Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOTA BOGOR DAN KOTA

MELBOURNE
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Perencanaan Wilayah Kota
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2019/2020

Disusun Oleh:
HASNA ROFIFAH 10070319112
Kelas C

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019 M/ 1441 M
Sejarah dan Perkembangan Kota di Indonesia (Bogor)
Sejarah Bogor
Hampir secara umum penduduk Bogor mempunyai keyakinan bahwa Kota Bogor mempunyai
hubungan lokatif dengan Kota Pakuan, ibukota Pajajaran. Asal-usul dan arti Pakuan terdapat dalam
berbagai sumber. Di bawah ini adalah hasil penelusuran dari sumber-sumber tersebut berdasarkan urutan
waktu:
Naskah Carita Waruga Guru (1750-an). Dalam naskah berbahasa Sunda Kuna ini diterangkan bahwa
nama Pakuan Pajajaran didasarkan bahwa di lokasi tersebut banyak terdapat pohon Pakujajar.
K.F. Holle (1869). Dalam tulisan berjudul De Batoe Toelis te Buitenzorg (Batutulis di Bogor),
Holle menyebutkan bahwa di dekat Kota Bogor terdapat kampung bernama Cipaku, beserta sungai yang
memiliki nama yang sama. Di sana banyak ditemukan pohon paku. Jadi menurut Holle, nama Pakuan ada
kaitannya dengan kehadiran Cipaku dan pohon paku. Pakuan Pajajaran berarti pohon paku yang berjajar
("op rijen staande pakoe bomen").
G.P. Rouffaer (1919) dalam Encyclopedie van Niederlandsch Indie edisi Stibbe tahun 1919.
Pakuan mengandung pengertian "paku", akan tetapi harus diartikan "paku jagat" (spijker der wereld) yang
melambangkan pribadi raja seperti pada gelar Paku Buwono dan Paku Alam. "Pakuan" menurut Fouffaer
setara dengan "Maharaja". Kata "Pajajaran" diartikan sebagai "berdiri sejajar" atau "imbangan"
(evenknie). Yang dimaksudkan Rouffaer adalah berdiri sejajar atau seimbang dengan Majapahit.
Sekalipun Rouffaer tidak merangkumkan arti Pakuan Pajajaran, namun dari uraiannya dapat disimpulkan
bahwa Pakuan Pajajaran menurut pendapatnya berarti "Maharaja yang berdiri sejajar atau seimbang
dengan (Maharaja) Majapahit". Ia sependapat dengan Hoesein Djajaningrat (1913) bahwa Pakuan
Pajajaran didirikan tahun 1433.
R. Ng. Poerbatjaraka (1921). Dalam tulisan De Batoe-Toelis bij Buitenzorg (Batutulis dekat
Bogor) ia menjelaskan bahwa kata "Pakuan" mestinya berasal dari bahasa Jawa kuno "pakwwan" yang
kemudian dieja "pakwan" (satu "w", ini tertulis pada Prasasti Batutulis). Dalam lidah orang Sunda kata itu
akan diucapkan "pakuan". Kata "pakwan" berarti kemah atau istana. Jadi, Pakuan Pajajaran, menurut
Poerbatjaraka, berarti "istana yang berjajar"(aanrijen staande hoven).
H. Ten Dam (1957). Sebagai Insinyur Pertanian, Ten Dam ingin meneliti kehidupan sosial-
ekonomi petani Jawa Barat dengan pendekatan awal segi perkembangan sejarah. Dalam tulisannya,
Verkenningen Rondom Padjadjaran (Pengenalan sekitar Pajajaran), pengertian "Pakuan" ada
hubungannya dengan "lingga" (tonggak) batu yang terpancang di sebelah prasasti Batutulis sebagai tanda
kekuasaan. Ia mengingatkan bahwa dalam Carita Parahyangan disebut-sebut tokoh Sang Haluwesi dan
Sang Susuktunggal yang dianggapnya masih mempunyai pengertian "paku".
Ia berpendapat bahwa "pakuan" bukanlah nama, melainkan kata benda umum yang berarti
ibukota (hoffstad) yang harus dibedakan dari keraton. Kata "pajajaran" ditinjaunya berdasarkan keadaan
topografi. Ia merujuk laporan Kapiten Wikler (1690) yang memberitakan bahwa ia melintasi istana
Pakuan di Pajajaran yang terletak antara Sungai Besar dengan Sungai Tangerang (disebut juga Ciliwung
dan Cisadane). Ten Dam menarik kesimpulan bahwa nama "Pajajaran" muncul karena untuk beberapa
kilometer Ciliwung dan Cisadane mengalir sejajar. Jadi, Pakuan Pajajaran dalam pengertian Ten Dam
adalah Pakuan di Pajajaran atau "Dayeuh Pajajaran".
Sebutan "Pakuan", "Pajajaran", dan "Pakuan Pajajaran" dapat ditemukan dalam Prasasti Batu tulis (nomor
1 & 2) sedangkan nomor 3 bisa dijumpai pada Prasasti Kebantenan di Bekasi.
Dalam naskah Carita Parahiyangan ada kalimat berbunyi "Sang Susuktunggal, inyana nu
nyieunna palangka Sriman Sriwacana Sri Baduga Maharajadiraja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran nu
mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, inyana pakwan Sanghiyang Sri Ratu Dewata"
