i
ii
KATA PENGANTAR
iii
Sehubungan dengan itu, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman telah melakukan kerjasama dengan Badan Pusat Statistik
(BPS) dalam bentuk terwujudnya Nota Kesepahaman tentang Penyediaan,
Pemanfaatan, serta Pengembangan Data dan Informasi Statistik di Bidang
Kemaritiman, yang ditandatangani pada tanggal 1 Agustus 2016 dan telah
dilakukan dalam 2 (dua) periode pada tahun 2016 dan 2017. Dengan
mengacu kepada Undang-undang No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan
dan memanfaatkan data dasar yang bersumber pada Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), kontribusi sektor maritim
diklasifikasikan dalam 9 kluster yang dijabarkan lebih lanjut dalam data
statistik ProdukDomestik Bruto (PDB) Maritim, Tenaga Kerja Maritim dan
Ekspor Barang Maritim.
Hasil kerjasama antara Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dengan Badan Pusat Statistik kiranya dapat dijadikan suatu
basis data yang akurat, terukur, dan juga digunakan sebagai rujukan
bersama seluruh pemangku kepentingan di bidang kemaritiman Indonesia.
Akhir kata, kami berharap hasil kerja nyata ini dapat bermanfaat
bagi bangsa Indonesia untuk membangun kekuatan maritimnya dalam
rangka mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
iv
KATA PENGANTAR
Dr. Suhariyanto
v
vi
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 3
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 3
1.2. Tujuan .................................................................................... 7
1.3. Ruang Lingkup ........................................................................ 7
V. PENUTUP ...................................................................................... 55
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jumlah KBLI 5 Digit Berdasarkan Cluster PDB Maritim ..................... 19
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.3. Laju Pertumbuhan PDB Maritim dan PDB Nasional ..................... 35
Gambar 3.4. Share PDB Maritim Terhadap PDB Nasional 2016 ........................ 36
Gambar 3.11. Kontribusi Cluster Industri Bioteknologi Terhadap PDB Maritim ...44
Gambar 3.13. Kontribusi Cluster Industri Maritim Terhadap PDB Maritim ......... 45
Gambar 3.15. Kontribusi Cluster Jasa Maritim Terhadap PDB Maritim ............... 47
Gambar 3.17. Kontribusi Cluster Wisata Bahari Terhadap PDB Maritim ............. 48
Gambar 3.19. Kontribusi Cluster Perhubungan Laut Terhadap PDB Maritim ...... 49
Gambar 3.21. Kontribusi Cluster Bangunan Laut Terhadap PDB Maritim ........... 51
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku (miliar rupiah) ................... 59
Lampiran 2. PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (miliar rupiah) .................. 60
Lampiran 3. Distribusi PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku (persen) ............. 61
Lampiran 4. Distribusi PDB Maritim Terhadap PDB Indonesia Atas Dasar Harga
Berlaku (persen) .............................................................................. 62
Lampiran 8. Cakupan KBLI 2009 5 Digit Menurut Cluster Maritim Indonesia .... 66
x
GLOSARIUM
Harga Berlaku
Harga Konstan
Harga Dasar
Laju Pertumbuhan
Implisit
Perbandingan antara nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas
dasar harga konstan pada periode tertentu.
xi
Pajak dan Subsidi Atas Produk
Adalah pajak dan subsidi yang dibayar per unit barang atau jasa .
Pajak/subsidi dapat berupa sejumlah uang per kuantitas barang atau
jasa atau dihitung berdasarkan nilai sebagai presentase spesifik dari
harga per unit atau nilai barang dan jasa yang ditransaksikan.
Konsumsi Antara
Permintaan Antara
Permintaan Akhir
Input Primer
Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri dari balas jasa tenaga kerja,
surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi atas produksi dan
impor.
xii
Faktor Produksi
Output Domestik
Tahun Dasar
xiii
xiv
RINGKASAN EKSEKUTIF
xv
sebesar minus 0,45 persen dan minus 0,99 persen. Cluster ESDM
berkontribusi besar terjadinya kontraksi pertumbuhan maritim tersebut.
