Di dalam kajian ini, output utama adalah adanya rumusan yang tepat untuk
masukan RPJMN 2015-2019, yang memuat aspek-aspek strategis dan koridor kebijakan
untuk melaksanakan dan menjabarkan visi Presiden menjadikan Indonesia sebagai poros
maritim dunia. Di dalam proses kajian ini belum dapat dicakup langkah-langkah untuk
mengidentifikasi secara khusus untuk menjabarkan visi Presiden tersebut di atas. Namun
output kajian sudah dapat menghasilkan rumusan Agenda Pembangunan Kelautan dan
Kemaritiman untuk RPJMN 2015-2019. Hasil rumusan sudah didiskusikan dengan para
pihak dan disepakati cukup memberikan koridor untuk melakukan langkah-langkah
konkrit dalam lima tahun ke depan. Tahap selanjutnya dari hasil kajian ini adalah adanya
kajian strategis menyusun konsep poros maritim yang dapat menjadi cetak biru
pembangunan Indonesia agar dapat menjadi poros maritim dunia.
Sebagai laporan dari suatu proses kajian, kami menyadari bahwa penuangan ide
ke dalam rumusan dokumen mungkin masih ada yang kurang sempurna. Proses
penyempurnaan akan berlangsung dalam perumusan langkah-langkah pelaksanaan dari
rumusan kebijakan Pembangunan Kelautan dan Kemaritiman yang sudah ada di dalam
Dokumen RPJMN 2015-2019. Kami berharap semoga kajian strategis sudah menyumbang
proses diskusi di bidang kelautan dan kemaritiman; dan laporan ini bermanfaat untuk
memperkaya masukan-masukan untuk pembangunan kelautan dan kemaritiman nasional.
Endah Murniningtyas
Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Konsep “Mainstreaming Ocean Policy” kedalam Rencana Pembangunan Nasional | iii
TIM PENYUSUNAN KAJIAN
Riza Damanik
Suryo AB
Agus Q Shalahuddin
Suwarno
Setyawati
Auhadillah Azizy
Pada tahun 2013 sektor perikanan telah menyumbang 6,90 persen terhadap
PBD nasional pada tahun 2013. Meskipun masih tergolong rendah, pertumbuhan
PDB Perikanan 2013 sebesar 6,9 persen lebih tinggi dari PDB Nasional (5,8%) dan
PDB Pertanian dalam arti luas (3,6%). Dinilai dari sisi economic size PDB perikanan
tahun 2013 mencapai Rp. 291,79 trilun. Sedikitnya ada 11 sektor ekonomi kelautan
yang dapat dikembangkan, yakni: (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya,
(3) industri pengolahan hasil perikanan, (4) industri bioteknologi kelautan, (5)
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), (6) pariwisata bahari, (7) kehutanan
pesisir (coastal forestry), (8) transportasi laut, (9) industri dan jasa maritim, (10)
sumber daya wilayah pulau-pulau kecil, dan (11) sumber daya alam (SDA) non-
konvensional. Total potensi sektor kelautan Indonesia mencapai US$ 1,2 triliun per
tahun atau atau 7 kali lipat APBN 2014 (Rp 1.845 triliun = US$ 170 miliar) atau 1,2
Dalam mengoptimalkan pemanfaatan potensi kelautan yang ada saat ini dan
untuk pengembangan Indonesia sebagai negara maritim, kita masih dihadapkan
dengan permasalahan dan tantangan internal. Sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Sementara jika dilihat dari periode 2005 – 2011, terjadi peningkatan PDB
sektor Perikanan. Pengamatan pada tahun 2005, menunjukkan peningkatan PDB
sektor dari semula Rp. 59,63 triliun meningkat menjadi Rp. 74,33 triliun (2006),
serta Rp. 97,69 triliun pada tahun berikutnya, 2007. Krisis keuangan sepanjang
2008 dan 2009 tidak memengaruhi performa sektor perikanan. Pada dua tahun
tersebut, penghimpunan PDB sektor perikanan masing-masing Rp. 137,24 triliun
8,00
7,00 6,90
7,00 6,50
6,20
6,00 6,50 5,82
6,20 6,20
5,00
4,00
4,00 3,40 3,50
3,00
3,00
2,00
1,00
0,00
2010 2011 2012 2013
Produksi perikanan tangkap tahun 2013 sebesar 5,86 juta ton terdiri dari
produksi perikanan tangkap di laut sebesar 5,46 juta ton (93,10 persen) dan
perairan umum daratan sebesar 404.680 ton (6,90 persen) dengan laju kenaikan
rata-rata mencapai 2,91 per tahun sejak tahun 2010-2013. Peningkatan volume
produksi diikuti oleh peningkatan nilai produksi sampai dengan tahun 2013
mencapai 85,12 triliun dengan kenaikan rata-rata sebesar 12,68 persen. Jika
dibandingkan pertumbuhan volume produksi terhadap nilai sejak tahun 2010-2013,
maka pertumbuhan nilai lebih tinggi dari pada pertumbuhan volume (Gambar 2.3).