(Sang Susuktunggal, dialah yang membuat tahta Sriman Sriwacana (untuk) Sri Baduga Maharaja Ratu
Penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati,
yaitu pakuan Sanghiyang Sri Ratu Dewata).
Sanghiyang Sri Ratu Dewata adalah gelar lain untuk Sri Baduga. Jadi yang disebut "pakuan" itu
adalah "kadaton" yang bernama Sri Bima dan seterunya. "Pakuan" adalah tempat tinggal untuk raja, biasa
disebut keraton, kedaton atau istana. Jadi tafsiran Poerbatjaraka lah yang sejalan dengan arti yang
dimaksud dalam Carita Parahiyangan, yaitu "istana yang berjajar". Tafsiran tersebut lebih mendekati lagi
bila dilihat nama istana yang cukup panjang tetapi terdiri atas nama-nama yang berdiri sendiri.
Diperkirakan ada lima (5) bangunan keraton yang masing-masing bernama: Bima, Punta, Narayana,
Madura dan Suradipati. Inilah mungkin yang biasa disebut dalam peristilahan klasik "panca persada"
(lima keraton). Suradipati adalah nama keraton induk. Hal ini dapat dibandingkan dengan nama-nama
keraton lain, yaitu Surawisesa di Kawali, Surasowan di Banten dan Surakarta di Jayakarta pada masa
silam.
Karena nama yang panjang itulah mungkin orang lebih senang meringkasnya, Pakuan Pajajaran
atau Pakuan atau Pajajaran. Nama keraton dapat meluas menjadi nama ibukota dan akhirnya menjadi
nama negara. Contohnya : Nama keraton Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang
meluas menjadi nama ibukota dan nama daerah. Ngayogyakarta Hadiningrat dalam bahasa sehari-hari
cukup disebut Yogya.
Pendapat Ten Dam (Pakuan = ibukota ) benar dalam penggunaan, tetapi salah dari segi semantik.
Dalam laporan Tome Pires (1513) disebutkan bahwa bahwa ibukota kerajaan Sunda itu bernama "Dayo"
(dayeuh) dan terletak di daerah pegunungan, dua hari perjalanan dari pelabuhan Kalapa di muara
Ciliwung. Nama "Dayo" didengarnya dari penduduk atau pembesar Pelabuhan Kalapa. Jadi jelas, orang
Pelabuhan Kalapa menggunakan kata "dayeuh" (bukan "pakuan") bila bermaksud menyebut ibukota.
Dalam percakapan sehari-hari, digunakan kata "dayeuh", sedangkan dalam kesusastraan digunakan
"pakuan" untuk menyebut ibukota kerajaan.
Untuk praktisnya, dalam tulisan berikut digunakan "Pakuan" untuk nama ibukota dan "Pajajaran" untuk
nama negara, seperti kebiasaan masyarakat Jawa Barat sekarang ini.
Perkembangan Kota Bogor dari masa ke masa
Kota Bogor adalah salah satu kota di Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 106 048' Bujur
Timur dan 6036' Lintang Selatan. Secara administrasi wilayah Kota Bogor dikelilingi oleh
wilayah Kabupaten Bogor. Dengan luas wilayah Kota Bogor 11.850 hektar, terdiri dari 6 (enam)
kecamatan, 22 kelurahan dan 46 desa. Ada beberapa pendapat atas asal-usul penamaan kota Bogor.
Salah satunya adalah berasal dari nama Bogor itu sendiri, karena nama bogor berarti tunggul kawung,
enau atau aren. Pendapat ini ditemukan dalam pantun yang berjudul "Ngadegna Dayeuh Pajajaran" yang
dituturkan Pak Cilong. Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam Pemerintahan. Pakuan
sebagai pusat Pemerintahan Pajajaran terkenal pada pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baginda
Maharaja) yang penobatanya tepat pada tanggal 3 Juni 1482, yang selanjutnya hari tersebut dijadikan hari
jadi Bogor .
Selama perjalananya hingga sekarang Kota Bogor memiliki perkembangan kota yang sangat panjang,
Tata ruang sebagai instrument arahan pengembangan kota memiliki peranan penting dalam pembentukan
Kota Bogor itu sendiri, Menurut Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor, perkembangan Tata Ruang
Kota Bogor dibagi dalam tiga fase perkembangan berdasarkan iklim politik, kemajuan teknologi, serta
kondisi sosial ekonomi yang berlaku pada masa ke masanya, yang akan menentukan corak
pembangunan. Fase pertama adalah Masa Pajajaran (1482-1579), yang di mulai sejak masa
pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu S i l i w a n g i ( 1 4 8 2 - 1 5 2 1 ) h i n g g a m a s a
p e m e r i n t a h a n R a g a m u l y a Suryakencana (1567-1579). Fase kedua, adalah masa penjajahan (1684-
1945), Fase ketiga adalah masa kemerdekaan yang dimulai sejak
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai dengan sekarang.

Perkembangan Bentuk Kota Bogor


Fase Masa Pajajaran (1482-1579)
Berdasarkan Badan Perencanaan Daerah, Kota Bogor mengalami perkembangan bentuk kota dan fungsi
sejak masih sebagai ibu kota Pakuan pada masa Pajajaran hingga saat ini. pada masa pajajaran, Kota
Bogor berfungsi sebagai kota pusat kerajaan yang artinya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran.
Pada masa Pajajaran Bentuk Kota Bogor cenderung linier memanjang dari arah barat laut kearah
tenggara, dengan komponen fisik “perkotaan” yang sangat sederhana terdiri atas sebuah keraton, alun-
alun dalam, alun-alun luar, benteng dan gerbang kotaraja. Kota Bogor pada masa Pajajaran ini sempat
“menghilang” selama kira-kira satu abad seiring dengan sirnanya Pajajaran pada tahun 1579.
Fase kedua, adalah masa penjajahan (1684-1945)
Periode pertama masa Penjajahan Kota Bogor kembali dibangun ditandai dengan dibangunnya sebuah
tempat peristirahatan di lokasi Istana Bogor yang sekarang diberi nama Buitenzorg atas prakasa Baron
Van Imhoff sekitar tahun 1745. Pada periode pertama masa Penjajahan ini Kota Bogor memiliki fungsi
sebagai tempat peristirahatan dan pusat pemerintahan yang masih sederhana dengan bentuk kota linier
dan komponen fisik kota sederhana, yaitu terdiri atas sebuah taman, sebuah “villa”, sebuah tempat
penelitian pertanian, sebuah pasar, dan semacam pusat pemerintahan kabupaten. Pada periode kedua masa
Penjajahan yaitu sejak perubahan politik Kolonial Belanda. tahun 1870 hingga menjelang Proklamasi
Fase ketiga (Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai dengan sekarang)
Sejak Kemerdekaan, Kota Bogor sudah mulai menunjukkan oder dan sifat “kekotaan” dan telah
mempunyai fungsi yang majemuk, yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat penelitian
pertanian dan sebagai kota tempat tinggal dengan segala fasilitas kotanya. Bentuk kotanya adalah linier
sepanjang jalan utama yang menghubungkan Kota Bogor dengan Jakarta dan Sukabumi. Perubahan
bentuk Kota Bogor terjadi sejak periode pertama masa kemerdekaan yang berubah dari linear menjadi
semi konsentrik dengan titik pusat di sekitar lokasi Kebun Raya, pada periode kedua masa Kemerdekaan
yaitu sejak Kota Bogor menjadi Kota madya Daerah Tingkat II Bogor (1974) hingga menjelang tahun
1995 bentuk kotanya adalah dari semi konsentrik berubah menjadi konsentrik.
Pada periode ketiga masa Kemerdekaan (1995- sampai dengan sekarang) yang dimulai sejak perluasan
wilayah Kota madya Daerah Tingkat II Bogor (1995) hingga pada saat sekarang, Kota Bogor telah
menjelma menjadi kota modern dengan multifungsi. Struktur kotanya berbentuk konsentrik dengan titik
pusat di sekitar lokasi Balai kota. Banyaknya fungsi yang diemban oleh Kota Bogor juga menunjukkan
kompleksitas perkembangan fisik kotanya. Kota ini, mengalir tanpa arah yang jelas dan tanpa disertai
sebuah perencanaan penataan kota berjangka panjang. Itulah yang antara lain mengakibatkan munculnya
berbagai persoalan perkotaan sebagaimana yang dihadapi dan dirasakan pada saat ini, seperti diantaranya
masalah transportasi, masalah lingkungan dan pemukiman, hal itu pula yang menjadikan Kota Bogor
terkenal dengan berbagai julukan, antara lain kota terkotor, hingga kota sejuta angkot.
Gambar : Penggunaan Lahan Kota Bogor tahun 2005 dan Foto-foto perkembangan penggunaan
Lahan
1. Pedagang kaki lima merupakan permasalahan perkotaan yang di alami Kota Bogor, para PKL
menggunakan trotoar, hingga badan jalan sebagai tempat berjualan.
2. Pembangunan pemukiman yang tidak teratur menjadi permasalahan yang serius di Kota Bogor
3. Transportasi (Kemacetan) merupakan salah satu masalah utama di Kota bogor, dengan
banyaknya jumlah angkot maka muncul lah sebutan “Kota Sejuta angkot” bagi Kota Bogor.
4. Perbandingan penggunaan lahan tahun 1875 dan 2005 menandakan perkembangan Kota Bogor
dari waktu ke waktu (Lokasi : Jalan Surya Kencana)
5. Sekitar Tanjakan Empang tahun 1900 dan kini menjadi Pusat Perbelanjaan Bogor Trade Mall.
Kota yang ideal di dunia

Sejarah awal dan pembangunan kota Melbourne

Pribumi Australia sudah menetap di daerah Melbourne selama 31.000 hingga 40.000 tahun.
[23]
Ketika pemukim Eropa datang pada abad ke-19, hampir 2.000 pemburu-pengumpul dari tiga suku
besar—Wurundjeri, Boonwurrung, dan Wathaurong—menghuni daerah ini.[24][25] Daerah ini merupakan
tempat bertemunya persemakmuran suku Kulin serta sumber pangan dan air yang penting.[26][27]
Permukiman Britania pertama di Victoria, waktu itu bagian dari koloni tahanan New South Wales,
didirikan oleh Kolonel David Collins pada Oktober 1803 di Sullivan Bay, dekat Sorrento. Para pemukim
menganggap daerah ini kekurangan sumber daya. Mereka pindah ke Daratan Van
Diemen (sekarang Tasmania) pada tahun berikutnya dan mendirikan kota Hobart. Mereka mencoba lagi
bermukim di Melbourne 30 tahun kemudian.[28]

Ilustrasi perundingan John Batman dengan para tetua suku Wurundjeri pada akhir abad ke-19
Pada bulan Mei dan Juni 1835, John Batman, tokoh asosiasi pemukim Port Phillip di Daratan Van
Diemen, menjelajahi kawasan Melbourne dan mengklaim telah merundingkan pembelian tanah seluas
600000 are (60 km2) dengan delapan tetua suku Wurundjeri. [26][27] Batman memilih tanah di bantaran
utara Sungai Yarra dan menyatakan bahwa "sebuah desa akan dibangun di sini", lalu berlayar kembali ke
Daratan Van Diemen.[29] Pada Agustus 1835, sekelompok pemukim dari Daratan Van Diemen datang dan
bermukim di tanah tempat Melbourne Immigration Museum saat ini berdiri. Batman dan rekan-rekannya
menyusul pada bulan berikutnya. Kedua kelompok pemukim sepakat untuk berbagi tempat. Waktu itu,
permukiman ini dikenal dengan nama pribumi Dootigala.[30][31]
Perjanjian Batman dengan suku Aborigin dibatalkan oleh Richard Bourke, Gubernur New South
Wales yang saat itu menguasai seluruh Australia timur. Semua anggota asosiasi mendapat kompensasi.
[26]
Pada tahun 1836, Bourke menetapkan kota ini sebagai ibu kota administratif Distrik Port Phillip, New
South Wales, dan menerbitkan rancangan tata kota pertama bernama Hoddle Grid pada tahun 1837.
[32]
Kota ini sempat diberi nama Batmania,[33] kemudian diganti menjadi Melbourne tahun 1837 sesuai
nama Perdana Menteri Britania Raya, William Lamb, 2nd Viscount Melbourne; kediaman
keluarganya bernama Melbourne Hall yang terletak di kota dagang Melbourne, Derbyshire. Pada tahun
yang sama, kantor pos kota dibuka secara resmi dengan nama yang sama.[34]
Pada 1836 hingga 1842, suku-suku Aborigin Victoria kehilangan tanahnya karena ditempati oleh
pemukim Eropa.[35] Pada Januari 1844, 675 warga Aborigin diketahui tinggal di perkampungan kumuh di
Melbourne.[36] Departemen Kolonial Britania mengangkat lima Pelindung Aborigin untuk mengurus suku
Aborigin di Victoria. Tahun 1839, aktivitas mereka dihentikan oleh kebijakan tanah yang berpihak
dengan para pemukim ilegal yang menduduki tanah suku Aborigin.[37] Pada 1845, hampir 240 pendatang
kaya asal Eropa memegang izin mukim di Victoria. Mereka menjadi penggerak politik dan ekonomi
utama di Victoria selama beberapa generasi.[38]
Surat paten Ratu Victoria tertanggal 25 Juni 1847 meresmikan status kota Melbourne.[14] Pada 1 Juli 1851,
Distrik Port Phillip dipisahkan dari New South Wales dan menjadi Koloni Victoria yang beribu kota di
Melbourne.[39]
Kenaikan dan penurunan harga tanah[

Litograf Royal Exhibition Building, tempat diselenggarakannya Melbourne International Exhibition tahun
1880
Dasawarsa 1880-an adalah masa-masa pertumbuhan pesat. Kepercayaan konsumen, kemudahan kredit,
dan kenaikan harga tanah memicu pembangunan besar-besaran. Di tengah lonjakan harga tanah,
Melbourne menjadi kota terkaya di dunia [15] dan kota terbesar kedua di Imperium Britania setelah
London.[butuh rujukan]
Dasawarsaa ini diawali dengan Melbourne International Exhibition yang diadakan tahun 1880
di Exhibition Building. Pada ahun itu, gedung operator telepon dibangun, kemudian dilanjutkan dengan
peletakan batu St Paul's Cathedral; tahun 1881, lampu listrik dipasang di Eastern Market. Pada tahun
berikutnya, gardu pembangkit berkapasitas 2.000 lampu mulai beroperasi. [45] Tahun 1885, jalur
pertama sistem trem kabel Melbourne dibangun, lalu berkembang menjadi sistem trem terbesar di dunia
pada 1890.

Federal Coffee Palace, salah satu hotel mewah yang dibangun pada musim kenaikan harga tanah
Pada 1885, wartawan Inggris George Augustus Henry Sala menciptakan istilah "Marvellous Melbourne"
yang populer hingga abad ke-20 dan masih dipakai sampai sekarang oleh warga Melbourne. [46] Musim
kenaikan harga tanah Melbourne mencapai puncaknya tahun 1888 berkat kepercayaan konsumen dan
meroketnya nilai jual tanah.[47] Berkat kenaikan harga tanah, bangunan-bangunan komersial besar, istana
kopi, rumah baris, dan puri mewah dibangun di seluruh kota. Pembangunan pabrik hidrolik pada tahun
1887 memungkinkan lift diproduksi di Melbourne. Setelah itu, gedung tinggi generasi pertama mulai
dibangun,[48] termasuk APA Building, salah satu gedung komersial tertinggi di dunia pada tahun 1889.
[47]
Jaringan kereta api lingkar kota juga diperluas.
Tahun 1888, Exhibition Building menjadi tuan rumah kegiatan kedua yang lebih besar daripada
sebelumnya, Melbourne Centennial Exhibition. Dampaknya, banyak hotel baru dibangun,
termasuk Federal Hotel berkapasitas 500 kamar, The Palace Hotel di Bourke Street (dua-duanya sudah
dihancurkan), dan perluasan Grand (Windsor).
Boosterisme (pencitraan) dadakan yang menjadi ciri khas Melbourne berakhir pada awal 1890-an akibat
depresi ekonomi parah yang mengacaukan industri keuangan dan properti lokal. [47][50] 16 "bank tanah"
kecil dan perkumpulan bangunan ditutup dan 133 perseroan terbatas bangkrut. Krisis keuangan
Melbourne merupakan salah satu faktor depresi ekonomi Australia 1890-an dan krisis perbankan
Australia 1893. Efeknya sangat membekas di kota ini. Pembangunan baru menggeliat kembali pada akhir
1890-an.[51][52]
Ibu kota de facto

Ketika Australia difederasikan tanggal 1 Januari 1901, Melbourne dipilih sebagai pusat pemerintahan.
Parlemen federal pertama melakukan sidang pada 9 Mei 1901 di Royal Exhibition Building, kemudian
pindah ke Victorian Parliament House sampai 1927, dan akhirnya pindah permanen
ke Canberra. Gubernur Jenderal Australia berkediaman di Government House di Melbourne sampai 1930.
Banyak lembaga negara berpusat di Melbourne sampai abad ke-20.
Periode pascaperang
Beberapa tahun setelah Perang Dunia II, Melbourne berkembang pesat. Pertumbuhannya didongkrak
oleh imigrasi pascaperang ke Australia, kebanyakan dari Eropa Selatan dan Mediterania.[54] Meski "Paris
End" di Collins Street menjadi pelopor budaya butik dan kafe terbuka di Melbourne,[55] pusat kotanya
dianggap membosankan—daerah suram yang penuh pegawai kantoran—dan tergambar dalam lukisan
terkenal karya John Brack, Collins St., 5 pm (1955).

