Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tanggal 3 Juni 2015, Bogor memasuki usia ke-533 tahun. Dari masa ke masa,
Bogor telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan. Dari sisi sejarah,
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat kerajaan tertua di
Indonesia. Catatan Dinasti Sung di Cina dan prasasti yang ditemukan di Tempuran sungai
Ciaruteun dengan sungai Cisadane, memperlihatkan bahwa setidaknya pada paruh awal
abad ke 5 M di wilayah ini telah ada sebuah bentuk pemerintahan. Sejarah lama Dinasti
Sung mencatat tahun 430, 433, 434, 437, dan 452 Kerajaan Holotan mengirimkan
utusannya ke Cina. Sejarawan Prof. Dr Slamet Muljana dalam bukunya Dari Holotan ke
Jayakarta menyimpulkan Holotan adalah transliterasi Cina dari kata Aruteun, dan
kerajaan Aruteun adalah salah satu kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Prasasti
Ciaruteun merupakan bukti sejarah perpindahan kekuasaan dari kerajaan Aruteun ke
kerajaan Tarumanagara dibawah Raja Purnawarman, sekitar paruh akhir sabad ke-5.

Prasasti-prasasti lainnya peninggalan Purnawarman adalah prasasti Kebon Kopi di


Kecamatan Cibungbulang, Prasasti Jambu di Bukit Koleangkak (Pasir Gintung,
Kecamatan Leuwiliang), dan prasasti Lebak (di tengah sungai Cidanghiyang, Propinsi
Banten). Pada abad ke 6 dan ke 7 Kerajaan Tarumanagara merupakan penguasa tunggal
di wilayah Jawa Barat. Setelah Tarumanagara, pada abad-abad selanjutnya kerajaan
terkenal yang pernah muncul di Tanah Pasundan (Jawa Barat) adalah Sunda, Pajajaran,
Galuh, dan Kawali. Semuanya tak terlepas dari keberadaan wilayah Bogor dan sekitarnya.
Sejarah awal mula berdirinya Kabupaten Bogor, ditetapkan tanggal 3 Juni yang diilhami
dari tanggal pelantikan Raja Pajajaran yang terkenal yaitu Sri Baduga Maharaja yang
dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 1482 selama sembilan hari yang disebut dengan upacara
“Kedabhakti”.

Nama Bogor menurut berbagai pendapat bahwa kata Bogor berasal dari kata
“Buitenzorg” nama resmi dari Penjajah Belanda. Pendapat lain berasal dari kata “Bahai”
yang berarti Sapi, yang kebetulan ada patung sapi di Kebun Raya Bogor. Sedangkan
pendapat ketiga menyebutkan Bogor berasal dari kata “Bokor” yang berarti tunggul
pohon enau (kawung). Dalam versi lain menyebutkan nama Bogor telah tampil dalam

1
sebuah dokumen tanggal 7 April 1952, tertulis “Hoofd Van de Negorij Bogor” yang
berarti kurang lebih Kepala Kampung Bogor, yang menurut informasi kemudian bahwa
Kampung Bogor itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya Bogor yang mulai dibangun
pada tahun 1817. Asal mula adanya masyarakat Kabupaten Bogor, cikal bakalnya adalah
dari penggabungan sembilan Kelompok Pemukiman oleh Gubernur Jendral Baron Van
Inhof pada tahun 1745, sehingga menjadi kesatuan masyarakat yang berkembang menjadi
besar di waktu kemudian. Kesatuan masyarakat itulah yang menjadi inti masyarakat
Kabupaten Bogor.

