Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL WAWANCARA

KEWARGANEGARAAN

OLEH :
Tia Windiastuti (3225161920)
FISIKA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


I. LATAR BELAKANG WAWANCARA

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
selaku mahasiswa dari salah satu kelompok wawancara kami telah melaksanakan kegiatan ini dengan
lancar sebagaimana mestinya. Kegiatan wawancara ini merupakan salah satu tugas akhir semester di
mata kuliah Kewarganegaraan yang bertujuan untuk mengetahui wawasan kebangsaan masyarakat baik
di lingkungan keluarga, perkuliahan, ataupun di remaja. Kami mendapat topik yaitu “Pewarganegaraan”
dan kami mewawancarai satu keluarga, satu mahasiswa, satu remaja untuk satu anggota kelompok.

Dengan terlaksana kegiatan wawancara ini, maka kami berharap telah memenuhi tugas akhir ini dan
memperoleh nilai yang baik, serta bermanfaat bagi teman-teman sekalian.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Memenuhi tugas akhir mata kuliah Kewarganegaraan.
2. Memperoleh informasi dari narasumber mengenai wawasan kebangsaan.

III. TOPIK WAWANCARA

Wawasan Kebangsaan mengenai “Pewarganegaraan”.

IV. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN

Acara ini dilaksanakan pada :

Hari / Tanggal : Tempat :

1. Keluarga : Sabtu, 08 Juli 2017. 1. Keluarga : Kediaman Keluarga


2. Mahasiswa : Senin, 03 Juli 2017. Bapak Suparman.
3. Remaja : Senin, 03 Juli 2017. 2. Mahasiswa : Universitas Negeri
Jakarta.
Pukul :
3. Remaja : Kediaman Saudari
1. Keluarga : 20.00 WIB s/d Arum.
selesai.
2. Mahasiswa : 13.00 WIB s/d
selesai.
3. Remaja : 19.00 WIB s/d selesai.

V. LAPORAN HASIL WAWANCARA

Pewawancara : Tia Windiastuti

Narasumber :

1. Ibu Erna Suherna (Keluarga)


2. Randhika Oktaviana, S.H (Keluarga)
3. Cindy Ermantia Anisah (Mahasiswa)
4. Nur Wahyu Arumdani (Remaja)

Seperti yang telah dipaparkan untuk waktu dan tempatnya yang berubah-ubah, laporan ini langsung
menyantumkan pertanyaan serta jawaban dari narasumber.
 “Apa makna dari Kewarganegaraan yang Anda pahami?”
Keluarga, Mahasiswa, Remaja : seseorang atau dua orang atau lebih yang mendiami suatu negara.

 “Sesuai dengan Pancasila, apa Anda sudah menerapkan kewajiban sebagai Warga Negara
Indonesia?”
Keluarga : Sudah. Salah satunya yaitu membayar pajak.
Mahasiswa : Sebagian besar sudah. Pada sila pertama yaitu saya sudah menjalankan kewajiban
beribadah sesuai dengan keyakinan saya. Sila kedua yaitu jika ada orang yang mengalami kesulitan,
tentunya saya akan menolongnya. Namun, pada sila ketiga saya belum menerapkannya, contoh nya
pada kasus mantan gubernur kita yaitu Ahok, disaat mereka berusaha keras membela, saya hanya
diam. Pada sila ke empat dan sila kelima saya juga sudah menerapkan.
Remaja : Sudah. Saya mematuhi lalu lintas jika saya berpergian dengan kendaraan saya.

 “Sebagai warga negara, apa yang Anda lakukan jika ada warga negara yang mengabaikan
kewajibannya?”
Keluarga, Mahasiswa, dan Remaja : tentunya dengan mengingatkannya atau menegurnya, namun
jika orang tersebut sudah dewasa tentu di dalam dirinya sudah sadar hal mana yang salah atau
benar.

 “Apa yang Anda tahu tentang dwi kewarganegaraan?”


Keluarga, Mahasiswa dan Remaja : seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan.

 “Banyak negara yang melegalkan dwi kewarganegaraan, apakah menurut Anda Indonesia layak
melegalkan itu?”
Keluarga : Tidak layak. Indonesia tidak mengenal dwi kewarganegaraan jadi warga negara harus
memiliki satu kewarganegaraan.
Mahasiswa : Tidak. Hal ini berdampak pada keturunannya nanti, jika dia memiliki dwi
kewarganegaraan, apalagi memiliki kewarganegaraan di negara maju pasti akan lebih memilih
kewarganegaraan tersebut dan kewarganegaraan di Indonesia akan ditinggalkan sehingga akan
berdampak di Indonesia sendiri.
Remaja : Tidak patut ya, karena hukum di Indonesia sudah ketat.

 “Apa saja contoh kasus kasus mengenai dwi kewarganegaraan di Indonesia?”


Keluarga :
Ibu Erna : seseorang yang nikah dengan warga negara asing.
Randhika : kasusnya yaitu Archandra Tahar yang ditunjuk oleh Bapak Jokowi untuk menjabat
sebagai menteri namun diberhentikan karena memiliki dua kewarganegaraan.
Mahasiswa : Seseorang yang menikah dengan warga negara asing lalu memiliki keturunan.
Keturunan tersebut tentunya memiliki dua kewarganegaraan.
Remaja : Yang saya tahu yaitu masalah Archandra Tahar dan Gloria yang pengibar bendera.

 “Menurut Anda, apakah memiliki dwi kewarganegaraan memberikan dampak negative atau dampak
negative?”
Keluarga :
Ibu Erna : dampak negatifnya, yaitu tidak mempunyai rasa nasionalisme dan seharusnya
mencintai negerinya sendiri
Randhika : Indonesia pastinya tidak mengenal tentang dua kewarganegaraan, jika ada WNI yang
memiliki kewarganegaraan asing, harus melepas salah satunya. Jadi, Indonesia tidak meperoleh
keuntungan apa-apa.
Mahasiswa : ada dampak positif dan dampak negative. Dampak positif tentunya memiliki keturunan
yang memiliki pencampuran kedua gen yang berasal dari negara yang berbeda, dengan kata lain
keturunannya memiliki rupa yang cantik atau ganteng. Dampak negatifnya pasti berpindah ke
kewarganegaraan asing dan rasa nasionalismenya berkurang.
Remaja : menurut saya, sebagian besar berdampak negative. Jika seseorang memiliki dua
kewarganegaraan, tentunya akan bingung akan mematuhi hukum yang mana sehingga orang
tersebut jadi melanggarnya.

 “Banyak yang bilang bahwa memiliki dwi kewarganegaraan menghilangkan rasa nasionalisme,
bagaimana menurut pendapat Anda?”
Keluarga : dia kurang memahami tentang arti-arti Pancasila.
Mahasiswa : Saya setuju dengan pernyataan tersebut. Jika ada seseorang menikah dengan warga
negara asing lalu memiliki keturunan, dan jika kewarganegaraan di negara asing tersebut perang
dengan negara kita pasti keluarga tersebut memikirkan keturunannya dan melakukan usaha bela
negara untuk negara asing, dan jika sudah melakukannya tentunya mengharapkan timbal balik dari
usahanya tersebut. Sehingga pengharapan timbal balik tersebut pasti akan berdampak pada
keturunannya dan memiliki jiwa social tinggi untuk negara tersebut dan rasa nasionalisme nya akan
berkurang.
Remaja : menurut saya, tidak harus menghilangkan rasa nasionalisme. Rasa nasionalisme datangnya
berasal dari hati bukan dari apapun, contohnya seperti kasus Gloria, dia sangat ingin menjadi
paskibraka namun terhalangan karna memiliki dua kewarganegaraan. Terbukti kalau nasionalisme
datang dari hati bukan dari apapun.

 “Di Indonesia, banyak artis-artis menikah dengan Warga Negara Asing dan meninggalkan
kewarganegaraannya di Indonesia, bagaimana pendapat Anda?”
Keluarga :
Ibu Erna : kurang setuju, karena kan warga negara Indonesia banyak seharusnya menikah dengan
WNI saja.
Randhika : Menurut saya, sah sah saja. Hanya saja tiap negara pasti memiliki aturan
kewarganegaraan yang berbeda beda, jika di Indonesia otomatis keturunanya harus menjadi
WNI. Namun, jika memilih domilisi negara lain dan negara tersebut memiliki paham yang
mengandung lokasi kelahiran, mau tidak mau harus menanggung konsekuensinya.
Mahasiswa : (sudah dijelaskan pada pertanyaan di atas).
Remaja : Menurut saya ya terserah mereka mau meninggalkan atau tidak, karena tiap orang pasti
miliki hak asasi manusia, jadi kita tidak bisa mengganggu gugat atas tindakan mereka.

Dengan data yang telah di paparkan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga negara Indonesia
masih belum memiliki wawasan yang luas, lalu mengenai kasus kasus kewarganegaraan di Indonesia
banyak yang belum mengetahui sehingga saya terkendala untuk menanyakan beberapa pertanyaan lain.

BUKTI DARI KEGIATAN WAWANCARA :

Anda mungkin juga menyukai