Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Deli
2. Damar
3. Ujang
4. Pahru
5. Asih
6. Tasya
XI
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-
Nya sehingga makalah dengan berjudul ‘Pembangunan Orientasi laut (Ocean Based
Development)’ dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas bidang studi
geografi.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak guru mata pelajaran geografi.
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik
yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembangunan orientasi laut (Ocean Based Development) .............................................. 1
B. Faktor-Faktor Pembangunan Orientasi laut....................................................................... 2
C. Strategi dan kebijakan ....................................................................................................... 5
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemaritiman berasal dari kata maritim. Sedangkan istilah maritim berasal dari bahasa
Inggris yaitu maritime,yang berarti navigasi,maritim atau bahari. Pemahaman maritim
merupakan segala aktivitas pelayaran dan perniagaan/perdagangan yang berhubungan
dengan kelautan atau disebut pelayaran niaga, sehingga dapat disimpulkan bahwa maritim
adalah Terminologi Kelautan yang berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan laut.
Pengertian kemaritiman secara umum menyangkut kegiatan di laut yang berhubungan
dengan pelayaran dan perdagangan, eksplorasi, eksploitasi atau penangkapan
ikan.Sedangkan pengertian lain dari kemaritiman yang berdasarkan pada terminologi
adalah mencakup ruang/wilayah permukaan laut, pelagik dan mesopelagik yang
merupakan daerah subur di mana pada daerah ini dapat dilakukan kegiatan seperti
pariwisata, lalulintas, pelayaran dan jasa-jasa kelautan. Bangkitnya kekuatan baru di
bidang keluatan, seperti india, tiongkok, australia, dan amerika serikat (yang telah maju)
menjadi tantangan bagi indonesia. Penerapan visi dan program maritim ini dapat
dikatakan sukses secara berkelanjutan apabila terdapat basis kultur terbuka, haus
pengetahuan, dan menyukai perubahan. Pembangunan berbasis laut ini harus menjadi
rencana kerja pembangunan nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pembangunan Orientasi Laut (Ocean Based Development) ?
2. Bagaimana Faktor Faktor Pembangunan Orientasi Laut ?
3. Apa saja strategi dan kebijakan pembangunan orientasi laut ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pembangunan Orientasi laut (Ocean Based Development)
2. Mengetahui Faktor-Faktor pembangunan orientasi laut
3. Mengetahui strategi dan kebijakan pembangunan orientasi laut
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bentangan laut yang sangat luas dengan garis pantai yang sangat panjang dan ribuan
pulau yang tersebar di seluruh Nusantara merupakan potensi ekonomi yang sangat besar dan
menunggu uluran tangan putra-putri Bangsa. Potensi yang demikian besar belum dikelola
dengan baik karena sebagian masyarakat Indonesia masih memiliki cara pandang Land Based
Development atau pembangunan yang berbasis daratan, padahal nyata di hadapan kita NKRI
adalah Negara dengan memiliki perbandingan wilayah lautan yang lebih luas dibandingkan
daratan. Oleh karena itu perlu merubah cara pandang masyarakat Indonesia dari Land-Based
Development menjadi Ocean-Based Development atau pembangunan yang berorientasi
lautan. Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhammad Nuh
dalam amanat tertulis yang dibacakan Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL) Laksamana
Muda TNI Herry Setianegara, S.Sos, S.H, M.M, pada Upacara Peringatan Hari Nusantara, di
lapangan Banda, AAL, Bumimoro, Surabaya, Kamis (13/12).
Seiring dengan tema Peringatan Hari Nusantara Tahun 2012 “Membangkitkan
Wawasan dan Budaya Bahari Melalui Peningkatan Peran SDM dan Iptek”, maka konsep
Wawasan Nusantara harus diimplementasikan melalui segenap kehidupan yang mendorong
bangkitnya wawasan dan budaya bahari, sebagai contoh melalui pendidikan dengan
mengubah cara pandang peserta didik dari orientasi daratan (Continental Oriented) ke
orientasi lautan (Ocean Oriented), dan pemahaman mengenai Wawasan Nusantara harus
terus dikembangkan.
