Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN PELAKSANAAN

KURIKULUM KEMARITIMAN DI
SEKOLAH MENENGAH ATAS

DIREKTUR PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Kurikulum 2013 dilaksanakan di semua sekolah menengah atas secara bertahap mulai
dari tahun 2013 dan pada tahun 2019 di semua kelas di seluruh sekolah dasar di Indonesia.
Dalam rangka pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah menengah tersebut, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas telah menyiapkan panduan-panduan dan bahan-bahan
informasi terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013. Salah satu bahan informasi tersebut
adalah Panduan Pelaksanaan Kurikulum Kemaritiman di Sekolah Menengah Atas.

Panduan Pelaksanaan Kurikulum Kemaritiman di Sekolah Menengaah Atas tersebut


diharapkan dapat memberikan informasi yang utuh dan menyeluruh tentang ide/gagasan,
dokumen dan implementasinya di sekolah secara benar.

Demikian, Panduan Pelaksanaan Kurikulum Kemaritiman di Sekolah Menengah Atas


ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pihak terutama guru dan pemangku
kepentingan pendidikan lainnya di sekolah menengah atas.

Jakarta, .... Februari 2018


a.n. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah

Drs. Purwadi Sutanto, M.Si.


NIP. 196104041985031003

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ..................................................................................... 4
2. Dasar Hukum ....................................................................................... 6
3. Tujuan .................................................................................................. 8
4. Sasaran ................................................................................................. 8
B. KARAKTERISTIK KURIKULUM KEMARITIMAN
1. Pengertian ............................................................................................. 8
2. Ruang Lingkup ..................................................................................... 9
3. Tujuan Pendidikan Kemaritiman Jenjang Pendidikan Menengah .......
4. Uraian Materi ....................................................................................... 9
5. Kompetensi Dasar ……………………………………………………
C. PELAKSANAAN
1. Perencanaan ......................................................................................... 11
2. Pelaksanaan ......................................................................................... 11
3. Monitoring dan Evaluasi ..................................................................... 13
D. PENUTUP ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 17

3
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mendorong
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan serta prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik. Bidang Kemaritiman merupakan salah satu arus utama
pembangunan Indonesia saat ini. Untuk mendukung visi pembangunan kemaritiman
nasional, diperlukan upaya diversifikasi kurikulum dengan memasukan lebih banyak
muatan khas keilmuan dan keterampilan kemaritiman dalam proses pendidikan dalam
rangka membangun manusia Indonesia yang unggul dan berdaya saing.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan
archipelagic state) terbesar di dunia dengan wilayah laut yang diakui dan dijamin
kedaulatan dan hak berdaulat maritimnya oleh United Nations Convention on the Law
of the Sea (UNCLOS) dan Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan
UNCLOS. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, luas wilayah laut NKRI
mencapai 6,65 juta km2 atau sekitar 76,94% dari luas total wilayah negara yang
menghubungkan sebanyak 17.499 pulau terbentang dari Sabang sampai Merauke
(Ramdhan dan Arifin, 2013; Dishidros TNI AL, 2004). Sejumlah 13.466 pulau di
antaranya sudah diverifikasi serta dan telah terdaftar di PBB. Peran laut ini sangat
penting bukan hanya sebagai sumber penyedia pangan dan energi tetapi juga
merupakan wahana pemersatu Nusantara.
Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki kejayaan maritim di
masa lalu dengan pelaut-pelaut tangguh dan kerajaan-kerajaan Nusantara berbasis
maritim. Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit merupakan contoh dari kejayaan
kerajaan-kerajaan Nusantara berorientasi maritim. Wilayah kekuasaan Kerajaan
Majapahit hingga Semenanjung Malaya dan Kerajaan Sriwijaya mencapai Champa.
Setelah perang kemerdekaan, semangat kemaritiman menjadi bangsa pelaut diawali

4
oleh pidato Presiden Soekarno pada tahun 1953 yang menyerukan: “Usahakanlah
agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa pelaut dalam arti seluasluasnya.
Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan. Tetapi bangsa pelaut dalam
arti kata cakrawati samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa
pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut
menandingi irama gelombang lautan itu sendiri”. Kesadaran mengenai pentingnya
pengembalian jati diri Bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim ditandai oleh pidato
pertama Bapak Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia tahun 2014. Beliau
mengajak kembali rakyat Indonesia untuk melihat lautan yang mendominasi wilayah
NKRI sebagai masa depan bangsa menuju „Poros Maritim Dunia‟.
Dalam upaya merealisasikan hal tersebut, Pemerintah telah menetapkan arah
pembangunan nasional yang lebih berorientasi maritim menuju negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional sebagaimana tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025.
Untuk mencapai misi pembangunan ini, diperlukan pembangunan sumber daya
manusia Indonesia di bidang maritim yang unggul dan berdaya saing. NKRI yang
terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia serta Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik memiliki posisi yang strategis baik secara geoekonomi maupun
geopolitik. Sebagai pusat alur pelayaran dan perdagangan dunia, Indonesia memegang
peranan penting dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan regional dan dunia.
Dengan potensi sumber daya alam, sosial budaya dan letak geostrategis, sudah
selayaknya Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia. Lebih dari 85% perniagaan dunia
menggunakan domain maritim. Potensi kelautan Indonesia lebih dari Rp 8.000
trilyun/tahun (Soemarwoto, 2003). Potensi ini setara dengan lima kali APBN tahun
2013 yang mampu menyerap tenaga kerja 40 juta jiwa. Pengembangan ekonomi
maritim akan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang akan
menyebar secara proporsional ke seluruh wilayah NKRI hingga ke pulau-pulau terluar
dan wilayah perbatasan. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut akan menciptakan
sabuk pengaman (security belt) yang akan memperkokoh NKRI. Pembangunan sektor
perhubungan laut dan industri galangan kapal secara signifikan juga akan
meningkatkan efisiensi dan daya saing perekonomian Indonesia.
Potensi kemaritiman yang sangat kaya ini belum dimanfaatkan secara optimal, tetapi
ironisnya di sebagian wilayah laut dan pesisir Indonesia telah mengalami kerusakan
dengan berbagai tingkatan. Luas terumbu karang Indonesia sebesar 25 juta hektar
5
(BIG, 2013) memiliki status kondisi pada 93 daerah dan 1.259 lokasi (kompilasi data
sejak tahun 1993) adalah 5% sangat baik, 27,01% kondisi baik, 37,97% kondisi
sedang, dan 30,02% dalam kondisi buruk (CRITC COREMAPCTI P2O LIPI, Pers
release 11 Februari 2016). Indonesia juga mempunyai hutan mangrove yang sangat
luas (3 juta hektar) atau 20% dari luas mangrove di dunia. Namun sebagian besar
mangrove juga telah mengalami kerusakan. Food and Agriculture Organization
(FAO) tahun 2014 menyatakan Indonesia mengalami kerusakan mangrove terbesar di
dunia yaitu sekitar 40% dalam tiga dekade terakhir. Kerusakan ini berdampak pada
berkurangnya habitat biota laut tertentu dan meningkatkan risiko bencana di wilayah
pesisir, seperti abrasi dan banjir rob. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya
pencurian ikan oleh nelayan asing yang menggunakan teknologi canggih sehingga
mengakibatkan kerugian negara yang sangat besar mencapai Rp 300 triliun per tahun
(KKP, 2015).
Kerusakan sumberdaya kemaritiman ini disebabkan oleh ketidaktahuan dan/atau
ketidakpedulian masyarakat terhadap kelestarian sumber daya laut tersebut yang
diindikasikan dengan kegiatan seperti penangkapan ikan yang merusak (racun bius dan
bom) dan penebangan hutan mangrove secara berlebihan untuk kegiatan ekonomi. Hal
ini dapat terjadi terjadi karena tingkat pendidikan pelaku kemaritiman yang masih
rendah, keterbatasan pengetahuan dan informasi kemaritiman, pendidikan yang masih
bias darat, serta pola pikir masyarakat Indonesia yang belum banyak berorientasi
maritim. Kondisi ini perlu mendapat perhatian secara serius dari semua unsur
masyarakat dan pemerintah baik pusat maupun daerah. Untuk itulah, diperlukan suatu
rancangan kurikulum pendidikan yang berorientasi kemaritiman yang muatannya
terstruktur untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam upaya mencapai misi
pembangunan Indonesia tersebut.
Agar Kurikulum Kemaritiman ini dapat diterapkan, maka diperlukan panduan
pelaksanaan kurikulum kemaritiman untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

2. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Convention on The Law of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut);
c. Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;

6
d. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
e. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
f. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
g. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
j. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada
Pendidikan Dasar dan Menengah;
n. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter;
o. Memorandum of Understanding antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
RI dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
01/PKB/MENKO/MARITIM/V/2017, Nomor 14/V/NK/2017 Tentang
Pengarusutamaan Bidang Kemaritiman Dalam Pembangunan Pendidikan dan
Kebudayaan; dan
p. Perjanjian Kerja Sama antara Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia,
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor PKS.120/D.IV/Maritim/VIII/2017, Nomor 05/VIII/PKS/2017
Tentang Pengembangan dan Penerapan Kurikulum Muatan Kemaritiman.

3. Tujuan

7
Panduan ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi pembuat kebijakan di tingkat
pusat dan daerah, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum Kemaritiman di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

4. Sasaran

Panduan ini diharapkan dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan di tingkat pusat
dan daerah, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam implementasi dan
pengejawantahan Kurikulum Kemaritiman tingkat Sekolah Menengah Atas.

B. KARAKTERISTIK KURIKULUM KEMARITIMAN


1. Pengertian
Kurikulum Kemaritiman merupakan kurikulum yang berdasarkan wawasan sejarah
maritim, nilai budaya maritim, dan potensi kemaritiman untuk menanamkan cinta
tanah air dan jiwa bela negara yang berkarakter maritim dalam rangka membangun
manusia Indonesia yang unggul dan berdaya saing menuju pencapaian kejayaan
Indonesia sebagai bangsa dan negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.

2. Tujuan Pendidikan Kemaritiman Jenjang Pendidikan Menengah


Pendidikan Kemaritiman pada jenjang SMA/MA/SMK Non Kemaritiman (Kelas X
s.d. XII) bertujuan agar peserta didik:
 memiliki rasa bangga dan nasionalisme sebagai bangsa maritim dengan
memahami sejarah perkembangan pelayaran dan perdagangan bangsa-bangsa
asing melalui jalur rempah dan laut Nusantara;
 memiliki kemampuan dalam pelestarian lingkungan pesisir dan laut dalam rangka
pembangunan berkelanjutan;
 memahami pengetahuan tentang sumber daya hayati dan non hayati kelautan
termasuk energi laut dan jasa maritim;
 mampu berpikir kritis terhadap permasalahan dalam pemanfaatan potensi sumber
daya kelautan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
untuk kegiatan perikanan, niaga, dan jasa maritim;

8
 memiliki kreativitas dan inovasi dalam penyelesaian masalah di bidang
kemaritiman berbasis teknologi ramah lingkungan;
 berperan aktif dalam kegiatan peningkatan kapasitas dan kesiapsiagaan serta
mitigasi bahaya dan bencana di wilayah pesisir dan laut;
 memiliki karakter maritim untuk menjadi manusia yang unggul dan berdaya saing
serta memiliki rasa kebanggaan terhadap profesi di bidang kemaritiman;
 ikut serta dalam melestarikan budaya bahari dan bela negara;
 peka dan responsif terhadap potensi yang mengancam kerusakan sumber daya laut,
kegiatan ilegal, kegiatan merugikan negara serta potensi disintegrasi bangsa dan
keutuhan NKRI; dan
 memiliki dasar kompetensi yang kuat berbasis kemaritiman untuk memilih profesi
di bidang kemaritiman sesuai bakat dan minatnya;

3. Ruang lingkup
Ruang lingkup materi Kurikulum Kemaritiman di Sekolah Menengah Atas (SMA)
terdiri atas 5 (lima) aspek yskni meliputi:
1. Sumber Daya Maritim
2. Geomaritim dan Dinamika Laut
3. Transportasi Laut dan Industri Maritim
4. Sejarah, Budaya, dan Inovasi Maritim
5. Geopolitik, Hukum, dan Keamanan Maritim

4. Uraian Materi
Uraian materi dalam ruang lingkup Kurikulum Kemaritiman di tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) dapat dilihat dalam tabel berikut.

No. ASPEK MATERI


1. Sumber Daya a. Definisi kemaritiman, kelautan, dan bahari
b. Potensi dan pemanfaatan sumber daya perikanan
1) Perikanan budidaya laut dan payau
2) Perikanan tangkap
c. Potensi dan pemanfaatan ekosistem laut tropis
(terumbu karang, mangrove, dan lamun)
d. Potensi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati laut
untuk bahan pangan, obat, kosmetik, bioteknologi
e. Potensi dan pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau
kecil
f. Potensi dan pemanfaatan energi laut

9
No. ASPEK MATERI
g. Potensi dan pemanfaatan minyak bumi, gas alam, dan
mineral laut
h. Konservasi dan pelestarian sumber daya maritim dan
laut
2. Geomaritim dan a. Geografi kepulauan dan kelautan Indonesia (peta
Dinamika Laut maritim)
b. Karakteristik laut, pantai, dan pulau
c. Klimatologi kelautan
d. Pencemaran laut dan pesisir
e. Bencana kelautan
3. Transportasi Laut dan a. Transportasi laut (tol laut)
Industri 1) Jenis-jenis transportasi laut
Maritim 2) Navigasi kapal dan pelayaran
3) Pelabuhan
4) Keselamatan di laut
b. Industri maritim
1) Industri perkapalan dan pelayaran
2) Pengenalan profesi kemaritiman
3) Industri pengolahan hasil laut (pangan, farmasi,
kosmetika, bioenergi, air laut dalam)
4) Industri jasa maritim (pariwisata, energi laut,
minyak bumi, gas alam, tambang, telekomunikasi
dan kelistrikan bawah laut, rekayasa pantai)
4. Sejarah, Budaya, a. Sejarah kerajaan maritim dan pelayaran Nusantara
dan Inovasi b. Benda muata kapal tenggelam (harta karun)
Maritim c. Kehidupan masyarakat pesisir
d. Kearifan lokal kebaharian sebagai aset budaya
maritim Indonesia
e. Olahraga bahari
f. Inovasi teknologi kemaritiman (tepat guna dan
mutakhir)
5. Geopolitik, Hukum, dan a. Hukum-hukum laut nasional dan internasional
Keamanan b. Sistem pertahanan dan keamanan laut (integrasi darat,
Maritim udara, laut)
c. Kekuatan strategis geoekonomi dan geopolitik
wilayah maritim Indonesia
d. Wawasan nusantara dan penanaman jiwa bela negara
(waspada dan berani terhadap ancaman asing di
wilayah laut dan pesisir)

Berdasarkan ruang lingkup tersebut kemudian dijabarkan menjadi Kompetensi Inti


dan Kompetensi Dasar (KD) dari kelas X hingga XII seperti yang tercantum di bawah
ini.

10
5. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

KELAS: X
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual,
(2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai
melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi siswa.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut
yaitu siswa mampu:

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)


3. memahami, menerapkan, menganalisis 4. mengolah, menalar, dan menyaji dalam
pengetahuan faktual, konseptual, dan ranah konkret dan ranah abstrak terkait
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya dengan pengembangan dari yang
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
budaya, dan humaniora dengan wawasan mampu menggunakan metoda sesuai
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan kaidah keilmuan.
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 memahami karakteristik laut, samudra dan 4.1 membuat tabel perbedaan karakteristik laut,
laut Nusantara samudra dan laut Nusantara
3.2 menganalisis pembagian perairan laut 4.2 membuat hitungan penetapan zona-zona
Nusantara dan status hukumnya perairan dan status hukumnya (pedalaman,
(pedalaman, kepulauan, teritorial, zona kepulauan, teritorial, zona tambahan dan
tambahan dan zona ekonomi eksklusif) zona ekonomi eksklusif)
3.3 memahami sejarah kemaritiman Indonesia 4.3 membuat resensi tentang sejarah
(Sriwijaya, Majapahit, datangnya bangsa- kemaritiman Indonesia (Sriwijaya,

11
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
bangsa asing ke wilayah Indonesia karena Majapahit, datangnya bangsa-bangsa asing
mencari rempah) ke wilayah Indonesia karena mencari
rempah)
3.4 memahami IPTEK bidang kelautan (alat- 4.4 menggunakan alat-alat/ teknologi
alat navigasi, sistem keselamatan dan alat sederhana bidang kelautan
komunikasi serta alat survey bawah laut)
3.5 menjelaskan sifat-sifat fisika laut (suhu, 4.5 membuat laporan hasil praktik sifat-sifat
kuat arus, gelombang, kedalaman dan fisik laut (suhu, kuat arus, gelombang,
cahaya) kedalaman dan cahaya)
3.6 menjelaskan sifat kimia air laut 4.6 menyusun laporan hasil percobaan menguji
(kandungan oksigen, CO2, kadar garam dan sifat kimia air laut (menghitung kadar
mineral) garam)
3.7 menganalisis fenomena laut (arus, 4.7 menyusun laporan hasil penelitian
gelombang, dan pasang surut) dan sederhana tentang keterkaitan antara
pengaruhnya bagi kehidupan manusia dan pasang surut, gelombang dengan aktivitas
biota laut manusia dan biota laut

Kelas: XI
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual,
(2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai
melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi siswa.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut,
yaitu siswa mampu:
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3. memahami, menerapkan, menganalisis 4. mengolah, menalar, dan menyaji dalam
pengetahuan faktual, konseptual, ranah konkret dan ranah abstrak terkait

12
prosedural, dan metakognitif berdasarkan dengan pengembangan dari yang
rasa ingin tahunya tentang ilmu dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan bertindak secara efektif dan kreatif, serta
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, mampu menggunakan metoda sesuai
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban kaidah keilmuan.
terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 menganalisis komponen penyusun ekosistem 4.1 menyajikan laporan hasil pengamatan
estuari, mangrove, padang lamun dan ekosistem (estuari, mangrove, padang
terumbu karang lamun dan atau terumbu karang)
3.2 memahami jenis-jenis flora dan fauna yang 4.2 membuat laporan hasil pengamatan
hidup di ekosistem pesisir dan laut tentang jenis flora dan fauna pada
berbagai ekosistem pesisir dan laut
3.3 mendeskripsikan potensi pemanfaatan 4.3 membuat tulisan tentang potensi
sumber daya hayati pesisir dan laut pemanfaatan sumber daya rumput laut dan
perikanan di wilayah pesisir
3.4 menganalisis potensi dan pemanfaatan 4.4 membuat tulisan hasil analisis tentang
sumberdaya non hayati pesisir dan laut potensi dan pemanfaatan sumber daya non
hayati pesisir dan laut
3.5 menganalisis potensi dan pemanfataan 4.5 menyajikan laporan tentang potensi dan
sumber daya laut lainnya (wisata bahari, pemanfaatan sumber daya laut lainnya
transportasi, pelabuhan, dan harta karun)
3.6 menganalisis usaha budidaya di wilayah 4.6 menyajikan laporan hasil wawancara
pesisir tentang budidaya di wilayah pesisir
3.7 menganalisis kelayakan usaha pengolahan 4.7 menghitung biaya produksi, keuntungan,
hasil laut berdasarkan hasil wawancara dan kelayakan usaha dari usaha
pengolahan hasil laut berdasarkan hasil
wawancara

Kelas: XII
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah “Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi
siswa.

13
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter
siswa lebih lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut yaitu
siswa mampu:
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3. memahami, menerapkan, menganalisis 4. mengolah, menalar, dan menyaji dalam
pengetahuan faktual, konseptual, ranah konkret dan ranah abstrak terkait
prosedural, dan metakognitif berdasarkan dengan pengembangan dari yang
rasa ingin tahunya tentang ilmu dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan bertindak secara efektif dan kreatif, serta
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban keilmuan.
terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 menganalisis faktor penyebab dan 4.1 mengungkapkan gagasan cara mengatasi
dampak kerusakan ekosistem pesisir dan kerusakan ekosistem yang ada disekitar
laut terhadap kehidupan masyarakat dan ekosistem pesisir dan laut
lingkungan
3.2 memahami implementasi peraturan 4.2 mengolah data hasil pengamatan terhadap
pengelolaan sumber daya pesisir dan laut implementasi peraturan pengelolaan
sumber daya pesisir dan laut dengan
kearifan lokal
3.3 menganalisis cara pengelolaan kawasan 4.3 membuat karya (kliping, koleksi
konservasi laut gambar/foto, mading) tentang cara
pengelolaan kawasan konservasi laut
3.4 menganalisis cara pengelolaan ekosistem 4.4 mengungkapkan gagasan tentang cara
pesisir dan laut pengelolaan ekosistem pesisir dan laut
3.5 memahami upaya pengurangan risiko 4.5 Simulasi pengurangan risiko bencana
bencana geologis di wilayahnya geologis dalam rangka kesiap siagaan
bencana
3.6 memahami upaya pengurangan risiko 4.6 Simulasi pengurangan risiko bencana
bencana klimatologis di wilayahnya klimatologis dalam rangka kesiap siagaan
bencana

C. PELAKSANAAN
1. Perencanaaan
Dalam menerapkan kurikulum kemaritiman ini, Tenaga pendidik (guru) hendaknya
melakukan analisis konteks dengan memperhatikan kesiapan sekolah. Adapun hal-hal
yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Menganalisis untuk penetapan strategi mana yang akan dipakai dalam
implementasi kurikulum. Apakah dalam pelaksanaannya akan menggunakan
strategi kontekstualisasi atau pengayaan atau ekstrakurikuler dan budaya sekolah

14
atau mata pelajaran tersendiri. Beberapa strategi implementasi dijelaskan dalam
bagian C. Pelaksanaan.
b. Melakukan analisis KD-KD yang ada di masing-masing mata pelajaran yang
dapat diintegrasikan dengan kurikulum muatan kemaritiman.
c. Membuat perencanaan pembelajaran, apakah berupa program sekolah, silabus,
maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan bahan ajar.
d. Kemudian guru dapat melakukan pelaksanaan untuk mengimplementasikan.

2. Pelaksanaan
Dalam melaksaanakan Kurikulum Kemaritiman dapat dilakukan melalui empat
strategi yakni kontekstualisasi/warna mata pelajaran, pengayaan/integrasi dalam mata
pelajaran, ekstrakurikuler dan budaya sekolah, serta mata pelajaran tersendiri.
Penjelasan dari masing-masing model sebagai berikut:
a. Kontekstualisasi/Warna Mata Pelajaran/blended
Muatan kurikulum sebagai konteks pembelajaran sesuai dengan KD yang relevan
pada semua mata pelajaran, tidak menambah jam, tetapi memperkuat hasil
pembelajaran sesuai dengan konteks kehidupan siswa.
Implementasi materi Kemaritiman ke dalam mata pelajaran sesuai dengan struktur
kurikulum sekolah menengah atas (SMA) dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut.
1) Muatan Kemaritiman menjadi konteks dalam pembelajaran dan penilaian yang
terintegrasi pada mata pelajaran lain.
2) Tidak ada penambahan alokasi waktu.
3) Dilakukan dengan cara mengaitkan kompetensi dasar yang ada pada mata
pelajaran tersebut dengan muatan kemaritiman.

b. Pengayaan
Pengayaan yang dimaksud yakni muatan pembelajaran/materi pembelajaran yang
terkait dengan karakteristik/ kondisi daerah/ditambahkan dalam mata pelajaran
yang relevan untuk pengayaan.
Pengayaan ini dapat dilakukan dengan hanya memberi kejelasan pada Kompetensi
Dasar mata pelajaran yang ada, atau bahkan dapat menambah KD baru. Jika
menambah KD baru konsekwensinya dapat menambah alokasi waktu yang ada
pada mata pelajaran tersebut.

15
c. Ekstra Kurikuler dan Budaya Sekolah
Kegiatan ekstrakurikuler dapat menemukan dan mengembangkan potensi siswa,
serta memberikan manfaat sosial yang besar dalam mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain. Di samping itu, kegiatan
ekstrakurikuler dapat memfasilitasi bakat, minat, dan kreativitas siswa yang
berbeda-beda.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh siswa di
luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah
bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan
potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian siswa
secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
Ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan
oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh siswa, sedangkan
ekstrakurikuler pilihan adalah kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan
dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat dipilih oleh siswa sesuai
bakat dan minatnya masing-masing.
Terdapat beraneka bentuk kegiatan ekstrakurikuler, beberapa di antaranya dapat
berupa sebagai berikut:
1) Krida, seperti Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang
Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar
Bendera (Paskibra), dan lainnya;
2) Karya ilmiah, seperti Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan
keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;
3) Latihan olah-bakat, latihan olah-minat, seperti pengembangan bakat olahraga,
seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, fotografi, teater, teknologi informasi
dan komunikasi, rekayasa, menjahit, memahat, dan lainnya;
4) Karya olah makanan, seperti tata boga, patiseri, dan lainnya;
5) Keagamaan, seperti pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis Alquran,
retreat; atau bentuk kegiatan lainnya.
Dalam kepramukaan dapat dibuat program Pramuka Kemaritiman/Pramuka Bahari.
Gerakan Pramuka mempunyai wadah pembinaan yang berkaitan dengan minat dan
bakat bagi Pramuka Penegak dan Pandega yang sering disebut dengan Satuan Karya
Pramuka disingkat Saka. Lebih spesifik lagi, di dalam pramuka terdapat berbagai

16
wadah pembinaan minat dan bakat atau Satuan Karya Pramuka diantara nya yaitu:
a) Saka Bahari; b) Saka Bhayangkara c) Saka Bhakti Husada; d) Saka Wanabakti; e)
Saka Tarunabumi; f) Saka Kencana; g) Saka Kalpataru; h) Saka Dirgantara; i) Saka
Pariwisata; j) Saka Wirakartika; dan k) Saka Widya Budaya Bhakti.
Satuan Karya Pramuka Bahari atau sering disebut Saka Bahari ini adalah wadah
pembinaan minat dan bakat bagi pramuka penegak dan pandega yang bergerak di
bidang kelautan maupun perairan, dimana dalam kegiatan Saka tersebut lebih
banyak bersifat akuatik atau aktivitas yang dilaksanakan di air. Salah satu tugas dari
Saka Bahari, yaitu untuk mengenalkan dan mengajarkan keterampilan maupun
pengetahuan di bidang bahari, baik yang bersifat teori maupun praktik.
Tugas tersebut sering dilaksanakan di sekolah-sekolah setara dengan SMA yang
mempunyai ekstrakurikuler pramuka. Selain sebagai wadah pembinaan Saka Bahari
juga mempunyai fungsi sebagai sarana melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata. Saka
Bahari di wilayah pesisir dapat dilaksanakan melalui kegiatan yang bersifat
kebaharian dan akuatik. Sesuai dengan letak geografis di daerah pesisir yang
mempunyai banyak pantai dapat dijadikan sebagai pendukung kegiatan yang
menarik bagi Saka Bahari, seperti: susur pantai dan praktik analisis potensi alam,
serta melakukan kegiatan yang bersifat keterampilan penunjang wisata yang
dilakukan dengan cara melakukan kegiatan seperti dayung, snorkeling, dan praktik
sebagai pemandu wisata. Mengingat banyaknya aktivitas maupun kegiatan yang
berhubungan dengan air, maka seseorang atau anggota di Saka Bahari setidaknya
mempunyai keterampilan renang agar dapat bertahan lama ketika berkegiatan
maupun beraktifitas di air. Hal ini selaras dengan tujuan Gerakan Pramuka untuk
mengembangkan keterampilan hidup dengan kegiatan yang mengandung unsur
jasmani dan kesegaran jasmani khususnya dalam melakukan kegiatan di air. Dalam
Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya Pramuka Bahari Nomor 158 (2011: 24-26)
menyebutkan: Kegiatan Saka Bahari adalah kegiatan dalam rangka mengembangkan
bakat dan minat para anggotanya di bidang kebaharian secara lebih intensif dan
terarah, yang meliputi pokok-pokok kegiatan untuk: 1) Membentuk Pramuka yang
sehat mental dan fisiknya; 2) Menumbuhkan penghayatan dan kesadaran
lingkungan; 3) Merangsang hasrat untuk mempelajari ilmu dan teknologi di bidang
kebaharian; 4) Menumbuhkan minat dan motivasi untuk menjadi manusia yang
produktif, berjiwa mandiri dan wiraswasta dalam kegiatan yang berorientasi
kebaharian; dan 5) Mempersiapkan untuk ikut serta dalam bela negara matra laut.

17
d. Mata Pelajaran Tersendiri
Muatan pembelajaran/materi pembelajaran dijadikan sebagai satu mata pelajaran
yang diajarkan tersendiri. Dalam hal ini Pusat Kurikulum dan Perbukuan
(Puskurbuk) bersama dengan kelompok kerja terkait telah menyusun Kompetensi
Dasar (KD) Kurikulum Kemaritiman untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)
kelas X s.d. XII sebagai acuan pokok dalam pembelajarannya. Namun, pemerintah
daerah atau satuan pendidikan juga dapat menyusun kurikulum daerah sendiri
ataupun memodifikasi kurikulum kemaritiman dari Puskurbuk dengan mengacu
pada pedoman penyusunan mata pelajaran muatan lokal.
Mata pelajaran muatan lokal dapat dikategorikan sebagai mata pelajaran sesuai
dengan konteks daerah/kewilayahan atau konteks sekolah/karakteristik sekolah.
Konteks atau karkateristik ini juga dapat menggunakan streaming bidang utama
diversifikasi kurikulum, yaitu Kemaritiman, Pertanian, Jasa/Niaga, atau sesuai
dengan Kewilayahan/Geososiokultural. Sementara pengimplementasiannya dapat
bersifat kontinyu atau diskontinyu.

3. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi (Monev) merupakan dua kegiatan yang secara bersama-sama
dilakukan dalam rangka pengendalian suatu program. Aktifitas ini dilaksanakan
sebagai bentuk untuk mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan pelaksanaan dari
suatu program dengan tujuan dan sasaran yang direncanakan.
Adapun langkah di dalam siklus manajemen Monev yaitu sebagai berikut (a)
perencanaan; (b) pelaksanaan; (c) monitoring dan evaluasi; (d) umpan balik; (e)
tindakan; dan kembali ke poin a lagi dan seterusnya.
Sedangkan aspek yang menjadi fokus Monev yaitu meliputi (a) persiapan; (b)
pelaksanaan; dan (c) evaluasi program. Masing-masing aspek dijabarkan menjadi sub
aspek yang lebih rinci.
Agar terlihat perkembangan yang terjadi, maka diperlukan sub aspek – sub aspek
dibuatkan format pengamatan yang dilakukan monitoring pada tiap kurun waktu
tertentu, misalnya setiap triwulan/semester, tergantung kondisi sekolah masing-
masing.

D. PENUTUP

18
Kami ucapkan banyak terima kasih, kepada pihak-pihak yang telah membantu
tersusunnya panduan pelaksanaan kurikulum kemaritiman untuk Sekolah Menengah Atas
(SMA). Kritikan dan masukan sangat kami harapkan untuk perbaikan dari panduan
maupun pelaksanaan kurikulum kemaritiman ini di masa depan.
Besar harapan kami dengan tersusunnya Panduan Pelaksanaan Kurikulum Kemaritiman
untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) ini diharapkan dapat membantu tenaga pendidik
dan pengampu kepentingan (stakeholders) dalam hal melaksanakan Kurikulum
Kemaritiman di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan UNCLOS

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

BIG. 2013. BIG Luncurkan One Map IGT Pesisir dan Laut. http://www.bakosurtanal.go.id/
berita-surta/show/big-luncurkan-one-map-igt-pesisir-dan-laut, diakses 20 September 2016.