ICI House, simbol kemajuan dan modernitas Melbourne pada masa pascaperang
Batas ketinggian bangunan di CBD dicabut tahun 1958 seiring rampungnya ICI House. Sejak saat itu,
berbagai pencakar langit mulai menghiasi kota. Perluasan pinggiran kota semakin gencar dan dibarengi
oleh pembangunan pusat-pusat perbelanjaan baru seperti Chadstone Shopping Centre.[57] CBD dan St
Kilda Road juga direnovasi sehingga kota ini tampak lebih modern. [58] Peraturan anti-kebakaran dan
peremajaan kota mengharuskan sebagian besar gedung CBD sebelum perang dirubuhkan seluruhnya atau
dipangkas separuh melalui kebijakan fasadisme. Puri-puri besar di pinggiran kota yang berdiri pada
musim kenaikan harga tanah juga dihancurkan atau dikurangi ukurannya.
Untuk melawan arus pertumbuhan pinggiran kota yang kepadatannya rendah, pemerintah
melalui Housing Commission of Victoria mencanangkan proyek perumahan umum kontroversial di pusat
kota. Kawasan permukiman yang sudah ada dihancurkan dan menara-menara hunian dibangun di atasnya.
[59]
Beberapa tahun kemudian, seiring meningkatnya jumlah pemilik kendaraan bermotor, pembangunan
jalan tol dan jalan bebas hambatan mempercepat perkembangan pinggiran kota dan menyusutkan
populasi pusat kota. Pemerintahan Bolte ingin mempercepat modernisasi Melbourne. Proyek-proyek jalan
besar seperti penataan ulang St Kilda Junction, pelebaran Hoddle Street, dan Rencana Transportasi
Melbourne 1969 mengubah Melbourne menjadi kota yang ramah mobil.[60]
Lonjakan sektor keuangan dan pertambangan Australia tahun 1969 dan 1970 menarik perusahaan-
perusahaan besar seperti BHP Billiton dan Rio Tinto untuk bermarkas di kota ini. Nauru, negara yang
ekonominya sedang meroket waktu itu, menanamkan modal dalam berbagai proyek di Melbourne,
termasuk pembangunan Nauru House.[61] Melbourne bertahan sebagai pusat bisnis dan keuangan utama
Australia hingga akhir 1970-an sebelum disalip oleh Sydney.[62]
Melbourne mengalami kelesuan ekonomi pada tahun 1989 hingga 1992 setelah beberapa lembaga
keuangan di sana bangkrut. Pada tahun 1992, pemerintahan Kennett yang baru saja terpilih mencoba
membangkitkan ekonomi melalui program padat karya besar-besaran dan pencitraan kota sebagai
destinasi wisata untuk acara-acara besar dan ajang olahraga. [63] Waktu itu, Australian Grand
Prix dipindahkan dari Adelaide ke Melbourne. Proyek-proyek besar di kota ini meliputi gedung
baru Melbourne Museum, Federation Square, Melbourne Exhibition and Convention Centre, Crown
Casino, dan jalan tol CityLink. Pemerintah juga melepaskan sejumlah sarana dan prasarana ke pihak
swasta, termasuk listrik dan transportasi umum, serta memangkas anggaran kesehatan, pendidikan, dan
infrastruktur transportasi umum.[64]
Masa kini
Sejak pertengahan 1990-an, Melbourne memiliki pertumbuhan penduduk dan lapangan kerja yang tetap.
Investasi ke industri dan pasar properti di kota ini terus meningkat. Peremajaan pusat kota dilakukan
di Southbank, Port Melbourne, Melbourne Docklands, dan South Wharf. Menurut Australian Bureau of
Statistics, Melbourne mengalami pertumbuhan penduduk dan ekonomi tertinggi di antara ibu kota negara
bagian Australia selama tiga tahun sampai Juni 2004.[65] Faktor-faktor tersebut mempercepat pertumbuhan
penduduk dan perluasan kawasan pinggiran kota sepanjang 2000-an.
Sejak 2006, pertumbuhan kota meluas hingga "jalur hijau" dan melewati batas pertumbuhan kota.
Prediksi pertumbuhan populasi hingga 5 juta orang memaksa pemerintah Victoria meninjau ulang batas
pertumbuhan pada tahun 2008 dalam rangka strategi Melbourne @ Five Million. [66] Tahun 2009,
Melbourne tidak begitu terdampak oleh krisis keuangan akhir 2000-an bila dibandingkan dengan kota-
kota lain di Australia. Jumlah lapangan kerja yang dibuka di Melbourne saat itu lebih banyak daripada
kota-kota lain, hampir menyamai jumlah lapangan kerja di Brisbane sekaligus Perth. [67] Pasar properti
Melbourne dipatok dengan harga tinggi. [68] Akibatnya, harga properti dan harga sewa mencapai titik
termahal sepanjang sejarah Melbourne.[69]
Pemandangan Melbourne Docklands dan langit-langit kota dari Waterfront City ke arah Victoria Harbour.
Geografi

Peta wilayah perkotaan Melbourne dan Geelong


Melbourne terletak di sebelah tenggara daratan utama Australia, tepatnya di negara bagian Victoria. Kota
ini berdiri di atas pertemuan aliran lava Kuarter ke barat, batu lumpur Siluria ke timur, dan endapan
pasir Holosen ke tenggara di sepanjang Port Phillip. Pinggiran kota tenggara berdiri di atas patahan
Selwyn yang membelah Mount Martha dan Cranbourne.
Melbourne menyebar mengikuti Sungai Yarra hingga Lembah Yarra dan Barisan Dandenong ke timur.
Kota ini meluas ke utara melewati lembah semak berbukit di daerah aliran anak sungai Yarra— Moonee
Ponds Creek (hingga Bandara Tullamarine), Merri Creek, Darebin Creek, dan Plenty River—sampai
koridor kota pinggiran terluar Craigieburn dan Whittlesea.
Kota ini menyebar ke tenggara melalui Dandenong ke koridor kota Pakenham sampai West Gippsland,
lalu ke selatan melalui lembah Dandenong Creek, Mornington Peninsula, dan kota Frankston yang
mencakup perbukitan Olivers Hill, Mount Martha, dan Arthurs Seat, menyusuri pesisir Port Phillip, dan
membentuk satu konurbasi tunggal sampai kota pinggiran mewah Portsea dan Point Nepean. Di sebelah
barat, kota ini meluas mengikuti aliran Sungai Maribyrnong dan anak-anak sungainya ke utara
hingga Sunbury dan kaki bukit Barisan Macedon, kemudian menutupi dataran vulkanik hingga Melton di
barat dan Werribee di kaki bukit pegunungan granit You Yangs di sebelah barat daya CBD. Sungai Little
dan kota kecil Little River menjadi batas antara Melbourne dan Geelong.
Moondah Beach, Mount Eliza
Pantai-pantai besar di Melbourne terletak di pesisir Teluk Port Phillip, antara lain Port Melbourne, Albert
Park, St Kilda, Elwood, Brighton, Sandringham, Mentone, Frankston, Altona, Williamstown, dan
Werribee South. Tempat berselancar terdekat terletak 85 kilometer (53 mi) di sebelah tenggara CBD
Melbourne di Rye, Sorrento, dan Portsea.
Struktur kota

