarmasi Laut adalah ilmu yang mempelajari tentang organisme-organisme
laut untuk dijadikan bahan obat-obatan.

Di Indonesia sendiri nilai ekonomi biofarmasi laut mencapai 330 miliar


USD per tahun yang didukung oleh tingginya kelimpahan dan
keanekaragaman hayati laut Indonesia untuk pengembangan industri
bioteknologi bahan pangan, obat-obatan, kosmetika dan bioremediasi.

Besarnya peluang ekonomi dari pemanfaatan potensi sumberdaya laut


yang sedemikian besar ini sudah sepatutnya memberikan kontribusi yang besar
pula bagi peningkatan perekonomian bangsa, bahkan sudah sepatutnya pula
menjadi sektor penggerak ekonomi nasional yang dominan. Namun pada
kenyataannya sektor perikanan dan kelautan nasional masih belum
dimanfaatkan secara optimal, hal ini diperlihatkan dari data secara kasat mata
bahwa masyarakat pesisir yang merupakan masyarakat yang paling dekat
dengan sumberdaya pesisir dan laut umumnya masih tergolong pada
masyarakat miskin atau dikategorikan sebagai masyarakat dengan tingkat
kesejahteraan rendah.

Oleh sebab itu, orientasi pembangunan yang lebih memperhatikan wilayah


daratan perlu diubah mengingat laut merupakan sumber penghidupan di masa
depan. Paradigma pembangunan di sektor kelautan yang menyimpan kekayaan
alam yang luar biasa menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk
mengembalikan kejayaan bangsa ini sebagai negara maritim.

9. Industri dan jasa maritim

Maritim bukan hanya persoalan perikanan dan kelautan saja, akan tetapi
maritim adalah segala sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan
kemaritiman/kelautan baik yang langsung maupun tidak langsung. Sebagai
contoh misalnya dari industri maritim; galang kapal, teknologi perkapalan,
desain kapal, perbaikan kapal, manufaktur komponen kapal dan lainnya.
Kemudian jasa maritim dari aktifitas ekspor/impor; pemeliharaan, penyediaan,
perbaikan, bongkar muat, layanan broken kapal, asuransi untuk para pelaut,
jasa angkutan dan pelabuhan.
Pembangunan ekonomi indonesia sangat membutuhkan industri maritim
yang handal agar konektifitas antar pulau dapat terlaksana. Industri maritim
tersebut meliputi industri perkapalan, industri pelayaran dan jasa pelabuhan,
untuk mengelola dan mengolah sumber daya kelautan dan sumber daya alam
yang lain yang ada, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan
bangsa Indonesia, utamanya dalam ketersediaan pangan diwilayah-wilayah
terpencil yang sulit terjangkau oleh jalur transportasi darat dan udara.
Pemerintah telah mengembangkan upaya di bidang industri jasa maritim
dengan membangun 10 sektor ekonomi kelautan unggulan yaitu perikanan
tangkap, budi daya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi
kelautan, energi dan sumber daya mineral, serta pariwisata bahari.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Posisi Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan Australia serta diapit oleh
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadikan wilayah perairan laut Indonesia
sebagai perairan berproduktivitas tinggi dengan daya dukung alam (natural carrying
capacity) yang kuat. Selain itu, letak Indonesia di wilayah tropis dengan tingkat perubahan
suhu lingkungan yang relatif rendah memungkinkan perkembangan berbagai hayati
laut sehingga Indonesia dipandang dunia sebagai daerah “megabiodiversity”. Posisi
geografis yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang berpotensi
besar baik dalam hal ekonomi maupun geo-politik. Sekitar 40% lalu lintas perdagangan
barang dan jasa yang diangkut kapal melintasi perairan Indonesia. Dengan 75%
wilayah Indonesia berupa laut dan wilayah pesisir (coastal zone) dengan kandungan
sumberdaya alam yang kaya dan beragam, maka sektor kelautan merupakan sektor
strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Sekitar 70% produksi
minyak dan gas nasional berasal dari wilayah pesisir dan lautan (offshore). Sumberdaya
hidrokarbon, khususnya minyak dan gas yang tersedia di 60 titik cekungan masih
sangat besar sedangkan yang sudah dieksploitasi relatif masih sedikit. Minyak, tersedia
86,9 miliar barel, dan baru dicadangkan untuk dieksploitasi 9,1 miliar barel, sedangkan
yang sudah diproduksi baru mencapai 0,387 miliar barel. Gas, tersedia 384,7 Trillion
Standard Cubic Feet (TSCF), dan dicadangkan 185,8 TSCF, sedangkan yang sudah
diproduksi hanya 2,95 TSCF (Firmanzah, 2012).
Pemahaman terhadap makna dan fungsi laut ini secara selaras dan seimbang,
diharapkan dapat memberikan pemanfaatan sumberdaya laut yang komperhensif,
sekaligus mendukung prinsip pemanfaatan sumberdaya secara lestari. Laut Indonesia
telahdimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, sebagai area pertambangan, jalur
transportasi, jalur kabel komunikasi dan pipa bawah air, perikanan tangkap dan budi
daya, wisata bahari, area konservasi dan sebagainya. Kesadaran akan pentingnya
pengelolaan sumberdaya laut secara multisektoral telah memicu terbentuknya Dewan
Maritim Indonesia yang kemudian dirubah menjadi Dewan Kelautan Indonesia
berdasarkan Keppres No. 21 tahun 2007. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen
pemerintahan dan kelompok masyarakat, serta bertugas untuk menyusun dan memberi
pertimbangan pada presiden mengenai kebijakan umum mengenai pengelolaan laut.
Di era globalisasi yang bercirikan liberalisasi perdagangan dan persaingan
antarbangsa yang makin sengit, segenap sektor ekonomi harus mampu menghasilkan
barang dan jasa (goods and services) berdaya saing tinggi. Sebagai negara bahari dan
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi pembangunan (ekonomi)
kelautan yang besar dan beragam. Bidang Kelautan terdiri dari berbagai sektor yang
dapat dikembangkan untuk memajukan dan memakmurkan bangsa Indonesia, yaitu: (1)
perikanan tangkap; (2) perikanan budidaya; (3) industri pengolahan hasil perikanan; (4)
industri bioteknologi kelautan; (5) pertambangan dan energi; (6) pariwisata bahari; (7)
angkutan laut; (8) jasa perdagangan; (9) industri maritim; (10) pulau-pulau kecil; dan
(11) sumberdaya non-konvensional; (12) bangunan kelautan (konstruksi dan rekayasa);
(13) benda berharga dan warisan budaya (cultural heritage); (14) jasa lingkungan,
konservasi dan biodiversitas.