Dinas Hidro-Oceanografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut. 2003. Diakses 7


Desember 2017.

Food and Agriculture Organization. 2014. http://www.fao.org/news/archive/news-by-


date/2014/en/diakses 7 Desember 2012

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Potensi Perikanan Hilang Rp 300 T Akibat
Illegal Fishing. http://pusluh.kkp.go.id/arsip/c/1869/?category_id= diakses 20
September 2016.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2016. Inilah Status Terumbu Karang Indonesia
Terkini. http://lipi.go.id/ berita/ inilahstatus-terumbu-karang-indonesia-
terkini/15024/pers realese 11 Februari 2016/diakses 7 Maret 2017.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005 - 2025

19
LAMPIRAN
1. Contoh Kontekstualisasi
Contoh pada kontekstualisasi ini tidak merubah redaksi dari Kompetensi Dasar (KD),
tidak menambah alokasi waktu, diajarkan oleh guru mata pelajaran, dan dibelajarkan
dengan terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang lain.

Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, muatan kemaritiman dapat digunakan sebagai
wacana dalam pembelajaran maupun penilaian Misalnya: guru telah menyiapkan wacana
dan sekaligus beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik terkait dengan
kemaritiman. Contoh tentang keindahan pemandangan pantai/keindahan alam di bawah
laut dsb.
Atau guru dapat menugaskan kepada peserta didik untuk membuat teks
deskripsi/membuat puisi yang bernuansa kemaritiman seperti keindahan alam di bawah
laut/kejayaan kerajaan maritim di Indonesia

Mata pelajaran Matematika, muatan kemaritiman dapat diangkat oleh pendidik dalam
mengembangkan soal-soal penyelesaian masalah dengan menggunakan rumus. Seperti
contoh berikut ini.

SMA Kelas XI
Kompetensi Dasar:
3.9. Menganalisis keberkaitanan turunan pertama fungsi dengan nilai maksimum, nilai
minimum, dan selang kemonotonan fungsi, serta kemiringan garis singgung kurva.
4.9. Menggunakan turunan pertama fungsi untuk menentukan titik maksimum, titik
minimum, dan selang kemonotonan fungsi, serta kemiringan garis singgung kurva,
persamaan garis singgung, dan garis normal kurva berkaitan dengan masalah
kontekstual

20
Contoh Soal:
Sebuah kapal laut melaju dengan kecepatan 𝑥 knot. Jika kebutuhan bahan bakar per hari
1
dinyatakan dalam fungsi: 𝐵(𝑥) = 2 𝑥 2 − 6𝑥 + 40 (dalam liter). Berapakah kebutuhan
bahan bakar minimum per hari dari kapal tersebut?
Penyelesaian:
𝐵(𝑥) akan bernilai minimum jika 𝐵 ′ (𝑥) = 0
1
𝐵(𝑥) = 2 𝑥 2 − 6𝑥 + 40 (dalam liter)
1
𝐵 ′ (𝑥) = 2 . 2. 𝑥 − 6 = 𝑥 − 6

𝐵 ′ (𝑥) = 0
𝑥−6=0
𝑥=6
Dengan demikian, kebutuhan bahan bakar minimum per hari saat 𝑥 = 6 adalah:
1
𝐵(6) = 2 . 62 − 6.6 + 40 = 18 − 36 + 40 = 22 liter.

2. Contoh Pengayaan
Pada contoh ini menggambarkan bahwa ada penyesuaian Kompetensi Dasar (KD) yang
asli sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016
kemudian dikaitkan dengan muatan kemaritiman. Contoh berikut ada yang bersifat
memperjelas fokus dari tuntutan yang ada pada Kompetensi Dasar dan ada yang
memaasukkan Kompetensi Dasar baru yang dapat diambil dari Kurikulum Kemaritiman
SMA dari pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Contoh dapat dilihat pada
kata-kata yang bergaris bawah.
Biologi Kelas X

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar


Pengetahuan Keterampilan
Kurikulum 2013 3.10 Menganalisis komponen- 4.10 Menyajikan karya yang
komponen ekosistem dan menunjukkan interaksi
interaksi antarkomponen antarkomponen
tersebut ekosistem (jaring-jaring
makanan, siklus
Biogeokimia)

Pengayaan 3.10 Menganalisis komponen- 4.10 Menyajikan karya yang


komponen ekosistem menunjukkan interaksi
laut/mangrove/terumbu antarkomponen
karang/pesisir/lamun dan ekosistem laut
interaksi antarkomponen laut/mangrove/terumbu
tersebut karang/pesisir/lamun

21
(jaring-jaring makanan,
siklus Biogeokimia)
Pengayaan 3.1 menganalisis komponen 4.1 menyajikan laporan hasil
(dengan menambahkan penyusun ekosistem pengamatan ekosistem
KD baru) estuari, mangrove, padang (estuari, mangrove, padang
lamun dan terumbu lamun dan atau terumbu
karang karang)

Kompetensi Dasar Pengetahuan Kompetensi Dasar


Keterampilan
Kurikulum 2013 3.2 Menganalisis berbagai 4.2 Menyajikan hasil observasi
tingkat keanekaragaman berbagai tingkat
hayati di Indonesia beserta keanekaragaman hayati di
ancaman dan Indonesia dan usulan
pelestariannya upaya pelestariannya

3.2 Menganalisis berbagai 4.2 Menyajikan hasil observasi


tingkat keanekaragaman berbagai tingkat
hayati laut (flora dan keanekaragaman hayati
fauna) di Indonesia beserta laut di Indonesia dan
ancaman dan usulan upaya
pelestariannya pelestariannya

Pengayaan dengan 3.2 memahami jenis-jenis flora 4.2 membuat laporan hasil
menambahkan kD baru dan fauna yang hidup di pengamatan tentang jenis
ekosistem pesisir dan laut flora dan fauna pada
berbagai ekosistem pesisir
dan laut

Kompetensi Dasar Pengetahuan Kompetensi Dasar


Keterampilan
Kurikulum 2013 3.11 Menganalisis data 4.11 Merumuskan gagasan
perubahan lingkungan, pemecahan masalah
penyebab, dan perubahan lingkungan
dampaknya bagi yang terjadi di lingkungan
kehidupan sekitar

Pengayaan 3.11 Menganalisis data 4.11 Merumuskan gagasan


perubahan lingkungan pemecahan masalah
akibat aktivitas perubahan lingkungan yang
pencemaran air, dan terjadi di lingkungan sekitar
dampaknya dampaknya
bagi kehidupan
Pengayaan dengan 3.1 menganalisis faktor 4.1 mengungkapkan gagasan
menambahkan KD baru penyebab dan dampak cara mengatasi kerusakan
kerusakan ekosistem pesisir ekosistem yang ada
dan laut terhadap disekitar ekosistem pesisir
kehidupan masyarakat dan dan laut
lingkungan
3.4 menganalisis cara 4.4 mengungkapkan gagasan

22
pengelolaan ekosistem tentang cara pengelolaan
pesisir dan laut ekosistem pesisir dan laut

3. Contoh Ekstrakurikuler dan Budaya Sekolah


a. Esktrakurikuler
Ekstrakurikuler dibedakan menjadi dua yaitu Wajib dan Pilihan. Contoh untuk
ekstrakurikuler wajib yaitu Pramuka. Misalnya dengan memasukkan muatan
kemaritiman seperti saka bahari. Untuk itu pihak sekolah perlu membuat programnya.
Contoh program saka bahari seperti berikut.

No Minggu ke/ tgl Uraian kegiatan Keterangan


1. Minggu ke II Pelatih menyosialisasikan dan Penanggung jawab
Agustus menjelaskan tentang kegiatan, tujuan (PJ) pembina ekskul
dan dari sekolah
tata cara Saka Bahari oleh narasumber
yang kompeten misalnya: dari
Angkatan
Laut, Ahli dalam snorkeling/diving/
renang, Ahli dalam wisata bahari
2. Minggu III Latihan renang dengan bimbingan Penanggung jawab
Agustus guru atau pembina (PJ) pembina ekskul
dari sekolah
3. Minggu IV Penyusuran pantai, mengumpulkan Kerjasama dengan
Agustus limbah, dan membuat karya dari pengawas pantai atau
limbah yang ada di pantai DKP
4. Minggu I Sept Penjelasan dan latihan snorkeling Kerjasama dengan
dengan bimbingan pelatih TNI AL atau ahli
penyelam
5. Minggu II Penjelasan tentang kegiatan wisata Kerjasama dengan
Sept bahari dan profesi yang berhubungan dinas pariwisata atau
dengan wisata bahari, dilanjutkan travel biro/ biro
dengan latihan sebagai pemandu perjalanan
wisata bahari
6. Minggu II Penjelasan dan latihan diving dengan Kerjasama dengan
Sept bimbingan pelatih TNI AL atau ahli
penyelam
7. Minggu III Lomba renang, pemandu wisata dan Penanggung jawab
Sept membuat souvenir wisata bahari pembina sekolah dan
wali kelas
8. Minggu IV Penjelasan dan latihan dayung Kerjasama dengan
Sept sekolah bahari
Penanggung jawab
pembina sekolah dan
wali kelas
9. Minggu I Okt Kegiatan Pelayaran Lingkar Nusantara Kerjasama dengan
(Pelantara) di mana pada kegiatan ini TNI AL,
Pramuka Saka Bahari seluruh Dinas/Kementerian
Indonesia terkait, seperti:
diajak berlayar dengan menggunakan menteri KKP,
KRI (Kapal Perang Republik Kementerian/Dinas
Indonesia) Perhubungan laut,
dengan menyusuri rute perjalanan yang kementerian

23
No Minggu ke/ tgl Uraian kegiatan Keterangan
berbeda-beda pada setiap tahunnya Koordinator
sebagai sarana kesadaran bela negara kemaritiman
untuk kawasan laut atau maritime
Indonesia.
10. Minggu I Okt Latihan pengenalan alat-alat Kerjasama dengan
transportasi sekolah pelayaran
dan navigasi kelautan atau TNI AL
11. Minggu I Okt Latihan membuat alat transportasi laut Kerjasama dengan
(kapal) dan alat-alat navigasi sekolah pelayaran
atau akademi maritim
12. Minggu I Okt Perkemahan pantai yang diikuti Saka Kerjasama dengan
dari sekolah-sekolah lain Dewan Kepramukaan
dan Saka-saka dari
sekolah lain
13. Minggu I Nov Pameran semua hasil kegiatan program Kerjasama dengan
saka bahari dengan bersama sekolah ekskul lain di sekolah
lain

Ekstrakurikuler pilihan misalnya Drum Band, misalnya dengan lagu-lagu bernuansa


kemaritiman, pemusiknya memakai kostum kemaritiman contoh berpakaian seperti
kelasi, dan sebagainya.

b. Budaya Sekolah
Budaya sekolah merupakan suasana pembentukan iklim sekolah yang kondusif untuk
kegiatan pembelajaran. Budaya sekolah yang dimaksud meliputi kegiatan (1)
pembiasaan, (2) kegiatan pengkondisian, (3) kegiatan terprogram, dan (4)
keteladanan.

1) Kegiatan pembiasaan; misalnya diujudkan dalam kegiatan pada waktu-waktu


tertentu diselenggarakan acara makan ikan bersama. Sehingga dengan kegiatan
seperti ini dapat mendorong peserta didik untuk menyukai dan terbiasa
mengkonsumsi ikan yang dampaknya sangat baik untuk pertumbuhan kesehatan.
Kegiatan semacam ini juga masuk di dalam kegiatan terprogram dari sekolah.
Bahkan pembiasaan yang baik di sekolah seperti ini berdampak membentuk
budaya senang makan di rumah.
Kegiatan pembiasaan yang lain dapat berupa pemberian nama-nama ikan/nama
kapal/nama pulau, dsb untuk penamaan grup kelompok di dalam pembelajaran.
2) Kegiatan pengkondisian; misalnya pihak sekolah menyediakan tempat sampah
untuk menjaga kebersihan lingkungan. Ujud dari tempat sampah ini dapat
dikaitkan dengan nuansa kemaritiman. Misalnya membuat tempat sampah yang
berbentuk ikan, perahu, kapal, atau yang lainnya. Hal ini bisa menjadi tugas
peserta didik dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya.
Kegiatan pengkondisian yang lain misalnya penggunaan nama-nama ikan atau
pulau untuk memberikan nama-nama ruangan baik kelas atau ruang lainnya. Atau
di ruangan kelas dipasang foto atau gambar atau maket tentang kemaritiman.

24
Model 3 dimensi seperti kapal atau perahu juga bagus untuk memberikan
wawasan kepada peserta didik terhadap miniatur dari benda yang sesungguhnya.
3) Kegiatan terprogram; misalnya sekolah memprogramkan kegiatan makan ikan
bersama seluruh warga sekolah yang bisa dengan mengundang perwakilan orang
tua peserta didik, kegiatan penyambutan warga sekolah ketika ada acara
penerimaan peserta didik baru, atau menghadirkan narasumber seperti personil
angkatan laut yang mungkin dari salah satu orang tua siswa yang memberikan
wawasan tentang ketentaraan dari sisi kelautan. Atau bisa menghadirkan nelayan
untuk menjadi narasumber.
4) Keteladanan. Hal ini berkaitan dengan penumbuhan pendidikan karakter bagi
peserta didik dan warga sekolah lain berdasarkan contoh baik yang ditampilkan.
Misalnya perilaku baik dari kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan
kepada peserta didik; atau perilaku baik dari kepala sekolah kepada pendidik dan
tenaga kependidikan, atau dari dan ke sesama pendidik dan tenaga kependidikan,
dan lain-lain seperti disiplin, berpakaian rapi, menghargai orang lain, mampu
bekerja sama, dsb.

4. Contoh Muatan Lokal


Kompetensi Dasar (KD) dapat diambil dari KD pada Kurikulum Kemaritiman untuk
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) produk Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
kemudian pendidik menjabarkan KD tersebut ke dalam bentuk Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan bahan ajar.

5. Contoh aspek dan Sub Aspek dalam Melakukan Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap lembaga.
Termasuk di dalamnya adalah pihak sekolah untuk melihat efektifitas dan keberhasilan
pelaksanaan dari program yang direncanakan. Untuk itu pihak sekolah harus membuat
kisi-kisi Monev yang berisi aspek yang akan diamati dan uraian asepek yang berupa sub-
sub aspek. Dari kisi-kisi tersebut kemudian pihak sekolah dapat membuat tabel daftar cek
lis (√) untuk dijadikan format untuk melakukan pengecekan.
Pengecekan tentang perkembangan bisa dilakukan dan ditentukan sendiri oleh masing-
masing sekolah, misalnya setiap triwulan/semester.

Contoh format sebagai berikut:


Semester Semester
No. ASPEK SUB ASPEK 1 atau 2 atau Triwulan Triwulan
Triwulan Triwulan 3 4
1 2
1. Perencanaan 1. Sosialisasi Muatan
Kemaritiman kepada
warga sekolah
2. Pembentukan team
di sekolah
3. Komitmen untuk
melaksanakan
pembelajaran
kemaritiman dari

25
Semester Semester
No. ASPEK SUB ASPEK 1 atau 2 atau Triwulan Triwulan
Triwulan Triwulan 3 4
1 2
warga sekolah
(Kepala Sekolah,
Pendidik dan tenaga
kependidikan dan
Komite Sekolah)
4. Penyusunan rencana
anggaran program
sekolah yang
memasukkan muatan
kemaritiman
5. Membuat program
tahunan dan program
semester dengan
memasukkan muatan
kemaritiman
6. Merencanakan
pengkondisian
lingkungan sekolah
dengan muatan
kemaritiman
(menyiapkan atribut
bermuatan
kemaritiman seperti:
gambar kapal, ikan,
pahlawan pada
umumnya dan
khususnya pada
pahlawan
kemaritiman seperti
Mahapatih Gajah
Mada, Laksamana
Nala, Malahayati,
RE Martadinata, Yos
Sudarso, Djuanda,
dan lain-lain);
membangun sarana
bertema kemaritiman
seperti tempat
sampah berbentuk
kapal, perahu, ikan,
dll); penamaan
ruangan dengan
menggunakan nama
ikan, kapal, pulau,
dll)
7. Membuat Prota,
prosem bermuatan
kemaritiman
8. Menyusun KTSP
yang bermuatan

26
Semester Semester
No. ASPEK SUB ASPEK 1 atau 2 atau Triwulan Triwulan
Triwulan Triwulan 3 4
1 2
kemaritiman
(dokumen 1 dan 2)
9. Membuat RPP
bermuatan
kemaritiman untuk
yang terintegrasi
dalam mata pelajaran
maupun yang
manjadi mata
pelajaran tersendiri
(jika ada)

2. Pelaksanaan 1. Melaksanakan
pembelajaran
kemaritiman
2. Melaksanakan
penilaian hasil
belajar siswa yang
bermuatan
Kemaritiman
3. Melaksanakan
kegiatan ekstra
kurikuler yang
bermuatan
kemaritiman
4. Melaksanakan
kegiatan untuk
mendukung
terbentuknya budaya
sekolah
5. Membuat RPP dan
bahan ajar
kemaritiman yang
terintegrasi dalam
mata pelajaran
6. Merencanakan
kegiatan ekstra
kurikuler yang
bermuatan
kemaritiman
7. Melaksanakan
kegiatan - kegiatan
yang mengandung
muatan materi
kemaritiman
Contoh: Perkemahan
bahari, kunjungan
kapal, wisata bahari,
Mengundang nara
sumber yang berlatar

27
Semester Semester
No. ASPEK SUB ASPEK 1 atau 2 atau Triwulan Triwulan
Triwulan Triwulan 3 4
1 2
belakang
kemaritiman ,
penayangan film –
film Kemaritiman
dll.
8. Melaksanakan
kegiatan literasi
kemaritiman
- Membaca buku –
buku kemaritiman
- Menulis cerita,
puisi atau artikel
sederhana yang
berhubungan
dengan
kemaritiman
9. Menciptakan
lingkungan sekolah
dengan budaya
maritim
- Memasang
gambar – gambar
yang bertema
kemaritiman
- Menerapkan
disiplin dan
kerjasama sebagai
perwujudan sikap
jiwa maritim
- Menyanyikan lagu
– lagu bertemakan
kemaritiman
- Membuat hasil
karya tentang
kemaritiman
- Memberi nama
kelas dengan tema
kemaritiman
3. Evaluasi 1. Pengaruh
pembelajaran
kemaritiman dalam
Sikap anak sehari-
hari
2. Tindak lanjut dari
hasil evaluasi

Keterangan : secara periodik (semester/triwulan) monev dilakukan untuk mendapatkan


data tentang pelaksanaan. Setiap data yang dicontreng karena sudah dilakukan atau
dilakukan menjadi catatan bagi petugas monev. Data yang ada menjadi bahan masukan
untuk meningkatkan kualitas dari setiap sub aspek yang telah direncanakan sebelumnya.

28

Anda mungkin juga menyukai