Pemandangan CBD dan pinggiran kota terdalam dari udara

Pemandangan Royal Botanic Gardens dari udara


Hoddle Grid, tata jalanan kota berselang ±1 by 1⁄2 mil (1,61 by 0,80 km), membentuk inti distrik bisnis
pusat (CBD) Melbourne. Sungai Yarra membatasi tata jalan ini di sebelah selatan. Pembangunan
perkantoran, kawasan komersial, dan kawasan publik di Southbank dan Docklands membuat kedua
distrik ini seolah seperti CBD kedua, tetapi bukan bagian dari CBD. Jalanan komersial seperti Block
Arcade and Royal Arcade adalah efek samping tata jalan CBD.
Berbeda dengan kota-kota lain di Australia, CBD Melbourne tidak punya batas ketinggian. Karena itu,
CBD Melbourne merupakan permukiman terpadat di Australia dengan kepadatan 19.500
jiwa/km². Jumlah pencakar langit di Melbourne lebih banyak daripada kota lainnya di Australia. Eureka
Tower di Southbank adalah bangunan tertinggi di kota ini.
CBD dan daerah sekitarnya juga memiliki banyak bangunan bersejarah seperti Royal Exhibition
Building, Melbourne Town Hall, dan Parliament House. Meski disebut pusat kota (city centre), daerah ini
bukan pusat demografis Melbourne. Karena kota ini menyebar ke tenggara, pusat demografisnya terletak
di Glen Iris.
Melbourne seperti ibu kota negara bagian lainnya di Australia. Pada pergantian abad ke-20, kota ini
meluas mengikuti prinsip 'seperempat are rumah dan kebun' untuk setiap keluarga, biasa disebut Impian
Australia. Seiring populernya mobil pribadi pasca-1945, prinsip ini menghasilkan struktur kota ramah
mobil yang kini bertahan di kawasan pinggiran tengah dan luar. Sebagian besar wilayah
metropolitan Melbourne terdiri atas permukiman berkepadatan rendah, sedangkan permukiman di dekat
pusat kota berkepadatan menengah dan mengutamakan angkutan umum. Kawasan pusat kota, Docklands,
St. Kilda Road, dan Southbank memiliki kepadatan tinggi.
Melbourne sering disebut kota kebun Australia. Negara bagian Victoria dulu dijuluki negara bagian
kebun (the garden state).[101][115][116] Ada banyak taman dan kebun di Melbourne. Beberapa di antaranya
terletak di CBD dan memiliki beragam spesies tumbuhan biasa dan langka, alam buatan, jalur pejalan
kaki, dan jalan raya berjajarkan pepohonan. Taman-taman di Melbourne memiliki reputasi sebagai taman
publik terbaik di antara kota-kota besar di Australia. [118] Taman juga dibangun di kota-kota pinggiran
Melbourne seperti Stonnington, Boroondara, dan Port Phillip, sebelah tenggara CBD. Beberapa taman
nasional ditetapkan di sekeliling perkotaan Melbourne, antara lain Taman Nasional Mornington
Peninsula, Taman Nasional Laut Port Phillip Heads, dan Taman Nasional Point Nepean di sebelah
tenggara, Taman Nasional Organ Pipes di sebelah utara, dan Taman Nasional Dandenong Ranges di
sebelah timur. Sejumlah taman negara bagian juga ditetapkan tepat di luar batas kota
Melbourne. Kawasan perkotaan Melbourne dibagi menjadi ratusan kota pinggiran (untuk keperluan
penetapan alamat dan pos) dan diberi status wilayah pemerintah daerah (local government area/LGA), 31
di antaranya terletak di dalam wilayah metropolitan.
Perumahan

Rumah baris "Melbourne Style" banyak dijumpai di pinggiran kota dalam dan sering mengalami
gentrifikasi.
Perumahan umum di Melbourne tidak banyak dan permintaan rumah kontrakan terus meningkat. Seiring
waktu, harga kontrakan semakin tidak terjangkau bagi sebagian warga. Perumahan umum disediakan
oleh Housing Commission of Victoria, badan yang beroperasi di bawah kerangka kerja Commonwealth-
State Housing Agreement yang memandatkan pemerintah federal dan negara bagian untuk mendanai
proyek perumahan.
Melbourne mengalami pertumbuhan penduduk tinggi yang turut meingkatkan kebutuhan tempat tinggal.
Lonjakan pembangunan rumah menaikkan harga dan biaya sewa rumah serta ketersediaan semua jenis
rumah. Pengaplingan tanah marak terjadi di pinggiran terluar Melbourne melalui berbagai paket rumah
dan lahan yang ditawarkan pengembang. Kebijakan tata kota selama ini mendorong
pembangunan permukiman berkepadatan menengah dan tinggi di daerah-daerah lama dengan
akses transportasi umum dan prasarana lainnya. Sepuluh tahun sejak kebijakan tersebut
diberlakukan, tanah terbengkalai di pinggiran kota lingkar tengah dan luar Melbourne mulai dimanfaatkan
kembali secara massal.
Arsitektur

Pencakar langit modern dimundurkan dari pinggir jalan untuk melestarikan bangunan zaman Victoria
yang berjajar di Collins Street.
Kota ini dikenal karena memiliki percampuran arsitektur modern dengan bangunan-bangunan abad ke-19
dan awal abad ke-20. Beberapa bangunan bersejarah yang arsitekturnya khas adalah Royal Exhibition
Building (terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia) yang dibangun selama dua tahun menjelang Melbourne
International Exhibition tahun 1880; A.C. Goode House, bangunan Neo-Gothik di Collins Street yang
dirancang oleh Wright, Reed & Beaver (1891); Old Stock Exchange (1888) bergaya Gothik Venesia
karya William Pitt; Gothic Bank (1883) karya William Wardell yang memiliki interior terbaik di
Melbourne; Parliament House; St Paul's Cathedral (1891); dan Flinders Street Station (1909) karya Ivan
Lazarus, stasiun kereta komuter tersibuk di dunia pada pertengahan 1920-an.