Kondisi ini menunjukan bahwa komoditas perikanan tangkap telah mengalami
peningkatan kualitas. Peningkatan kinerja produksi dan kualitas produk perikanan
tangkap dilakukan melalui penyempurnaan system manajemen sumberdaya ikan,
pembinaan dan bantuan teknis dan peningkatan kualitas pelayanan di pelabuhan
perikanan yang lebih efisien dan higienis.
19,56
20
15,51
16 13,64 13,70
11,66 Perikanan Tangkap
12 9,68 Perikanan Budidaya
7,93
8 Total Produksi Perikanan
6,28 5,86
5,83
4 5,38 5,71
0
2010 2011 2012 2013
4,5 4,20
4,04
3,5
3
2009 2010 2011 2012 2013
Pengelolaan Kawasan CTI. Atas prakarsa Indonesia para pemimpin enam negara,
yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papu New Guinea dan Solomon
Island bersepakat untuk bekerjasama pada platform yang sama untuk pengelolaan
berkelanjutan sumberdaya laut di kawasan Coral Triangle – CTI – CFF dan Rencana
Regional Rencana Aksi Nasional untuk negara tersebut telah menyediakan sebuah
platform yang efektif untuk kerjasama regional dan pengiriman prioritas national
komitmen pengelolaan laut yang dibuat melalui berbagai kesepakatan lingkungan
multilateral termasuk konvensi PBB tentang keanekaragaman hayati dan konvensi
PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan.
Untuk mendorong penyaluran tenaga kerja, pada tahun 2012 dengan total
kebutuhan tenaga kerja yang ditawarkan pada kegiatan bursa Kerja Sektor Kelautan
dan Perikanan adalah sebanyak 9.016 tenaga kerja. Dalam Laporan Komite Ekonomi
Nasional (2014), disebutkn bahwa secara umum penyerapan tenaga kerja pada
sector perikanan cenderung naik, dari level 5,4 juta menjadi 6,8 juta pada tahun
2011. Penyerapan tenaga kerja tersebut memiliki pangsa yang cukup tinggi
terhadap tenaga kerja nasional. Pada tahun 2011, pangsa penyerapan tenaga kerja
sector perikanan menembus level 6,20 persen terhadap total tenaga kerja (Gambar
2.6).
Nilai Tukar Nelayan Nilai tukar nelayan (NTN) pada tahun 2010-2013 berkisar
105 – 106. Nilai tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 106,24.
Dibandingkan dengan Nilai Tukar Petani (NTP), NTN/NTPi masih berada diatas
NTP. Fluktuasi NTN/NTPi salah satunya dipengaruhi faktor cuaca, indeks konsumsi
Pertama, sebagai tenpat sumber daya hayati yang berlimpah, penuh dengan
komoditi strategis dan kompetitif. Dari laut, tersedia beragam potensi untuk
membangun industri maritim yang sangat beragam, misalnya untuk bidang pangan,
kosmetik, farmasi, energi, transportasi, turisme, riset ilmiah dan jasa. Keunggulan
geostrategis Indonesia selayaknya bisa menginisiasi timbulnya beragam center for
excellence terkait kelautan dan kemaritiman. Tetapi kenyataan di lapangan sekarang
ini, menunjukkan kontribusi sektor kelautan untuk APBN sangatlah tidak signifikan,
bahkan sebaliknya tercatat potential loss dari aktfitas IUU fishing sebesar US$ 25-30
milyar. Di negara-negara lain, upaya eksplorasi dan eksploitasi begitu juga
konservasi sumberdaya laut dilakukan dengan membangun kerjasama maritim
(maritime cooperation). Pada era FTA dan CAFTA, tidak mustahil perdagangan akan
3.3. Laut dan Pulau Kecil Dalam Doktrin Politik dan Pertahanan
1Menurut Andang Bachtiar (direktur Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) dan mantan
ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia), itu baru satu titik dari sembilan titik tambang yang ada
di Ambalat “ (TEMPO Interaktif Selasa, 02 Juni 2009). Lebih jauh Andang bahkan
menegaskan bahwa di Ambalat bisa dieksploitasi 100 juta sampai 1 miliar barrel minyak.
Lima isu penting yang dihadapi oleh negara-negara regional ASEAN dalam
pembangunan maritime adalah isu terorisme maritim, isu perompakan bersenjata di
laut, isu proliferasi senjata pemusnah massal dan sistemnya, serta isu
penyelundupan (yang meliputi penyelundupan senjata ringan ilegal, narkotika, isu
penyelundupan manusia/human traffcking dan penyelundupan tradisional). Khusus
2 Klaim kesejarahan ternyata juga dilakukan oleh Pemerintah China terkait konflik
kepemilikan gugus Pulau Takhesima dengan Jepang.
