Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBIJAKAN TATA RUANG DALAM BIDANG KEMARITIMAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kemaritiman


“Dosen Pengampu : Bapak Agusyarif Rezka Nuha, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh
Kelompok 2
1. Nasa Putri Salmon (411421025)
2. Novia Apsari (411421051)
3. Elsa Putri Pohontu (411421062)
4. Alan Abdulah (411421092)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang maha pengasih lagi maha penyayang,
dengan ini kami panjatkan Puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kemaritiman
dengan judul “Kebijakan Tata Ruang dalam Bidang Kemaritiman.”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulis memberikan doa saran dan kritik sehingga makalah yang
dapat diselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kalian miliki. Oleh karena
itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga mitra ilmu
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Gorontalo, September 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3
2.1 Kebijakan Tata Ruang dalam Kemaritiman .................................................................. 3
2.1.1 Tujuan Kebijakan Kelautan Indonesia .................................................................... 3
2.1.2 Prinsip Kebijakan Kelautan Indonesia .................................................................... 4
2.1.3 Pilar-Pilar Kebijkan Kelautan Indonesia ................................................................ 7
2.2 Pengelolaan Laut dan Amanat Konstitusi .................................................................... 10
2.2.1 Mitra Laut dan Aturan Perwilayahannya ............................................................. 10
2.2.2 Sumber Daya dan Jasa Lingkungan Laut ............................................................. 12
BAB III ....................................................................................................................................... 15
PENUTUP .................................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
3.2 Saran................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemaritiman adalah salah satu aset penting dalam ekonomi global, dengan
potensi besar untuk pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional, energi,
sumber daya alam, dan transportasi. Dalam rangka mengelola potensi ini dan
melindungi lingkungan laut, perlu ada kebijakan tata ruang yang efektif dalam
konteks kemaritiman. Makalah ini akan menguraikan pentingnya kebijakan tata
ruang dalam pengembangan sektor kemaritiman serta berbagai aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Lautan dan wilayah perairan selalu memegang peran penting dalam sejarah,
budaya, dan perkembangan ekonomi suatu negara. Kemaritiman, sebagai konsep
yang mencakup aspek geografi, ekologi, ekonomi, serta keamanan nasional,
menjadi semakin relevan di era globalisasi ini. Oleh karena itu, perencanaan tata
ruang dalam konteks kemaritiman merupakan bagian yang sangat penting dari
upaya menjaga dan mengelola sumber daya laut yang berharga.

Setiap negara atau wilayah mungkin memiliki kebijakan tata ruang dalam
kemaritiman yang sesuai dengan kebutuhan, tantangan, dan potensi lokal.
Tujuannya adalah untuk menciptakan kerangka kerja yang memungkinkan
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut sambil
mempertahankan integritas lingkungan laut yang penting bagi keberlanjutan
planet kita.

Kebijakan tata ruang dalam kemaritiman biasanya melibatkan berbagai


pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, perusahaan, dan
organisasi lingkungan. Tujuannya adalah untuk menciptakan keseimbangan
antara pengembangan ekonomi dan perlindungan lingkungan laut, sehingga
sumber daya alam di wilayah pesisir dan laut dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan untuk generasi mendatang.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut.
1. Apa itu kebijakan tata ruang dalam kemaritiman?
2. Bagaimana pengelolaan laut dan amanat konstitusi?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencari tahu apa itu kebijakan tata ruang dalam kemaritiman
2. Untuk mencari tahu bagaimana pengeloaan laut dan amanat konstitusinya

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Tata Ruang dalam Kemaritiman
Kebijakan Tata Ruang dalam Kemaritiman adalah kebijakan yang
mengatur tata ruang laut dan memberikan kepastian hukum serta alokasi ruang
bagi pemanfaatan sumber daya kelautan sehingga tidak ada tumpang tindih
pemanfaatan di lokasi. Kebijakan ini merupakan bagian dari Kebijakan
Kelautan Indonesia yang terdiri dari 7 pilar, salah satunya adalah pengelolaan
ruang laut. Melalui tata ruang laut, dapat tercipta sinergi dalam pembangunan
dan pemanfaatan kekayaan laut serta menyambungkan potensi antarwilayah
dalam konektivitas ekonomi dan sumber daya beserta infrastrukturnya
sehingga akan muncul pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi baru. Lebih dari
itu, rencana tata ruang laut juga dapat menjadi pemersatu bangsa dan penegak
kedaulatan.