Kondisi PDB Maritim berangsur-angsur membaik, pada periode 2013-
2016, pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 4,51 persen.
xvi
xvii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ii
PENDAHULUAN
Selain letak geografis Indonesia yang begitu strategis Indonesia memiliki banyak
dengan berada diantara jalur persilangan perdagangan dunia, potensi perairan dan
kelautan
Indonesia juga negara yang kaya akan sumber daya laut. Dengan
kemaritimannya yang sangat luas tersebut, Indonesia memiliki
banyak potensi seperti potensi perairannya yang strategis yaitu
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), potensi sumber daya
kelautan seperti, perikanan tangkap, perikanan budidaya juga
perikanan tambak, potensi sumber daya pertambangan dan
energi lepas lantai serta potensi wisata bahari. Hal tersebut
merupakan modal besar bagi Indonesia untuk mengembangkan
perekonomian Indonesia yang bersumber dari kelautan dan juga
mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim yang merupakan
salah satu target pemerintah. Poros maritim merupakan sebuah
gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektifitas
antar pulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan,
perbaikan transportasi laut, serta fokus pada keamanan maritim.
3
Indonesia harus bekerja
Dalam pidato pelantikannya tanggal 20 Oktober 2014,
keras mengembalikan Presiden Joko Widodo menyerukan agar Indonesia harus
Indonesia sebagai negara
berorientasi pada laut dengan membangun Indonesia sebagai
maritim
poros maritim dunia. Indonesia harus bekerja keras
mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera,
laut, selat dan teluk merupakan masa depan peradaban
Indonesia. Salah satu misi dalam pemerintahan presiden tersebut
adalah “Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan”.
5
menyajikan kondisi potensi sumber daya maritim yang ada, agar
berdampak pada pengambilan keputusan yang informatif serta
perumusan kebijakan yang tepat dalam mengembangkan industri
kemaritiman di Indonesia.
1. Perikanan
2. Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
3. Industri Bioteknologi
4. Industri Maritim
5. Jasa Maritim
6. Wisata Bahari
7. Perhubungan Laut
8. Bangunan Laut
9. Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum dan Keselamatan
di Laut
7
8 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016
9
ii
PEMAHAMAN TENTANG PDB MARITIM
2.1.2. Perikanan
11
Perikanan laut dalam merupakan jenis penangkapan ikan
di laut lepas atau samudra yang biasanya dilakukan oleh nelayan
modern atau perusahaan perikanan dengan peralatan canggih.
Ikan tuna dan cakalang merupakan jenis ikan yang biasanya
diperoleh di laut dalam.
13
senyawa aktif (bioactive substances) atau bahan alami (natural
products) dari biota laut sebagai bahan dasar (raw materials)
untuk industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, cat,
perekat, film, kertas, dan berbagai industri lainnya. Kedua,
berupa rekayasa genetik (genetic engineering) terhadap spesies
tumbuhan atau hewan untuk menghasilkan jenis tumbuhan atau
hewan baru yang memiliki karakteristik genotip maupun fenotip
yang jauh lebih baik (unggul) ketimbang spesies yang aslinya.
Ketiga adalah dengan merekayasa genetik dari mikroorganisme
(bakteri), sehingga mampu melumat (menetralkan) bahan
pencemar (pollutants) yang mencemari suatu lingkungan perairan
atau daratan (seperti tumpahan minyak/oil spills), sehingga
lingkungan tersebut menjadi bersih, tidak lagi tercemar. Teknik
pembersihan pencermaran lingkungan semacam ini lazim
dinamakan sebagai bioremediasi (Lundin and Zilinskas, dalam
Dahuri, 2012).
15
2.1.7. Wisata Bahari
17
Di dalam klasifikasi PDB Indonesia, cluster Pertahanan,
Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di Laut berasal
dari Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib.
Penyusunan klasifikasi Penyusunan klasifikasi Gambar 2.1. Sembilan Cluster PDB Maritim
Dalam penyusunan
klasifikasi PDB Maritim Indonesia, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan merupakan
salah satu yang dijadikan rujukan disamping studi yang dilakukan
Industri Bioteknologi
Industri Maritim
Jasa Maritim
Wisata Bahari
Perhubungan Laut
Bangunan Laut
Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum dan
Keselamatan di Laut
1 Perikanan 29
3 Industri Bioteknologi 10
4 Industri Maritim 12
5 Jasa Maritim 43
6 Wisata Bahari 10
7 Perhubungan Laut 23
8 Bangunan Laut 2
19
dapat dilihat pada lampiran. Sementara untuk mengetahui
penjelasan lebih rinci terkait penyusunan klasifikasi cluster
maritim dapat dilihat pada buku Laporan Klasifikasi Aktivitas
Maritim Indonesia Dalam KBLI 2009 yang telah disusun pada
tahun 2016.
Oleh karena itu, sangat penting dilakukan penyusunan SUT PDB Indonesia tahun
Maritim untuk meyakinkan kita bahwa level Produk Domestik dasar 2010 diturunkan
Bruto (PDB) ekonomi maritim pada tahun dasar yang dihasilkan melalui Tabel SUT
Indonesia tahun 2010
sudah cukup baik dan dapat digunakan sebagai dasar
penyusunan PDB Maritim tahun berikutnya. Proses penyusunan
PDB Maritim ini mengikuti proses yang terjadi pada penyusunan
PDB Indonesia, dimana PDB Indonesia tahun dasar 2010
diturunkan melalui Tabel SUT Indonesia tahun 2010 dan tahun
2010 ini menjadi tahun dasar PDB Indonesia saat ini.
21
industri maritim menjadi 90 industri (9 industri maritim dan 81
non-maritim) dikali 244 produk. Berikut disampaikan format
tabel supply maritim 2010.
Perhubunga
Bioteknolo
Bangunan
Perikanan
Domestik
Maritim
Maritim
Hankan
No maritim
Industri
Output
Wisata
Bahari
Impor
n Laut
ESDM
Total
Kode Klasifikasi
Laut
Jasa
Ind
gi
M01 ... M81 M82 M83 M84 M85 M86 M87 M88 M89 M90 6000 4019
001
002
003
...
242
243
244
Adjusted Impor
Total Output
Produk Domestik Bruto (PDB) Maritim terdiri dari dua PDB terdiri dari dua
jenis, yaitu PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan jenis, yaitu PDB Atas
PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Dasar Harga Berlaku
(ADHB) dan Atas Dasar
Dalam penyusunan PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku Harga Konstan (ADHK)
metode yang digunakan adalah produksi, dengan persamaan
sebagai berikut: Penyusunan NTB Atas
Dasar Harga Berlaku
Outputb,t = Produksit x Hargat
menggunakan pendekatn
NTB b,t = Outputb,t — Konsumsi Antarab,t produksi
dimana :
Outputb,t = Ouput/nilai produksi bruto atas dasar harga
berlaku tahunt
NTBb,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun
ke t
Produksit = Kuantum produksi tahun ke t
Hargat = Harga produksi tahun ke t
23
2.3.1. Perikanan
NTB atas dasar harga berlaku cluster Energi dan Sumber Daya Nilai tambah atas harga
Mineral yang berasal dari Lapangan Usaha Pertambangan dan konstan ESDM
menggunakan metode
Penggalian dihitung menggunakan pendekatan produksi. PDB
deflasi dan revaluasi
atas dasar harga konstan didapat dengan metode deflasi dan
revaluasi.
NTB atas dasar harga berlaku cluster Energi dan Sumber Daya
Mineral yang berasal dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan
dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. NTB atas
dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metode
deflasi dan ekstrapolasi. Sedangkan nilai tambah didapat dengan
mengalikan output dengan rasio NTB.
25
2.3.3. Industri Bioteknologi
Penghitungan Industri NTB atas dasar harga berlaku Cluster Industri Bioteknologi
Bioteknologi ADHK yang berasal dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan dihitung
menggunakan metode
deflasi dan ekstrapolasi
dengan menggunakan pendekatan produksi. PDB atas dasar
harga konstan dihitung dengan menggunakan metode deflasi dan
ekstrapolasi. Sedangkan nilai tambah bruto didapat dengan
mengalikan output dengan rasio NTB.
27
menggunakan pendekatan produksi, dengan menggunakan
indikator produksi berupa jumlah siswa dan indikator harga
berupa output per siswa. NTB harga konstan didapat dengan
metode deflasi, menggunakan deflator IHK. Selanjutnya, untuk
mendapatkan nilai tambah, output yang sudah didapat dikalikan
dengan rasio NTB.
Sumber data:
Hasil Sensus Ekonomi 2006, BPS;
Statistik Ketenagakerjaan, BPS;
Statistik Transportasi, BPS;
Jumlah penumpang, kendaraan, dan barang (PT. ASDP
Indonesia Ferry;
Laporan Keuangan PT ASDP Indonesia Ferry;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
Survei Khusus BPS;
SUT Indonesia tahun 2010, BPS.
Nilai tambah atas dasar NTB atas dasar harga berlaku cluster Perhubungan Laut yang
harga konstan Cluster berasal dari Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
Perhubungan Laut dihitung menggunakan pendekatan produksi. Sedangkan NTB
menggunakan metode
harga konstan dihitung menggunakan metode deflasi.
deflasi
Sumber data:
Hasil Sensus Ekonomi 2006, BPS;
Statistik Ketenagakerjaan, BPS.
NTB atas dasar harga berlaku Cluster Pertahanan, Keamanan, Nilai tambah harga konstan
Penegakan Hukum dan Keselamatan di Laut yang berasal dari Cluster Pertahanan,
Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Keamanan, Penegakan
Jaminan Sosial Wajib dihitung menggunakan pendekatan cost Hukum, dan Keselamatan di
Laut menggunakan metode
basis, dimana pendekatan dilakukan atas biaya-biaya yang
deflasi
dikeluarkan oleh lembaga pertahanan dan angkatan bersenjata,
perhubungan laut, dan angkatan laut. Output diperoleh dari
konsumsi antara (terdiri dari belanja barang dan belanja bantuan
sosial) ditambah dengan Nilai Tambah Bruto (NTB). NTB terdiri
dari belanja pegawai dan estimasi penyusutan.
29
Anggaran detail 2015, Ditjen Anggaran Kemeterian Keuangan
Jumlah PNS, Kementerian dan Lembaga terkait dan Badan
Kepegawaian Negara
Indeks upah, IHPB, Indeks implisit Pembentukan Modal Tetap
Bruto
31
ii
PERKEMBANGAN PDB MARITIM
33
berkontribusi dalam perlambatan perekonomian nasional pada
kurun waktu tersebut.
Gambar 3.1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Gambar 3.2. Struktur PDB Indonesia Tahun 2016
(persen) (persen)
7,00
PDB Indonesia
6,50 20,51 Ind
6,17
6,03 Pengolahan
6,00 Pertanian
5,56 42,47
5,50 Perdagangan
5,01 5,02 13,45
4,88
5,00
Konstruksi
4,50 13,19
Lainnya
10,38
4,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Industri Pengolahan
Menelaah tentang struktur ekonomi Indonesia dalam
merupakan kontributor kurun waktu 2010-2016, Industri Pengolahan merupakan
terbesar dalam lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar dalam
pembentukan PDB
pembentukan PDB Indonesia. Pada tahun 2010 kontribusi
Indonesia
lapangan usaha ini mencapai 22,04 persen. Selanjutnya
kontributor kedua dicapai oleh Lapangan Usaha Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan dengan kontribusi sebesar 13,93
persen, diikuti oleh Lapangan Usaha Perdagangan sebesar 13,46
persen, dan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
sebesar 10,46 persen.
35
Kontribusi PDB maritim Besaran PDB atas Gambar 3.4. Share PDB Maritim Terhadap PDB
dasar harga berlaku ini Nasional 2016
terhadap PDB nasional
(persen)
sebesar 6,04 persen dapat memberikan
6,04
tahun 2016
gambaran tentang
kontribusi ekonomi
maritim terhadap Maritim
Selama kurun Gambar 3.6. Share Cluster Maritim Terhadap Cluster Perikanan,
PDB Maritim 2016 Cluster ESDM, dan
waktu 2010-2016, (persen)
Cluster Perhubungan
terdapat tiga cluster
Laut merupakan
yang sangat dominan 8,11 Perikanan dominan dalam PDB
berkontribusi dalam 8,59 maritim
ESDM
pembentukan PDB 41,72
37
memberikan kontribusi sebesar 41,58 persen atau senilai 311,8
triliun rupiah, dan Cluster Perhubungan Laut memberikan
kontribusi sebesar 8,59 persen atau senilai 64,4 triliun rupiah.
Sementara cluster lainnya memberikan kontribusi yang relatif
kecil.