Ketiga, isu proliferasi senjata pemusnah massal dan sistemnya. Isu ini kian
mengemuka saat 12 negara pada 16 Juni 2003 di Madrid menyepakati Proliferation
Security Initiave (PSI). Rezim PSI yang beranggotakan 16 negara antara lain Amerika
Serikat, Inggris, Australia, dan Singapura ini merupakan bagian dari enam agenda
global dimana salah satu agenda adalah perlucutan senjata. Inti dari PSI adalah
kesepakatan untuk menindak perdagangan ilegal senjata pemusnah massal dan
sistemnya dari dan ke Korea Utara dan bermaksud menjadikan semua negara
sebagai sasaran operasi bila terlibat dalam perdagangan senjata pemusnah massal.
Keempat, isu penyelundupan senjata ringan ilegal dan narkotika. Adanya
intra-state conflict dalam bentuk konflik komunal dan separatisme di Indonesia
dalam beberapa tahun terakhir merupakan lahan subur bagi penyelundupan
senjata, khususnya penyelundupan lewat laut. Gerakan separatisme yang muncul di
Papua dan Aceh serta konflik horisontal di Poso dan Maluku telah membuktikan
bahwa penyelundupan senjata ringan ilegal yang berasal dari beberapa negara
ASEAN merupakan tantangan tersendiri bagi TNI Angkatan Laut dalam rangka
memelihara keamanan maritim di Indonesia.
3http://www.pelita.or.id/baca.php?id=25807
Pertahanan, keamanan,
penegakan hukum, dan
keselamatan di Laut
Gambar 3-2 Ruang Lingkup Undang-Undang Kelautan
Pengelolaan Kelautan
Pengembangan Kelautan
Perubahan iklim (climate change) telah menjadi focus perhatian dunia dan
menjadi salah satu agenda penting global saat ini. Berbagai pertemuan tingkat
tinggi, baik yang berlangusng secara bilateral, multilateral bahkan yang bersifat
global telah dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim global. Perubahan iklim
global telah berdampak pada berbagai bencana global dewasa ini, seperti gagal
panen, bencana alam, maupun pertumbuhan ekonomi negara-negara dunia. Dampak
ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur
serta pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di
Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian
massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi
Ketiga, perubahan iklim global juga menyebabkan cuaca yang tidak menentu
dan gelombang laut yang tinggi disertai badai/angin topan. Di Maluku, misalnya,
nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap
4https://dhabud55.wordpress.com/2010/01/05/pengaruh-perubahan-iklim-terhadap-
kelautan/
Pemutihan Di Asia Tenggara dan Samudra Hindia, para 1. 8) Worst coral death
Terumbu Karang ahli melaporkan pemutihan terumbu karang strikes at SE Asia
pada tahun 2010 sebagai yang terburuk sejak (2010, October 19).
Australian Research
tahun 1998, ketika sebuah peristiwa yang
Council [ARC] Centre of
serupa menyebabkan 16% dari terumbu Excellence for Coral
karang tersebut rusak.8 (Australian Research Reef Studies.
Council (ARC)Centre of Excellence for Coral
Reef Studies)
Pemanasan Diperkirakan 90% panas dari gas-gas rumah 1. 11) Scientists Find 20
Lautan Years of Deep Water
kaca selama 50 tahun terakhir telah terserap
Warming Leading to
oleh lautan, dengan semua cara sampai pada Sea Level Rise (2010,
dasar lautan yang dalam. Jika panas yang saat September 20). NOAA.
ini terserap ke dalam lautan yang dalam 2. 12) Butler, R.A. (2005,
tersebut kemudian berada di atmosfer, suhu September 6). Ocean
lingkungan kita akan naik sebesar 3 derajat gas hydrates could
Celsius per dekade. Samudra Antartika trigger catastrophic
mengalami pemanasan yang sangat kuat, dan climate change. An
menambah peningkatan permukaan air laut, article on research
presented at the
kedua hal tersebut terjadi melalui perluasan
Annual Conference of
dan mencairnya es ke dalam lautan.11 (Sarah the Royal Geographical
Purkey, an oceanographer at the University of Society. Mongabay.com.
Washington, USA) 3. 13) Centre for
Metana beku di bawah dasar laut dapat Australian Weather and
terlepas dalam jumlah yang sangat besar jika Climate Research
[CSIRO], the Antarctic
lautan cukup panas, yang kemudian akan
Climate and
membawa pada bencana besar pemanasan Ecosystems
lainnya. Ledakan mendadak dari metana yang Cooperative Research
terlepas juga dapat memicu terjadinya Centre and Lawrence
tsunami setinggi 15 meter. Pada tingkatan Livermore National
suhu saat ini, suhu laut diperkirakan dapat Laboratory (2008, June
meningkat sebesar 5,8 derajat Celsius pada 19). Ocean
Sumber: http://suprememastertv.com/ina/climate-change-kit/?wr_id=8
Indonesia tidak cukup hanya menjadi negara kepulauan terbesar saja untuk
dapat mensejahterakan masyarakatanya sebagi tujuan akhir pembangunan.
Indonesia harus menjadi negara maritim sebagai uptimate goal dan visi jangka
panjang pembangunan nasional. Untuk itu, pengembangan geo-politik, geo ekonomi
dan geo strategis perlu terus dikembangkan dan digali serta diperkuat denga
wawasan nusantara sebagai frame pembangunannya. Dalam hal ini wawasan
nusantara harus bersifat outward looking. Dalam konsep negara maritim perlu
memprioritaskan dua hal yaitu (i) pembangunan ekonomi maritim yang mencakup
unsur pelabuhan,logistik dan transportasi laut, fungsi laut sebagai wahana shipping
economic dan (ii) pemanfaatan sumberdaya kelautan. Negara maritim akan
membutuhkan basis ekonomi kelautan yang kuat.
Nelayan sebagai komponen SDM yang penting dalam usaha perikanan perlu
juga diberdayakan agar nelayan menjadi tenaga profesional yang mampu bersaing
secara global dalam perekonomian nasional.Saat ini Indonesia juga leading dalam
penyediaan ABK yang trampil, namun belum didukung dengan sertifikasi yang bisa
menjual kemampuan profesional ABK. Oleh sebab itu, upaya penguatan dalam
memproduksi tenaga kerja terampil seperti ini perlu terus digali dan dikembangkan.
Gambar 6-1 Landasan Kebijakan Pengembangan SDM dan Budaya Bahari Berdasarkan
Amanat Undang-Undang Kelautan.
Secara umum, maka strategi dan kebijakan yang harus dilakukan segera
dalam rangka pengembangan SDM, budaya bahari, serta riset ilmu pengetahuan dan
teknologi, adalah:
1) Mempercepat pembentukan peraturan – peraturan turunan dari Undang-
undang Nomor 32 tahun 2014 tentang kelautan yang akan menjadi landasan
operasional rencana aksi pengembangan sumberdaya manusia, kebudayaan
bahari, serta riset ilmu pengetahuan dan teknologi;
2) Pemetaan kelembagaan dan kementerian yang terkait dengan
pengembangan sumberdaya manusia di sektor kelautan sebagai landasan
Potensi strategis kelautan yang perlu digarap lebih jauh di wilayah ini
adalah: energi laut (pasut dan arus), geothermal, nodul, methan, bioteknology,
marine tourism, hard mineral dasar laut, telekomunikasi bawah laut, high seas
fishing. Contoh penerapan Tidal Power Plan di Incheon Korsel.
Jalur Sutera Maritim merupakan rute perdagangan laut para pedagang dari
Tiongkok melintasi Laut Tiongkok Selatan, sampai Semenanjung Malaya, melintasi
Selat Malaka dan Selat Sunda, kemudian menyeberangi Samudra Hindia hingga ke
Arabia. Jalur Sutra adalah rute tata niaga yang menghubungkan Eropa ke Asia
Tengah dan Asia Timur, serta tata niaga dan jalur energi dari Afrika ke Asia Selatan
dan Asia Timur. Koridor perdagangan ini, jika dikembangkan dengan optimal bisa
5http://sinarharapan.co/news/read/140516069/Tiongkok-Ingin-Hidupkan-Jalur-Sutra-
Sumber: Koran Sinar Harapan. Tiongkok Ingin Hidupkan Jalur Sutera Maritim (2014)
Gambar 8-1 Jalur Sutera Maritim
6http://www.tempo.co/read/news/2014/11/12/118621430/Obsesi-Jokowi-Kawinkan-Tol-
7http://www.antaranews.com/berita/465734/mewujudkan-gagasan-tol-laut
8http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/10/21/140647326/Jika.Dijalankan.Ini.Tan
tangan.Tol.Laut.
Jokowi.?utm_source=bisniskeuangan&utm_medium=bp&utm_campaign=related&
Membicarakan sistem transportasi laut, sudah jelas akan terkait erat dengan
tiga hal, yaitu keamanan pelayaran, keselamatan navigasi, dan bahaya pencemaran
akibat lalu lintas laut. Mengelola sistem yang demikian rumit perlu didukung oleh
sistem manajemen yang tepat, berpayung pada Ocean policy dan Ocean Governance,
yang mempunyai dua sisi kepentingan, satunya untuk mengamankan kepentingan
domestik dan sisi lainnya untuk mengakomodasikan kepentingan internasional.
http://citraindonesia.com/menko-maritim-6-hasil-rakor-industri-kapal/
9
Hakekat tata ruang adalah kesepakatan. Untuk itu perlu disepakati rencana
tata ruang yang terpadu ditingkat nasional, propinsi dan kabupaten / kota.
Termasuk kawasan pulau sebagai wujud pelaksanaan rencana tata ruang laut. Untuk
menyusunnya, diperlukan dukungan peraturan perundangan yang akan
melegalisasi tata ruang serta diperlukan dukungan antar sektor antar wilayah dalam
Gambar 9-3 Isu Krusial Tata Ruang Laut (Sumber: Satria, 2014)
Penetapan Zonasi mempunyai dampak positif, baik ekonomi, sosial, maupun
lingkungan. Milsanya, China bisa menjadi contoh keberhasilan dalam menata
wilayah pesisir. Negeri tirai bambu ini telah menyelesaikan seluruh tata ruang laut
(Marine Functional Zoning) baik tingkat nasional, provinsi maupun tingkat
Kabupaten tahun 2002 dan ditinjau kembali pada tahun 2011. Dari sisi Ekonomi,
pemerintah pusat dan daerah pada 2012, memperoleh pendapatan atas lisensi
perairan laut sebesar 9,68 miliar Yuan. Dari jumlah itu, 2,97 miliar Yuan masuk ke
kas pusat dan 6,71 miliar Yuan mengalir ke kas daerah. Kasus lainnya misalnya
Norwegia, Tata ruang laut diatur alokasi ruang untuk perikanan tangkap, perikanan
budidaya, tambang minyak dan gas bumi, alur pelayaran dan konservasi sehingga
harmonis dan bersinergi serta tidak saling mengganggu.