2.1.1 Tujuan Kebijakan Kelautan Indonesia


Visi Kelautan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia menjadi Poros
Maritim Dunia, yaitu menjadi sebuah negara maritim yang maju, berdaulat,
mandiri, kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi keamanan dan
perdamaian kawasan dan dunia sesuai dengan kepentingan nasional. Kebijakan
Kelautan Indonesia disusun dengan mengacu pada Visi Pembangunan
Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.

Guna mewujudkan visi Kelautan Indonesia perlu disusun sasaran sebagai


misi dari Kebijakan Kelautan Indonesia, yaitu:
a. terkelolanya sumber daya kelautan secara optimal dan berkelanjutan;
b. terbangunnya kualitas sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan
teknologi kelautan yang andal;
c. terbangunnya pertahanan dan keamanan kelautan yang tangguh;

3
d. terlaksananya penegakan kedaulatan, hukum, dan keselamatan di laut;
e. terlaksananya tata kelola kelautan yang baik;
f. terwujudnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang
merata;
g. terwujudnya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan industri kelautan yang
berdaya saing;
h. terbangunnya infrastruktur kelautan yang andal;
i. terselesaikannya aturan tentang tata ruang laut;
j. terlaksananya pelindungan lingkungan laut;
k. terlaksananya diplomasi maritim; dan
l. terbentuknya wawasan identitas, dan budaya bahari.
Untuk mewujudkan visi dan misi yang telah dicanangkan, perlu disusun
strategi pelaksanaan sebagai pedoman perencanaan pembangunan kelautan di
berbagai bidang oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, serta acuan
bagi masyarakat dan pelaku usaha dalam ikut serta melaksanakan
pembangunan kelautan.
2.1.2 Prinsip Kebijakan Kelautan Indonesia
Perwujudan visi dan misi kelautan Indonesia harus berpegang teguh pada
kepentingan nasional, serta keadilan dan manfaat sebesarbesarnya untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia. Kebijakan Kelautan Indonesia disusun
berdasarkan enam prinsip dasar, yaitu (1) wawasan nusantara; (2)
pembangunan berkelanjutan; (3) ekonomi biru; (4) pengelolaan terintegrasi
dan transparan; (5) partisipasi; dan (6) kesetaraan dan pemerataan.
1. Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara merupakan dasar penyelenggaraan pembangunan
nasional untuk mencapai tujuan pembangunan yang sebelumnya pernah dimuat
dalam Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara. Wawasan Nusantara adalah wawasan nasional yang bersumber pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan

4
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Wawasan Nusantara mencakup perwujudan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya,
serta pertahanan dan keamanan.
2. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berbagai kegiatan ekonomi harus dapat memenuhi
kebutuhan generasi saat ini dan kebutuhan generasi yang akan datang. Untuk
itu, pembangunan ekonomi dilaksanakan berdasarkan asas pembangunan
berkelanjutan agar (1) pemanfaatan sumber daya tidak melebihi kemampuan
regenerasi sumber daya hayati (renewable) atau laju inovasi substitusi sumber
daya nonhayati (nonrenewable), serta pemanfaatan sumber daya nonhayati
tidak menghancurkan kelestarian sumber daya hayati; (2) pemanfaatan sumber
daya saat ini tidak boleh mengorbankan (kualitas dan kuantitas) kebutuhan
generasi yang akan datang; dan (3) pemanfaatan sumber daya yang belum
diketahui dampaknya harus dilakukan secara hati-hati dan didukung oleh
penelitian ilmiah yang terpercaya. Prinsip pembangunan berkelanjutan juga
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Ekonomi Biru
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
mengatur bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengelolaan kelautan untuk sebesar-sebesarnya
kemakmuran rakyat melalui pemanfaatan dan pengusahaan sumber daya
kelautan dengan prinsip ekonomi biru (blue economy). Ekonomi biru
merupakan model pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan
pembangunan darat dan laut dengan memperhitungkan daya dukung sumber
daya dan lingkungan. Pada prinsipnya potensi darat, laut, dan udara harus
disinergikan sehingga menjadi kekuatan Indonesia.
4. Pengelolaan Terintegrasi dan Transparan