Pusat Pemerintahan Bogor semula masih berada di wilayah Kota Bogor yaitu tepatnya
di Panaragan, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, Ibu
Kota Kabupaten Bogor dipindahkan dan ditetapkan di Cibinong. Sejak tahun 1990 pusat
kegiatan pemerintahan menempati Kantor Pemerintahan di Cibinong.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Kabupaten Bogor ?
2. Bagaimana Gambaran Umum Kabupaten Bogor ?
3. Apa Arti dan Makna dari Logo Tegar Beriman ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Sejarah Kabupaten Bogor
2. Mengetahui Gambaran Umum Kabupaten Bogor
3. Mengetahui Arti dan Makna dari Logo Tegar Beriman

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Kabupaten Bogor

Riwayat nama “Bogor” dilihat dari latar belakangnya, banyak dari ahli sejarah
mengemukakan pendapat yang berbeda. Antara lain : Bogor berasal dari kata
“Buitenzorg” yaitu nama yang digunakan pada masa Kolonial Belanda. kata Buitenzorg
ketika dilafalkan oleh orang Sunda awam pada masa itu mengalami perubahan bunyi
sehingga menjadi kata Bogor. Namun pendapat ini tidak mendapat respon dari banyak
kalangan.

Menurut beberapa sumber dan para ahli sejarah, penduduk Bogor terdiri dari:
Pertama, penduduk asli suku Sunda Bogor. Sebagian besar berdomisili di daerah
Jasinga, Leuwiliang, Cijeruk, Cisarua, Jonggol, Cileungsi, dan lain-lain. Kedua, adalah
penduduk keturunan asing, seperti keturunan Cina. Mereka kebanyakan berdomisili di
Parung, Ciseeng, Tenjo, Cibarusa, Ciampea, dan lain-lain. Penduduk keturunan Cina
lebih banyak mendominasi pusat-pusat perdagangan, seperti disepanjang Jalan
Siliwangi (Pasar Bogor) atau tepatnya sepanjang jalan didepan pintu gerbang utama
Kebun Raya Bogor.

Penduduk keturunan lainnya, yaitu penduduk keturunan Arab. Kegiatan mereka


selain berdagang, juga menyebarkan Agama Islam yang berpusat di daerah Empang
sebelah selatan kota Bogor yang kemudian dikenal dengan nama ‘Kampung Arab’.
Yang ketiga adalah penduduk yang berdekatan dengan perbatasan Jakarta atau yang
bersentuhan dengan suku adat Betawi sehingga terjadi akulturasi dengan suku Sunda
(Bogor). Umumnya mereka berdomisili di daerah Cimanggis, Sawangan, Depok,
Parung dan Cibinong.

Pada tahun 1745, cikal bakal masyarakat Bogor semula berasal dari sembilan
kelompok pemukiman yang digabungkan oleh Gubernur baron Van Inhof menjadi inti
kesatuan masyarakat Kabupaten Bogor. Pada waktu itu Bupati Demang Wartawangsa
berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan rakyat yang
berbasis pertanian dengan menggali terusan dari Ciliwung ke Cimahpar dan dari

3
Nanggewer sampai ke Kalimulya. Penggalian untuk membuat terusan kali dilanjutkan
di sekitar pusat pemerintahan, namun pada tahun 1754 pusat pemerintahannya terletak
di Tanah Baru kemudian pindah ke Sukahati (Kampung Empang sekarang).

Terdapat berbagai pendapat tentang lahirnya nama Bogor itu sendiri. Salah satu
pendapat menyatakan bahwa nama Bogor berasal dari kata Baghar atau Baqar yang
berarti sapi dengan alasan terdapat bukit berupa patung sapi di Kebun Raya Bogor.
Pendapat lainnya menyebutkan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bokor yang berarti
Tunggul pohon enau (kawung). Pendapat di atas memiliki dasar dan alasan tersendiri
yang diyakini kebenarannya oleh setiap ahlinya.

Namun berdasarkan catatan sejarah bahwa pada tanggal 7 April 1752 telah
muncul kata Bogor dalam sebuah dokumen dan tertulis Hoofd Van de Negorij Bogor,
yang berarti kepala kampung Bogor. Pada dokumen tersebut diketahui juga bahwa
kepala kampung itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya itu sendiri dan mulai dibangun
pada tahun 1817.