3.4.1. Perikanan
Dalam kurun waktu 2010-2016, nilai tambah yang Nilai tambah yang
diciptakan oleh Cluster Perikanan yang mencakup produksi diciptakan cluster
komoditas perikanan termasuk aktivitas perdagangannya terus Perikanan tahun 2016
sebesar 312,9 triliun
mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, nilai tambah yang
rupiah
tercipta pada aktivitas ini adalah sebesar 143,9 triliun rupiah.
Nilai tambah ini terus meningkat dari tahun ke tahun dimana
pada tahun 2016 nilai tambah Cluster Perikanan atas dasar harga
berlaku mencapai 312,9 triliun rupiah. Sementara bila dilihat dari
harga konstan, maka nilai tambah yang tercipta juga mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2016 nilai tambah Cluster
Perikanan atas dasar harga konstan mencapai 212,4 triliun rupiah
atau tumbuh 4,96 persen dibanding tahun 2015.
Cluster Perikanan merupakan salah satu cluster yang Perikanan menjadi salah
memberikan kontribusi sangat besar dalam pembentukan PDB satu cluster yang
maritim. Peranan cluster ini terhadap pembentukan PDB Maritim berkontribusi besar
terhadap pembentukan
dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2010,
PDB maritim
kontribusi Cluster Perikanan terhadap PDB maritim sebesar 28,51
persen, meningkat cukup signifikan menjadi 41,72 persen pada
tahun 2016. Peningkatan peranan cluster ini didukung oleh
peningkatan produksi dan perkembangan harga yang positif dari
tahun ke tahun untuk komoditas-komoditas cluster ini.
39
Perkembangan harga dapat tercermin dari laju pertumbuhan
implisit. Pertumbuhan implisit Cluster Perikanan tertinggi terjadi
pada tahun 2015 sebesar 8,94 persen. Hal ini mengindikasikan
terjadi kenaikan harga komoditas perikanan laut yang cukup
tinggi pada tahun tersebut.
Gambar 3.7. Kontribusi Cluster Perikanan Terhadap PDB Gambar 3.8. Laju Pertumbuhan Cluster Perikanan
Maritim
(persen) 10,00
45,00 41,72 Cluster Perikanan
Cluster Perikanan 38,30
40,00 9,00
33,62 7,70
35,00 30,39 8,00 7,29 7,40
28,51 7,06
30,00 26,85 26,49
7,00
25,00 5,78
20,00 6,00 4,96
15,00 5,00
10,00
4,00
5,00
- 3,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan tertinggi
Untuk mengukur kinerja dari Cluster Perikanan digunakan
Cluster Perikanan terjadi indikator laju pertumbuhan. Dalam kurun waktu 2010-2016, laju
di tahun 2011 sebesar pertumbuhan Cluster Perikanan menunjukkan kinerja yang baik.
7,70 persen
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 7,70
persen dan terendah pada tahun 2016 sebesar 4,96 persen.
Pertumbuhan Cluster Perikanan ini sejalan dengan Subkategori
Perikanan dalam PDB nasional. Pertumbuhan Cluster Perikanan
didukung oleh produksi perikanan hasil budidaya laut dan air
payau mengalami peningkatan yang signifikan khususnya akibat
melimpahnya produksi rumput laut sebagai dampak El Nino
dimana curah hujan sangat jarang terjadi, sehingga proses
pengeringan rumput laut berjalan dengan baik. Namun di tahun
2016, aktivitas ini terkendala oleh efek La Nina dimana iklim
didominasi oleh kemarau basah yang menyebabkan perlambatan
produksi rumput laut.
41
pembentukan PDB Maritim Indonesia. Rata-rata kontribusi cluster
ini selama kurun waktu 2010-2016 adalah sebesar 53,06 persen.
Cluster ESDM
memberikan kontribusi Namun kontribusi cluster ESDM cenderung menurun dalam
besar dalam kurun 6 tahun terakhir. Pada tahun 2010 kontribusi cluster ESDM
pembentukan
sebesar 57,32 persen jauh berada diatas cluster Perikanan, namun
PDBMaritim
pada tahun 2016 kontribusinya turun menjadi 41,58 persen lebih
rendah dibanding cluster Perikanan sebesar 41,72 persen.
Terjadinya penurunan kontribusi ini terutama disebabkan oleh
terjadinya pelemahan harga komoditas tambang, khususnya
migas.