3.2 Saran

Indonesia memiliki potensi sumberdaya maritim yang besar. Baik dari segi
sumberdaya mineral, sumberdaya migas, garam industri, energi terbarukan, dsb. Potensi
sebesar ini akan sangat berguna jika digunakan dengan semestinya; jika semua
hambatan diselesaikan. Hal ini akan sangat membantu Indonesia dalam mecapai
tujuannya sebagai negara bahari dan negara maritim.
DAFTAR PUSTAKA

Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan. Badan Standardisasi Nasional (BSN)


Dr.Ir.Dedi M.Masykur Riyadi, kebijakan Pembagunan sumberdaya pesisir sebagai
alternatif pembangunan masa depan
Aldi Martino Hutagalung, dkk. Rencana Strategis 2015-2019. Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.

Wahyu Ancol, Kepulauan Indonesia


Nadhiraz, Kedudukan Strategis Indonesia Dalam Konteks Ipoleksosbudhankam

Didit, Pendahuluan Industri Maritim dan Peranannya Terhadp Pangan di Indonesia

Hani S.Handayawati, dkk. 2010. Potensi Wisata Alam Pantai-Bahari. PM PSLP PPSUB
Agustus 2010.

A. Firdaus, Darsiharjo, dan Nandi. 2015. Potensi Pengembangan Daya Tarik Wisata
Bahari Di Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Dian Respati. 2015. Potensi dan Persebaran Sumber Daya Mineral.

Riswandi, ST, MP. 2017. Pembangunan Natuna Melalui Pariwisata Bahari.


http://pariwisata.natunakab.go.id/index.php/berita/opini/5-pembangunan-natuna-
melalui-pariwisata-bahari.html. (Diakses pada 12 Maret 2017, 8.53 WIB)

Agung Prasteyo ,Kongres Maritim Indonesia di Balai Senat Universitas Gadjah Mada
Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan (24 September 2014)

Pengembangan kawasan minapolitan http://perpustakaan.bappenas.go.id ( diakses 12


Maret 2017 )

Prof. Dr.Ir.H. Rokhmin Dahuri,M.S. Paradigma Baru pembangunan indonesia berbasis


kelautan

Prof. Dr.Ir.H. Tridoyo Kusmastanto, M.S.Pemberdayaan Sumber Daya Kelautan

www.kmip.faperta.ugm.ac.id/potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia/

https://www.academia.edu/7305992/Potensi_Kelautan_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai