Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PERENCANAAN TATA RUANG PESISIR DAN

KEPULAUAN
“RENCANA TATA RUANG LAUT”

DI SUSUN OLEH:

Nama : Ika Fausia


Nim : 608001200005
Kelas : T. PWK-A

Dosen Pengampuh:
Fadhil Surur, S.T., M.Si

TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2023

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Ibu Dosen Pembimbing
yang bersangkutan. Penulis juga berharap karya tulis ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan
jauh kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca guna kesempurnaan makalah ini. Terima kasih sebesar
besarnya kepada Bapak/Ibu Dosen dan teman-teman yang telah membantu
dan membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.

Gowa, 7 April 2023

Ika Fausia

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
A. RZKAW ............................................................................................ 4
B. RZKSN ............................................................................................. 12
C. RZKSNT ........................................................................................... 16
D. RZWP3K........................................................................................... 21
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 24
A. Kesimpulan ....................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan seperti halnya Indonesia, wilayah laut memiliki
fungsi, makna dan arti serta peranan yang sangat penting dalam kaitan dengan
bagaimana wilayah laut berserta sumber daya yang terkandung di dalamnya dapat
dikelola secara baik dan efisien serta berkelanjutan sejalan dengan tujuan
pembangunan nasional. Kesadaran akan tanggung jawab pengelolaan wilayah laut
di dasarkan pada kenyataan bahwa potensi sumber daya laut dan pesisir merupakan
aset bangsa yang potensial bagi pengembangan wilayah dan juga menyimpan
berbagai permasalahan yang signifikan.
Untuk dapat memanfaatkan nilai dan manfaat dari sumber daya laut dan pesisir
bagi pengembangan wilayah nasional secara berkelanjutan serta menjamin
kepentingan umum secara luas (public interest), maka pengelolaan wilayah laut
merupakan bagian terpenting yang bertujuan agar wilayah laut dan seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dapat dikelola dan dimanfaatkan
secara optimal.
Sejalan dengan tuntutan otonomi daerah dimana daerah diberikan kewenangan
dalam pengelolaan sumber daya laut, menuntut adanya pengaturan tentang batasan-
batasan dalam kaitan dengan pengaturan batas wilayah laut daerah yang merupakan
batasan wilayah pengelolaan bagi daerah. Pengaturan batas wilayah pengelolaan
laut bagi daerah merupakan kosekuensi yuridis sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Adanya kewenangan daerah sampai pada batas yang ditentukan tersebut
meninitberatkan kepada pengaturan batas-batas administrasi kewenangan daerah
dalam mengelola wilayah laut. Pengaturan mengenai kewenangan daerah dalam
pengelolaan sumber daya laut tersebut diatas, menganut sistem pembagian wilayah
yang apabila tidak dikaji dengan benar akan mengakibatkan bentuk-bentuk
pengkaplingan wilayah laut oleh daerah yang berakibat pada terjadinya konflik
pada wilayah laut.
Selain itu juga, kewenangan daerah dalam pengelolaan wilayah laut sebagai
konsekuensi dari adanya desentralisasi pada bidang kelautan, jika tidak dicermati
dengan baik akan berdampak terhadap pengkaplingan wilayah laut oleh daerah.
Kenyataan tersebut, semakin diperparah oleh karena belum dituntaskannya
pengaturan terhadap batas laut bagi daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) yang
merupakan penerapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sebagamana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan ayat (3) [3] Hal tersebut berdampak terhadap
wilayah-wilayah yang berkarateristik kepulauan sebagai kosekuensi adanya
penyebaran pulau-pulau.

1
Penanganan terhadap berbagai isu dan permasalahan dalam pengelolaan
wilayah laut merupakan aspek penting dalam kaitan dengan pengaturan terhadap
batas- batas wilayah pengelolaan dan pemanfaatan ruang pada wilayah laut yang
sampai saat ini belum secara keseluruahan memiliki kepastian hukum.
Selain itu, faktor lain yang menjadi penyebab adalah proses perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan sumber daya laut dan pesisir yang selama ini dijalankan
masih bersifat sektoral dan cenderung berorientasi pada daratan sehingga
berdampak pada aspek penataan ruang itu sendiri. Padahal karakteristik dan
alamiah ekosistem pesisir dan lautan yang secara ekologis saling terkait satu sama
lain mensyaratkan bahwa pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan
secara optimal dan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan melalui pendekatan
terpadu dan holostik.
Apabila perencanaan dan pengelolaan sumberdaya laut tidak dilakukan secara
terpadu, maka dikhawatirkan sumberdaya tersebut akan rusak bahkan punah,
sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk menopang kesinambungan pembangunan
nasional dalam mewujudkan bangsa yang maju, adil dan makmur. Dengan
demikian, tuntutan terhadap upaya penataan wilayah laut haruslah dilakukan secara
terintegrasi, dan saling terkait sebagai satu kesatuan dengan kata kunci yaitu
keterpaduan.
Dalam pada itu, penataan ruang haruslah diarahkan guna mewujudkan tujuan
penataan ruang wilayah (baik nasional maupun daerah) yang nyaman, produktif dan
berkelanjutan serta untuk mewujudkan keseimbangan dan keserasian dan strategis
perkembangan antar wilayah, yang dilakukan melalui kebijakan dan strategi
pengembangan struktur dan pola ruang wilayah yang pada akhirnya akan
menciptakan keterpaduan lintas sektoral dan lintas wilayah sehingga dapat
meminimalisir terjadinya konflik di dalamnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana rencana tata ruang laut RZKAW (PERPRES) tentang Rencana


Zonasi Kawasan Antarwilayah Selat Makassar?
2. Bagaimana rencana tata ruang laut RZKSN (PERPRES) tentang Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Kawasan Perkotaan Kendal,
Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi?
3. Bagaimana rencana tata ruang laut RZKSNT (PERPRES) tentang Rencana
Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Pulau Nipa Tahun 2017-2036?
4. Bagaimana rencana tata ruang laut RZWP3K (PERDA) tentang Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui rencana tata ruang laut RZKAW (PERPRES) tentang
Rencana Zonasi Kawasan Antarwilayah Teluk Tomini
2. Untuk mengetahui rencana tata ruang laut RZKSN (PERPRES) tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Kawasan Perkotaan
Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi
3. Untuk mengetahui rencana tata ruang laut RZKSNT (PERPRES) tentang
Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Pulau-Pulau Kecil
Terluar Pulau Rusa dan Pulau Raya
4. Untuk mengetahui rencana tata ruang laut RZWP3K (PERDA) tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. RZKAW (Rencana Zonasi Kawasan Antarwilayah)
Mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022
tentang “Rencana Zonasi Kawasan Antarwilayah Teluk Tomini”
Rencana Zonasi Kawasan Antarwilayah yang selanjutnya disingkat
RZKAW adalah rencana yang disusun untuk menentukan arahan
Pemanfaatan Ruang Laut di Kawasan Antarwilayah
TUJUAN
Rencana zonasi Kawasan Antarwilayah Selat Makassar ditetapkan dengan
tujuan untuk mewujudkan:
a. pusat pertumbuhan kelautan yang efektif, berdaya saing, dan ramah
lingkungan;
b. jaringan prasarana dan sarana laut yang efektif dan efisien;
c. kawasan perikanan yang berkelanjutan;
d. kawasan untuk kegiatan usaha minyak dan gas bumi;
e. kawasan pertahanan dan keamanan yang memiliki kemampuan dan
kinerja terpadu;
f. kawasan Konservasi untuk menopang daya dukung lingkungan laut dan
kelestarian keanekaragaman hayati;
g. destinasi Wisata Bahari yang berdaya saing, berorientasi global, dan
mendorong pertumbuhan ekonomi;
h. alur Pelayaran yang mendukung kelancaran jalur transportasi, penataan
alur pipa dan/atau kabel bawah laut, dan pelindungan migrasi biota laut;
dan
i. KSNT yang terkait dengan pertahanan dan keamanan dan pengendalian
lingkungan hidup yang efektif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

WILAYAH PERENCANAAN

Wilayah perencanaan rencana zonasi Kawasan Antarwilayah Selat


Makassar terdiri atas:

a. Perairan Pesisir; dan


b. perairan di luar Perairan Pesisir.

4
JANGKA WAKTU
a. Rencana zonasi Kawasan Antarwilayah Selat Makassar berlaku
selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penetapan.
b. Peninjauan kembali Rencana zonasi Kawasan Antarwilayah Selat
Makassar dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

FUNGSI
Rencana zonasi Kawasan Antarwilayah Selat Makassar berfungsi untuk:
a. penyelarasan rencana struktur ruang dan pola ruang dalam rencana
tata ruang laut dan rencana tata ruang wilayah;
b. arahan alokasi atau Pola Ruang Laut di Perairan Pesisir untuk
pen)rusunan RZWP-3-K, rencana zonasi KSN, dan rencana zonasi
KSNT;
c. penetapan alokasi ruang laut di perairan di luar Perairan Pesisir;
d. koordinasi pelaksanaan pembangunan di Selat Makassar;
e. keterpaduan dan keserasian kepentingan lintas sector dan
antarwilayah provinsi di Selat Makassar; dan
f. pengendalian pemanfaatan rllang laut di Selat Makassar.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI


a. Kebijakan dalam rangka mewujudkan pusat pertumbuhan kelautan
yang efektif, berdaya saing, dan ramah lingkungan:
1. pengembangan sentra kegiatan perikanan tangkap,
perikanan budi daya, dan/atau sentra kegiatan usaha
Pergaraman berbasis ekonomi biru; dan
2. pengembangan Sentra Industri Bioteknologi Kelautan dan
Sentra Industri Maritim berbasis potensi kawasan.
b. Strategi untuk pengembangan sentra kegiatan perikanan tangkap,
perikanan budidaya, dan/atau sentra kegiatan usaha Pergaraman
berbasis ekonomi biru:

5
1. mengembangkan dan mengefektifkan fungsi sentra
produksi perikanan tangkap, perikanan budi daya, dan
pengolahan hasil perikanan; dan
2. mengembangkan dan mengefektifkan fungsi sentra
kegiatan usaha Pergaraman.
c. Strategi untuk pengembangan Sentra Industri Bioteknologi
Kelautan dan Sentra Industri Maritim berbasis potensi kawasan:
1. mengembangkan Sentra Industri Bioteknologi Kelautan di
bidang usaha ekstraksi dan rekayasa genetika; dan
2. mengembangkan Sentra Industri Maritim yang berupa
galangan kapal, pengadaaan dan pembuatan suku cadang,
peralatan kapal, dan/atau perawatan kapal.
d. Kebijakan dalam rangka mewujudkan jaringan prasarana dan
sarana laut efektif dan efisien :
1. penataan peran pelabuhan laut dalam mendorong
pengembangan wilayah pesisir dan pusat pertumbuhan
kelautan;
2. penataan peran Pelabuhan Perikanan untuk mendorong
pemerataan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan
wilayah di Selat Makassar; dan
3. peningkatan peran Pelabuhan Perikanan untuk optimalisasi
usaha perikanan tangkap.
e. Strategi untuk penataan peran pelabuhan laut dalam mendorong
pengembangan wilayah pesisir dan pusat pertumbuhan kelautan :
1. meningkatkan status pelabuhan untuk mendukung
distribusi dalam pengembangan sentra produksi dan
pengolahan Sumber Daya Kelautan di sekitar kawasan; dan
2. meningkatkan konektivitas dan intensitas kegiatan
pelabuhan umum melalui pemanfaatan jalur pelayaran
internasional, nasional, dan regional.

6
f. Strategi untuk penataan peran Pelabuhan Perikanan untuk
mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan
wilayah di Selat Makassar yang dilaksanakan dengan
meningkatkan peran dan keterkaitan Pelabuhan perikanan sebagai
simpul distribusi dan simpul pemasaran dalam pengembangan
sentra-sentra produksi Perikanan dan pengolahan hasil perikanan di
sekitar kawasan Pelabuhan Perikanan.
g. Strategi untuk peningkatan peran Pelabuhan Perikanan untuk
optimalisasi usaha perikanan tangkap yang dilaksanakan dengan
menata sebaran, hirarki, dan peran
h. Kebijakan dalam rangka mewujudkan Kawasan perikanan yang
berkelanjutan :
1. penataan dan pengendalian pemanfaatan Kawasan
perikanan tangkap yang ramah lingkungan dan didukung
teknologi tepat guna; dan
2. pengendalian pemanfaatan kawasan perikanan budidaya
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
i. Strategi untuk penataan dan pengendalian pemanfaatan kawasan
perikanan tangkap yang ramah lingkungan dan didukung teknologi
tepat guna :
1. mewujudkan tatakelola daerah penangkapan untuk
menjamin keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan
pembudidayaan ikan;
2. mengalokasikan ruang untuk penangkapan ikan yang ramah
lingkungan;
3. mengendalikan tingkat pemanfaatan Sumber Daya Ikan
dengan memperhatikan daya dukung dan/atau jumlah
tangkapan boleh; dan
4. modernisasi dan/atau pemanfaatan teknologi tepat guna
dalam pemanfaatan Sumber Daya Ikan.

7
j. Strategi untuk pengendalian pemanfaatan Kawasan perikanan budi
daya dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup:
1. melaksanakan kegiatan perikanan budi daya tidak melebihi
daya dukung dan daya tampung; dan
2. menyelaraskan pengembangan antara sentra produksi
perikanan budi daya dengan sentra pengolahan perikanan.
k. Kebijakan dalam rangka mewujudkan kawasan untuk kegiatan
usaha minyak dan gas bumi yang dilaksanakan dengan
penyelarasan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dengan
kegiatan pemanfaatan ruang lainnya di Kawasan Pemanfaatan
Umum dan Kawasan Konservasi.
l. Strategi untuk penyelarasan kegiatan usaha hulu minyak dan gas
bumi dengan kegiatan pemanfaatan ruang lainnya di Kawasan
Pemanfaatan Umum dan Kawasan Konservasi :
1. mengembangkan Wilayah Kerja yang tidak mengganggu
fungsi pemanfaatan ruang laut di Kawasan Pemanfaatan
Umum dan Kawasan Konsenrasi; dan
2. meningkatkan pengawasan dan pengendalian pada Wilayah
Kerja untuk mendukung pelestarian lingkungan laut.
m. Kebijakan dalam rangka mewujudkan Kawasan pertahanan dan
keamanan yang memiliki kemampuan dan kinerja secara terpadu
yang dilaksanakan dengan pengelolaan Wilayah Pertahanan secara
efektif dan memperhatikan kelestarian lingkungan.
n. Strategi untuk pengelolaan Wilayah Pertahanan secara efektif dan
memperhatikan kelestarian lingkungan :
1. mengendalikan dampak lingkungan di Wilayah Pertahanan
yang berupa daerah disposal amunisi;
2. melaksanakan pertahanan dan keamanan secara dinamis;
dan

8
3. meningkatkan kemampuan kawasan pertahanan negara.
o. Kebijakan dalam rangka mewujudkan Kawasan Konservasi untuk
menopang daya dukung lingkungan laut dan kelestarian
keanekaragaman hayati yang dilaksanakan dengan penetapan dan
pengelolaan Kawasan Konservasi.
p. Strategi untuk penetapan dan pengelolaan Kawasan Konservasi :
1. menetapkan dan mengelola Kawasan Konservasi secara
efektif; dan
2. meningkatkan pengawasan dan pengendalian dampak
lingkungan terhadap kelestarian Kawasan Konservasi.
q. Kebijakan dalam rangka mewujudkan destinasi Wisata Bahari yang
berdaya saing, berorientasi global, dan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang dilaksanakan dengan pengembangan zor,a
pariwisata sesuai dengan potensinya dan memperhatikan daya
saing, daya dukung, dan daya tampung lingkungan hidup.
r. Strategi untuk pengembangan zona pariwisata sesuai dengan
potensinya dan memperhatikan daya saing, daya dukung, dan daya
tampung lingkungan hidup :
1. mengembangkan potensi jasa lingkungan melalui
pendekatan ekowisata; dan
2. mengembangkan konektivitas dan aksesibilitas zona
pariwisata.
s. Kebijakan dalam rangka mewujudkan Alur Pelayaran yang
mendukung kelancaran jalur transportasi, penataan alur pipa
dan/atau kabel bawah laut, dan pelindungan migrasi biota laut :
1. penataan Alur Pelayaran untuk mendukung
penyelenggaraan keamanan pelayaran;
2. pengembangan dan pelindungan alur pipa dan/atau kabel
bawah laut secara efektif dan ramah lingkungan; dan
3. pelindungan alur migrasi biota laut yang langka,
4. terancam punah, dan dilindungi.

9
t. Strategi untuk penataan AIur Pelayaran untuk mendukung
penyelenggaraan keamanan pelayaran :
1. meningkatkan efektifitas dan menjaga keamanan Alur Laut
Kepulauan Indonesia dan Alur Pelayaran masuk pelabuhan
dengan memperhatikan pelindungan lingkungan laut dan
keselamatan pelayaran; dan
2. menjamin penyelenggaraan hak lintas alur kepulauan.
u. Strategi untuk pengembangan dan pelindungan alur pipa dan/atau
kabel bawah laut secara efektif dan ramah lingkungan :
1. merencanakan dan menata koridor pemasangan dan/atau
penempatan pipa dan/atau kabel bawah laut; dan
2. melaksanakan pengawasan, pengamanan, dan perawatan
pipa dan/atau kabel bawah laut.
v. Strategi untuk pelindungan alur migrasi biota laut yang langka,
terancam punah, dan dilindungi :
1. mengalokasikan ruang laut dan mengembangkan sistem
pemantanan, pengawasan, dan pengamanan ruaya biota
laut; dan
2. melaksanakan pengamanan alur migrasi biota laut dari
penyelenggaraan pelayaran.
w. Kebijakan dalam rangka mewujudkan KSNT yang terkait dengan
pertahanan dan keamanan dan pengendalian lingkungan hidup
yang dilaksanakan dengan pengelolaan KSNT yang terkait dengan
kedaulatan negara sebagai Kawasan untuk pengembangan
kesejahteraan, kelestarian ekosistem, dan pertahanan keamanan.
x. Strategi pengelolaan KSNT yang terkait dengan kedaulatan negara
sebagai kawasan untuk pengembangan kesejahteraan, kelestarian
ekosistem, dan pertahanan keamanan dengan pengelolaan
pemanfaatan ruang laut KSNT untuk kegiatan ekonomi,
konservasi, dan pertahanan keamanan.

10
1. pengembangan sentra kegiatan perikanan tangkap,
perikanan budi daya, dan/atau sentra kegiatan usaha
Pergaraman berbasis ekonomi biru; dan
2. pengembangan Sentra Industri Bioteknologi Kelautan dan
Sentra Industri Maritim berbasis potensi kawasan.

RENCANA POLA RUANG


a. Rencana Pola Ruang rencana zonasi Kawasan Antarwilayah Selat
Makassar terdiri atas:
1) Rencana Pola Ruang Laut di Perairan Pesisir, berupa :
a) arahan alokasi ruang laut untuk RZWP-3-K;
b) arahan Pola Ruang Laut untuk rencana zonasi KSN;
dan/atau
c) arahan Pola Ruang Laut untuk rencana zonasi KSNT.
2) Rencana Pola Ruang Laut di perairan di luar Perairan Pesisir,
terdiri atas :
a) kawasan Pemanfaatan Umum;
b) kawasan Konservasi; dan
c) alur laut

RENCANA STRUKTUR
Rencana Struktur Ruang Laut rencana zonasi Kawasan Antarwilayah Selat
Makassar terdiri atas:
a. susunan pusat pertumbuhan kelautan; dan
b. sistem jaringan prasarana dan sarana laut

11
B. RZKSN (Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional)
Mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 tahun
2022 tentang” Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Kawasan
Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi”
Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat
RZKSN adalah rencana yang disusun untuk menentukan arahan
Pemanfaatan Ruang Laut di KSN
TUJUAN
Pengelolaan WP-3-K Provinsi bertujuan untuk
a. perlindungan lingkungan, yakni pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
melalui pendekatan kemandirian lokal;
b. pembangunan sosial ekonomi, yakni peningkatan kesejateraan
masyarakat dan daya saing ekonomi wilayah dengan tidak
mengganggu fungsi konservasi setempat;
pemberdayaan masyarakat, yakni peningkatan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya serta mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim;
dan
a) penataan kelembagaan dan penegakan hukum, yakni penataan wilayah, sinergi
antar sektor dan pembangunan wibawa dan budaya sadar hukum.

FUNGSI
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaarr Kedungsepur berfungsi sebagai
pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan di Kawasan Perkotaan Kedungsepur
b. pemanfaetan Ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan
Perkotaan Kedungsepur
c. perwujudan keterpaduan, keterkaiian, dan keseimbangan perkembangarL
antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan
Perkotaan Kedungsepur
d. penetapan lokasi dan f"rngsi Ruang untuk investasi, kegiatan yang
bernilai penting dan strategis nasional di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur
e. Penataan Ruang wilayah provinsi dan kabupaten /kota di Kawasan
Perkotaan Kedungsepur
f. pengetolaan l(awasan Perkotaan Kedungsepur

12
g. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan Perkotaan
Kedungsepur dengan kawasan sekitanrya; dan
h. pemtreriari arahan rencana Pola Ruang untuk Rerrcana Tata Ruatrg
Wilayah Provinsi Jawa Tengah terkait Ruang laut.

WILAYAH PERENCANAAN
1.Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan
Purwodadi yang selanjutnya disebut Kawasan Perkotaan
Kedungsepur merupakan KSN dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi.
2.Kawasan Perkotaan di terdiri atas:
a. Kawasan Perkotaan Kendal, Kawasan Perkotaan Kaliwungu,
Kawasan Perkotaan Weleri, Kawasan Perkotaan Boja, dan Kawasan
Perkotaan Sukorejo di Kabupaten Kendal;
b. Kawasan Perkotaan Demak, Kawasan Perkotaan Sayung, dan
Kawasan Perkotaan Mranggen di Kabupaten Demak;
c. Kawasan Perkotaan Ungaran, Kawasan Perkotaan Bawen, dan
Kawasan Perkotaan Ambarawa di Kabupaten Semarang;
d. Kawasan Perkotaan Salatiga di Kota Salatiga; dan e. Kawasan
Perkotaan Purwodadi dan Kawasan Perkotaan Gubug di Kabupaten
Grobogan
3. Kawasan Perkotaan Inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(21 huruf a dan kawasan Perkotaan di Sekitarnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b mencakup 85 (delapan puluh
lima) kecamatan

JANGKA WAKTU
Jangka waktu Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kedungsepur
adalah selama 20 (dua puluh tahun) sejak diundangkannya Peraturan
Presiden ini.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan Perkotaan Kedungsepur
meliputi:
a. pengembangan dan pemantapan sistem kota secara hierarkis dan
terintegrasi dalam bentuk perkotaan inti dan perkotaan di sekitarnya
sesuai fungsi dan perannya

13
b. pengembangan pusat pertumbuhan kelautan dan peningkatan
keterpaduan kegiatan pemanfaatan ruang yang memperkuat
keterkaitan antarkawasan
c. pengembangan ekonomi berskala nasional dan internasional di
Kawasan Perkotaan Kedungsepur
d. pengembangan dan peningkatan sistem:
1. prasarana transportasi, energi, telekomunikasi dan sumber daya air
2. prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu, untuk memenuhi
kebutuhan pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan
barang dan/ atau jasa, industri, industri maritim dan jasa maritim,
Sumber Daya Kelautan, Pariwisata dan ekonomi kreatif, dan
kebutuhan Masyarakat, meningkatkan keterkaitan antara Kawasan
Perkotaan Inti dan Kawasan Perkotaan di Sekitarnya, serta
keterkaitan antarpusat pertumbuhan kelautan;
e. penetapan dan peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas Kawasan
Lindung dan RTH dengan memperhatikan upaya pencegahan bencana
untuk mendukung pembangunan berkelanjutan; f. penetapan dan
pemantapan Kawasan Budi Daya sesuai kapasitas daya duktrng dan daya
tarnpung lingkungan dengan mempertimbangkan kearifan lokal
g. pengendalian pemanfaatan Sumber Daya Kelautarr yang berkelanjutan
berbasis adaptasi dan mitigasi
h. peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan keterpaduan perlbangunan
melalui kerjasama antardaerah, kemitraan oemangku kepentingan, dan
penguatan peran Masyarakat.

Strategi dari kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a terdiri


atas:
a. mengembangkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan barang
dan/atau jasa, industri, dan Pariwisata dan ekonomi kreatif berskala
internasional, nasional dan regional, serta mendorong Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya yang berada dalam Kawasan Perkotaan
Kedungsepur untuk mendukung kegiatan Kawasan Perkotaan Inti
b. meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya dengan kawasan perdesaan untuk mendorong
berkembangnya potensi sektor pertanian dan industri
c. meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya untuk mendorong berkembangnya sektor
perdagangan barang dan/atau jasa serta sektor industri
d. meningkatkan keterkaitan Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan
Perkotaan di Sekitarnya untuk mendorong pengembangan kerjasama

14
promosi budaya, dan Pariwisata dan ekonomi kreatif antarwilayah
dalam Kawasan Perkotaan Kedungsepur
e. mempertahankan fungsi pusat kegiatan yang sudah ada secara optimal
f. mengendalikan pusat kegiatan yang tidak sesuai fungsi dan panduan
rancang perkotaan dan
g. mendorong berfungsinya pusat kegiatan baru di Kawasan Perkotaan
Kedungsepur.

RENCANA STRUKTUR RUANG LAUT


Rencana Struktur Ruang ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan pusat kegiatan, meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan prasarana, serta meningkatkan fungsi Kawasan Perkotaan Inti dan
Kawasan Perkotaan di Sekitarnyadan Rencana Struktur Ruang berfungsi
sebagai penunjang dan penggerak kegiatan sosial ekonomi Masyarakat
yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional.
a. Rencana struktur ruang terdiri rencana sistem pusat permukiman (
pusat kegiatan kawasan perkotaan, perkotaan sekitarnya, dan pusat
pertumbuhan kelautan) dan
b. rencana sistem jaringan prasarana (sistem jaringan transportasi, sistem
jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan
sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana perkotaan.
RENCANA POLA RUANG LAUT
Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Kedungsepur ditetapkan dengan
tujuan mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai peruntukannya sebagai
Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya berdasarkan daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Kedungsepur terdiri atas:
a. Kawasan Lindung meliputi:
• Zona Ll yang merupakan kawasan yang memberikan pelindungan
terhadap kawasan bawahannya;
▪ Zona L2 yang merupakan kawasan pelindungan setempat;
▪ Zona L3 yang merupakan kawasan konservasi
▪ Zota L4 yang merupakan Kawasan Lindung geologi
▪ Zona L5 yang menrpakan Kawasan Lindung lainnya.
b. Kawasan Budi Daya meliputi:

• kawasan pelayanan prasaarana dan sarana

15
• kawasan peruntukan permukiman, pendidikan, kesehatan,
transportasi, telekomunikasi

C. RZKSNT (Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu


Pulau Nipa Tahun 2017-2036)
Mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Iindonesia Nomor 20/PERMEN-KP/2020 tentang “ Rencana Zonasi
Kawasan Strategis Nasional Tertentu Pulau-Pulau Kecil Terluar Pulau Rusa
dan Pulau Raya”
Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu yahg selanjutnya
disingkat RZ KSNT adalah rencana yang disusun untuk menentukan arahan
Pemanfaatan Ruang Laut di KSNT

TUJUAN
Perencanaan ruang KSNT Pulau Nipa bertujuan untuk mewujudkan:
a. kawasan berfungsi untuk pertahanan dan keamanan negara yang
menjamin keutuhan kedaulatan dan ketertiban Wilayah Negara yang
berbatasan dengan Negara Singapura; dan
b. kawasan untuk pengembangan ekonomi yang efektif dan berdaya
saing.

FUNGSI
Rencana Zonasi KSNT PPKT Pulau Nipa berfungsi sebagai pedoman:
a. penyusunan rencana pembangunan di KSNT Pulau Nipa;
b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di KSNT
Pulau Nipa;
c. perwujudan keterpaduan dan keserasian pembangunan serta
kepentingan lintas sektor di KSNT Pulau Nipa dan rencana
pengembangan di KSNT Pulau Nipa dengan Kawasan sekitarnya;
dan
d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di KSNT Pulau
Nipa

WILAYAH PERENCANAAN
Cakupan KSNT Pulau Nipa terdiri dari:
a. ke arah darat, mencakup seluruh wilayah daratan Pulau Nipa; dan
b. ke arah laut, mencakup wilayah perairan di sekitar Pulau Nipa
sampai dengan paling jauh 12 (dua belas) mil Laut diukur dari garis
pantai pada saat terjadi air laut surut terendah, kecuali untuk:

16
1) wilayah perairan yang berbatasan dengan Pulau Pelampong
dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis
tengah; dan
2) wilayah perairan yang berbatasan dengan garis batas
yurisdiksi, batas laut teritorial Indonesia, dan/atau garis batas
klaim maksimum dengan negara Singapura dan negara
Malaysia.
JANGKA WAKTU
a. RZ KSNT Pulau Nipa berlaku selama 20 (dua puluh) tahun dan
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
b. Peninjauan kembali RZ KSNT Pulau Nipa dapat dilakukan lebih
dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan
lingkungan strategis berupa:
1) bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan;
2) perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan
undang-undang; dan/ atau
3) perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan
Undang-Undang.
c. Peninjauan kembali RZ KSNT Pulau Nipa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan

KEBIJAKAN PERENCANAAN RUANG


a. Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan berfungsi untuk pertahanan
dan keamanan negara yang menjamin keutuhan kedaulatan dan
ketertiban Wilayah Negara yang berbatasan dengan Negara
Singapura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi:
1) penegasan dan pengamanan batas Wilayah Negara; dan
2) pengembangan prasarana dan sarana pertahanan dan
keamanan negara yang mendukung kedaulatan dan keutuhan
batas Wilayah Negara.
b. Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan untuk pengembangan
ekonomi yang efektif dan berdaya saing sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf b meliputi:
1) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
sarana dan jaringan prasarana yang terpadu dan merata;
2) penetapan dan peningkatan kualitas dan jangkauan
pelayanan Alur Laut berupa alur pelayaran dan pipa/kabel
bawah laut yang terpadu dan merata;

17
3) peningkatan keterpaduan, keselarasan, dan keserasian
antarkegiatan; dan
4) pengendalian perkembangan kegiatan pertahanan dan
keamanan dan pengembangan ekonomi agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

STRATEGI PERENCANAAN RUANG


a. Strategi penegasan dan pengamanan batas Wilayah Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a meliputi:
1) menjaga dan mengamankan posisi titik dasar untuk
penentuan lebar laut teritorial; dan
2) menempatkan dan memelihara tanda batas negara.
b. Strategi pengembangan prasarana dan sarana pertahanan dan
keamanan negara yang mendukung kedaulatan dan keutuhan batas
Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
huruf b meliputi:
1) menempatkan dan/atau membangun sarana dan prasarana
pendukung pertahanan dan keamanan; dan
2) menetapkan alokasi ruang untuk Kawasan pertahanan dan
keamanan.
c. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
sarana dan jaringan prasarana yang terpadu dan merata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a meliputi:
1) mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat;
2) mendorong pengembangan sarana telekomunikasi;
3) mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
4) mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air
untuk mendukung aktivitas di kawasan lego jangkar,
terminal khusus, dan aktivitas ekonomi lain di Pulau Nipa;
dan
5) meningkatkan kualitas jaringan prasarana.
d. Strategi penetapan dan peningkatan kualitas dan jangkauan
pelayanan Alur Laut berupa alur pelayaran dan pipa/kabel bawah
laut yang terpadu dan merata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf b meliputi:
1) menetapkan alur-pelayaran;
2) menempatkan dan/atau membangun sarana Telekomunikasi-
pelayaran;
3) menempatkan dan/atau membangun Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran; dan
4) menetapkan koridor pemasangan pipa/kabel bawah laut.

18
e. Strategi peningkatan keterpaduan, keselarasan, dan keserasian antar
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c
meliputi:
1) menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangkan antar
kegiatan di dalam Kawasan Pemanfaatan Umum;
2) mengembangkan kegiatan ekonomi kelautan secara sinergis
dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan
perekonomian KSNT Pulau Nipa dan wilayah di sekitarnya;
3) membangun fasilitas penyimpanan bahan bakar minyak dan
air bersih;
4) membangun terminal khusus dan fasilitas pendukungnya;
dan
5) membangun sistem pengolah limbah.
f. Strategi pengendalian perkembangan kegiatan pertahanan dan
keamanan dan pengembangan ekonomi agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d meliputi:
1) memberikan izin lokasi secara selektif;
2) membatasi dan mengendalikan perkembangan kegiatan di
dalam Kawasan Pemanfaatan Umum dengan
memperhatikan biogeofisik laut; dan
3) mengembangkan kegiatan di Kawasan Pemanfaatan Umum
yang dapat mempertahankan keberlanjutan fungsi ekosistem
laut.

RENCANA STRUKTUR POLA RUANG PULAU RUSA


Rencana Struktur Ruang KSNT Pulau Nipa berupa rencana sistem jaringan
prasarana dan sarana untuk wilayah daratan KSNT Pulau Nipa.
Rencana sistem jaringan prasarana dan sarana wilayah daratan KSNT Pulau
Nipa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi:
a. rencana sistem jaringan transportasi;
b. rencana telekomunikasi;
c. rencana energi;
d. rencana sumber daya air; dan
e. rencana jaringan prasarana

19
RENCANA POLA RUANG PULAU RUSA
a. Rencana Pola Ruang KSNT Pulau Nipa terdiri atas:
1) Pola Ruang wilayah daratan; dan
2) Pola Ruang wilayah perairan.
b. Rencana Pola Ruang wilayah daratan KSNT Pulau Nipa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a terdiri dari:
1) Kawasan pertahanan dan keamanan; dan
2) Kawasan budidaya
c. Pola Ruang wilayah perairan KSNT Pulau Nipa terdiri dari:
1) Kawasan Pemanfaatan Umum;
2) Kawasan pertahanan dan keamanan; dan
3) Alur Laut