Gambar 3.9. Kontribusi Cluster ESDM Terhadap PDB Maritim Gambar 3.10. Laju Pertumbuhan Cluster ESDM
(persen) (persen)
4,00 3,12
80,00 Cluster ESDM Cluster ESDM
2,03
70,00
60,18 60,97 2,00
57,32 55,44
60,00
50,78
50,00 45,18 -
41,58 2011 2012 2013 2014 2015 2016
40,00
(2,00) (0,22)
30,00
(4,00) (3,41)
20,00
10,00 (6,19)
(6,00)
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (6,68)
(8,00)
43
Nilai tambah yang relatif sangat kecil mengakibatkan
Kontribusi Cluster
Industri Bioteknologi Industri Bioteknologi menjadi cluster yang kontribusinya relatif
mengalami peningkatan kecil terhadap pembentukan PDB Maritim dengan rata-rata
setiap tahunnya kontribusi sebesar 0,30 persen. Namun bila dilihat selama kurun
waktu 2010-2016, kontribusi cluster ini tiap tahun mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2010 kontribusinya terhadap
PDB Maritim adalah sebesar 0,28 persen, kemudian meningkat
menjadi 0,37 persen pada tahun 2016. Hal ini sejalan dengan
peningkatan yang terjadi pada pembentukan nilai tambah atas
dasar harga berlaku cluster Industri Bioteknologi.
Gambar 3.11. Kontribusi Cluster Industri Bioteknologi Gambar 3.12. Laju Pertumbuhan Cluster Industri
Terhadap PDB Maritim Bioteknologi
(persen) (persen)
0,10
2,00
2,51
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan tertinggi Meskipun kontribusi dari cluster ini relatif kecil, namun
Industri Bioteknologi perkembangannya cukup baik dari waktu ke waktu, tercermin
terjadi di tahun 2014, dari laju pertumbuhan. Dalam kurun waktu 2010-2016, cluster
sebesar 9,33 persen
Industri Bioteknologi mencapai pertumbuhan positif setiap tahun.
Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2014 sebesar 9,33
persen dan terendah pada tahun 2013 sebesar 2,51 persen.
Gambar 3.13. Kontribusi Cluster Industri Maritim Gambar 3.14. Laju Pertumbuhan Cluster Industri Maritim
Terhadap PDB Maritim (persen)
(persen)
12,00
2,50 Cluster Industri Maritim Cluster Industri Maritim
10,00
2,00 1,77 8,00
1,47 6,00 4,79
1,45 1,41 1,43 1,42
1,50 1,35
4,00
1,51
1,00 2,00 (0,02) (0,18)
-
0,50 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(2,00)
- (4,00)
(1,84) (3,40)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(6,00)
Laju pertumbuhan,
Bila ditinjau dari sisi laju pertumbuhan, Cluster Industri
Cluster industri maritim
Martim ini menunjukkan kinerja yang kurang memuaskan. menunjukkan kinerja
Selama kurun waktu 2010-2016, pertumbuhan positif hanya yang kurang memuaskan
45
terjadi di tahun 2012-2013, sementara tahun lainnya mengalami
kontraksi pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa
kendala yang dihadapi oleh Cluster Industri Maritim, di
antaranya adalah harga produksi domestik lebih tinggi dbanding
produk impor, waktu produksi yang relatif lama menyebabkan
konsumen lebih memilih produk impor dan minimnya dukungan
industri komponen dan penunjang lainnya.
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2016
47
Gambar 3.17. Kontribusi Cluster Wisata Bahari Terhadap Gambar 3.18. Laju Pertumbuhan Cluster Wisata
PDB Maritim Bahari
(persen)
0,20 12,00 Cluster Wisata Bahari
Cluster Wisata Bahari
0,18
10,00 8,40 8,45
0,16 8,23
0,14 0,13
0,12 8,00 6,57
0,11 6,46
0,12 0,10
0,09 0,09
0,10 0,09 6,00 4,91
0,08
0,06 4,00
0,04
2,00
0,02
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 3.19. Kontribusi Cluster Perhubungan Laut Gambar 3.20. Laju Pertumbuhan Cluster Perhubungan
Terhadap PDB Maritim Laut
(persen) 12,00
Cluster Perhubungan Laut Cluster Perhubungan…
10,00
8,53 8,59 10,00
9,00 7,96 8,59 8,58
8,00 7,73
6,68 6,98 7,09
7,00 6,21 6,10 8,00
6,00
6,00
5,00
4,00 4,00 2,85
3,00 1,74
2,00 2,00
1,00
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2016
49
Tabel 3.8. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Perhubungan Laut
Tahun
Indikator
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
NTB Harga Berlaku 33.747,3 37.668,6 41.803,3 47.585,0 57.247,0 62.960,4 64.387,3
(miliar Rp)
NTB Harga Konstan 33.747,3 36.647,4 39.791,8 42.614,4 45.907,9 47.215,1 48.035,7
(miliar Rp)
Distribusi 6,68 6,21 6,10 6,98 7,96 8,53 8,59
(persen)
Laju Pertumbuhan - 8,59 8,58 7,09 7,73 2,85 1,74
(persen)
Laju Indeks Implisit - 2,79 2,21 6,29 11,67 6,94 0,52
(persen)
Sumber Pertumbuhan - 0,57 0,63 0,57 0,65 0,25 0,15
(persen)
Cluster Bangunan Laut Di samping itu, cluster ini merupakan cluster yang juga
selalu mengalami mengalami kontraksi pertumbuhan setiap tahun kecuali tahun
kontraksi pertumbuhan, 2013 yang mengalami pertumbuhan 3,01 persen. Dalam waktu 7
kecuali pada tahun 2013
tahun hanya terjadi kenaikan sebesar lebih kurang 900 miliar
rupiah. Kontribusi cluster ini terhadap pembentukan PDB Maritim
sebesar 0,67 persen. Sementara laju pertumbuhan cluster ini juga
menunjukan kinerja yang kurang menggembirakan. Hampir di
setiap tahun terjadi kontraksi pertumbuhan kecuali pada tahun
2013 terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar 3,01 persen.
51
Gambar 3.23. Kontribusi Cluster Pertahanan, Gambar 3.24. Laju Pertumbuhan Cluster Pertahanan,
Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di Laut
Laut Terhadap PDB Maritim (persen)
(persen)
10,00
2,00 Cluster Pertahanan dan
Cluster Pertahanan dan Keamanan Laut
1,80 9,00 8,34
Keamanan Laut
1,60 1,41
1,31
1,40 1,19 8,00 7,31
1,11
1,20 0,97 6,69 6,70
0,94 0,93 6,60
1,00 7,00
0,80 5,87
0,60 6,00
0,40
5,00
0,20
- 4,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tabel 3.10. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum dan Keselamatan di Laut
Tahun
Indikator
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
NTB Harga Berlaku 4.761,7 5.663,8 6.624,9 7.594,8 8.538,1 9.679,6 10.604,8
(miliar Rp)
NTB Harga Konstan 4.761,7 5.159,0 5.536,2 5.906,4 6.252,9 6.665,9 7.112,8
(miliar Rp)
Distribusi 0,94 0,93 0,97 1,11 1,19 1,31 1,41
(persen)
Laju Pertumbuhan - 8,34 7,31 6,69 5,87 6,60 6,70
(persen)
Laju Indeks Implisit - 9,78 9,00 7,45 6,19 6,35 2,67
(persen)
Sumber Pertumbuhan - 0,08 0,08 0,07 0,07 0,08 0,08
(persen)
53
ii
PENUTUP
55
angsur membaik, hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan positif
selama periode 2013-2016. Pertumbuhan tertinggi PDB Maritim
terjadi pada tahun 2015 sebesar 4,51 persen.