Perjalanan sejarah Kabupaten Bogor memiliki keterkaitan yang erat dengan


zaman kerajaan yang pernah memerintah di wilayah tersebut. Pada empat abad
sebelumnya, Sri Baduga Maharaja dikenal sebagai raja yang mengawali zaman kerajaan
Pajajaran, raja tersebut terkenal dengan “ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi yang
mengejar kesejahteraan”. Sejak saat itu secara berturut- turut tercatat dalam sejarah
adanya kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah tersebut, yaitu :

1. Kerajaan Taruma Negara, diperintah oleh 12 orang raja. Berkuasa sejak tahun
358 sampai dengan tahun 669.

2. Kerajaan Galuh, diperintah oleh 14 raja. Berkuasa sejak 516 hingga tahun 852

3. Kerajaan Sunda, diperintah oleh 28 raja. Bertahta sejak tahun 669 sampai
dengan tahun 1333. Kemudian dilanjutkan Kerajaan Kawali yang diperintah
oleh 6 orang raja berlangsung sejak tahun 1333 hingga 1482.

4. Kerajaan Pajajaran, berkuasa sejak tahun 1482 hingga tahun 1579.

Pelantikan raja yang terkenal sebagai Sri Baduga Maharaja, menjadi satu perhatian
khusus. Pada waktu itu terkenal dengan upacara Kuwedabhakti, dilangsungkan tanggal 3

4
Juni 1482. Tanggal itulah kiranya yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Bogor
yang secara resmi dikukuhkan melalui sidang pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II
Bogor pada tanggal 26 Mei 1972.

Pada tahun 1975, Pemerintah Pusat (dalam hal ini Menteri Dalam Negeri)
menginstruksikan bahwa kabupaten Bogor harus memiliki pusat Pemerintahan di wilayah
Kabupaten sendiri dan pindah dari Pusat Pemerintahan Kotamadya Bogor. Atas dasar
tersebut, pemerintah Tingkat II Bogor mengadakan penelitian dibeberapa wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor untuk dijadikan calon ibu kota sekaligus berperan
sebagai pusat pemerintahan. Alternatif lokasi yang akan dipilih diantaranya adalah
wilayah Kecamatan Ciawi (Rancamaya), Leuwiliang, Parung dan Kecamatan Cibinong
(Desa Tengah).

Hasil penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa yang diajukan ke pemerintah


Pusat untuk mendapat persetujuan sebagai calon ibu kota adalah Rancamaya wilayah
Kecamatan Ciawi. Akan tetapi pemerintah Pusat menilai bahwa Rancamaya masih
relatif dekat letaknya dengan pusat pemerintahan Kotamadya Bogor dan di
khawatirkan akan masuk ke dalam rencana perluasan dan pengembangan wilayah
Kotamadya Bogor. Oleh karena itu atas petunjuk pemerintah Pusat agar pemerintah
daerah Tingkat II Bogor mengambil salah satu alternatif wilayah dari hasil penelitian
lainnya.

Dalam sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tahun 1980,
ditetapkan bahwa calon ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor terletak di Desa
Tengah Kecamatan Cibinong. Penetapan calon ibu kota ini diusulkan kembali ke
pemerintah Pusat dan mendapat persetujuan serta dikukuhkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, yang menegaskan bahwa ibu kota pusat-
pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor berkedudukan di Desa Tengah
Kecamatan Cibinong. Sejak saat itu dimulailah rencana persiapan pembangunan pusat
pemerintahan ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II dan pada tanggal 5 Oktober 1985
dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor
pada saat itu.

5
B. Gambaran Umum Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung


dengan ibu kota RI dan secara geografis mempunyai luas sekitar 299.019.06 Ha terletak
antara 6019 - 6047 Lintang selatan dan 106021’ - 1070103’ Bujur Timur.

Wilayah ini berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi, Kota Depok Sebelah


Barat : Kabupaten Lebak (Propinsi Banten)
Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tangerang

Sebelah Timur : Kabupaten Karawang Sebelah


Timur Laut : Kabupaten Purwakarta

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi

Sebelah Tenggara : Kabupaten Cianjur

Sebelah Tengah : Kotamadya Bogor

Jumlah penduduk yang besar seringkali menjadi beban dalam proses


pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh sebab itu, untuk menunjang keberhasilan
pembangunan, Pemerintah Kabupaten Bogor harus secara terus menerus melakukan
upaya pengendalian jumlah penduduk, dengan menciptakan tatanan keluarga kecil
sehat dan berkualitas sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) ke depan.

6
Makna motif dan lambang daerah kabupaten Bogor adalah sebagai berikut

1. Bagian Inti :

a. Kujang, jenis senjata tradisional masyarakat Sunda yang identik dengan


keberanian dan keagungan Sunda di masa lampau. Kujang melambangkan
keperwiraan yang berarti gambaran masyarakat Bogor yang memiliki sifat tak gentar
dalam menegakan kebenaran.

b. Pakujajar, merupakan lambang keteguhan yang selalu menjadi gema tradisi


bagi kerajaan Pajajaran yang pernah berpusat di Bogor. Pakujajar ini
melambangkan keteguhan dalam mempertahankan tradisi dengan segala
kepribadiannya dan nilai-nilai positif sebagai wujud nyata melestarikan budaya
bangsa.

c. Harupat, yang berarti sagar/ruyung, sebagai gagang (perah) kujang merupakan


perlambang keterkaitan Kabupaten Bogor dengan sejarah asal usul nama Bogor
yang berarti kawung. Harupat juga bermakna sesuatu yang kuat, kokoh, simbol
kekokohan masyarakat Bogor dalam mempertahankan jati diri.

d. Anda (telur), yang didalamnya terdapat Kujang, harupat, pakujajar dan warna
putih melambangkan awal atau inti kehidupan yang ditandai oleh kesucian.

2. Bagian Tengah :

a. Puncak Sunung (Meru), pada bagian tengah menunjukan Gunung Salak dan
Gunung Pangrango yang secara geografis keduanya merupakan patok/batas
wilayah Kabupaten Bogor di sebelah selatan. Puncak Gunung melambangkan
tujuan atau cita-cita yang tinggi. Dua puncak gunung yang berbeda tingginya
menggambarkan anak tangga menuju tujuan atau cita-cita.

b. Aliran Sungai, dua aliran sungai yang mengapit anda (telur) melambangkan
Sungai Ciliwung dan Cisadane mengapit Bogor. Aliran sungai mempunyai
makna filosofis yang melambangkan kesuburan. Sungai Ciliwung dan
Cisadane memiliki arti strategis bagi pembangunan pertanian di Kabupaten
Bogor.

7
c. Segitiga Sama Sisi, membingkai gunung dan sungai yang menjadi sumber
kehidupan bagi masyarakat, bermakna keutamaan. Melambangkan bahwa
kesuburan dan kekayaan alam harus diolah dan dimanfaatkan dengan landasan
nilai-nilai keutamaan agar memperoleh kemaslahatan.

3. Bagian Luar :

Lingkaran melambangkan kesempurnaan. Artinya perjuangan hidup haruslah


ditunjukan ke arah kesempurnaan lahir dan bathin tanpa cacat seperti lingkaran
penuh yang merupakan proyeksi sebuah pola bumi tempat hidup manusia.

4. Makna Warna :

a. Hitam dan Putih, keduanya melambangkan perjuangan hidup, Putih


melambangkan kesucian, kebenaran dan kebersihan sedangkan hitam
melambangkan kebathilan dan kesuraman.

b. Kuning, merupakan warna emas, melambangkan kejayaan dan kebesaran.

c. Hijau, digunakan sebagai warna dasar mengandung makna kesuburan. Bagi orang
sunda, hijau berarti subur.

d. Biru, merupakan warna yang menimbulkan kesan keindahan, seperti laut biru,
gunung yang membiru. Karena itu biru melambangkan keindahan. Lambang ini
bermakna bahwa Bogor sebagai daerah wisata alam memiliki keindahan alam
yang mempesona.

5. Perisai :

a. Tiga sudut dalam perisai melambangkan tiga komponen yang menentukan


kesejahteraan umat di suatu kawasan yang disebut dengan “Trinangtung di
Bumi” yaitu masyarakat, ulama, cendekiawan dan pemerintahan (Umaro)

b. Tiga garis sisi membentuk perisai, melambangkan tiga hal yaitu iman, ilmu dan
amal yang merupakan benteng kehidupan umat.