20
D. RZWP3K (Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil)
Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor
8 Tahun 2014 tentang “ Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil “
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya
disingkat RZWP-3-K adalah rencana yang menentukan arah penggunaan
sumher daya yang disertai dengan penetapan alokasi ruang pada kawasan
perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh
izin
TUJUAN
Pengelolaan WP-3-K Provinsi bertujuan untuk:

a. melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan


memperkaya sumber daya serta sistem ekologisnya secara
berkelanjutan;
b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Kabupaten dalam pengelolaan sumber daya;
c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga Pemerintah serta
mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya agar
tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan
d. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui
peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya.
FUNGSI
Fungsi RZWP3K Kabupaten yaitu :
a. sebagai dasar perencanaan pengembangan wilayah pesisir dan
pulaupulau kecil Kabupaten;
b. sebagai dasar pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kabupaten; dan
c. sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten.
WILAYAH PERENCANAAN
Ruang lingkup pengaturan RZWP3K Kabupaten meliputi :
a. daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut;

21
b. ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan; dan
c. ke arah laut sejauh 1/3 (sepertiga) mil laut dari wilayah kewenangan laut
Provinsi Jambi diukur dari garis pantai.
JANGKA WAKTU
Ruang lingkup pengaturan RZWP3K Kabupaten meliputi :
a. daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut;
b. ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan; dan
c. ke arah laut sejauh 1/3 (sepertiga) mil laut dari wilayah kewenangan laut
Provinsi Jambi diukur dari garis pantai.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Kebijakan pengembangan sistem pusat-pusat pertumbuhan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil sebagai berikut :
a. pemantapan struktur atau hirarki sistem pusat-pusat pelayanan di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
b. pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil; dan
c. pengintegrasian fungsi setiap pusat-pusat pertumbuhan dalam sistem
pusat-pusat pelayanan Kabupaten.
Strategi pengembangan sistem pusat-pusat dan pertumbuhan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai berikut :
a. optimalisasi fungsi pada pusat-pusat pelayanan di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil;
b. pengembangan fungsi pada pusat-pusat pertumbuhan di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil;
c. pemberian insentif bagi pengembangan fungsi pusat-pusat pertumbuhan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
d. pengembangan sistem prasarana wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
RENCANA STRUKTUR WILAYAH PESISIR
1. Rencana struktur ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten
Tanjung Jabung Timur terdiri atas rencana pengembangan :

22
a. sistem pusat-pusat pertumbuhan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
b. sistem jaringan prasarana wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
c. sistem jaringan kawasan konservasi laut.
2. Rencana struktur ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk
kebijakan pengembangan, strategi pengembangan, dan arahan
pengembangan wilayah pesisir.
3. Rencana struktur ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

RENCANA POLA RUANG WILAYAH PESISIR


1. Rencana pola ruang wilayah pesisir perairan meliputi penetapan :
a. kawasan pemanfaatan umum;
b. kawasan konservasi; dan
c. alur laut.
2. Rencana pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implikasi konsepsi kesesuaian pemanfaatan ruang laut berada pada penguatan
dan kedudukan rencana zonasi ruang laut tetap diperlukan, namun beberapa
pertimbangan teknis harus dikesampingkan, dihilangkan, atau direkonseptual.
Dikesampingkannya prinsip kehati-hatian mengakibatkan pergeseran
penegakan hukum pada dispute resolution (penyelesaian sengketa) sehingga
perlu diantisipasi, mengingat akan terjadi banyak gugatan terkait kegiatan
usaha dan pembuktian materiil, yang dalam hal ini kesesuaian pemanfaatan
ruang akan lebih dominan dilakukan. Pada akhirnya, sistem apapun yang
dipilih, dasar hukum tetap wajib keberadaannya. Perubahan atau pergeseran
paradigma dan politik hukum akan mempengaruhi sistem hukum apa yang
akan digunakan. Selama sistem tersebut tetap mengedepankan optimalisasi
aspek ekonomi dan aspek lingkungan, hal tersebut perlu dipertimbangkan
untuk mendorong kemakmuran Indonesia. Arah kebijakan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang laut pada dasarnya tetap mengedepankan prinsip kehati-
hatian yang didasarkan pada rencana tata ruang. Pertimbangan teknis berupa
kesesuaian pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang sebagai
penerapan prinsip kehati-hatian disimplifikasi tahapan dan prosesnya dalam
hal perizinan berusaha pada ruang laut.
B. Saran
Saran saya adalah agar mahasiswa lebih aktif dalam mata kuliah ini karena
mata kuliah ini merupakan parameter yang sangat penting bagi mahasiswa
teknik khususnya teknik perencanaan wilayah dan kota dengan demikian
keseriusan pada saat proses perkulihan berlangsung agar materi yang
disampaikan oleh pemateri maupun dosen pembimbing bisa diterima dengan
baik. Selain itu dukungan serta tambahan bahan tugas dari teman dan maupun
dosen pembimbing sangat diperlukan agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 tentang Rencana
Zonasi Kawasan Antarwilayah Teluk Tomin
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2022 tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Nasional Kawasan Perkotaan Kendal,
Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Iindonesia Nomor
20/PERMEN-KP/2020 tentang Rencana Zonasi Kawasan Strategis
Nasional Tertentu Pulau-Pulau Kecil Terluar Pulau Rusa dan Pulau
Raya
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 8 Tahun 2014 tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

25

Anda mungkin juga menyukai