5
Pengelolaan terintegrasi dilaksanakan secara multidisiplin, antarwilayah,
antarsektor, dan lintas sektor. Terintegrasi dengan menempatkan semua aspek
pengelolaan ke dalam satu sistem dan tidak sebagai komponen yang terpisah.
Sistem pengelolaan bersifat integral dan harus ada keterkaitan antara satu
aspek dengan aspek lainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih
kewenangan. Pengelolaan juga perlu dilakukan dengan prinsip transparansi
yang berarti menggunakan regulasi yang jelas, terbuka dalam penyusunan dan
penerapannya, serta tersedia informasi yang cukup dan mudah dimengerti
oleh berbagai pemangku kepentingan.
5. Partisipasi
Prinsip partisipasi penting karena (1) seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) diharapkan mempunyai peran dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian sesuai dengan peran masing-
masing; (2) memiliki informasi yang terbuka untuk mengetahui kebijakan
pemerintah dan mempunyai akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber
daya; (3) menjamin adanya representasi pemangku kepentingan dalam
pengambilan keputusan dan ikut menjadi aktor dalam mengidentifikasi
ancaman dan peluang; serta (4) memanfaatkan sumber daya secara adil.
6. Kesetaraan dan Pemerataan
Prinsip dasar pemerataan di dalam pembangunan kelautan Indonesia
adalah untuk memastikan individu atau kelompok individu diperlakukan
secara adil, setara, dan saling menguntungkan, tanpa memandang suku, ras,
agama atau kepercayaan, dan jenis kelamin dengan mengutamakan
masyarakat Indonesia yang berada di kawasan terpencil atau yang belum
terhubung dengan baik di luar Jawa, Bali, Lombok, dan Sumatera.
Oleh karena itu, konektivitas antara pusat perekonomian Indonesia saat ini
dengan berbagai kawasan lainnya seperti Sabang, Natuna, Tarakan, Bitung,
Miangas, Sorong, Merauke, Saumlaki, Ambon, Timor, dan Flores merupakan
suatu hal yang sangat fundamental bagi pembangunan seluruh rakyat
Indonesia Pembangunan Kelautan Indonesia masih berkonsentrasi pada

6
daerah-daerah tertentu, khususnya di sekitar Indonesia Bagian Barat (Jawa,
Bali, dan Sumatera). Pembangunan kelautan Indonesia perlu dilakukan
dengan pendekatan Indonesiasentris bukan Jawasentris, melalui
pembangunan nyata di kawasan pulau terluar dan pinggiran, serta
mengutamakan perbaikan nasib nelayan kecil dan mereka yang bekerja pada
industri perikanan.
2.1.3 Pilar-Pilar Kebijkan Kelautan Indonesia
1. Pengelolaan Sumber Daya Kelauatan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia
Kebijakan sumber daya kelautan bertujuan untuk mendorong pemanfaatan
dan pengusahaan sumber daya kelautan secara optimal dan berkelanjutan
melalui penerapan prinsip ekonomi biru. Pertumbuhan ekonomi di bidang
kelautan diwujudkan melalui pembangunan berkelanjutan yang efisien,
bernilai tambah, inklusif, dan inovatif sebagai penunjang seluruh aktivitas
ekonomi yang meliputi perdagangan barang, jasa, dan investasi untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kebijakan pengembangan sumber daya manusia bertujuan untuk
mengembangkan sumber daya manusia di bidang kelautan yang profesional,
beretika, berdedikasi, dan mampu mengedepankan kepentingan nasional
dalam mendukung pembangunan kelautan secara optimal dan terpadu.
2. Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di Laut
Kebijakan pertahanan, keamanan, penegakan hukum, dan keselamatan di
laut bertujuan untuk menegakkan kedaulatan dan hukum, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan di wilayah laut.
3. Tata Kelola dan Kelembagaan Laut
Kebijakan tata kelola dan kelembagaan laut bertujuan untuk menciptakan
sistem tata kelola kelautan nasional yang komprehensif, terintegrasi, efektif,
dan efisien. Hal ini diperlukan untuk sinkronisasi dan implementasi efektif di

7
berbagai peraturan perundang-undangan di tingkat nasional dan regional
yang harus selaras dengan aturan internasional di bidang kelautan dan
kemaritiman.
4. Ekonomi dan Infrastruktur Kelauatan dan Peningkatan Kesejahteraan
Kebijakan ekonomi kelautan bertujuan untuk menjadikan kelautan sebagai
basis pembangunan ekonomi. Potensi ekonomi kelautan Indonesia tidak
hanya berada di perairan nasional, tetapi juga di perairan yurisdiksi dan
perairan internasional yang dapat dikelola sesuai dengan hukum
internasional.
Pembangunan ekonomi berbasis sumber daya kelautan dimaksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menggerakkan sumber
daya nasional melalui formulasi desain program kelautan nasional disertai
berbagai kelengkapan instrumen fiskal, moneter, keuangan, serta mobilisasi
lintas sektor untuk mendukung pembangunan bidang kelautan.
Dalam rangka menumbuhkan ekonomi kelautan, pemerintah membangun
dan mengembangkan infrastruktur kelautan dan kemaritiman untuk
peningkatan konektivitas dan pembangunan dengan pendekatan
Indonesiasentris bukan Jawasentris.
Kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat bertujuan untuk
mewujudkan pembangunan kelautan yang bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat, terutama masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.
5. Pengelolaan Ruang Laut dan Pelindungan Lingkungan Laut
Kebijakan pengelolaan ruang laut bertujuan untuk melindungi sumber
daya dan lingkungan dengan berdasar pada daya dukung lingkungan dan
kearifan lokal, memanfaatkan potensi sumber daya dan/atau kegiatan di
wilayah laut yang berskala nasional dan internasional, serta mengembangkan
kawasan potensial menjadi pusat kegiatan produksi, distribusi, dan jasa.

Pemangku kepentingan terhadap pengelolaan dan penggunaan ruang laut


Indonesia yang beragam membutuhkan rujukan bersama mengenai

8
pembagian penggunaan ruang laut yang terintegrasi dan sinkron dengan
penataan ruang darat, sehingga dapat mengakomodasi berbagai kepentingan
dan kebutuhan yang ada tanpa menimbulkan kon ik pemanfaatan ruang.
Kebijakan pelindungan lingkungan laut bertujuan untuk melestarikan
sumber daya kelautan dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan di laut. Indonesia juga perlu melihat kemampuan serap
emisi gas rumah kaca ekosistem pesisir sehingga emisi yang dihasilkan
kegiatan di darat, khususnya perkebunan dan industri dapat dikurangi oleh
kemampuan “blue carbon” Indonesia.
6. Budaya Bahari
Kebijakan budaya bahari bertujuan untuk memberikan pemahaman
menyeluruh terhadap wawasan bahari di seluruh lapisan masyarakat guna
mengoptimalkan pembangunan kelautan nasional yang berkesinambungan
dan lestari.
Budaya bahari memiliki peran penting dalam membangun bangsa yang
berorientasi kelautan. Dengan budaya bahari, masyarakat Indonesia akan
belajar keuletan, kerja keras, enterpreunership, gotong royong, menghargai
perbedaan, dan cinta akan lingkungan. Budaya bahari yang kuat akan
menjadikan laut sebagai ruang hidup dan ruang juang, tempat belajar,
berkarya, bekerja, berolah raga, dan berekreasi, serta mendidik masyarakat.
7. Diplomasi Maritim
Diplomasi maritim merupakan pelaksanaan politik luar negeri yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi kelautan guna memenuhi
kepentingan nasional sesuai dengan ketentuan nasional dan hukum
internasional.
Diplomasi maritim Indonesia tidak dapat hanya diartikan secara sempit
dalam bentuk perundingan internasional di bidang kelautan, penetapan
perbatasan atau diplomasi angkatan laut. Diplomasi maritim Indonesia adalah
pelaksanaan politik luar negeri yang tidak hanya terkait dengan berbagai
aspek kelautan pada tingkat bilateral, regional, dan global tetapi juga yang

9
menggunakan aset kelautan, baik sipil maupun militer untuk memenuhi
kepentingan nasional Indonesia sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan
hukum internasional.

2.2 Pengelolaan Laut dan Amanat Konstitusi


Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan
dengan daratan dan bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan
kesatuan geografis dan ekologis beserta segenap unsur terkait, dan yang batas
dan sistemnya ditentukan oleh peraturan perundangundangan dan hukum
internasional. Berdasarkan pengertian tersebut, laut dapat dipandang sebagai
wadah dengan berbagai unsur, aturan, aktivitas, dan dinamika yang ada di
dalamnya yang memerlukan serangkaian upaya pengelolaan untuk meraih
berbagai tujuan atau keberhasilan secara bersamaan.
2.2.1 Mitra Laut dan Aturan Perwilayahannya
“Kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan meliputi wilayah
daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial, termasuk
ruang udara di atasnya serta dasar Laut dan tanah di bawahnya, termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Kedaulatan Indonesia tunduk
pada ketentuan peraturan perundang-undangan, Konvensi Perserikatan
Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut Tahun 1982, dan hukum internasional
yang terkait.”
1. Laut
Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan
dengan daratan dan bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan
kesatuan geografis dan ekologis beserta segenap unsur terkait, dan yang batas
dan sistemnya ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan hukum
internasional.