8
c. Perisai yang bertuliskan motto juang “TEGAR BERIMAN” pada bagian
bawahnya melambangkan tentang benteng yang mampu menjamin keamanan,
ketentraman dan kenyamanan hidup lahir dan bathin berupa keimanan yang kuat
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

6. Arti Rangkaian Kata :

a. Prayoga Tohaga Sayaga, Prayoga berarti Utama, Tohaga berarti Kokoh dan kuat,
Sayaga berarti sedia, siap siaga. Prayoga Tohaga Sayaga mengandung makna
pendirian dan perjuangan masyarakat Kabupaten Bogor hendaknya selalu
mengutamakan kekokohan, kuat pada pendirian dan perjuangannya serta selalu
siap siaga menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai cita-cita, mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

b. Kuta Udaya Wangsa, Kuta berarti Kota, Udaya berarti fajar, Kebangkitan atau
pembangkit, Wangsa berarti bangsa atau suku bangsa. Ketiga kata tersebut
mengandung makna bahwa Kabupaten Bogor dengan dukungan masyarakatnya
hendaklah menjadi pembangkit dan pusat kebangkitan bagi perjuangan
pembangunan untuk memperoleh kemajuan dan kemakmuran bangsa.

c. Tegar Beriman, Akronim dari Tertib, Segar, Bersih, Indah, Mandiri, Aman dan
Nyaman. Tegar Beriman menggambarkan kondisi masyarakat dan lingkungan
alam daerah yang terbentuk oleh perilaku dan usaha masyarakatnya dengan
landasan iman yang kokoh. Hal ini juga merupakan perwujudan dari Prayoga
Sayaga dan Kuta Udaya Wangsa. TEGAR BERIMAN merupakan motto
Kabupaten Bogor yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun
1995.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kabupaten Bogor merupakan kabupaten yang berada Pulau Jawa. Kabupaten Bogor
awalnya berasal dari beberapa pemukiman yang digabungkan oleh Gubernur Baron Van
Imhoff. Lahirnya nama Bogor berasal dari kata Bahai atau Baqar yang memiliki arti sapi.
Sapi tersebut terbukti pada adanya patung sapi di Kebun Raya Bogor. Pendapat lain
menyatakan bahwa Bogor berasal dari kata Bokor yang berarti pohon enau. Kemudian
diketahui bahwa adanya catatan Hoofd Van de Negorij Bogor yang berarti Kepala
Kampung Bogor. Bogor berkaitan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan yang memerintah
di wilayah tersebut. Beberapa di antaranya yakni Kerjaaan Padjajaran yang rajanya
terkenal dengan suatu ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar
kesejahteraan. Kujang merupakan simbol keperwiraan, tak gentar dalam menegakkan
kebenaran. Kujang identik dengan keberanian dan keagungan. Selain itu, Kabupaten
Bogor juga memiliki keunikan lain yakni berupa tipologi daerahnya.

Tipologi Kabupaten Bogor terdiri dari tiga klaster yakni Ciampea, Jasinga, dan
Parung Panjang. Daerah-daerah tersebut diketahui cocok untuk bercocok tanam,
khususnya tanaman seperti jagung, kacang, kedelai. Pada klaster Parung Panjang cocok
dikembangkan untuk peternakan ayam, tanaman berupa ubi kayu, kacang tanah, dan lain
sebagainya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://jabar.suara.com/read/2021/11/24/192421/sejarah-kabupaten-bogor-warisan-budaya-
tipologi-dan-tempat-wisata?page=2

https://bogorkab.go.id/post/detail/sejarah-kabupaten-bogor#:~:text=Sejarah%20awal
%20mula%20berdirinya%20Kabupaten,disebut%20dengan%20upacara
%20%E2%80%9CKedabhakti%E2%80%9D.

Purwadarmiknto. W.j.s. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Profil Kabupaten Bogor, Bogor bagian Humas setda Kabupaten Bogor 2009

Raharjo, Dawan, Pesantren dan Pembaharuan Jakarta: LP3ES

Ridwan, Lubis, Muhamad. Pemikiran Soekarno tentang Islam. Jakarta: CV.


Masagung,1992.

11

Anda mungkin juga menyukai