57
ii
Lampiran 1. PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku (miliar rupiah)
Tahun
No Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2 Energi dan Sumber Daya Mineral 289.425,2 364.931,3 417.643,2 378.023,8 365.129,8 333.684,5 311.769,3
NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar 503.882,1 605.166,2 683.555,1 680.526,3 717.721,4 737.435,5 748.892,6
Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim 1.074,0 1.262,9 1.438,0 1.357,1 1.274,0 1.085,3 996,1
59
Lampiran 2. PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (miliar rupiah)
Tahun
No Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2 Energi dan Sumber Daya Mineral 289.425,2 271.500,7 253.372,4 244.720,7 244.183,0 251.804,4 256.910,2
NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar 503.882,1 501.626,9 496.648,0 504.532,7 521.986,6 545.708,8 562.301,1
Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim 1.074,0 1.046,8 1.044,8 1.006,1 926,6 803,1 747,9
60
Lampiran 3. Distribusi PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (persen)
Tahun
No Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2 Energi dan Sumber Daya Mineral 57,32 60,18 60,97 55,44 50,78 45,18 41,58
NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar 99,79 99,79 99,79 99,80 99,82 99,85 99,87
Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim 0,21 0,21 0,21 0,20 0,18 0,15 0,13
61
Lampiran 4. Distribusi PDB Maritim Terhadap PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku (persen)
Tahun
No Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2 Energi dan Sumber Daya Mineral 4,22 4,66 4,85 3,96 3,45 2,89 2,51
NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar 7,34 7,73 7,93 7,13 6,79 6,39 6,04
Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01
PDB Non Maritim 92,64 92,26 92,05 92,86 93,20 93,60 93,96
62
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (persen)
Tahun
No Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2 Energi dan Sumber Daya Mineral - (6,19) (6,68) (3,41) (0,22) 3,12 2,03
NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar (0,45) (0,99) 1,59 3,46 4,54 3,04
Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim (2,53) (0,19) (3,70) (7,90) (13,33) (6,87)
63
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Implisit PDB Maritim (persen)
Tahun
No Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2 Energi dan Sumber Daya Mineral - 34,41 22,63 (6,29) (3,20) (11,38) (8,42)
NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar 20,64 14,09 (2,00) 1,94 (1,72) (1,44)
Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim 20,64 14,09 (2,00) 1,94 (1,72) (1,44)
64
Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan PDB Maritim Indonesia (persen)
Tahun
No Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2 Energi dan Sumber Daya Mineral - (3,55) (3,61) (1,74) (0,11) 1,46 0,93
NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar (0,45) (0,99) 1,58 3,45 4,54 3,04
Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim (0,01) (0,00) (0,01) (0,02) (0,02) (0,01)
65
Lampiran 8. Cakupan KBLI 2009 5 Digit Menurut Cluster Maritim Indonesia
66
Cluster No KBLI Deskripsi
29 47815 Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Komoditi Hasil Perikanan
42 07299 Pertambangan Bahan Galian Lainnya Yang Tidak Mengandung Bijih Besi
67
Cluster No KBLI Deskripsi
56 20115 Industri Kimia Dasar Organik Yang Bersumber Dari Hasil Pertanian
Industri Maritim 68 28140 Industri Bearing, Roda Gigi dan Elemen Penggerak Mesin
68
Cluster No KBLI Deskripsi
77 42214 Konstruksi Telekomunikasi Sarana Bantu Navigasi Laut dan Rambu Sungai
79 42915 Pengerukan
80 43110 Pembongkaran
90 50211 Angkutan Sungai dan Danau untuk Penumpang dengan Trayek Tetap dan Teratur
91 50212 Angkutan Sungai dan Danau untuk Penumpang dengan Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur
92 50213 Angkutan Sungai dan Danau dengan Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur untuk Wisata
69
Cluster No KBLI Deskripsi
98 50219 Angkutan Penyeberangan Lainnya untuk Penumpang Termasuk Penyeberangan Antar Negara
99 50221 Angkutan Sungai dan Danau untuk Barang Umum dan atau Hewan
Jasa Maritim 107 50229 Angkutan Penyeberangan Lainnya Untuk Barang Termasuk Penyeberangan Antarnegara
113 77303 Jasa Persewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi Alat Transportasi Air
115 85230 Jasa Pendidikan Menengah Kejuruan dan Teknik/Madrasah Aliyah Kejuruan Pemerintah
116 85240 Jasa Pendidikan Menengah Kejuruan dan Teknik/Madrasah Aliyah Kejuruan Swasta
70
Cluster No KBLI Deskripsi
120 77210 Jasa Persewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi Alat Rekreasi dan Olahraga
Perhubungan Laut 136 50123 Angkutan Laut Internasional Khusus untuk Wisata
140 50134 Angkutan Laut dalam Neger Perintis Untuk Barang Khusus
71
Cluster No KBLI Deskripsi
Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum 156 84137 Kegiatan Lembaga Pemerintahan Bidang Perhubungan
dan Keselamatan Laut 157 84221 Lembaga Pertahanan dan Angkatan Bersenjata
72
Lampiran 9. Konkordansi Klasifikasi PDB Indonesia dengan PDB Maritim
73
58 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016