Peraturan
No Substansi Keterangan
Perundangan
1 UU No. 26 Tahun Pasal 6 ayat (2) Penataan ruang wilayah Wewenang Pemerintah
2007 Tentang nasional, penataan ruangwilayah provinsi, pusat diatur dalam
Penataan Ruang dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota pasal 8;Wewenang
Nasional dilakukan secara berjenjang dan Pemerintah Daerah
komplementer. diatur dalam pasal
Pasal 6 (3) Penataan ruang wilayah nasional 10;Wewenang
meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah pemerintah daerah
kedaulatan nasional yang mencakup ruang Kabupaten diatur dalam
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk pasal 11
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.
Pasal 7 ayat (2) Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksudpada ayat (1), negara
memberikan kewenanganpenyelenggaraan
penataan ruang kepadaPemerintah dan
pemerintah daerah.
2 UU N0. 17 Tahun Pasal 7 Angkutan laut terdiri atas: Pemerintah wajib
2008 Tentang a. angkutan laut dalam negeri mengatur dan menata
Pelayaran b. angkutan laut luar negeri jalur pelayaran
c. angkutan laut khusus; dan angkutan laut di
d. angkutan laut pelayaran-rakyat; perairan laut nasional
Pasal 9 ayat (2) Kegiatan angkutan laut dalam dengan trayek tetap
negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan teratur
dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur
(liner) serta dapat dilengkapi dengan trayek
tidak tetap dan tidak teratur (tramper).
3 UU No. 5 Tahun Pengaturan dan penataan ruang bagi Pengaturan dan
1990 Tentang kawasan-kawasan yang masuk dalam kategori penataan kawasan
Konservasi kawasan suaka alam (pasal 14), kawasan konservasi sumberdaya
Sumberdaya Alam pemanfaatan secara lesatri (pasal 26), serta alam hayati dan
Wilayah kepulauan Indonesia dengan luas laut yang luas dan garis pantai
yang panjang menyimpan potensi energi yang besar. Potensi energy tersebut baik
energy fosil di pantai dan laut lepas seperti minyak, gas bumi maupun mineral
lainnya juga energi terbarukan yang berasal dari laut. Indonesia memiliki sumber
energi alternatif yang berasal dari laut dengan jumlah yang cukup, berkualitas, yang
dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Energi Kelautan merupakan energi non-
konvensional dan termasuk sumber daya kelautan nonhayati yang dapat
diperbaharui yang memiliki potensi untuk di kembangkan di kawasan pesisir dan
lautan Indonesia. Keberadaan sumber daya ini di masa yang akan datang semakin
signifikan manakala energi yang bersumber dari BBM (bahan bakar minyak)
semakin menipis. Jenis energi kelautan yang berpeluang dikembangkan adalah
Ocean Thermal Energy Conversion(OTEC), energi kinetik dari gelombang, pasang
surut dan arus, konversi energy dari perbedaan salinitas. Perairan Indonesia
Energi Gelombang
Hasil gelombang konversi gelombang laut di pantai Selandia Baru dengan
tinggirata-rata 1 meter dan periode 9 detik mempunyai daya sebesar 4,3 kW per
meterpanjang gelombang. Sedangkan deretan gelombang dengan tinggi 2 meter dan
3meter dapat membangkitkan daya sebesar 39 kW per meter panjang
gelombang.Negara-negara lain yang telah memanfaatkan energi gelombang untuk
pembangkittenaga listrik adalah Funlay (Kanada), Shanghai (RRC), Rangoon
Hasil Kajian Industri dan Jasa Kelautan yang dilakukan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan (2007) menyebutkan bahwa potensi perikanan laut
Indonesia sekitar6,6 juta ton per tahun, terdiri dari 4,5 juta ton per tahun dari
perairan nusantara dan2,1 juta ton per tahun dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEEI) atau 7,5persen dari total potensi lestari ikan laut dunia. Indonesia
merupakanprodusen ikan terbesar keenam di dunia dengan volume produksi enam
juta ton(FAO, 2003). Bila Indonesia mampu meningkatkan produksi perikanannya,
terutamayang berasal dari usaha perikanan budidaya, menjadi 50 juta ton per tahun
(75persen dari total potensi), maka Indonesia bakal menjadi produsen perikanan
terbesardi Asia bahkan dunia.Sedangkan jumlah produksi ikan laut baru sekitar 2,2
juta ton per tahun, dan terutamaterbesar dari perairan teritorial yang dangkal.
Potensi sumberdaya ikan tersebut,apabila dikelompokkan berdasarkan jenis ikan
terdiri dari pelagis besar 1,05 jutaton, pelagis kecil 3,24 juta ton, demersal 1,79 juta
Tahun
Jenis Kluster
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah 2 4 7 1 15
Kluster Industri Pengolahan Rumput Laut 2 4 7 0 14
Kluster tuna loin - - - - 1
Pabrik Es dan Gudang Beku
Jumlah 76 7 6 - 12
Parik Es (Ice Factory) 47 4 3 - 7
Gudang Beku (Cold Storage) 29 3 3 - 5
Sumber : Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2011
Tahun
Jenis Kluster
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah 2 10 4 2 5
Sentra pengolahan fillet ikan - - - 1 -
Sentra pengolahan pindang ikan 2 - - - -
Sentra pengolahan terasi, kerupuk - 1 - - 1
udang/ikan dan ikan kering
Shrimp/Fish Chips - 1 - - -
Sentra pengolahan amplang ikan, kerupuk - 1 - - -
ikan dan abon ikan
Fish, chips fish, Abon fish processing centre - 1 - - -
Sentra pengolahan ikan roa - 1 - - -
Sentra pengolahan nugget, kerupuk dan - 2 - - -
selai ikan patin
Sentra pengolahan kerupuk ikan/udang - 1 - - -
Sentra pengolahan ikan cakalang Fufu - 1 - - -
Sentra pengolahan ikan panggang - - - 1 3
Sentra pengolahan ikan lele - - - - -
Sentra pengolahan kerupuk ikan perairan - - 1 - -
umum
Sentra pengolahan rumput laut - - 1 - -
Sentra pengolahan ikan hiu dan pindang - - 1 - -
Sentra pengolahan teripang - - 1 - -
Sumber : Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2011
4,58
4,20
Tahun Kenaikan
Rincian 2007 2008 2009 2010 2011 2007- 2010-
2011 2011
Volume (ton) 854.329 911.674 881.413 1.103.575 1.093.284 6,92 -0,93
Udang 157.545 170.583 150.989 145.092 152.053 -0,58 4,80
Tuna, Cakalang, 121.316 130.056 1311.550 122.450 131.269 2,16 7,20
Tongkol
Ikan Lainnya 393.679 424.401 430.513 622.932 580.814 11,79 -6,76
Kepiting 21.510 20.713 18.673 21.537 22.265 1,29 3,38
Lainnya 160.279 165.921 149.688 191.564 206.883 7,43 8,00
Nilai (US$ 2.258.920 2.699.683 2.466.201 2.863.830 3.204.797 9,72 11,91
1.000)
Udang 1.029.935 1.165.293 1.007.481 1.056.399 1.211.547 4,79 14,69
Tuna, Cakalang, 304.348 347.189 352.300 383.230 451.912 10,56 17,92
Tongkol
Ikan Lainnya 568.420 735.392 723.523 898.039 980.606 15,26 9,19
Kepiting 179.189 214.319 156.993 208.424 239.755 10,16 15,03
Lainnya 177.028 238.490 225.904 317.738 320.977 17,78 1,02
Sumber : Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2011
4,5000 4,16
4,000 3,85
3,52 3,69
3,5000 3,44
3,000
2,86 3,03 Ekspor
2,5000 2,47
Impor
2,000
1,5000 Surplus Neraca
1,000 Perdagangan
0,39 0,49 0,41 0,47
,5000
-
2010 2011 2012 2013
Sumber: KKP (2014)
Jasa kelautan yang terdiri dari segala jenis kegiatan yang bersifat menunjang
dan mempelancar kegiatan sektor kelautan seperti jasa pelayan pelabuhan,
keselamatan pelayaran, perdagangan, pariwisata, pengembangan sumberdaya
kelautan seperti pendidikan, pelatihan dan penelitian.Jasa-jasa Lingkungan seperti;
Pariwisata, Perhubungan dan Kepelabuhananserta Penampung (Penetralisir)
limbah.
Jasa Angkutan Laut
Permasalahan yang dihadapi oleh jasa angkutan laut dalam
perkembangannya dewasaini antara lain:
1) Sifat usahanya yang lambat pertumbuhannya dan membutuhkan dana
investasi yang sangat besar (capital intensive slow yielding) dibandingkan
dengan unit ekonomi lainnya.
2) Perkembangan armada niaga di negara maju dan beberapa negara
berkembang memperoleh inducement berupa proteksi dan subsidi (subsidi
atas biaya operasi, subsidi atas harga kapal, subsidi atas suku bunga bank
.dan lain-lain), hal ini belum diperoleh sebagaimana mestinya oleh
pelayaran niaga Indonesia.
