A. Pengertian
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor (landslide)
merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di daerah
tropis basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan
kadang-kadang getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan
massa yang berupa tanah longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang
bidang longsor yang merupakan batas bergeraknya massa tanah atau batuan
(Hardiyatmo, 2006: 2).
Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah akibat gaya
gravitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari massa tanah/batuan
dan secara umum diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat
asalnya karena pengaruh gaya berat (Noor, 2006: 106).
Adanya gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah daya ikat (kohesi)
tanah/batuan yanglemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat terlepas dari
ikatannya dan bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang ada
disekitarnya membentuk masa yang lebih besar. Lemahnya daya ikat/batuan dapat
disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air (permeabilitas)
tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari masa tanah/batuan tersebut.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah terdiri dari
berbagai sebab yang kompleks seperti sudut kemiringan lereng, perubahan kelembaban
tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan dan pola pengolahan lahan,
pengikisan oleh aliran air, ulah manusia seperti penggalian dan sebagainya.
Gerakan massa (mass movement) merupakan gerakan massa tanah yang besar
di sepanjang bidang longsor kritisnya. Gerakan massa ini bergerak ke bawah material
pembentuk lereng berupa tanah, batu, timbunan buatan atau campuran dari material
lain.
a. Jatuhan (falls)
b. Robohan (topples)
c. Longsoran (slides)
d. Sebaran (spreads)
e. Aliran (flows)
Dampak Positif
- Ketika terjadi bencana seperti tanah longsor ini bisa meningkatkan kesadaran diri
supaya tidak terjadi lagi penebangan hutan dan memperluas lahan.
- Meningkatkan kepedulian terhadap korban bencana dan kepedulian terhadap
sesama secara umumnya.
- Menjadikan sikap waspada dan siaga bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang
rawan tehadap tanah longsor.
- Bisa menjadikan motivasi dan penelitian oleh para ahli geologi apa yang bisa
menyebabkan tanah longsor terjadi.
Dampak Negatif
"Longsor dua kali, pertama sekitar pukul 14.00 WIB, yang kedua terjadi sekitar pukul
17.45 WIB. Satu RT kami ungsikan ke Ponpes Miftahul Ulum," kata Kepala Desa
Siwarak Suratman, seperti dilansir detikJateng, Rabu (26/10/2022).
Ada tiga titik longsor di Desa Siwarak, Purbalingga. Namun yang paling parah terjadi di
RT 3 RW 7.
"Hari ini ada tiga titik longsor. Yang paling parah di RT 3 RW 7. Beberapa bangunan
rumah terdampak, bahkan ada yang retak-retak," ungkap Suratman.
Kepala Desa Siwarak Suratman mengatakan tanah longsor di desanya disebabkan oleh
hujan deras yang terjadi sejak siang hari. Selain itu, lokasi longsor merupakan daerah
yang cukup rawan bencana karena berada di perbukitan.
"Penyebabnya hujan deras sejak siang, sampai saat ini juga belum reda sehingga rawan
terjadi longsor susulan. Kami putuskan satu RT itu untuk diungsikan ke ponpes yang
cukup aman," ucap Suratman.
a. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di
dekat permukiman
b. Buatlah terasering
c. Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam
tanah memalui retakan .
d. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
NKRI sebagai negara dengan tingkat kerentanan dan frekuensi yang tinggi
terjadinya bencana, dengan luas wilayah yang luas, lautan maupun daratan dan
penduduk terbesar keempat di dunia setelah RRT, India, dan Amerika Serikat.
Potensi ancaman bencana alam di
lndonesia mulai dari tsunami, tanah longsor, badai siklon, banjir, tetapi juga
kekeringan yang berakibat pada kebakaran hutan ketika ada fenomena El Nino.
Kondisi yang ada di masyarakat kita masih banyak yang belum tersentuh
pemahaman tentang mitigasi bencana. Sebagaimana telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Secara substansi adalah usaha menciptakan masyarakat yang sadar dan
tanggap bencana dengan melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Arti
penting pendidikan mitigasi bencana dapat dilakukan secara formal melalui jalur
pendidikan sesuai ketentuan pemerintah. Contohnya: melalui desain kurikulum
sekolah, implementasi sederhananya bisa seperti melalui poster-poster dan slogan
maupun dengan media lain yang mendukung. Secara informal dapat melalui
lembaga-lembaga kemasyarakatan, forum temu warga ataupun kelompok-
kelompok komunitas yang difasilitasi instansi terkait (BNPB) sebagai pembina
ataupun komunikator masalah kebencanaan.
2. Tahap Mitigasi Bencana Tanah longsor (Nandi, 2007)
a. Pemetaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
d. Pemantauan
e. Sosialisasi