2. Wilayah Laut

10
Wilayah Laut terdiri atas wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi serta
laut lepas dan kawasan dasar laut internasional.
3. Wilayah Perairan
Wilayah Perairan adalah perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut
teritorial.
4. Wilayah Yurisdiksi
Wilayah Yurisdiksi adalah wilayah di luar Wilayah Negara yang terdiri
atas Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Zona Tambahan di mana
negara memiliki hak-hak berdaulat dan kewenangan tertentu lainnya
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan hukum
internasional.
5. Perairan Pedalaman
Perairan Pedalaman adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat
dari garis air rendah pantai-pantai Indonesia, termasuk kedalamnya semua
bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat dari suatu garis penutup.
6. Perairan Kepulauan
Perairan Kepulauan adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam
garis pangkal kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman atau jarak dari
pantai.
7. Laut Teritorial
Laut Teritorial adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil laut yang diukur
dari garis pangkal Kepulauan Indonesia.
8. Zona Tambahan
Zona Tambahan adalah zona yang lebarnya tidak melebihi 24 (dua puluh
empat) mil laut yang diukur dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial
diukur.
9. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah suatu area di luar dan
berdampingan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perairan Indonesia dengan batas

11
terluar 200 (dua ratus) mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut
teritorial diukur.
10. Landasan Kontinen
Landas Kontinen meliputi dasar Laut dan tanah dibawahnya dari area di
bawah permukaan Laut yang terletak di luar laut teritorial, sepanjang
kelanjutan alamiah wilayah daratan hingga pinggiran luar tepi kontinen atau
hingga suatu jarak 200 (dua ratus) mil laut dari garis pangkal dari mana lebar
laut teritorial diukur; dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai
jarak tersebut hingga paling jauh 350 (tiga ratus lima puluh) mil laut atau
sampai dengan jarak 100 (seratus) mil laut dari garis kedalaman (isobath)
2.500 (dua ribu lima ratus) meter.
11. Landasan Kontinen Ekstensi
Landas Kontinen Ekstensi adalah perluasan dari Landas Kontinen, dimana
garis batas terluarnya berjarak lebih dari 200 mil.
2.2.2 Sumber Daya dan Jasa Lingkungan Laut
Berikut 5 Sumber daya dan jasa lingkungan laut :
1. Sumber Daya Hayati
Sumber Daya Hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun,
mangrove, dan biota Laut lain.
2. Sumber Daya Nonhayati
Sumber Daya Nonhayati meliputi pasir, air laut, dan mineral dasar laut.
3. Sumber Daya Buatan
Sumber Daya Buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan
kelautan dan perikanan.
4. Jasa Lingkungan
Jasa Lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat
instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan, serta energi
gelombang laut.

5. Sumber Daya Alam Nonkonvensial

12
Sumber Daya Alam Nonkonvensional adalah sumber daya alam yang
belum dimanfaatkan secara optimal.

Laut membutuhkan upaya pengelolaan, yang sekurang-kurangnya


disebabkan oleh 3 alasan pokok sebagai berikut:
1. Adanya penguasaan, hak, dan wewenang menurut batas-batas ruang yang
telah ditetapkan di laut bagi pihak tertentu sebagai subjek pengelolaan.
2. Adanya ragam sumber daya dan jasa lingkungan laut yang membutuhkan
ragam perlakuan sebagai objek pengelolaan.
3. Adanya ukuran keberhasilan maupun kegagalan dalam mengelola laut
sebagai predikat pengelolaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengelolaan laut adalah