8.802.129
7.649.731
6.323.730 8.044.462
6.234.497
7.002.944
Sumber: www.parekraf.go.id
10http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/9-Hukum-Kebijakan-KKP-Indonesia.pdf
Ketika konvensi ditanda tangani pada tanggal 29 April 1958 dan mulai
berlaku efektif padatanggal 20 Maret 1966. Indonesia, secara formal menyetujui
(ratifikasi) ketiga konvensi Jenewamelalui Undang-Undang No. 19 tahun 1961.
Ketentuan tentang Kawasan Konservasi Perairanterutama tercantum pada konvensi
pertama, Convention on Fishing and Conservation of the Living Resources of the High
Seas, antara lain ialah :
a) Setiap negara pantai (coastal state) mempunyai hak untuk menangkap ikan
di wilayah perairan nasionalnya. Namun pada saat yang sama, setiap negara
pantai berkewajiban mengadopsi atau bekerja sama dengan negara lain
dalam melakukan langkah-langkah nyata terkait dengan konservasi di
wilayah perairan nasionalnya untuk kepentingan konservasi sumber daya
hayati di lepas pantai (high seas);
b) Ekspresi dari konservasi sumber daya hayati lepas pantai merupakan
ukuran agregat dari hasil tangkap optimal yang diperbolehkan bagi masing-
masing negara pantai;
11.1.2. United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), 1982
United Nations Convention on the Law of the Sea diselesaikan pada
sidangPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-tiga di New York, tertanggal 30 April
1982. UNCLOS ditandatangani oleh 118 negara (termasuk Indonesia) pada tanggal 9
Desember 1982 di Montego Bay,Jamaica. Mulai saat itu, UNCLOS dinyatakan mulai
berlaku dan mengikat semua negara anggota PBB.Selain ikut menjadi pelaku dalam
menanda tangani perjanjian tersebut, secara resmi PemerintahIndonesia
meratifikasi konvensi melalui Undang-Undang No. 17 tahun 1985. Beberapa
ketentuan yang mengatur konservasi di wilayah laut negara pantai ialah sebagai
berikut:
Istilah konservasi secara tersirat terdapat pada semua tata urutan peraturan
di Indonesia,dari konstitusi atau UUD 1945, Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN), Undang-Undang danPeraturan Pemerintah. Undang-Undang yang pertama
kali secara tegas membahas tentang kawasankonservasi ialah UU No. 5 tahun 1990.
Kawasan konservasi dibedakan berdasarkan fungsinya, ialah:perlindungan
Pada tahun 1999, Pemerintah menetapkan UUU No. 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan(sebagai pengganti dari UU No. 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kehutanan). PadaUndang-Undang ini, pemerintah menetapkan
tiga jenis hutan, ialah: Hutan Konservasi, HutanLindung, dan Hutan Produksi).
Selanjutnya, hutan konservasi dibedakan atas kategori: KawasanHutan Suaka Alam,
Kawasan Hutan Pelestarian Alam dan Taman Buru. Kedua istilah kawasantersebut
(Suaka Alam dan Pelestarian Alam) telah digunakan pada UU No. 5 tahun 1990
yangdilengkapi dengan PP No. 68 tahun 1998.
Suaka Margasatwa
Kawasan Suaka Alam
Taman Nasional
Kawasan Perlindungan Alam
Taman Wisata Alam
Hutan Konservasi
Taman Hutan Raya
(UU No. 5/1990)
Kawasan Konservasi Peraian
Praktek illegal fishing merupakan salah satu isu utama yang mendapatkan
perhatian penting dalam pemerintahan saat ini. Implementasi doktrin maritim
mensyaratkan adanya penguatan pada sektor kelautan dan perikanan khususnya
menghilangkan atau mengurangi aktifitas terlarang di bidang perikanan yang
menyebabkan negara mengalami kerugian besar. Kegiatan Illegal fishing yang
dilakukan oleh Kapal Perikanan Asing (KIA) dan Kapal Perikanan Indoneisa (KII) di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP-NRI). Kegiatan inijelas dan nyata
melanggar Undang-undang (UU) No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang telah
disempurnakan menjadi UU No. 45 tahun 2009, dan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai perikanan tangkap. Selain itu, illegal fishing olehKII di
wilayah perairan kompetensi Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional (Regional
Fisheries Management Organizations/RFMOs) dan di laut lepas, juga menyalahi
resolusi-resolusi RFMOs, termasuk ketentuan mengenai Conservation and
Management Measures (CMM), dan ketentuan-ketentuan internasional tentang
perikanan.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menekan laju praktek
illegal fishing adalah dengan mengeluarkan kebijakan moratorium atau menerapkan
aturan penghentian sementara izin untuk kapal berukuran di atas 30 GT. Namun
praktek illegal fishing masih kerap terjadi dengan modus yang baru yaitu pelaku
illegal fishing berusaha mendekati pemerintah daerah dengan alasan investasi
seperti menawarkan pembangunan alat pendingin. Berdasarkan catatan KKP,
Dalam Gambar 10.1 terlihat bahwa tingkat kerawanan praktek illegal fishing
di bagian barat terjadi di WPP 711 (Laut China Selatan) dan 571 (Selat Malaka).