Eureka Tower, gedung tertinggi di Melbourne, menembus awan pada malam hari
Di kota ini juga terdapat Shrine of Remembrance, tugu untuk mengenang warga Victoria yang bertempur
pada Perang Dunia I dan sekarang dipersembahkan untuk seluruh warga Australia yang terlibat dalam
perang tersebut. Gedung bergaya Ratu Anne yang sudah diruntuhkan, APA Australian Building (1889),
gedung tertinggi ke-3 di dunia waktu itu, konon katanya berdiri menjelang persaingan pencakar langit
di New York City dan Chicago. Gedung ini diruntuhkan tahun 1980 dan digantikan oleh bangunan lebih
kecil berlantai empat. Bangunan-bangunan besar yang dibangun sebelum perang dunia juga bernasib
sama, termasuk Federal Coffee Palace (atau The Federal Hotel) bergaya Victoria yang berdiri di Collins
Street sampai tahun 1971.
Pada tahun 2018, kota ini memiliki 667 bangunan tinggi, 187 pencakar langit, 28 proyek dan 60 rencana
pencakar langit. making the city's skyline the tallest in Australia. CBD didominasi oleh gedung-gedung
perkantoran modern, termasuk Rialto Towers (1986) yang dibangun di atas tanah beberapa bangunan
klasik bergaya Victoria, dua di antaranya—Rialto Building (1889) karya William Pitt dan Winfield
Building (1890) karya Charles D'Ebro dan Richard Speight—masih berdiri smapai saat ini. Salah satu
gedung apartemen tinggi di kota ini adalah Eureka Tower (2006), bangunan hunian tertinggi ke-13 di
dunia per Januari 2014.
Permukiman kota ini tidak memiliki gaya arsitektur tunggal, melainkan campuran rumah, rumah kota,
kondominium, dan gedung apartemen di kawsan metropolitan (khususnya di daerah sebaran kota).
Rumah terpisah dengan pekarangan luas adalah jenis rumah yang paling banyak dijumpai di luar pusat
kota Melbourne. Rumah baris Victoria, rumah kota, dan puri bergaya Italia, kebangkitan Tudor, dan Neo-
George mudah ditemui di beberapa permukiman seperti Toorak.
Infrastruktur
Menurut Mercer Consulting tahun 2012, infrastruktur Melbourne merupakan infrastruktur kota terbaik
ke-17 di dunia, menyusul Sydney di peringkat ke-10.
Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Pemerintah Victoria mengoperasikan 30 rumah sakit
umum di wilayah metropolitan Melbourne dan 13 organisasi penyedia layanan kesehatan.
Berbagai lembaga riset kedokteran, neurosains, dan bioteknologi berdiri di Melbourne, antara lain St.
Vincent's Institute of Medical Research, Australian Stem Cell Centre, Burnet Institute, Australian
Regenerative Medicine Institute, Victorian Institute of Chemical Sciences, Brain Research Institute, Peter
MacCallum Cancer Centre, Walter and Eliza Hall Institute of Medical Research, dan Melbourne
Neuropsychiatry Centre.
Lembaga lainnya yang juga berdiri di kota ini adalah Howard Florey Institute, Murdoch Childrens
Research Institute, Baker Heart and Diabetes Institute, dan Australian Synchrotron. Beberapa lembaga di
antaranya berafiliasi dengan universitas dan bermarkas dekat kampus. Royal Children's
Hospital dan Monash Children's Hospital terletak di Melbourne.
Dari semua ibu kota negara bagian Australia, Melbourne dan Canberra memiliki harapan hidup laki-laki
tertinggi (80,0 tahun) dan harapan hidup perempuan tertinggi kedua (84,1 tahun) setelah Perth.
Transportasi

Bolte Bridge adalah bagian dari sistem jalan tol CityLink.


Layaknya kota-kota lain di Australia, penduduk Melbourne sangat bergantung kepada mobil
pribadi, khususnya di kawasan pinggiran terluar yang jumlah mobil pribadinya sangat banyak. 3,6 juta
mobil pribadi bergerak di jalanan sepanjang 22.320 km (13870 mi). Melbourne pun menjadi salah satu
kota dengan panjang jalan per kapita tertinggi di dunia. Pada awal abad ke-20, mobil pribadi semakin
diminati dan mendorong perluasan permukiman pinggir kota sekaligus perebakan kota.[2] Pada
pertengahan 1950-an, kota ini memiliki kurang dari 200 mobil pribadi per 1.000 jiwa. Tahun 2013,
jumlahnya naik menjadi 600 mobil pribadi per 1.000 jiwa. [203] Kini, Melbourne memiliki jaringan jalan
bebas hambatan dan jalan arteri massal yang digunakan oleh mobil pribadi, truk, dan transportasi umum
seperti bus dan taksi. Jalan bebas hambatan yang menuju kota Melbourne adalah Eastern
Freeway, Monash Freeway, dan West Gate Freeway (mencakup West Gate Bridge), sedangkan jalan
bebas hambatan lingkar kota Melbourne adalah CityLink (mencakup Bolte Bridge), Eastlink, Western
Ring Road, Calder Freeway, Tullamarine Freeway (jalan utama ke bandara), dan Hume Freeway yang
menghubungkan Melbourne dan Sydney.
Melbourne memiliki sistem transportasi umum terintegrasi yang terdiri atas kereta api, trem, bus, dan
taksi. Stasiun Flinders Street merupakan stasiun kereta penumpang tersibuk di dunia pada tahun 1927.
Jaringan trem Melbourne mengalahkan Sydney sebagai jaringan trem terbesar di dunia pada tahun 1940-
an. Waktu itu, 25% komuter menggunakan transportasi umum. Pada tahun 2003, jumlahnya turun
menjadi 7,6%. The public transport system was privatised in 1999, symbolising the peak of the
decline. Meski operator transportasi umum dilepas ke swasta dan beberapa pemerintahan mengutamakan
pembangunan kota yang ramah mobil, jumlah penumpang transportasi umum perlahan meningkat.
Jumlah komuter pengguna transportasi umum naik menjadi 14,8%. Tahun 2006, pemerintah Victoria
menargetkan kenaikan pengguna transportasi umum hingga 20% di Melbourne pada 2020. [209] Sejak 2006,
jumlah pengguna transportasi umum naik lebih dari 20%.

Stasiun kereta api Southern Cross


Jaringan kereta api Melbourne dibangun pada masa demam emas tahun 1850-an. Kini, jaringan ini
memiliki 218 stasiun pinggir kota dan 16 jalur yang membentang keluar kota dari jalur City Loop, sistem
kereta bawah tanah di CBD. Stasiun Flinders Street, stasiun transit tersibuk di Australia, adalah salah satu
tempat wisata terkenal di Melbourne.[128] Kota ini terhubung oleh kereta api dengan kota-kota lain di
Victoria. Kereta antarnegara bagian berangkat dari stasiun Southern Cross di Docklands. Kereta The
Overland tujuan Adelaide beroperasi dua kali seminggu, sedangkan kereta XPT tujuan Sydney berangkat
dua kali sehari. Pada tahun 2013–2014, jaringan kereta api Melbourne mengangkut 232 juta penumpang,
tertinggi sepanjang sejarah. Banyak jalur kereta api, jalur khusus, dan balai yasa yang juga dimanfaatkan
oleh kereta barang.

Jaringan trem Melbourne adalah jaringan trem terbesar di dunia dan satu-satunya jaringan trem multijalur
di Australia.
Jaringan trem Melbourne sudah ada sejak 1880-an ketika harga tanah sedang naik. Pada tahun 2016,
jaringan trem ini memiliki rel sepanjang 250 km (155,3 mi), 487 trem, 25 rute, dan 1.763 halte
trem. Trem Melbourne adalah jaringan trem terbesar di dunia. Pada tahun 2013–2014, jaringan trem
Melbourne mengangkut 176,9 juta penumpang. Sekitar 80 persen jalur trem berbagi tempat dengan jalan
raya, sedangkan sisanya terpisah dari jalan atau menjadi bagian dari jalur kereta ringan. Trem Melbourne
diakui sebagai warisan budaya dan tempat wisata. Trem tua beroperasi secara gratis di rute City
Circle dan menyasar wisatawan yang berkunjung ke Melbourne. Trem restoran berjalan mengelilingi kota
dan sekitarnya pada malam hari. Melbourne saat ini sedang memproduksi 50 trem baru kelas E. Beberapa
di antarany sudah beroperasi pada tahun 2014. Trem kelas E memiliki panjang 30 meter dan lebih
canggih daripada trem kelas C2 dengan panjang yang sama. Jaringan bus Melbourne terdiri atas ±300
rute yang melayani kota pinggiran terluar dan daerah-daerah yang tidak dilalui kereta api dan
trem. Jaringan bus kota ini mengangkut 127,6 juta penumpang pada tahun 2013–2014, naik 10,2 persen
dari tahun sebelumnya.
Transportasi laut adalah bagian penting dari sistem transportasi Melbourne. Port of Melbourne merupakan
pelabuhan barang dan penumpang terbesar dan tersibuk di Australia. Pelabuhan ini menangani 2 juta
kontainer kapal sepanjang tahun 2007 dan menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di belahan bumi
selatan. Station Pier di Port Phillip Bay adalah terminal kapal penumpang utama untuk kapal pesiar dan
kapal feri Spirit of Tasmania yang menghubungkan Melbourne dengan Tasmania lewat Selat Bass. Feri
dan taksi air beroperasi di beberapa pelabuhan kecil di pinggir Sungai Yarra yang tersebar sampai South
Yarra dan Port Phillip Bay.
Melbourne dilayani oleh empat bandara. Bandar Udara Melbourne di Tullamarine adalah gerbang
domestik dan internasional utama sekaligus bandara tersibuk kedua di Australia. Bandara ini merupakan
pangkalan maskapai penumpang Jetstar Airways dan Tiger Airways Australia dan maskapai
kargo Australian air Express dan Toll Priority serta penghubung utama Qantas dan Virgin
Australia. Bandar Udara Avalon, terletak di antara Melbourne dan Geelong, adalah penghubung kedua
Jetstar. Bandara ini juga dimanfaatkan sebagai fasilitas kargo dan perawatan pesawat. Bus dan taksi
merupakan satu-satunya moda transportasi umum yang menghubungkan kota dengan kedua bandara ini.
Ambulans terbang juga tersedia untuk pemindahan pasien ke dalam dan luar negeri. Melbourne juga
memiliki bandara penerbangan umum besar, yaitu Bandar Udara Moorabbin di sebelah tenggara
Melbourne. Bandara ini juga melayani beberapa penerbangan penumpang. Bandar Udara Essendon, dulu
bandara utama Melbourne, juga melayani penerbangan penumpang, penerbangan umum, dan beberapa
penerbangan kargo.
Kota ini meresmikan sistem berbagi sepeda pada tahun 2010. Sepeda berjalan di jalur khusus dan
dilengkapi fasilitas sepeda terpisah.

Anda mungkin juga menyukai