pengaktualisasian hak dan wewenang dalam pendayagunaan dan sekaligus
pemertahanan sumber daya dan jasa lingkungan laut untuk meraih beragam
kemanfaatan yang dilandasi oleh prinsip kebijaksanaan, keadilan, kemajuan
dan keberlanjutan.
Berkenaan dengan pengelolaan laut, hal prinsipil yang ditetapkan dalam
UU Penataan Ruang tersebut adalah sebagaimana Pasal 6 Ayat 3 yang
berbunyi “Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah
yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan”. Selanjutnya, pada Pasal 6 Ayat 5 dinyatakan “Ruang laut dan
ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendiri”.
Sementara itu, dari sisi kewenangan pengelolaan laut, dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, aturan
tersebut berubah, dimana hanya Pemerintah dan daerah Provinsi yang
memiliki kewenangan pengelolaan laut. Kewenangan daerah provinsi di laut
sesuai dengan ruang lingkupnya dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai
batasan wilayah laut, yaitu : (1) paling jauh 12 mil laut yang diukur dari garis

13
pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan; dan (2) Jika
jarak antara dua buah provinsi kurang dari 24 mil laut, maka jarak atau diukur
sesuai dengan prinsip garis tengah dari wilayah antara dua daerah provinsi
tersebut.
Pengutuhan kerangka dan kepastian hukum di wilayah laut Indonesia
menjadi semakin lengkap dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2014 tentang Kelautan. Adapun tujuan penyelenggaraan kelautan
sebagaimana UU Kelautan pada Pasal 3 adalah:
1. Menegaskan Indonesia sebagai negara kepulauan berciri nusantara dan
maritim;
2. Mendayagunakan sumber daya kelautan dan/atau kegiatan di wilayah laut
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan hukum laut
internasional demi tercapainya kemakmuran bangsa dan negara;
3. Mewujudkan laut yang lestari serta aman sebagai ruang hidup dan ruang
juang bangsa Indonesia;
4. Memanfaatkan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan bagi generasi sekarang tanpa mengorbankan
kepentingan generasi mendatang;
5. Memajukan budaya dan pengetahuan Kelautan bagi masyarakat;
6. Mengembangkan sumber daya manusia di bidang Kelautan yang profesional,
beretika, berdedikasi, dan mampu mengedepankan kepentingan nasional
dalam mendukung Pembangunan Kelautan secara optimal dan terpadu;
7. Memberikan kepastian hukum dan manfaat bagi seluruh masyarakat sebagai
negara kepulauan; dan
8. Mengembangkan peran Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
percaturan kelautan global sesuai dengan hukum laut internasional untuk
kepentingan bangsa dan negara.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan Tata Ruang dalam Kemaritiman adalah kebijakan yang
mengatur tata ruang laut dan memberikan kepastian hukum serta alokasi ruang
bagi pemanfaatan sumber daya kelautan sehingga tidak ada tumpang tindih
pemanfaatan di lokasi. Visi Kelautan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia
menjadi Poros Maritim Dunia, yaitu menjadi sebuah negara maritim yang maju,
berdaulat, mandiri, kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi
keamanan dan perdamaian kawasan dan dunia sesuai dengan kepentingan
nasional Perwujudan visi dan misi kelautan Indonesia harus berpegang teguh pada
kepentingan nasional, serta keadilan dan manfaat sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia.
Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan
dengan daratan dan bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan kesatuan
geografis dan ekologis beserta segenap unsur terkait, dan yang batas dan
sistemnya ditentukan oleh peraturan perundangundangan dan hukum
internasional. Berdasarkan pengertian tersebut, laut dapat dipandang sebagai
wadah dengan berbagai unsur, aturan, aktivitas, dan dinamika yang ada di
dalamnya yang memerlukan serangkaian upaya pengelolaan untuk meraih
berbagai tujuan atau keberhasilan secara bersamaan. Kedaulatan Indonesia
sebagai negara kepulauan meliputi wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan
kepulauan, dan laut teritorial, termasuk ruang udara di atasnya serta dasar Laut
dan tanah di bawahnya, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
3.2 Saran
Tentunya kami sebagai penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, E., & Harimas Ginting, A. (2020). Tata Kelola Kebijakan Maritim di Indonesia dalam
Perspektif Sound Governance. Transform. J. Manaj. Pemerintah., 12(1), 36-50.

KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG


KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA. (n.d.). Retrieved from
https://maritim.go.id/konten/unggahan/2017/07/Kebijakan_Kelautan_Indonesia_
-_Indo_vers.pdf
Manafi, Resmawan dkk. (2021). Menata Ruang Laut Indonesia. Jakarta. Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

16

Anda mungkin juga menyukai