Kegiatan illegal fishing diduga banyak dilakukan oleh kapal Thailand, Vietnam dan
China. Perairan lainnya yang kerap menjadi ladang praktek illegal fishing adalah di
Faktor lain yang ditengarai menjadi penyebab masih maraknya aktivitas illegal
fishing adalah :
Adanya permasalahan hukum baik penafsiran, pelaksanaan dan
penegakannya. Ketidakpastian hukum dicirikan oleh beberapa hal seperti
pemahaman yang berbeda atas aturan yang ada, inkonsistensi dalam
Tindak pidana di lautan umumnya dilakukan oleh pihak asing. Hasil operasi
pengawasan dan pengamanan wilayah laut yang dilakukan secara bersama antara
KKP, Polri, TNI AL, dan Bakamla pada periode 2007 – 2011 berhasil menindak 572
pelanggaran oleh pihak asing serta 345 pelanggaran oleh pihak lokal. Sebagian besar
pelangaran tersebut terjadi di wilayah perairan Laut Cina Selatan, Selat Malaka, dan
Selat Karimata. Pelanggaran lainnya terjadi di Laut Arafura dan Laut Sulawesi dan
Maluku (lihat Tabel 12-2). Artinya bahwa pengembangan kawasan-kawasan
perairan laut tersebut harus tetap memprioritaskan penguatan pengawasan dan
pengamanan laut.
345
Indonesia Asing
0
39
PPNS 35
71
79
346
340
Awak Kapal Pengawas 313
252
215
Gambar 12-4 Jumlah Awak Kapal Pengawas dan PPNS Tahun 2007 -
2011
901
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini tengah fokus mengawasi
laut Indonesia dari ancaman IUU Fishing dengan TNI, Kepolisian dan stakeholder KP
lainnya. Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan menggandeng kerja sama
dengan Pemerintah Perancis menggunakan teknologi satelit yang bernama
Infrastructure Development for Space Oceanography (INDESO) dimana teknologi
tersebut sudah diimplementasikan oleh KKP sejak tahun 2012.
INDESO merupakan fasilitas pendukung yang berfungsi untuk memonitor
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang lestari dan berkelanjutan di
perairan Indonesia. Selain itu, teknologi yang ditempatkan di Balai Penelitian dan
Observasi Laut (BPOL) Perancak, Bali ini bisa juga digunakan untuk memantau
empat aktivitas perairan strategis secara real time, yaitu memonitoring kegiatan IUU
Fishing, ruaya ikan tuna, pemantauan kondisi terumbu karang dan hutan bakau,
serta deteksi pencemaran laut yang diakibatkan oleh tumpahan minyak. Semua data
tersebut akan langsung dikirim ke Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan (PSDKP) di Jakarta paling lambat hanya 30 menit untuk dianalisa apakah
ada akan potensi pencurian ikan atau kerusakan lingkungan akibat pencemaran.
Kapal-kapal yang saat ini dalam pantauan INDESO adalah yang berkapasitas di
atas 100 gross ton (GT) dan memiliki transmitter yang terhubung dalam radar
sehingga terbaca dalam data visual. Untuk memiliki transmitter tersebut, kapal-
Menjelang 100 tahun Indonesia merdeka, sudah barang tentu harus ada
miles stones pembangunan yang bisa dicapai secara significant. Memperhatikan
kondisi geopolitik global dan geopolitik kawasan asia, khususnya kawasan asia
tenggara, seperti yang telah disampikan dalam penjelasan di bab-bab sebelumnya
maka Pemerintah Indonesia perlu merumuskan beberapa strategi dan kebijakan
jangka panjang yang disesuaikan dengan perkembangan politik dan keamanan
kawasan. Namun, setidaknya terdapat dua hal penting yang penting menjadi sorotan
utama strategi kelautan nasional di masa mendatang yang revitalisasi ALKI nasional
(ALKI I, II, dan III) dan memposisikannya dalam konteks geopolitik dan geostrategic
dalam rangka pelaksanaan agenda-agenda ekonomi nasional: (i) Keamanan dan
keselamatan pelayaran, (ii) pencegahan dan penindakan tindakan-tindakan
kejahatan transnasional, (iii) perlindungan lingkungan laut nasional terhadap
kegiatan pencemaran laut; (iv) Pengawasan perairan kepulauan dan perairan
pedalaman melalui perencanaan pembentukan patroli pesisir (coast guard).
Journal IISS Volume 10 July 6, 2004, Piracy and maritime terror in Southeast Asia
ASEAN and ARF Maritime Security Dialogue and Cooperation, Information
Paper by The ASEAN Secretariat as of 4 October 2007.
Kaplan, Robert D. “Monsoon, the Indian Ocean and the future of American Power”,
Random House, New York, 2010.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2007. Analisa Kebijakan Industri Dan Jasa
Kelautan Nasional. Jakarta.
Satria, A. 2014. Policy Paper: Road Map Investasi Kelautan Di Indonesia. Resume
Hasil Diskusi Ocean Investment Summit 2014. Jakarta.
Wiadnya, D.G.R. 2012. Buku Mata Kuliah: Konservasi Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.