Upacara ini diikuti Wagub AAL Laksamana Pertama TNI A. Taufiqoerrochman, para
Pejabat Teras AAL, Perwira, Bintara, Tamtama, dan PNS AAL.
2
B. Faktor-Faktor Pembangunan Orientasi Laut
Untuk mewujudkan pembangunan orientasi laut tersebut terdapat beberapa faktor, sebagai
berikut :
a. Faktor Ekologis
Salah satu faktor yang dikaji dalam sektor kelautan, yaitu aspek ekologi. Hal ini
dikarenakan 71 % permukaan bumi merupakan laut yang dibatasi oleh iklim dan
ekologinya. Apabila di bumi tidak terdapat reservoir untuk mengalir maka bumi akan
cepat mengalami kekeringan. Laut dapat mengatur iklim secara gelobal sebagaib
penyerap panas dan menampung CO2.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan dan penggalian potensi
kekayaan di laut, yaitu pengendalian serta pelestarian lingkungan hidup di laut.
Pengendalian dan pelestarian lingkungan laut memengaruhi keanekaragaman serta
kualitas kekayaan laut. Apabila salah satu ekosistem laut rusak, akan mengakibatkan
terganggunya sistem rantai atau siklus kehidupan yang terdapat di laut.
b. Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang mencakup pendekatan hukum,
pendekatan politik, pendekatan budaya, dan pendekatan kesejahteraan. Berikut
penjelasan selengkapnya mengenai pendekatan-pendekatan tersebut.
1. Pendekatan hukum. Pembangunan kelautan memiliki sifat kompleks. Untuk
mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam kelautan diperlukan instrumen
hukum. Peraturan hukum ini sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan, sebagai
dasar pengambil kebijakan dalam mengeluarkan kebijakan pengelolaan kelautan
sehingga memiliki payung hukum dalam mengeluarkan kebijakan terkait sektor
ekonomi kemaritiman.
2. Pendekatan politik. Pendekatan ini berkaitan dengan kebijakan anggaran dana
politik luar negeri. Karena dalam mengembangkan wilayah pesisir dan laut
membutuhkan alokasi dana yang besar dari APBN ataupun APBD. Sedangkan
untuk politik luar negeri berkaitan dengan adanya kepentingan negara-negara lain
di wilayah perairan indonesia.
3. Pendekatan budaya. Pendekatan ini sangat penting karena bertujuan untuk
menguatkan kembali budaya bahari yang sudah tergantikan oleh budaya agraris.
Beberapa cara dapat membangkitkan wawasan dan budaya bahari, yaitu
3
pendidikan dan penyadaran masyarakat mengenai kelautan melalui semua jalur,
yaitu pendidikan dan penyadaran masyarakat mengenai kelautan melalui semua
jalur, jenis dan jenjang pendidikan ; melestarikan hukum adat dan kearifan lokal
di bidang kelautan ; serta melindungi dan mensosialisasiskan peninggalan budaya
bawah air melalui preservasi, restorasi, dan konservasi.
4. Pendekatan kesejahteraan. Pendekatan ini sesuai dengan yang tercantum dalam
dasar negara Pancasila dan konstitusi (UUD 1945). Beberapa indikator
kesejahteraan, yaitu tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer,
pendidikan, kesehatan, dan rasa aman.
4
d. Terciptanya hubungan transportasi dan komunikasi sebagai basis atau
dasar hubungan ekonomi antar kawasan pesisir serta antra pesisir dan
pedalaman.
e. Terwujudnya struktur ekonomi indonesia yang berbasis pada kegiatan
ekonomi di wilayah pesisir dan laut sebagai wujud pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber daya alam laut.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan